Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan


dikelompokkan atas bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.
Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya terdiri atas: 1. Jalan Kelas I 2.
Jalan Kelas IIA. 3. Jalan Kelas IIB. 4. Jalan Kelas IIC. 5. Jalan Kelas III. Tebal
perkerasan jalan itu ditentukan sesuai dengan kelas jalan. Makin berat kendaraan-
kendaraan yang melalui suatu jalan, makin berat pula syarat-syarat yang
ditentukan untuk pembuatan jalan itu.

Kelas I

Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat
melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak terdapat
kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya dalam kelas ini
merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan
dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan terhadap lalu
lintas.

Kelas II

Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi Ialu
lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Kelals jalan ini, selanjutnya berdasarkan
komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan
IIC.

1
Kelas IIA

Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana dalam
komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan tanpa
kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan jalur
tersindiri.

Kelas IIB

Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan
dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu lintasnya
terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.

Kelas IIC

Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan
dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat
kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.

Kelas III

Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan


konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan yang
paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas yang telah di sebutkan maka dirumuskan untuk
membangun jalan penghubung antar daerah-daerah di Kabupaten Deli Serdang
sebagai sarana pendukung transportasi bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Dalam pelaksanaan peningkatan jalan ada beberapa permasalahan
yang didapat antara lain:
1. Kondisi jalan yang belum memenuhi standar jalan Nasional.

2
2. Kebutuhan masyarakat akan jalan semakin meningkat untuk akses
transportasi antara daerah dan lingkungan di sekitarnya.

1.3. Ruang Lingkup

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada pada konstruksi


jalan Cendrawasih, maka perlu kiranya diadakan pembatasan masalah yang
didalam penulisan ini, yakni hanya meninjau metode pelaksanaan overlay di
lapangan.

1.4. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan Kerja Praktek dapat dijabarkan sebagai berikut:


1. Mengetahui urutan kerja dalam sebuah pekerjaan.
2. Membandingkan penerapan teori yang diperoleh di perkuliahan dengan yang
terjadi di lapangan.

1.5. Manfaat Penelitian

Kegiatan Kerja Praktek di proyek pembangunan dalam kurikulum prodi


teknik sipil adalah salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan seluruh
mahasiswa untuk memenuhi tahapan dalam jenjang pendidikannya di bangku
perkuliahan. Kerja Praktek ini memilik peranan yang penting untuk seoarang
calon insiyur karena ilmu-ilmu yang selama ini hanya dipelajari di dalam kelas
tertentu dapat dilihat aplikasi kegunaannya dalam kehidupan nyata yaitu dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan adanya Kerja Praktek ini tentu dapat
ditarik ilmu-ilmu pelaksanaan yang tidak bias didapatkan di bangku perkuliahan.
Melalui kegiatan ini pula mahasiswa memiliki wawasan yang luas terhadap
perkembangan pembangunan di bidang konstruksi serta dapat melihat dan
mempelajari kebijakan dan cara kontraktor utama sebagai pembangunan dalam
menghadapi permasalahn yang tidak timbul secara terduga. Sehingga pada
akhirnya setelah selesai menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan,
lulus, dan mendapatkan gelar, mahasiswa tidak hanya memiliki teori literatur saja

3
namun telah memiliki pengalaman dan gambaran tentang kehidupan
pembangunan dan pelaksanaan kegiatan di proyek yang dapat dijadikan bekal
untuk kedepannya.
Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan data serta pengamatan
langsung selama 44 hari yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Deli
Serdang dalam proyek overlay jalan Cendrawasih.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konstruksi Lapisan Perkerasaan

Jalan terdiri dari beberapa lapisan bahan perkerasaan, dengan kuantitas bahan
yang berbeda-beda yang disusun dari atas kebawah diletakkan sebelah atas.
Konstruksi jalan dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

1. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Paverment).


2. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Paverment).
3. Konstruksi perkerasaan komposit (Composite Paverment).

Konstruksi perkerasan lentur (Flexible) adalah suatu konstruksi perkerasaan


yang terdiri dari lapisan material yang menggunakan bahan perekat aspal.
Lapisan-lapisan perkerasannya bersiafat memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ketanah dasar.

Konstruksi perkersan kaku (Rigid) adalah konstruksi perkerasan yang


menggunakan semen (Portland Cement), air secukupnya sebagai bahan pengikat
plat beton dengan tulangan di atas tanah dasar dengan lapisan pondasi bawah.
Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh plat beton.

Perkerasan komposit (Composite Pavement) yaitu perkerasan kaku yang di


kombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur di atas
perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

Perbedaan yang paling jelas antara kedua jenis konstruksi perkerasan ini
adalah konstruksi tersebut memindahkan beban lalu lintas terhadap tanah dasar
(Sub Grade).

Pada umumnya susunan lapisan konstruksi lentur terdiri dari beberapa lapisan
yaitu:

1. Tanah dasar (Sub Grade).

5
2. Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course).
3. Lapisan pondasi atas (Base Course).
4. Lapisan permukaan (Surface Course).

Sedangkan untuk perkerasan kaku terdiri dari:

1. Tanah dasar (Sub Grade).


2. Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course).
3. Lapisan permukaan (Surface Course).

2.2. Campuran Beraspal

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan


aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar
partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Berdasarkan gradasinya
campuran beraspal panas dibedakan dalam tiga jenis campuran, yaitu campuran
beraspal bergradasi rapat, senjang, dan terbuka.

2.3. Jenis Campuran Beraspal

Jenis campuran Laston (AC) dan ketebalan harus seperti yang ditentukan
pada perencanaan. Laston (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston
campuran Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Antara (AC-BC), dan Laston Lapis
Pondasi (AC-Base), sedangkan ukuran tebal maximum masing-masing campuran
adalah 19mm, 25,4mm, dan 37,5mm. setiap campuran AC dengan penambahan
Polymer Aspal alam atau tambahan tambahan lain untuk bertujuan tertentu,
masing-masing disebut sebagai AC-WC Modifield, AC-BC Modifield, AC-Base
Modifield.

2.4. Tebal Lapisan dan Toleransi

Tebal lapisa dan toleransi canpuran beraspal panas meliputi sebagai berikut:

6
a. Harus dipantau dengan benda uji inti (core) yang di ambil oleh kontraktor
dibawah pengawasan konsultan pengawas. Jarak dan lokasi benda uji
pengambilan benda uji inti harus sebagaimana diperintahkan pengawas, tetapi
paling sedikit dua buah benda uji untuk setiap lajur produksi dengan jarak
memanjang antara 2 titik tidak boleh lebih dari 100m, dan harus sedemikian
rupa sehingga jumlah benda uji inti yang diambil dalam setiap ruas yang
diukur untuk pembayaran tidak kurang dari 6 lpisan tidak memenuhi syarat
ketebalan sebelum pembokngkaran pelapisan pembongkaran dan pelapisan
kembali.
b. Tebal lapisan aktual aspal yang dicampur disetiap yang dihamparkan disetiap
ruas pekerjaan didefenisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji yang
diambil dari ruas tersebut.
c. Tebal aktual campuran aspal yang dihampar sebagaimana ditetapkan dalam
aspal harus sama atau lebih besar tebal nominal rancangan yang ditentukan
dalam gambaran rencana dan sesuai dengan Tabel 2.1.

Tabel 2.1: Tebal nominal minimum lapisan beraspal dan toleransi (Spesipikasi
Umum Bina Marga)
Toleransi Tebal Tebal Nominal Simbol Jenis Campuran
Minimum (mm)
(mm)

3 4 AC-WC Lapis Aus

4 5 AC-BC Lapis Pengikat

5 6 AC-BASE Lapis Pondasi

d. Bila mana campuran aspal yang dihamparkan lebih dari satu lapis, seluruh
tebal campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi yang dipersyarakan
dalam Tabel 2.1 dan tebal nominal rancangan yang dipersyarakan dalam
gambar rencana.

7
e. Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran yang dihamparkan harus
dipantau oleh kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan Ashpalht Missing Plant (AMP).
f. Perbedaan kerataan permukaan campuran lapisan aus AC-WC dan lapisan
yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
1. Penampang Melintang
Bila mana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, yang diletakkan
tepat diatas sumbu jalan, tidak boleh melampaui 5 mm uantuk lapisan aus,
8 mm untuk lapis antara dan 10 mm untuk lapisan pondasi. Perbedaan
setiap dua titik pada setiap penampang memanjang tidak boleh melampaui
5 mm dari elevasi yang dihitung penampang melintang dan 10 mm untuk
pondasi.
2. Kerataan Permukaan.
Setiap ketidak rataan individu bila diukur dengan mistar lurus berjalan
(rolling ) sepanjang 3 m, yang diletakkan sejajar dengan sumbu berjalan,
tidak boleh melampaui 5 mm.
g. Bilamana campuran aspal yang digunakan sebagai lapis perata sekaligus
sebagai lapis perkuataan (strengthhning), maka tidak boleh melebihi nominal
minimum yang diberikan dalam Tabel 2.1.

2.5. Persyarataan Bahan

a. Umum
1. Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus
perbandingan campuran memenuhi semua ketentuan Tabel 2.2. dalam pasal
ini.
2. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh
konsultan pengawas. Bahan berupa ditumpuk sesuai dengan ketentuan
spesipikasi umum.
3. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus sudah menumpuk setiap
praksi agregat peceh dan pasir untuk campuran aspal paling sedikit untuk

8
kebutuhan satu bulan, dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahaankan paling sedikit untuk kebutuhan aspal satu bulan berikutnya.
4. Dalam pemilihan sumber agregat, kontraktor diangggap sudah
memperhitungkan penyerapaan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal
akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak diterima sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari campuran aspal.
5. Penyerapan oleh agregat maximum 3 %.
6. Berat jenis (bulk specific gravity) agregat halus minimum 2,5 ton/m3 dan
perbedaaanya tidak boleh lebih dari 0,2.
b. Agregat Kasar
1. Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan no.8
(2,36) dan haruslah bersih, keras, awet, dan bebas dari lempung atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya serta memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 2.2.
2. Fraksi agregat kasar harus batu pecah krikil dan halus, disiapkan dalam
ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimal agregat adalah satu ayakan
yang lebih kecil dari ayakan pertama dengan bahan tertahan kurang dari
10%.
3. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang dipersyaratkan
dalam Tabel 2.2. angular agregat kasar didefenisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan permukaan
berbidang pecah satu atau lebih.

Tabel 2.2: Ketentuan Agregat Kasar (Peraturan Pelaksanaan Pembangunan


Jalan Raya)
Pengujian Standart Nilai

Kekalan bentuk agregat


terhadap larutan Maks, 10% - 20%
SNI 033407-1994
natrium dan magnesium
sulfat
Abrasi dengan mesin Maks, 35%
SNI 03-2417-1991
Los Angeles
Kekelan agregat Maks, 95%
SNI 03-2439-1991
terhadap aspal

9
Angulasitas (kedalaman
Dots Pennsylvania tes 95/90*)
dari permukaan <10
method PTM No. 621
cm)
Angulasitas (kedalaman
Dots Pennsylvania tes 80/75*)
dari permukaan >10
method PTM No. 621
cm)
Partiker pipih dan Mks, 10%**)
ASTM D-4791
lonjong
4. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus di pasok ke AMP
dengan melalui pemasok penampung dingin (cold bin feed) sedemikian
rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
5. Batas yang ditentukan dalam Tabel 2.2 umtuk partikel pipih dan lonjong
dapat dinaikan oleh Konsultan Pengawas, bilamana agregat tersebut semua
ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat dipertanggungjawabkan
dilakukan untuk memperoleh bentuk partikel agregat yang baik.
c. Agregat Halus
1. Agregat halus dari manapun, harus terdiri pasir atau pengayakan batu
pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan no. 8 (2,36mm) sesuai SNI
03-6819-2002.
2. Fraksi agregat halus pecah mesin atau pasir harus ditumbuk terpisah dari
agregat kasar.
3. Pasir boleh digunakan dalam campuran aspal. Persentasi maximum pasir
untuk loston (AC) adalah 15%.
4. Agregat halus harus merupakan bahan bersih, keras dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dapat diinginkan lainnya, batu pecah hallus
harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan halus dari pemasok
pemecah batu yang pertama (Primary Crusher) harus diayak dan
ditempatkan tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu)
sebelum proses pada kedua (Secondary Crisher).
5. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumbuk terpisah dan dipasok ke
AMP melalui pemasok penapung dingin (cold bin feed) yang terpisah
sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah dan pasir dapat dikontrol
dengan baik.

10
6. Agreagat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukan pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3: Ketentuan Agregat Halus (Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan


Raya).
Pengujian Standart Nilai

Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min, 50%

Material lolos saringan No.


SNI 03-4428-1997 Maks, 8% (non plastis)
200

Angulasitas (kedalaman
ASTM C-1252 Min,45 %
dari permukaan <10 cm)

Angulasitas (kedalaman
ASTM C-1252 Min,40 %
dari permukaan >10 cm)

2.6. Organisasi Proyek

Organisasi pekerjaan yang memegang peranan penting terhadap kelancaran


dan keberhasilan suatu proyek, unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi
pekerjaan tersebut mempunyai batas wewenang tertentu yang masing-masing
menjaga hubungan kerja yang baik antara suatu unsur dengan yang lainya. Berikut
ini akan dijelaskan tentang:
1. Struktur Organisasi.
2. Hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi proyek.
3. Pelelangan dan cara mendapatkan proyek.
4. pelaksanaan di lapangan.

2.7. Struktur Organisasi

11
Didalam memudahkan pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggung jawaban
Proyek pengaspalan jalan diberbagai daerah di Kabupaten Deli Serdang,
diperlukan adanya suatu susunan organisasi, unsur-unsur yang terlibat didalam
susunan organisasi tersebut antara lain:
1. Pemilik Proyek (Bowheer)
2. Perencana (Konsultan)
3. Pengawas (supervisi)
4. Pelaksana (Kontraktor)

Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab masing-
masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait satu
sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya.

2.7.1. Pemilik Proyek (Bowheer)

Pelaksana Kegiatan (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki gagasan


untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan hukum seperti
wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil suatu dinas atau
jabatan. Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi jalan Provinsi
Sumatera Utara adalah pemerintah Republik Indonesia yang diwakilkan kepada
Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera Utara Dinas Pekerjaan
Umum. Pemilik proyek pada pengaspalan jalan di Kabupaten Deli Serdang ini
adalah Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini diwakili
oleh pemimpin proyek, untuk memudahkan pelaksanaan administrasi pelaksanaan
dengan pengawas pekerjaan maka pemilik menunjuk wakilnya yang merupakan
suatu organisasi dibawah koordinasi pemimpin bagian proyek. Adapun tugas dan
tangung jawab pemilik proyek adalah:
1. Memberi uraian tentang maksud dan tujuan pelaksanaan baik dari segi
keuangan maupun dari segi fisik sesuai petunjuk Operasional.
2. Memberi bimbingan pedoman dan pengarahan kepada unsur pembantu
pimpinan dan pelaksana dalam melaksanakan tugas masing-masing.

12
3. Mengatur tata cara kerja proyek dalam suatu pedoman dalam bentuk panitia
pelelangan (Tender) dan memutuskan pemenang.
4. Mengadakan hubungan kerja dengan instansi pemerintah dan swasta dengan
keperluan termasuk mengadakan kontrak kerja.
5. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan mutu pekerjaan.
6. Bertanggung jawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

2.7.2. Perencana (Konsultan)

Perencana adalah suatu badan yang dianggap ahli dan mampu dalam
pelaksanaan konstruksi pada pekerjaan pengaspalan jalan di dalam Kabupaten
Deli Serdang, dan perencana yang dipercaya oleh Dinas Pekerjaan Umum. Karya
Kabupaten Deli Serdang adalah PT.RAPI ARJASA Adapun tugas dan wewenang
perencana adalah:
1. Membuat uraian tentang maksud dan tujuan proyek.
2. Mengumpulkan data-data lapangan yang diperlukan.
3. Merencanakan bentuk konstruksi sesuai dengan permintaan pemilik proyek dan
keadaan lapangan.
4. Membuat gambar perencanaan, gambar rencana beserta detailnya.
5. Membuat rencana kerja, daftar perhitungan volume dan rencana anggaran
biaya.
6. Mempersiapkan seluruh dokumen proyek yang berisikan syarat umum dan
bestek.
7. Menyerahkan seluruh dokumen proyek kepada pemilik proyek untuk dijadikan
sebagai dokumen tender.

2.7.3. Pengawas (Supervisi)

Pengawas adalah unsur yang diberikan kepercayaan dan wewenang oleh


pemilik proyek untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan proyek agar tidak
menyimpang dari Bestek sehingga tercapai hasil yang baik menurut persyaratan

13
yang ada dalam kontrak. Pada proyek pengaspalan jalan di Kabupaten Deli
Serdang Konsultan pengawas dipercayakan kepada Dinas Pekerjaan Umum.
didalam mengawasi jalanya pelaksanaan proyek, pengawas mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Mengawasi lajunya perkembangan proyek baik kualitas maupun kuantitas
konstruksi secara keseluruhan sesuai dengan permintaan pimpinan proyek.
2. Menyetujui perubahan-perubahan dan penyesuaian yang terjadi selama
pelaksanaan dengan mendapat persetujuan dari pimpinan proyek.
3. Membuat laporan harian, minguan, bulanan tentang kemajuan kegiatan Proyek.
4. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan Proyek.

2.7.4. Pelaksana (Kontraktor)

Kontraktor adalah suatu badan usaha yang mengerjakan pekerjaan yang di


peroleh melalui suatu pelelangan. Berdasarkan hasil pelelangan, pimpinan proyek
menyetujui PT. RAPI ARJASA pelaksana pada proyek pengaspalan jalan
Cendrawasih Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Hal ini di ambil
berdasarkan penyesuain penawaran pada waktu pelelangan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan yang telah di tetapkan serta mampu dalam
melaksanakan proyek tersebut dengan baik.

Dalam melaksanakan pekerjaan pimpinan perusahaan mengangkat seorang


manajer lapangan yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala masalah
yang timbul di lapangan kemudian di tunjuk pula pada staf yang bekerja menurut
bidangnya masing-masing dan bertanggung jawab pada manager lapangan.

2.8. Hubungan Kerja Antar Unsur Unsur Organisasi Pada Suatu Proyek

Hubungan kerja antar unsurunsur Organisasi pada suatu pekerjan proyek


mempunyai jalur kerjanya masingmasing sesuai dengan ketentuan dan
kewajibannya. Adapun hubungan kerja antar unsur-unsur dari organisasi yang
terlibat dapat dikelompokaan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hubungan kerja secara teknis

14
2. Hubungan kerja secara hukum

2.8.1. Hubungan Kerja Secara Teknis

Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara


berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Hubungan kerja
antara pemilik kegiatan, perencana, pengawas dan pelaksana adalah hubungan
segitiga. Dalam hal ini semua masalah teknis perencana diserahkan oleh
pemimpin kegiatan kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh
pemimpin kegiatan, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada
pengawas. Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut
peraturan umum pemilik kegiatan tidak dapat berhubungan langsung dengan
pelaksana tetapi harus melalui pengawas,dalam pelaksanaan dilapangan pengawas
berkuasa penuh.

2.8.2 Hubungan Kerja Secara Hukum

Didalam suatu proyek terdapat unsur-unsur yang bertanggung jawab


diantaranya adalah pengawas proyek yang telah disepakati oleh pejabat terkait
tugas dari pengawas ini antara lain ialah menegur pelaksana jika pekerjaan yang
dilaksanakannya bertentangan atau menyimpang dari bestek yang ada, baik secara
lisan maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-teguran
tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk sementara waktu maupun
seterusnya.

Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau


memerintahkan pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui pengawas.
Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan pelaksana/kontraktror tidak ada
hubungan. Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan
terikat dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama
pelaksanaan pelelangan.

15
Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan
kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan
yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang
benar-benar mampu serta memenuhi syarat administrasi, teknis dan financial
(keuangan) untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara:
1. Pelelangan umum, yaitu pelangan yang diumumkan melalui media massa.
2. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang hanya diundang beberapa
pemborong yang dianggap mampu
3. Pemilihan Langsung.
4. Penunjukan Langsung.

Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan


pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat
dapat mengikutinya.

Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang


dilakukan antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong/rekanan yang
tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha ruang
lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya. Pemilihan langsung adalah pelaksana
pekerjaaan pembangunan maupun pengadaan barang/jasa oleh rekanan tanpa
melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan
membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar yang tercantum dalam Daftar
Rekanan Mampu (DRM) dan dilakukan negosiasi penawaran secara teknis dan
administratif serta perhitungan harga yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya mengundang satu
rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan penawaran dalam pelaksanaan
pekerjaan.

16
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
a). Menetapkan syarat-syarat pelelangan.
b). Mengadakan pengumuman yang akan diadakan.
c). Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara.
d). Menetapkan tata cara penilaian pelelangan.
e). Melaksanakan pelelangan.
f). Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang.
g). Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.

Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui


pelelangan. Sebagai tahap awal, Dinas Pekerjaan Umum membentuk panitia
pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk melaksanakan segala proses
pelelangan.

Dalam bagan hubungan kerja diatas dapat dilihat perencana dan pelaksana
sama-sama bertanggung jawab pada pimpinan proyek sesuai dengan tugas
masing-masing.

Secara horizontal pengawas proyek bertanggung jawab mengkoreksi kualitas


dan kuantitas suatu proyek dan berkonsultasi kepada perencana, untuk dapat
menunjang terciptanya keberhasilan suatu kegiatan proyek, dengan kata lain
pengawas menerima petunjuk dari pemilik proyek dan perencana kemudian
disampaikan kepada pelaksana dan pelaksana menggunakan wewenangnya untuk
melaksanakan kegiatan pada proyek yang telah di tentuka oleh perencana.

2.9. Cara Mendapatkan Proyek

Cara mendapatkan proyek ini adalah melalui lelang pengadaan barang dan
jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Bener Meriah. Setelah
melalui pertimbangan dan syarat syarat yang telah di tentukan, dimana akhirnya
proyek ini dimenangkan oleh PT. RAPI ARJASAdengan nilai kontrak sebesar Rp.
1.200.000,000,- setelah pejabat pembuat komitmen menerangka perihal yang

17
harus dilaksanakan dan jumlah anggaran yang telah ditetapkan maka pejabat
pembuat komitmen membuat kontrak kerja yang di setujui oleh kedua belah
pihak.

2.10. Pelaksanaan di Lapangan

Pelaksana dilapangan dilaksanakan oleh PT. RAFI ARJASA dibawah


pengawasan Dinas Pekerjaan Umum, waktu pelaksanaan kegiatan proyek dimulai
pada tanggal 01 Agustus 2016. Dengan masa pelaksanaan kontrak 120 (seratus
dua puluh) hari kalender dan masa pemeliharaan selama 180 hari (seratus delapan
puluh) hari kalender.

Kelancaran pelaksanaan juga didukung oleh tenaga kerja dan bahan yang
tersedia, untuk kesinambungan pekerja dalam pelaksanaan di lapangan maka
kontraktror sebagai pelaksana harus membuat waktu pelaksanaan agar pekerjaan
selesai tepat pada waktu sesuai yang telah dijadwalkan. Untuk pelaksanaan
dilapangan maka disusunlah jadwal pekerjaan harian yang telah ditetapkan, hal ini
diperlihatkan pada susunan waktu sebagai berikut:
1. Pagi mulai jam 08.00 12.00 WIB.
2. Istirahat jam 12.00 13.00 WIB.
3. Siang mulai jam 13.00 17.00 WIB.

18
BAB 3

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

3.1. Umum

Untuk kelancaran suatu proyek adalah kewajiban bagi pelaksana untuk


mengatur langkah-langkah kerja setiap jenis pekerjaan. Hal ini menyangkut
tentang jadwal peralatan yang digunakan. Penempatan pekerja yang terampil dan
biaya pengeluaran sejak pekerjaan persiapan sehingga proyek ini terlaksana
dengan baik.
Pada pelaksanaan suatu kegiatan, pelaksanaan perlu menentukan dan
mengatur langkah-langkah setiap jenis pekerjaan diawal hingga selesainya
pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang disusun
berdasarkan jenis dan volume pekerjaan sehingga dapat menghasilkan mutu
pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Jenis pekerjan itu antara lain:
1. Pekerjaan persiapan.
2. Pekerjaan Tanah.
3. Pekerjaan pelebaran perkerasan dan bahu jalan.
4. Pekerjaan perkerasan berbutir.
5. Pekerjaan aspal.
6. Pekerjaan struktur.

19
3.2. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan sebagai upaya untuk menunjang kelancaran setiap


pekerjaan yang dibebani oleh instansi terkait, sehingga akan memudahkan
pelaksana dalam mengerjakan suatu proyek sehingga tercapai target yang telah di
tentukan yang mana pekerjaan ini meliputi diantaranya:

3.2.1. Pekerjaan Pengukuran

Sebelum pekerjaan dilaksanakan pelaksana terlebih dahulu melakukan


pengukuran atau pematokan (survei lapangan) guna untuk mengetahui elevasi
lapangan, jalan yang akan dikerjakan dan kuantitas volume yang akan dikerjakan.

1. Sebelum pekerjaan
Sebelum pekerjaan dilaksanakan pelaksana terlebih dahulu melakukan
pengukuran (survey lapangan) guna untuk mengetahui elevasi lapangan.
Panjang jalan yang akan dikerjakan dan kuantitas volume yang akan
dikerjakan. Sehingga mempermudah perencana untuk merencanakan dan
memperhitungkan apa - apa saja kebutuhan yang akan digunakan dalam suatu
kegiatan proyek dan untuk memperkirakan perhitungan yang yang akan di
masukkan ke dalam rancangan anggaran biaya sehingga tidak terlalu memakan
banyak biaya.

2. Pemasangan Patok

Pemasangan patok dilakukan supaya memudahkan pelaksana untuk


mengontrol dan mengawasi kegiatan dalam suatu proyek dan mempermudah
pelaksana untuk mengetahui berapakah panjang jalan yang akan dikerjakana
dilapangan.

3. Perlengkapan Direksi Ket

Perlengkapan direksi ket juga bisa digunakan sebagai gudang penyimpanan


material-material dan alat-alat pekerjaan, dan juga bisa digunakan sebagai
tempat konsultan dan kantor bagi pelaksana atau kontraktor di lapangan

20
Direksi Ket biasanya dibangun diatas tanah yang tidak dipergunakan ketika
proyek berlangsung ukuran untuk direksi ket bermacam-macam mulai dengan
ukuran 60 m2 hingga 200 m2 biasanya direksi ket ada yang bertingkat ataupun
hanya lantai dasar. Pembangunan direksi ket tergolong dalam kegiatan
persiapan sebelum proyek berlangsung. Dengan adanya direksi ket
memudahkan pengawasan dan kordinasi untuk kontraktor dan pengawas dalam
kegiatan proyek selain itu di dalam direksi ket terdapat contoh jenis material
yang akan digunakan dalam membangun proyek.
Bahan direksi ket pada umumnya terbuat dar playwood/triplek sebagai dinding.
tebal triplek yang digunakan bervariasi mulai dari 3 mm hingga 6 mm sesuai
kebutuhan biaya untuk direksi ket biasanya sudah tercantum dalam RAB.

4. Fasilitas dan Peralatan Laboratorium

Laboratorium adalah bangunan terpisah dan ditempatkan sedemikian rupa


sehingga mempunyai jarak tertentu dari peralatan konstruksi dan haruslah
bebas dari polusi dan getaran selama pengoperasian peralatan di lapangan
sehingga tidak mengganggu aktivitas kegiatan di laboratorium.

5. Papan nama Proyek

Papan nama proyek harus dipasang pada awal pelaksanaan pekerjaan atau STA
0+000 untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan tentunya juga sebagai
sumber informasi bagi masyarakat setempat mengenai proyek tersebut. Papan
nama proyek berisikan informasi tentang volume pekerjaan, sumber dana,
nama Pelaksana (kontraktor) serta tanggal mulai dan tanggal selesai Proyek.

3.3. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan tanah


didalam pekerjaan tanah ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain
adalah:

21
3.3.1. Timbunan Pilihan

Pekerjaan ini diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan apabila digunakan


pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan. Volume
timbunan pilihan pada proyek ini adalah timbunan pilihan terdiri dari bahan tanah
atau batu yang memenuhi ketentuan diatas timbunan biasa, kerikil lempung
bergradasi baik atau lempung pasiran yang memiliki plastisitas rendah dan
sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu dari maksud dan tujuan
penggunaanya dan memiliki CBR paling sedikit 10% berdasarkan hasil uji
laboratorium.

3.3.2. Penyiapan Badan Jalan

Pekerjaan ini mencakup penyiapan dan pemadatan permukaan tanah dasar


atau permukaan jalan lama untuk penghamparan lapis pondasi agregat dan lapis
pondasi jalan penutup aspal. Penggunaan Motor Grader untuk perbaikan bentuk
setelah pengapuran dan penambahan bahan baru. Sebelum pekerjaan dimulai
maka terlebih dahulu dilakukan pembentukan badan jalan atau penyiapan badan
jalan penyiapan badan jalan ini meliputi pekerjaan pembersihan badan jalan dari
sampah-sampah yang mungkin ada.

3.4. Pekerjaan Pelebaran Dan Perkerasan Bahu Jalan

Pekerjaan pelebaran dan perkerasan bahu jalan adalah pekerjaan yang


dilakukan untuk pekerjaan pada proyek pengaspalan Jalan Cendrawasih
Kabupaten Deli Serdang Meliputi:

3.4.1. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Volume Pekerjaan ini adalah Pekerjaan ini meliputi pemasokan, pemprosesan


pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di
atas permukaan yang telah direncanakan pada permukaan lapis pondasi agregat

22
tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air. Penghamparan
lapis pondasi agregat juga harus dilakukan sewaktu cuaca cerah tidak pada waktu
hujan dan setelah hujan. Agregat kelas B pada umumnya adalah mutu lapis
pondasi untuk lapisan bawah. Lapis pondasi kelas B juga untuk lapisan dibawah
lapisan beraspal dan diatas lapis pondasi agregat kelas B.

Agregat kasar yang berasal dari kerikil juga tidak kurang dari 100% berat
agregat kasar dan mempunyai paling sedikit satu bidang pecahnya baik digunakan
untuk lapis agregat kelas B dan tertahan pada penutup aspal. Lapis pondasi
agregat juga harus bebas dari bahan-bahan organik dan gumpalan lempung dan
bahan-bahan lainya yang tidak dikehendaki. Fungsi dari lapis pondasi bawah
ini antara lain yaitu:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda.
2. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
3. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
4. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
5. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

3.5. Perkerasan Berbutir

Perkerasan berbutir adalah perkerasasn yang menggunakan agregat berbutir,


pekerjaan pada proyek pengaspalan Jalan ini meliputi beberapa hal antara lain
adalaah:

3.5.1. Lapis pondasi Agreat kelas A

Volume pekerjaan ini adalah 15,45 M3 . Lapis pondasi Agregat kelas A ini
digunakan untuk pekerjaan peningkatan bagian badan jalan lama, pekerjaan ini
meliputi pemasokan, pemrosesan pengangkutan. Penghamparan pembasahan dan
pemadatan agregat bergradasi di atas permukaan yang telah direncanakan, pada

23
permukaan lapis pondasi agregat tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat
menampung air. Penghamparan Lapis pondasi agregat juga harus dilakukan
sewaktu cuaca tidak pada waktu hujan dan setelah hujan.

Agregat kelas A pada umumnya adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu
lapisan dibawah lapisan beraspal dan diatas lapis pondasi agregat kelas B. Agregat
kasar yang berasal dari kerikil tidak kurang dari 100% berat agregat kasar dan
mempunyai paling sedikit satu bidang pecahnya baik digunakan untuk lapis
agregat kelas A dan tertahan pada ayakan 4,75 mm. Seluruh lapis pondasi agregat
juga harus bebas dari bahan-bahan organik dan gumpalan lempung dan bahan -
bahan lainya yang tidak dikehendaki.

Menurut Dinas Bina Marga (1972) adapun persyaratan material yang


digunakan untuk lapisan ini yaitu kerikil pecah atau batu pecah, material yang
digunakan harus dari bahan yang bersih, keras, awet, bersudut tajam tidak banyak
bercampur dengan bentuk pipih atau memanjang serta tidak bercampur dengan
bahan yang dapat mempengaruhi kualitas atau kekuatan ikatnya.

Lapisan pondasi atas merupakan bagian dari lapisan yang langsung


mendukung lapisan penutup atau aspal diatasya, sehingga pengaruh muatan atau
lalu lintas yang melewati perkerasan tersebut masih sangat besar, oleh karena
persyaratan material yang digunakan lebih baik bila dibandingkan dengan lapisan
sub base yang terletak di bawahnya.

Fungsi dari lapis pondasi ini antara lain yaitu:


1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda.
2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
3. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.

3.6. Perkerasan Aspal

24
Adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya lentur
terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi
(sekitar 1000C). Perkerasan lentur menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar
yang dipadatkan melalui beberapa lapisan antara lain sebagai berikut:
a. Lapisan permukaan.
b. Lapisan Pondasi atas.
c. Lapisan pondasi bawah.
d. Lapisan tanah dasar.

Pekerjaan pengaspalan ini meliputi beberapa hal diantaranya meliputi:

3.6.1. Lapis Resap Pengikat Aspal Cair

Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada


permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis resap pengikat dihampar diatas permukaan yang bukan aspal
(misalnya lapis pndasi agregat). Bahan lapis resap pengikat adalah:
a. Aspal emulsi yang memenuhi ketentuan dan diencerkan dengan perbandingan
1 bagian air besih dan1 bagian aspal emulsi.
b. Aspal semen yag memenuhi ketentuan dan diencerkan dengan 25 sampai 30
bagian minyak tanah per 100 bagian aspal.

Volume pekerjaan lapis resap pengikat pada proyek ini adalah 1.552,41 liter
dan digunakan sebagai lapis resap pada pekerjaan penambahan badan jalan yang
rusak. Jenis takaran dan pemakaian untuk lapis resap pengikat ditujukan pada
Tabel 3.1.

Tabel 3.1: Jenis takaran lapis resap pengikat. (Dirjen Bina Marga, 1972)
TAKARAN (LITER PERMETER PERSEGI)

JENIS ASPAL Permukaan porous


Permukaan baru atau
Aspal lama yang licin dan tereskop cuaaca

Aspal cair 0.15 0.15 0,35


Aspal emulsi 0.20 0,20 0,50
Aspal emulsi yang direncanakan 1:1 0.40 0,40 1,00

25
Sebelum dilakukan penyemprotan yang akan diprime coat, seluruh
permukaan Base A dibersihkan dengan Compressor. Pembersihan dilakukan
untuk menghilangkan debu-debu yang berada pada permukaan dan membersihkan
sampah-sampah yang dapat merusak ikatan antara Aspal dan agregat Base A yang
telah di prime coat tidak boleh dilewati oleh kendaraan sebelum kering. AC-BC
baru dapat dilakukan setelah prime coat meresap sepenuhnya dalam lapisan
pondasi dan telah kering dan mengeras.

3.6.2. Pekerjaan Lapisan Aspal

Pekerjaan ini terdiri dari jenis pekerjaan lapisan aspal yaitu:

Laston Lapis Pengikat Aspal Beton ( AC BC )

Yaitu campuran aspal semen ( AC) digunakan diatas lapis aus aspal beton dan
berfungsi sebagai pengikat antara lapis aus dan lapis pondasi Base.

Tabel 3.2: Tebal Nominal Campuran Aspal (Dirjen Bina Marga, 1972)
Jenis Toleransi tebal (mm)
Tebal Minimal
Campuran Simbol Minimum (Cm)

Lapis Antara AC BC 6.0 5.0

Ada tiga jenis agregat yang terkandung dalam material aspal, yaitu:

a. Agregat Umum

Agregat yang digunakan harus sedemikian rupa agar aspal yang proporsinya
sesuai dengan perbandingan campuran. Penyerapan air oleh agregat maksimum
3 %.agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan
jalan, yaitu 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 85%

26
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lainsifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan
perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca.
Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:

Gradasi
Kebersihan
Kekerasan
Ketahanan agregat
Bentuk butir
Tekstur permukaan
Porositas
Kemampuan untuk menyerap air
Berat jenis, dan
Daya kelekatan terhadap aspal.

b. Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan adalah agregat yang tertahan pada ayakan
No. 8 ( 2,36 mm ) ysng dilakukan secara basah, bersih, keras, awet dan agregat
juga harus bebas dari lempung dan bahan yang tidak dikehendaki.

Agregat kasar dibedakan atas 2 macam, yaitu kerikil (dari batuan alam)
dan kricak (dari batuan alam yang dipecah). Menurut asalnya kerikil
dapat dibedakan atas kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai. Kerikil
galian baisanya mengandung zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir dan
zat-zat organik.

Kerikil sungai dan kerikil pantai biasanya bebas dari zat-zat


yang tercampur, permukaannya licin dan bentuknya lebih bulat. Hal ini
disebabkan karena pengaruh air. Butir-butir kerikil alam yang kasar akan
menjamin pengikatan adukan lebih baik.

27
Batu pecah (kricak) adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alam
yang dipecah, berukuran 5-70 mm. Panggilingan/pemecahan biasanya
dilakukan dengan mesin pemecah batu (Jaw breaker/ crusher).

Menurut ukurannya, kerikil/kricak dapat dibedakan atas:

a. Ukuran butir : 5 - 1 0 mm disebut kerikil/kricak halus.


b. Ukuran butir : 10-20 mm disebut kerikil/kricak sedang.
c. Ukuran butir : 20-40 mm disebut kerikil/kricak kasar.
d. Ukuran butir : 40-70 mm disebut kerikil/kricak kasar sekali.
e. Ukuran butir >70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop
(cyclopen concreten).

c. Agregat Halus

Material agregat halus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah
yang lolos ayakan NO. 8 (2,36 mm). Selain itu pasir juga dapat digunakan
dalam campuran aspal dengan presentase maksimum yang disarankan untuk
laston (AC) Adalah 15 %.

Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah


sebagai berikut:
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
b. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah
10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.

d. Bahan pengisi filler untuk campuran aspal

Bahan pengisi yang di tambahkan terdiri dari debu batu kapur (Limestone
dust), semen Portland, Abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis
laina dan semua bahan tersebut harus bebas dari kandungan organic, bebas dari

28
gumpalan dan kering. Kapur yang digunakan sebagai bahan pengisi yang
ditambahkan proporsi maksimumnya adalah 1,0 % dari berat total campuran
aspal.

e. Gradasi Agregat gabungan

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal harus memenuhi


persen batas terhadap berat agregat dan mempunyai jarak terhadap batas
toleransi campuran aspal.

f. Bahan aspal untuk campuran aspal

Bahan aspal yang dapat digunakan terdiri dari jenis aspal polimer dan
aspal yang dimodifikasi dengan asbuton yang memenuhi syarat dan campuran
yang dihasilkan juga harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan.

g. Bahan Aditif

Bahan aditif ini terbagi dua:

1. Bahan aditif untuk aspal


Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan kedalam bahan
aspal, persentase aditif yang dicampurkan kedalam bahan aspal serta waktu
pencampuranya harus sesuai dengan standard yang telah ditentukan dari
pabrik pembuatanya.

2. Bahan Aditif untuk campuran


Aditif yang digunakan untuk meningkatkan mutu campuran adalah salah
satu jenis Aspal alam butir yang memenuhi ketentuan dan penggunaanya
harus sesuai dengan pabrik pembuatanya. Persentase aspal yang aktual
ditambahkan kedalam campuran akan bergantung pada penyerapan agregat
yang digunakan.

29
BAB 4

PEKERJAAN YANG DIIKUTI SELAMA KEGIATAN


KERJA PRAKTEK DILAPANGAN

Kegiatan kerja praktek lapangan pada proyek peningkatan jalan Cendrawasih


kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dimulai pada tanggal 22 Agustus s/d
21 Oktober 2016. Adapun kegiatan kegiatan yang penulis ikuti selama kegiatan
kerja praktek adalah:

1. Lapis Pondasi Agregat Kelas B.


2. Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
3. Pekerjaan Lapisan Aspal.

4.1. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Pekerjaan lapis pondasi pada proyek pengaspalan Jalan Cendrawasih


Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang mencakup diantaranya, penyiapan

30
badan jalan pekerjaan bahu jalan dan pelebaran badan jalan lama. Pekerjaan ini
meliputi:

4.1.1. Proses Pengambilan Material

Material lapis pondasi agregat kelas B di ambil dari sungai Tuntungan


Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Waktu angkut memakan waktu
sekitar 90 menit dengan perjalanan menggunakan Dump Truck berkapasitas Bak 4
m3. Kuantitas pemasokan material selama satu hari dengan menggunakan dump
truck berkisar antara 60 Dump Truck yang artinya material yang dipasok ke lokasi
pengaspalan jalan setiap harinya bervolume sekitar 240 m3.

4.1.2. Proses Penghamparan Material

Pekerjaan penghamparan agregat lapis pondasi Kelas B menggunakan alat


Motor Grader. sebelum penghamparan, material sudah terlebih dahulu di
tempatkan dilokasi dan di hampar merata ke badan jalan. Penghamparan
dilaksanakan lebih dari satu kali lapisan dan diusahakan memiliki ketebalan yang
sama, tebal lapis pondasi agregat yang di rencanakan adalah 20 cm.

31
Gambar 4.1. Agregat kelas B yang sedang dituangkan

Gambar 4.2. Proses penghamparan material lapis pondasi agregat kelas B

4.1.3. Proses Pemadatan Material Kelas B

Pemadatan material Kelas B dilakukan dengan menggunakan Vibrator Roller


berkapasi 16 Ton. Setelah penghamparan dilakukan selesai dilakukan tiap lapis
harus segera dipadatkan menyeluruh. Pemadatan dimulai dari sepanjang tepi dan
sampai bekas roda mesin penggilas hilang. Dalam pelaksanaan vibrator Roller
bergerak 12 pasing untuk mendapatkan kepadatan yang diinginkan.

32
Gambar 4.3. Proses pemadatan material Kelas B menggunakan alat Tandem
Roller

4.1.4. Tes Pit Pondasi Kelas B

Tes Pit adalah tes yang yang dilaksanakan setelah selesainya penghamparan
dan pemadatan lapisan pondasi kelas B. Tes Pit bertujuan untuk mengetahui
ketebalan lapisan pondasi kelas B dan juga untuk mengetahui sudah benarkah
hasil pekerjaan dilapangan seperti yang sudah di rencanakan oleh pihak perencana
sehingga nantinya tidak akan ada komplin dari pihak Pejabat Pelaksana Teknis
kegiatan. biasanya tes pit dilakukan dengan menggali dua titik antara sisi kiri
badan jalan dan bagian kanan badan jalan dimulai dari sta 0+00 sampai STA akhir
penggalian dilakukan dengan jarak per 50 m pada setiap STA.

33
Gambar 4.4. Proses kegiatan Tes Pit pada lapisan pondasi kelas B

4.1.5. Tes Sand Cone

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan


menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang mempunyai
sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir
bebas. Pasir Ottawa yang digunakan adalah pasir yang lolos saringan no.10 dan
tertahan di saringan no.200. Metode ini hanya terbatas untuk lapisan atas tanah
(top soil) yaitu antara 10 15 cm.

Tes Sand Cone pada tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat
dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan. Satu hal yang penting

34
untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan (= berat isi
kering).

Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan
lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat
terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang
baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam
lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar
pondasi secara keseluruhan.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah di


lapangan secara langsung dengan membandingkan berat isi kering lapangan
dengan berat isi kering laboratorium.

1. Alat untuk mencari volume lubang tanah,antara lain:


Botol transparan kapasitas 4 ltr.
Corong kerucut 16.51 cm dengan kran.
Pelat ukuran 30.48 x 30.48 cm dengan lubang 16.51 cm di tengahnya.
Empat buah paku ukuran 5.
2. Timbangan dengan ketelitian 1 gr.
3. Palu, sendok, kuas, pahat.
4. Peralatan pemeriksaan kadar air diantaranya krus dan oven.
5. Pasir ottawa lolos saringan no.10 dan tertahan di saringan no.200.
6. Kontainer dan ember plastic.

4.1.6. Pelaksanaan Tes Sand Cone di Lapangan

a. Isi botol dengan pasir secukupnya lalu timbang dan catat.


b. Ember plastik ditimbang lalu catat beratnya.
c. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa.
d. Letakkan plat corong pada permukaan yang telah dikokohkan keempat
sisinya dengan paku.
e. Gali lubang sedalam 10 15 cm membentuk permukaan corong.
f. Tanah galian diletakkan di ember plastik kemudian timbang.

35
g. Letakkan botol dengan posisi terbalik pada plat dasar yang telah digali lalu
kran dibuka hingga pasir memenuhi lubang galian.
h. Timbang botol berisi sisa pasir.
i. Hitung berat pasir dalam lubang dengan cara mengurangkan berat pasir dalam
(lubang + corong) dengan berat pasir dalam corong yang telah ditimbang di
laboratorium.

Gambar 4.5. Proses kegiatan pelaksanaan Sand Cone lapisan pondasi kelas B

4.2. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Pada pekerjaan Lapis pondasi Agregat Kelas A ada tahapan - tahapan yang
harus di perhatikan, tahapan-tahapanpekerjaan lapis pondasi agregat kelas A pada
Lapis agregat kelas A adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
bawah dengan lapisan permukaan. Lapisan ini dibuat untuk menyempurnakan
kapasitas daya dukung beban. Material yang digunakan untuk lapisan ini adalah
yang cukup kuat dan memiliki CBR > 90%. Bahkan yang digunakan untuk

36
lapisan ini dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, yang merupakan material kelas
A baik yang berdiameter dan .

Lapisan ini dirancang sedemikian rupa sehingga akhirnya diperoleh


kestabilan struktur yang diperlukan untuk dapat menahan gaya vertikal dan
horizontal yang terjadi, disamping itu lapisan ini juga dibuat dengan kepadatan
yang cukup agar dapat menahan proses konsolidasi yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan pada badan jalan.

Pada tiap-tiap lapisan harus segera dipadatkan pada seluruh lebar hamparan
denganmenggunakan alat Vibrator Roller dengan lebih kurang 8 passing dimana
satu passing sama dengan satu kali pulang pergi pada bagian yang lurus, tebal dari
agregat kelas A ini adalah 20 cm, agar kepadatan yang diinginkan dapat tercapai
sesuai dengan yang telah diisyaratkan.

4.2.1. Proses Pengambilan Material Agregat Kelas A

Material lapis pondasi agregat kelas A diambil dari Sungai Tuntungan lama
angkut memakan waktu kurang lebih selama 180 menit perjalanan dengan
menggunakan dump truck berkapasitas bak 8 m3. Kuantitas pemasokan material
selama satu hari dengan menggunakan Dump Truck 22 Dump Truck yang
artinnya material setiap hari kerjanya bervolume 68 M3 .

4.2.2. Proses Penghamparan Material Kelas A

Penghamparan material pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A dengan


Menggunakan Motor Grader berkapasitas 125 HP. Sebelum penghamparan
material sudah ditempatkan dilokasi dan dihampar merata ke badan jalan.
Penghamparan dilaksanakan lebih dari satu kali lapisan dan diusahakan memiliki
ketebalan yang sama. Tebal lapis pondasi agregat yang direncanakan adalah 20
cm.

37
Gambar 4.6. Proses Penghamparan material kelas A

4.2.3. Proses Pemadatan Material Pondasi Kelas A

Pemadatan material kelas A dilakukan dengan menggunakan Vibrator


berkapasitas 16 Ton. Setelah penghamparan dilakukan selesai dilakukan tiap lapis
harus segera dipadatkan menyeluruh. Pemadatan dimulai dari sepanjang tepi dan
sampai bekas roda mesin penggilas hilang. Dalam pelaksanaan vibrator Roller
bergerak 12 pasing untuk mendapatkan kepadatan yang diinginkan.

Gambar 4.7. Proses pemadatan material agregat Kelas A

38
4.3. Pekerjaan Lapisan Aspal

Pekerjaan lapisan aspal ini terdiri dari jenis pekerjaan lapisan aspal yaitu
Laston Lapis pengikat aspal Beton (AC-BC) yaitu campuran aspal semen (AC)
digunakan diatas lapis aus aspal beton dan berfungsi sebagai pengikat antara lapis
aus dan lapis pondasi base.

Tabel 4.1: Nominal rancangan aspal dan toleransi (Dirjen Bina Marga, 1972)

Jenis Tebal Nominal Toleransi Tebal


Simbol
Campuran Minimum (cm) (mm)

Lapis Antara AC-BC 6.0 5.0

Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang berfungsi
sebagai penahan beban roda diatasnya secara langsung. Campuran aspal yang
digunakan terdiri dari agregat kasar yang memenuhi gradasi dan terdiri dari batu
pecah atau kerikil pecah, agregat halus dan pasir serta material aspal.

Kegiatan yang penulis ikuti pada pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi:
1. Lapis Resap Pengikat (prime coat).
2. Lapis Aus Asphalt Beton (AC-BC).

Alat - alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi
sebagai berikut:
1. Air Compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas, agar pengaspalan lapisan permukaan
menjadi bagus dan tidak mudah mengalami kerusakan. Pekerjaan
pembersihan debu ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada suatu
kendala, dalam pekerjaan ini Air Compressor di perlukan sebanyak 1 unit.
2. Asphalt Sprayer, digunakan sebagai prime coat yang menghamparkan aspal
cair bersuhu 160C sampai dengan 180C ketebalan aspal. Asphalt Sprayer
digunakan dalam proyek ini sebanyak 1 unit.

39
3. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi pengambilan
material ke lokasi perkerasan. Jumlah dump truck yang digunakan dalam
pekerjaan ini adalah 12 unit.
4. Asphalt Finisher, digunakan untuk menghamparkan dan meratakan agregat
aspaldi lokasi penghamparan. Jumlah Asphalt Finisher yang digunakan
sebanyak satu unit.
5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.

4.3.1. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC. Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan daya dukung
lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat atau hasil dari pengujian CBR tidak
boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan dibersihkan dengan menggunakan
air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt sprayer sehingga tidak
terdapat lagi sesuatu yang dapat mengurangi hasil maksimal yang diharapkan.

Tujuan dari prime coat ini yaitu :


1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas.
2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan
menjadi lebih keras.
3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC yang akan dihamparkan.

Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi atas
agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan tanah dasar
pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.

Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu membersihkan debu-


debu dan material yang lepas diatas pondasi atas dengan menggunakan mesin air
compressor. Pembersihan dinyatakan cukup apabila permukaan base course telah
bersih sehingga permukaan agregat telah jelas terlihat. Setelah lapisan permukaan
pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan prime coat.

40
Gambar 4.8. Proses membersihkan debu-debu dan material yang lepas diatas
pondasi atas dengan menggunakan mesin air compressor

Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi 60/70
sebanyak 30% dari keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor dengan kapasitas 150 2 /jam. Alat
ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah pemanasan mencapai 160C sampai
dengan 180C aspal cair baru bisa disemprotkan melalui pipa. Proses
penyemprotan prime coat dilakukan bertahap yaitu dengan memulainya setengah
dari lebar badan jalan terlebih dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian
baru dilanjutkan pada setengah lebar badan jalan tersisa.

Gambar 4.9. Proses penyemprotan prime coat dengan menggunakan alat Asphalt
Sprayer distributor

41
Pekerjaan prime coat dinyatakan selesai setelah memenuhi syarat-syarat
antara lain:
1. Penyiraman yang merata, sehingga tidak ada tempat yang kelihatan lapisan
base.
2. Tidak ada lapisan prime coat yang lepas akibat dilalui kendaraan atau
orang yang berjalan kaki.
3. permukaan prime coat tidak kotor oleh debu atau kotoran lain.

Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata
sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24 jam
setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal panas prime coat tersebut
diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah kering harus di
compressor lagi agar debu dan air yang ada pada badan jalan hilang.

4.3.2. Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada bagian
teratas dari pondasi atas.

Tujuan dari pemberian lapisan AC-BC adalah:


1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya
tidak meresap kelapisan bawahnya yang akan melemahkan lapisan-lapisan
tersebut.
2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya sehingga
dapat dipikul oleh lapisan lain.
3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan.

Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP dan
suhu sewaktu dibawa dari AMP antara 140C -160C. Setibanya di lapangan
secara perlahan - lahan dituangkan ke bak mekanis Asphalt Finisher untuk
dihamparkan pada permukaan base course yang telah di prime coat sebelumnya.
Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140C-150C, dengan tebal
penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan 20% -25%) untuk mencapai

42
ketebalan aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan
yang terdapat pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher.
Penghamparan dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan
jalan Asphalt Finisher 90 m/jam.

Gambar 4.10. Proses penuangan aspal ke bak mekanis Asphalt Finisher

Gambar 4.11. Proses penghamparan aspal pada permukaan base course yang telah
diprime coat

43
Gambar 4.12. Proses penggukuran ketebalan aspal

Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah


agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110C-125C.
saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau
kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan menggunakan
sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan alat Tandem Roller (kapasitas
8-10 ton) sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8 km/jam.

Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah pemadatan


tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada temperatur hamparan
yang sudah digilas pada tahap pertama telah menurun antara 80C-90C.
penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang beratnya 10-20 ton), dengan
kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama dan
tujuan dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi
dan akhirnya kebagian tengah.

Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah pemadatan


tahap kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan dengan tandem roller
(kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan kecepatan 5-8 km/jam.

Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak
terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira dapat dapat menutup
keadaan cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan maka
kekuatan yang diinginkan.

44
Gambar 4.13. Proses pemadatan aspal dengan menggunakan alat Tandem Roller

Gambar 4.14. Proses pendinginan suhu aspal

Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang perlu
dikontrol yaitu:

1. Tebal penghamparan aspal, ketebalan penghamparan rata-rata 6,2 cm setelah


pemadatan akan diharapkan menjadi 5 cm. Berdasarkan literatur faktor
pemadatan dari lepas kepadat adalah 1,2 cm, dengan demikian faktor
pemadatan sebesar 1,2 cm ditambah tebal pemadatan 5 cm, maka didapat
penghamparan sebelum dipadatkan 6,2 cm Dengan demikian penebaran

45
memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ketebalan pada saat dilakukan dengan
cara menusuk-nusuk aspal segera setelah penghamparan oleh asphalt finisher,
dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm. Pemeriksaan terhadap
kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan dilakukan melalui
pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau pengambilan sample
dilakukan setiap jarak 50 meter.

2. Kemiringan tranversal (kemiringan melintang jalan), kemiringan tranversal


diatur melalui alat penyetel yang berada pada bagian samping belakang asphalt
finisher. Akan tetapi harus diperiksa kembali oleh petugas dengan
menggunakan waterpass. Caranya adalah dengan menggunakan mistar yang
panjang dan kemiringan disesuaikan dengan lebar dan kemiringan melintang
jalan.

46

Anda mungkin juga menyukai