PENDAHULUAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat
melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak terdapat
kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas ini
merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan
dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan terhadap lalu
lintas.
Kelas II
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi Ialu
lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelals jalan ini, selanjutnya berdasarkan
komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan
IIC.
1
Kelas IIA
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana dalam
komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan tanpa
kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan jalur
tersindiri.
Kelas IIB
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan
dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu lintasnya
terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.
Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan
dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat
kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.
Kelas III
Dari latar belakang di atas yang telah di sebutkan maka dirumuskan untuk
membangun jalan penghubung antar daerah-daerah di Kabupaten Deli Serdang
sebagai sarana pendukung transportasi bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Dalam pelaksanaan peningkatan jalan ada beberapa permasalahan
yang didapat antara lain:
1. Kondisi jalan yang belum memenuhi standar jalan Nasional.
2
2. Kebutuhan masyarakat akan jalan semakin meningkat untuk akses
transportasi antara daerah dan lingkungan di sekitarnya.
3
namun telah memiliki pengalaman dan gambaran tentang kehidupan
pembangunan dan pelaksanaan kegiatan di proyek yang dapat dijadikan bekal
untuk kedepannya.
Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan data serta pengamatan
langsung selama 44 hari yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Deli
Serdang dalam proyek overlay jalan Cendrawasih.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan terdiri dari beberapa lapisan bahan perkerasaan, dengan kuantitas bahan
yang berbeda-beda yang disusun dari atas kebawah diletakkan sebelah atas.
Konstruksi jalan dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
Perbedaan yang paling jelas antara kedua jenis konstruksi perkerasan ini
adalah konstruksi tersebut memindahkan beban lalu lintas terhadap tanah dasar
(Sub Grade).
Pada umumnya susunan lapisan konstruksi lentur terdiri dari beberapa lapisan
yaitu:
5
2. Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course).
3. Lapisan pondasi atas (Base Course).
4. Lapisan permukaan (Surface Course).
Jenis campuran Laston (AC) dan ketebalan harus seperti yang ditentukan
pada perencanaan. Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston
campuran Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Antara (AC-BC), dan Laston Lapis
Pondasi (AC-Base), sedangkan ukuran tebal maximum masing-masing campuran
adalah 19mm, 25,4mm, dan 37,5mm. setiap campuran AC dengan penambahan
Polymer Aspal alam atau tambahan tambahan lain untuk bertujuan tertentu,
masing-masing disebut sebagai AC-WC Modifield, AC-BC Modifield, AC-Base
Modifield.
Tebal lapisa dan toleransi canpuran beraspal panas meliputi sebagai berikut:
6
a. Harus dipantau dengan benda uji inti (core) yang di ambil oleh kontraktor
dibawah pengawasan konsultan pengawas. Jarak dan lokasi benda uji
pengambilan benda uji inti harus sebagaimana diperintahkan pengawas, tetapi
paling sedikit dua buah benda uji untuk setiap lajur produksi dengan jarak
memanjang antara 2 titik tidak boleh lebih dari 100m, dan harus sedemikian
rupa sehingga jumlah benda uji inti yang diambil dalam setiap ruas yang
diukur untuk pembayaran tidak kurang dari 6 lpisan tidak memenuhi syarat
ketebalan sebelum pembokngkaran pelapisan pembongkaran dan pelapisan
kembali.
b. Tebal lapisan aktual aspal yang dicampur disetiap yang dihamparkan disetiap
ruas pekerjaan didefenisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji yang
diambil dari ruas tersebut.
c. Tebal aktual campuran aspal yang dihampar sebagaimana ditetapkan dalam
aspal harus sama atau lebih besar tebal nominal rancangan yang ditentukan
dalam gambaran rencana dan sesuai dengan Tabel 2.1.
Tabel 2.1: Tebal nominal minimum lapisan beraspal dan toleransi (Spesipikasi
Umum Bina Marga)
Toleransi Tebal Tebal Nominal Simbol Jenis Campuran
Minimum (mm)
(mm)
d. Bila mana campuran aspal yang dihamparkan lebih dari satu lapis, seluruh
tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi yang dipersyarakan
dalam Tabel 2.1 dan tebal nominal rancangan yang dipersyarakan dalam
gambar rencana.
7
e. Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran yang dihamparkan harus
dipantau oleh kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan Ashpalht Missing Plant (AMP).
f. Perbedaan kerataan permukaan campuran lapisan aus AC-WC dan lapisan
yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
1. Penampang Melintang
Bila mana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, yang diletakkan
tepat diatas sumbu jalan, tidak boleh melampaui 5 mm uantuk lapisan aus,
8 mm untuk lapis antara dan 10 mm untuk lapisan pondasi. Perbedaan
setiap dua titik pada setiap penampang memanjang tidak boleh melampaui
5 mm dari elevasi yang dihitung penampang melintang dan 10 mm untuk
pondasi.
2. Kerataan Permukaan.
Setiap ketidak rataan individu bila diukur dengan mistar lurus berjalan
(rolling ) sepanjang 3 m, yang diletakkan sejajar dengan sumbu berjalan,
tidak boleh melampaui 5 mm.
g. Bilamana campuran aspal yang digunakan sebagai lapis perata sekaligus
sebagai lapis perkuataan (strengthhning), maka tidak boleh melebihi nominal
minimum yang diberikan dalam Tabel 2.1.
a. Umum
1. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
perbandingan campuran memenuhi semua ketentuan Tabel 2.2. dalam pasal
ini.
2. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
konsultan pengawas. Bahan berupa ditumpuk sesuai dengan ketentuan
spesipikasi umum.
3. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus sudah menumpuk setiap
praksi agregat peceh dan pasir untuk campuran aspal paling sedikit untuk
8
kebutuhan satu bulan, dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahaankan paling sedikit untuk kebutuhan aspal satu bulan berikutnya.
4. Dalam pemilihan sumber agregat, kontraktor diangggap sudah
memperhitungkan penyerapaan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal
akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak diterima sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari campuran aspal.
5. Penyerapan oleh agregat maximum 3 %.
6. Berat jenis (bulk specific gravity) agregat halus minimum 2,5 ton/m3 dan
perbedaaanya tidak boleh lebih dari 0,2.
b. Agregat Kasar
1. Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan no.8
(2,36) dan haruslah bersih, keras, awet, dan bebas dari lempung atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya serta memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 2.2.
2. Fraksi agregat kasar harus batu pecah krikil dan halus, disiapkan dalam
ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimal agregat adalah satu ayakan
yang lebih kecil dari ayakan pertama dengan bahan tertahan kurang dari
10%.
3. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang dipersyaratkan
dalam Tabel 2.2. angular agregat kasar didefenisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan permukaan
berbidang pecah satu atau lebih.
9
Angulasitas (kedalaman
Dots Pennsylvania tes 95/90*)
dari permukaan <10
method PTM No. 621
cm)
Angulasitas (kedalaman
Dots Pennsylvania tes 80/75*)
dari permukaan >10
method PTM No. 621
cm)
Partiker pipih dan Mks, 10%**)
ASTM D-4791
lonjong
4. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus di pasok ke AMP
dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feed) sedemikian
rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
5. Batas yang ditentukan dalam Tabel 2.2 umtuk partikel pipih dan lonjong
dapat dinaikan oleh Konsultan Pengawas, bilamana agregat tersebut semua
ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat dipertanggungjawabkan
dilakukan untuk memperoleh bentuk partikel agregat yang baik.
c. Agregat Halus
1. Agregat halus dari manapun, harus terdiri pasir atau pengayakan batu
pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no. 8 (2,36mm) sesuai SNI
03-6819-2002.
2. Fraksi agregat halus pecah mesin atau pasir harus ditumbuk terpisah dari
agregat kasar.
3. Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal. Persentasi maximum pasir
untuk loston (AC) adalah 15%.
4. Agregat halus harus merupakan bahan bersih, keras dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dapat diinginkan lainnya, batu pecah hallus
harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok
pemecah batu yang pertama (Primary Crusher) harus diayak dan
ditempatkan tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu)
sebelum proses pada kedua (Secondary Crisher).
5. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumbuk terpisah dan dipasok ke
AMP melalui pemasok penapung dingin (cold bin feed) yang terpisah
sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah dan pasir dapat dikontrol
dengan baik.
10
6. Agreagat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukan pada
Tabel 2.3.
Angulasitas (kedalaman
ASTM C-1252 Min,45 %
dari permukaan <10 cm)
Angulasitas (kedalaman
ASTM C-1252 Min,40 %
dari permukaan >10 cm)
11
Didalam memudahkan pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban
Proyek pengaspalan jalan diberbagai daerah di Kabupaten Deli Serdang,
diperlukan adanya suatu susunan organisasi, unsur-unsur yang terlibat didalam
susunan organisasi tersebut antara lain:
1. Pemilik Proyek (Bowheer)
2. Perencana (Konsultan)
3. Pengawas (supervisi)
4. Pelaksana (Kontraktor)
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab masing-
masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait satu
sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya.
12
3. Mengatur tata cara kerja proyek dalam suatu pedoman dalam bentuk panitia
pelelangan (Tender) dan memutuskan pemenang.
4. Mengadakan hubungan kerja dengan instansi pemerintah dan swasta dengan
keperluan termasuk mengadakan kontrak kerja.
5. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan mutu pekerjaan.
6. Bertanggung jawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya.
Perencana adalah suatu badan yang dianggap ahli dan mampu dalam
pelaksanaan konstruksi pada pekerjaan pengaspalan jalan di dalam Kabupaten
Deli Serdang, dan perencana yang dipercaya oleh Dinas Pekerjaan Umum. Karya
Kabupaten Deli Serdang adalah PT.RAPI ARJASA Adapun tugas dan wewenang
perencana adalah:
1. Membuat uraian tentang maksud dan tujuan proyek.
2. Mengumpulkan data-data lapangan yang diperlukan.
3. Merencanakan bentuk konstruksi sesuai dengan permintaan pemilik proyek dan
keadaan lapangan.
4. Membuat gambar perencanaan, gambar rencana beserta detailnya.
5. Membuat rencana kerja, daftar perhitungan volume dan rencana anggaran
biaya.
6. Mempersiapkan seluruh dokumen proyek yang berisikan syarat umum dan
bestek.
7. Menyerahkan seluruh dokumen proyek kepada pemilik proyek untuk dijadikan
sebagai dokumen tender.
13
yang ada dalam kontrak. Pada proyek pengaspalan jalan di Kabupaten Deli
Serdang Konsultan pengawas dipercayakan kepada Dinas Pekerjaan Umum.
didalam mengawasi jalanya pelaksanaan proyek, pengawas mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Mengawasi lajunya perkembangan proyek baik kualitas maupun kuantitas
konstruksi secara keseluruhan sesuai dengan permintaan pimpinan proyek.
2. Menyetujui perubahan-perubahan dan penyesuaian yang terjadi selama
pelaksanaan dengan mendapat persetujuan dari pimpinan proyek.
3. Membuat laporan harian, minguan, bulanan tentang kemajuan kegiatan Proyek.
4. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan Proyek.
2.8. Hubungan Kerja Antar Unsur Unsur Organisasi Pada Suatu Proyek
14
2. Hubungan kerja secara hukum
15
Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan
kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan
yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang
benar-benar mampu serta memenuhi syarat administrasi, teknis dan financial
(keuangan) untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara:
1. Pelelangan umum, yaitu pelangan yang diumumkan melalui media massa.
2. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang hanya diundang beberapa
pemborong yang dianggap mampu
3. Pemilihan Langsung.
4. Penunjukan Langsung.
16
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
a). Menetapkan syarat-syarat pelelangan.
b). Mengadakan pengumuman yang akan diadakan.
c). Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara.
d). Menetapkan tata cara penilaian pelelangan.
e). Melaksanakan pelelangan.
f). Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang.
g). Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.
Dalam bagan hubungan kerja diatas dapat dilihat perencana dan pelaksana
sama-sama bertanggung jawab pada pimpinan proyek sesuai dengan tugas
masing-masing.
Cara mendapatkan proyek ini adalah melalui lelang pengadaan barang dan
jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Bener Meriah. Setelah
melalui pertimbangan dan syarat syarat yang telah di tentukan, dimana akhirnya
proyek ini dimenangkan oleh PT. RAPI ARJASAdengan nilai kontrak sebesar Rp.
1.200.000,000,- setelah pejabat pembuat komitmen menerangka perihal yang
17
harus dilaksanakan dan jumlah anggaran yang telah ditetapkan maka pejabat
pembuat komitmen membuat kontrak kerja yang di setujui oleh kedua belah
pihak.
Kelancaran pelaksanaan juga didukung oleh tenaga kerja dan bahan yang
tersedia, untuk kesinambungan pekerja dalam pelaksanaan di lapangan maka
kontraktror sebagai pelaksana harus membuat waktu pelaksanaan agar pekerjaan
selesai tepat pada waktu sesuai yang telah dijadwalkan. Untuk pelaksanaan
dilapangan maka disusunlah jadwal pekerjaan harian yang telah ditetapkan, hal ini
diperlihatkan pada susunan waktu sebagai berikut:
1. Pagi mulai jam 08.00 12.00 WIB.
2. Istirahat jam 12.00 13.00 WIB.
3. Siang mulai jam 13.00 17.00 WIB.
18
BAB 3
3.1. Umum
19
3.2. Pekerjaan Persiapan
1. Sebelum pekerjaan
Sebelum pekerjaan dilaksanakan pelaksana terlebih dahulu melakukan
pengukuran (survey lapangan) guna untuk mengetahui elevasi lapangan.
Panjang jalan yang akan dikerjakan dan kuantitas volume yang akan
dikerjakan. Sehingga mempermudah perencana untuk merencanakan dan
memperhitungkan apa - apa saja kebutuhan yang akan digunakan dalam suatu
kegiatan proyek dan untuk memperkirakan perhitungan yang yang akan di
masukkan ke dalam rancangan anggaran biaya sehingga tidak terlalu memakan
banyak biaya.
2. Pemasangan Patok
20
Direksi Ket biasanya dibangun diatas tanah yang tidak dipergunakan ketika
proyek berlangsung ukuran untuk direksi ket bermacam-macam mulai dengan
ukuran 60 m2 hingga 200 m2 biasanya direksi ket ada yang bertingkat ataupun
hanya lantai dasar. Pembangunan direksi ket tergolong dalam kegiatan
persiapan sebelum proyek berlangsung. Dengan adanya direksi ket
memudahkan pengawasan dan kordinasi untuk kontraktor dan pengawas dalam
kegiatan proyek selain itu di dalam direksi ket terdapat contoh jenis material
yang akan digunakan dalam membangun proyek.
Bahan direksi ket pada umumnya terbuat dar playwood/triplek sebagai dinding.
tebal triplek yang digunakan bervariasi mulai dari 3 mm hingga 6 mm sesuai
kebutuhan biaya untuk direksi ket biasanya sudah tercantum dalam RAB.
Papan nama proyek harus dipasang pada awal pelaksanaan pekerjaan atau STA
0+000 untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan tentunya juga sebagai
sumber informasi bagi masyarakat setempat mengenai proyek tersebut. Papan
nama proyek berisikan informasi tentang volume pekerjaan, sumber dana,
nama Pelaksana (kontraktor) serta tanggal mulai dan tanggal selesai Proyek.
21
3.3.1. Timbunan Pilihan
22
tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air. Penghamparan
lapis pondasi agregat juga harus dilakukan sewaktu cuaca cerah tidak pada waktu
hujan dan setelah hujan. Agregat kelas B pada umumnya adalah mutu lapis
pondasi untuk lapisan bawah. Lapis pondasi kelas B juga untuk lapisan dibawah
lapisan beraspal dan diatas lapis pondasi agregat kelas B.
Agregat kasar yang berasal dari kerikil juga tidak kurang dari 100% berat
agregat kasar dan mempunyai paling sedikit satu bidang pecahnya baik digunakan
untuk lapis agregat kelas B dan tertahan pada penutup aspal. Lapis pondasi
agregat juga harus bebas dari bahan-bahan organik dan gumpalan lempung dan
bahan-bahan lainya yang tidak dikehendaki. Fungsi dari lapis pondasi bawah
ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda.
2. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
3. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
4. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
5. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Volume pekerjaan ini adalah 15,45 M3 . Lapis pondasi Agregat kelas A ini
digunakan untuk pekerjaan peningkatan bagian badan jalan lama, pekerjaan ini
meliputi pemasokan, pemrosesan pengangkutan. Penghamparan pembasahan dan
pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah direncanakan, pada
23
permukaan lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat
menampung air. Penghamparan Lapis pondasi agregat juga harus dilakukan
sewaktu cuaca tidak pada waktu hujan dan setelah hujan.
Agregat kelas A pada umumnya adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu
lapisan dibawah lapisan beraspal dan diatas lapis pondasi agregat kelas B. Agregat
kasar yang berasal dari kerikil tidak kurang dari 100% berat agregat kasar dan
mempunyai paling sedikit satu bidang pecahnya baik digunakan untuk lapis
agregat kelas A dan tertahan pada ayakan 4,75 mm. Seluruh lapis pondasi agregat
juga harus bebas dari bahan-bahan organik dan gumpalan lempung dan bahan -
bahan lainya yang tidak dikehendaki.
24
Adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya lentur
terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi
(sekitar 1000C). Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar
yang dipadatkan melalui beberapa lapisan antara lain sebagai berikut:
a. Lapisan permukaan.
b. Lapisan Pondasi atas.
c. Lapisan pondasi bawah.
d. Lapisan tanah dasar.
Volume pekerjaan lapis resap pengikat pada proyek ini adalah 1.552,41 liter
dan digunakan sebagai lapis resap pada pekerjaan penambahan badan jalan yang
rusak. Jenis takaran dan pemakaian untuk lapis resap pengikat ditujukan pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1: Jenis takaran lapis resap pengikat. (Dirjen Bina Marga, 1972)
TAKARAN (LITER PERMETER PERSEGI)
25
Sebelum dilakukan penyemprotan yang akan diprime coat, seluruh
permukaan Base A dibersihkan dengan Compressor. Pembersihan dilakukan
untuk menghilangkan debu-debu yang berada pada permukaan dan membersihkan
sampah-sampah yang dapat merusak ikatan antara Aspal dan agregat Base A yang
telah di prime coat tidak boleh dilewati oleh kendaraan sebelum kering. AC-BC
baru dapat dilakukan setelah prime coat meresap sepenuhnya dalam lapisan
pondasi dan telah kering dan mengeras.
Yaitu campuran aspal semen ( AC) digunakan diatas lapis aus aspal beton dan
berfungsi sebagai pengikat antara lapis aus dan lapis pondasi Base.
Tabel 3.2: Tebal Nominal Campuran Aspal (Dirjen Bina Marga, 1972)
Jenis Toleransi tebal (mm)
Tebal Minimal
Campuran Simbol Minimum (Cm)
Ada tiga jenis agregat yang terkandung dalam material aspal, yaitu:
a. Agregat Umum
Agregat yang digunakan harus sedemikian rupa agar aspal yang proporsinya
sesuai dengan perbandingan campuran. Penyerapan air oleh agregat maksimum
3 %.agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan
jalan, yaitu 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 85%
26
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lainsifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan
perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca.
Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:
Gradasi
Kebersihan
Kekerasan
Ketahanan agregat
Bentuk butir
Tekstur permukaan
Porositas
Kemampuan untuk menyerap air
Berat jenis, dan
Daya kelekatan terhadap aspal.
b. Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan adalah agregat yang tertahan pada ayakan
No. 8 ( 2,36 mm ) ysng dilakukan secara basah, bersih, keras, awet dan agregat
juga harus bebas dari lempung dan bahan yang tidak dikehendaki.
Agregat kasar dibedakan atas 2 macam, yaitu kerikil (dari batuan alam)
dan kricak (dari batuan alam yang dipecah). Menurut asalnya kerikil
dapat dibedakan atas kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai. Kerikil
galian baisanya mengandung zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir dan
zat-zat organik.
27
Batu pecah (kricak) adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alam
yang dipecah, berukuran 5-70 mm. Panggilingan/pemecahan biasanya
dilakukan dengan mesin pemecah batu (Jaw breaker/ crusher).
c. Agregat Halus
Material agregat halus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah
yang lolos ayakan NO. 8 (2,36 mm). Selain itu pasir juga dapat digunakan
dalam campuran aspal dengan presentase maksimum yang disarankan untuk
laston (AC) Adalah 15 %.
Bahan pengisi yang di tambahkan terdiri dari debu batu kapur (Limestone
dust), semen Portland, Abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis
laina dan semua bahan tersebut harus bebas dari kandungan organic, bebas dari
28
gumpalan dan kering. Kapur yang digunakan sebagai bahan pengisi yang
ditambahkan proporsi maksimumnya adalah 1,0 % dari berat total campuran
aspal.
Bahan aspal yang dapat digunakan terdiri dari jenis aspal polimer dan
aspal yang dimodifikasi dengan asbuton yang memenuhi syarat dan campuran
yang dihasilkan juga harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
g. Bahan Aditif
29
BAB 4
30
badan jalan pekerjaan bahu jalan dan pelebaran badan jalan lama. Pekerjaan ini
meliputi:
31
Gambar 4.1. Agregat kelas B yang sedang dituangkan
32
Gambar 4.3. Proses pemadatan material Kelas B menggunakan alat Tandem
Roller
Tes Pit adalah tes yang yang dilaksanakan setelah selesainya penghamparan
dan pemadatan lapisan pondasi kelas B. Tes Pit bertujuan untuk mengetahui
ketebalan lapisan pondasi kelas B dan juga untuk mengetahui sudah benarkah
hasil pekerjaan dilapangan seperti yang sudah di rencanakan oleh pihak perencana
sehingga nantinya tidak akan ada komplin dari pihak Pejabat Pelaksana Teknis
kegiatan. biasanya tes pit dilakukan dengan menggali dua titik antara sisi kiri
badan jalan dan bagian kanan badan jalan dimulai dari sta 0+00 sampai STA akhir
penggalian dilakukan dengan jarak per 50 m pada setiap STA.
33
Gambar 4.4. Proses kegiatan Tes Pit pada lapisan pondasi kelas B
Tes Sand Cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat
dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Satu hal yang penting
34
untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (= berat isi
kering).
Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan
lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat
terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang
baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam
lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar
pondasi secara keseluruhan.
35
g. Letakkan botol dengan posisi terbalik pada plat dasar yang telah digali lalu
kran dibuka hingga pasir memenuhi lubang galian.
h. Timbang botol berisi sisa pasir.
i. Hitung berat pasir dalam lubang dengan cara mengurangkan berat pasir dalam
(lubang + corong) dengan berat pasir dalam corong yang telah ditimbang di
laboratorium.
Gambar 4.5. Proses kegiatan pelaksanaan Sand Cone lapisan pondasi kelas B
Pada pekerjaan Lapis pondasi Agregat Kelas A ada tahapan - tahapan yang
harus di perhatikan, tahapan-tahapanpekerjaan lapis pondasi agregat kelas A pada
Lapis agregat kelas A adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
bawah dengan lapisan permukaan. Lapisan ini dibuat untuk menyempurnakan
kapasitas daya dukung beban. Material yang digunakan untuk lapisan ini adalah
yang cukup kuat dan memiliki CBR > 90%. Bahkan yang digunakan untuk
36
lapisan ini dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, yang merupakan material kelas
A baik yang berdiameter dan .
Pada tiap-tiap lapisan harus segera dipadatkan pada seluruh lebar hamparan
denganmenggunakan alat Vibrator Roller dengan lebih kurang 8 passing dimana
satu passing sama dengan satu kali pulang pergi pada bagian yang lurus, tebal dari
agregat kelas A ini adalah 20 cm, agar kepadatan yang diinginkan dapat tercapai
sesuai dengan yang telah diisyaratkan.
Material lapis pondasi agregat kelas A diambil dari Sungai Tuntungan lama
angkut memakan waktu kurang lebih selama 180 menit perjalanan dengan
menggunakan dump truck berkapasitas bak 8 m3. Kuantitas pemasokan material
selama satu hari dengan menggunakan Dump Truck 22 Dump Truck yang
artinnya material setiap hari kerjanya bervolume 68 M3 .
37
Gambar 4.6. Proses Penghamparan material kelas A
38
4.3. Pekerjaan Lapisan Aspal
Pekerjaan lapisan aspal ini terdiri dari jenis pekerjaan lapisan aspal yaitu
Laston Lapis pengikat aspal Beton (AC-BC) yaitu campuran aspal semen (AC)
digunakan diatas lapis aus aspal beton dan berfungsi sebagai pengikat antara lapis
aus dan lapis pondasi base.
Tabel 4.1: Nominal rancangan aspal dan toleransi (Dirjen Bina Marga, 1972)
Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang berfungsi
sebagai penahan beban roda diatasnya secara langsung. Campuran aspal yang
digunakan terdiri dari agregat kasar yang memenuhi gradasi dan terdiri dari batu
pecah atau kerikil pecah, agregat halus dan pasir serta material aspal.
Kegiatan yang penulis ikuti pada pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi:
1. Lapis Resap Pengikat (prime coat).
2. Lapis Aus Asphalt Beton (AC-BC).
Alat - alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi
sebagai berikut:
1. Air Compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas, agar pengaspalan lapisan permukaan
menjadi bagus dan tidak mudah mengalami kerusakan. Pekerjaan
pembersihan debu ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada suatu
kendala, dalam pekerjaan ini Air Compressor di perlukan sebanyak 1 unit.
2. Asphalt Sprayer, digunakan sebagai prime coat yang menghamparkan aspal
cair bersuhu 160C sampai dengan 180C ketebalan aspal. Asphalt Sprayer
digunakan dalam proyek ini sebanyak 1 unit.
39
3. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi pengambilan
material ke lokasi perkerasan. Jumlah dump truck yang digunakan dalam
pekerjaan ini adalah 12 unit.
4. Asphalt Finisher, digunakan untuk menghamparkan dan meratakan agregat
aspaldi lokasi penghamparan. Jumlah Asphalt Finisher yang digunakan
sebanyak satu unit.
5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.
Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC. Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan daya dukung
lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat atau hasil dari pengujian CBR tidak
boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan dibersihkan dengan menggunakan
air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt sprayer sehingga tidak
terdapat lagi sesuatu yang dapat mengurangi hasil maksimal yang diharapkan.
Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi atas
agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan tanah dasar
pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.
40
Gambar 4.8. Proses membersihkan debu-debu dan material yang lepas diatas
pondasi atas dengan menggunakan mesin air compressor
Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi 60/70
sebanyak 30% dari keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor dengan kapasitas 150 2 /jam. Alat
ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah pemanasan mencapai 160C sampai
dengan 180C aspal cair baru bisa disemprotkan melalui pipa. Proses
penyemprotan prime coat dilakukan bertahap yaitu dengan memulainya setengah
dari lebar badan jalan terlebih dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian
baru dilanjutkan pada setengah lebar badan jalan tersisa.
Gambar 4.9. Proses penyemprotan prime coat dengan menggunakan alat Asphalt
Sprayer distributor
41
Pekerjaan prime coat dinyatakan selesai setelah memenuhi syarat-syarat
antara lain:
1. Penyiraman yang merata, sehingga tidak ada tempat yang kelihatan lapisan
base.
2. Tidak ada lapisan prime coat yang lepas akibat dilalui kendaraan atau
orang yang berjalan kaki.
3. permukaan prime coat tidak kotor oleh debu atau kotoran lain.
Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata
sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24 jam
setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal panas prime coat tersebut
diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah kering harus di
compressor lagi agar debu dan air yang ada pada badan jalan hilang.
Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada bagian
teratas dari pondasi atas.
Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP dan
suhu sewaktu dibawa dari AMP antara 140C -160C. Setibanya di lapangan
secara perlahan - lahan dituangkan ke bak mekanis Asphalt Finisher untuk
dihamparkan pada permukaan base course yang telah di prime coat sebelumnya.
Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140C-150C, dengan tebal
penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan 20% -25%) untuk mencapai
42
ketebalan aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan
yang terdapat pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher.
Penghamparan dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan
jalan Asphalt Finisher 90 m/jam.
Gambar 4.11. Proses penghamparan aspal pada permukaan base course yang telah
diprime coat
43
Gambar 4.12. Proses penggukuran ketebalan aspal
Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak
terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira dapat dapat menutup
keadaan cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan maka
kekuatan yang diinginkan.
44
Gambar 4.13. Proses pemadatan aspal dengan menggunakan alat Tandem Roller
Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang perlu
dikontrol yaitu:
45
memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ketebalan pada saat dilakukan dengan
cara menusuk-nusuk aspal segera setelah penghamparan oleh asphalt finisher,
dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm. Pemeriksaan terhadap
kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan dilakukan melalui
pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau pengambilan sample
dilakukan setiap jarak 50 meter.
46