1102016080
Sasbel
LO.1. Memahami dan mempelajari kesetimbangan asam basa
1.1 Defenisi Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi asam
akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah yang sangat banyak ternyata
konsentrasi ion hidrogen tetap dipertahankan pada kadar rendah 40 5 nM atau pH 7,4.
Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim sangat peka
terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus berlangsung aktif dan secara terus
menerus karena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya asam-basa secara
terus menerus 9asam karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, asam sitrat, ion
amonium, asam asetoasetat, -hidroksibutirat).
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga
sistem, yaitu ; sistem Dapar (Buffer), sistem Paru, dan sistem Ginjal.
Prinsip pengaturan kesimbangan asam-basa oleh sistem dapar (Buffer) adalah
menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat amfoterik dan tidak melakukan eliminasi
(proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal).
Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang kinerja sistem buffer adalah dalam
mengatur sekresi, ekskresi, absorbsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer
tambahan (fosfat dan amonia) Kedua prinsip pengaturan ini bertujuan untuk
mempertahankan pH darah rentang 7,35-7,45.
Mekanisme tubuh melindungi dampak perubahan pH terdiri dari dua tahap. Pertama,
jangka pendek, melalui pengaturan sistem dapar. Kedua, jangka panjang, kelebihan asam
atau basa dieliminasi melalui paru dan ginjal.
1.2 Mekanisme
Mekanisme Biokimia dan Fisiologi Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan antara ion [H + ]
bebas dan [HCO3 ] dalam cairan tubuh sehingga pH darah 7,35 7,45 atau keseimbangan tubuh
yang harus dijaga kadar ion [H + ] bebas dalam batas normal maupun pembentukan asam
maupun basa terus berlangsung dalam kehidupan.
Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim sangat peka
terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus berlangsung aktif dan secara terus menerus
karena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya asam dan basa secara terus
menerus (asam karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, asam sitrat, asam asetoasetat,
ion ammonium, -hidroksibutirat).
Karena ion [H + ] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yang
mempengaruhi [H + ] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu :
a) Lebihnya kadar [H + ] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
Pembentukan H2 CO3 yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3
Katabolisme zat organik
Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik
lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]
b) Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh
Bervariasi tergantung dari:
Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkan
dengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan
HCO 3.
Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan
banyak CO2 sehingga pH turun
Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga
berat sehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun
Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga sistem,yaitu:
1. Sistem buffer
2. Sistem respiratorik (sistem paru)
3. Sistem metabolik (sistem ginjal)
1. Sistem buffer
Sistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat
menahan perubahan pH.Sistem buffermerupakan larutan yang mengandung asam dan basa
konjugasinya.
Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika
dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan
oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H+ dalam darah karena
rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan kadar [H+] sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan
ion H+ dengan mensekresikan ion H+ dan menambahkan HCO 3 baru dalam darah karena
memiliki dapar fosfat.
Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat
Sistem buffer hemoglobin
Sistem buffer protein
Sistem buffer fosfat
Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki
keterbatasan, yaitu :
Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2
Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal.
Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.
Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat
Sistem buffer ini merupakan suatu komponen yang paling penting pada pengaturan pH
cairan ekstraseluler.Sistem buffer bikarbonat merupakan sistem buffer istimewa, sistem
buffer tetap merupakan sistem buffer terbaik pada pH 7.4 walaupun Pka nya 6.1, karena
dapat mengeluarkan CO2 melalui paru dan jumlahnya banyak. Tubuh mempertahankan
sistem buffer bikarbonat ini dengan pengaturan kadar karbondioksida di paru dan
bikarbonat di ginjal.
H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3-
CO2 bereaksi dengan H2O membentuk H2 CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi ion
hidrogen dan ion bikarbonat melalui reaksi reversibel. Bila terjadi peningkatan ion
hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk asam
karbonat.Berarti dalam hal ini ion bikarbonat bertindak sebagai basa lemah yang
menerima kelebihan ion hidrogen. Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami
disosiasi menjadi CO2 dan air, dan CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui paru.
Sistem buffer hemoglobin
Buffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel darah
merah. Hb dapat berfungsi sebagai buffer karena mengandung residu histidin, yaitu
asam amino yang dapat berikatan secara reversibelion hidrogen, menghasilkan Hb
bentuk berproton dan tidak berproton.
Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadi
karbonat karena didalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses
pengikatan terjadi dengan cepat karena CO2 berdifusi cepat melintasi membran sel
darah merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan
pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.
Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan hemoglobin. Hb penting
untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2 dan sebagai sistem buffer
yang kuat.
Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut
berperan mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai
cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses
pengaturan melalui sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus
melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
(Guyton, 2008)
2. Sistem respiratorik (sistem paru)
Sistem pernapasan berperan penting bagi keseimbangan asam-basa karena
kemampuannya mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan
ekskresi CO2 penghasil H + yang diatur oleh konsentrasi H + arteri.
Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistem
penyangga fisiologis. Seluruh tenaga penyangga sistem pernapasan adalah 1 atau 2 kali
lebih besar daripada tenaga penyangga kimia.
Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2 mmol/liter CO2 yang terlarut dalam cairan
ekstraseluler yang sama dengan 40mmHg PCO2 . Bila pembentukanCO2 metabolik
meningkat, cairan ekstraselulerPCO2 juga meningkat.
Jika konsentrasi H + meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks terangsang
untuk meningkatkanCO2 ventilasi paru-paru yang mengakibatkan kedalaman nafas
meningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga jumlah H2 CO3 yang
ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena CO2 membentuk asam,
pengeluaran CO2 pada dasarnya adalah pengeluaran asam dari tubuh. Jadi, pH tubuh dapat
kembali ke pH normal. Jadi, peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH. Begitu pula sebaliknya.
Konsentrasi ion hidrogen juga berpengaruh terhadap kecepatan ventilasi alveolus.
Sewaktu kecepatan alveolus menurun karena disebabkan oleh peningktan pH dan
penurunan konsentrasi hidrogen, jumlah oksigen yang ditambahkan ke dalam darah
menurun dan tekanan parsial oksigen di dalam darah juga menurun sehingga memberikan
efek merangsang kecepatan ventilasi.
Paru-paru sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi H + plasma. Setiap hari,
paru-paru mengeluarkan H + yang berasal dari asam karbonat dari cairan tubuh , lebih
banyak daripada jumlah yang dikeluarkan oleh ginjal.
Sistem pernapasan juga dapat menyesuaikan jumlahH + yang ditambahkan ke cairan tubuh
dari sumber sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan pH ke arah normal apabila
terjadi fluktuasi konsentrasiH + dari sumber-sumber asam non-karbonat.
Pengaturan oleh sistem pernapasan bekerja dengan kecepatan sedang dan hanya aktif
berperan jika sistem penyangga kimiawi saja tidak mampu meminimalkan perubahan
konsentrasi H + . Jika kelainan non-respiratorik mengubah konsentrasi H + , sistem
pernapasan hanya akan dapat mengembalikan pH 50-75% dari normal karena gaya
pendorong yang mengatur respon ventilasi kompensatorik lenyap apabila pH bergeser ke
arah normal.
Jika perubahan konsentrasi H + , terjadi akibat fluktuasi konsentrasi CO2 yang timbul dari
gangguan pernapasan, mekanisme pernapasan sama sekali tidak dapat berperan
mengontrol pH.
4. Diabetes Melitus
Disebabkan oleh tidak adanya sekresi insulin oleh pankreas (diabetes tipe I) atau
insufisiensi sekresi insulin untuk mengompensasi penurunan sensitivitas efek insulin
(diabetes tipe II). Keadaan dengan insulin yang tidak cukup, menghalangi penggunaan
gluosa dalam metabolisme secara normal. Sebaliknya, beberapa lemak dipecah
menjadi asam asetoasetat, asam ini di metabolisme oleh jaringan untuk menghasilkan
energi menggantikan glukosa. Pada DM yang berat, kadar asam asetoasetat darah
yang meningkat sangat tinggi, shingga menyebabkan asidosis metabolik yang berat.
5. Penyerapan asam
Jarang sekali sejumlah besar asam diserap dari makanan normal. Akan etapi, asidosis
metabolik yang berat kadang-kadang disebabkan oleh penyerapan racun asam
tertentu. Beberapa racun tersebut antara lain : asetilsalisilat (aspirin) dan metil alkohol
(yang membetuk asam format saat di metabolisme)
Alkalosis
1. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali.
Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan)
dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
2. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan
rasa gatal disekitar bibir dan wajah.
Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Asam kuat
Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi sempurna di dalam air. HCL dalam
air akan berdisosiasi seluruhnya menjadi ion H+ dan ion Cl- . Selanjutnya, ion H+ yang
terbentuk akan diikat oleh molekul air.
HCl + H2O H+ + Cl-
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Basa Lemah
Basa lemah adalah basa yang hanya terdisosiasi sebagian di dalam air atau suatu
persenyawaan yang bergabung tidak sempurna dengan ion H+ di dalam larutan air.
Basa Kuat
Basa kuat adalah persenyawaan yang berdisosiasi secara sempurna dalam
larutan air. NaOH dalam air akan terdisosiasi seluruhnya menjadi ion Na+ + OH- . Ion
OH- yang terbentuk akan bereaksi dengan ion H+ dari air.
NaOH + H+ Na+ + OH
NaOH + H+ Na+ + H2O
B. Klasifikasi Asam Basa berdasarkan jumlah ion H+
Monoprotik
Asam dan basa yang dapat melepaskan satu ion H+ atau OH-(dikenal juga dengan
ionisasi primer).
Contoh :
Asam monoprotik : HCl, HNO3, CH3COOH, dll
Basa monoprotik : NaOH, KOH, dll
Diprotik
Asam dan basa yang dapat melepaskan dua ion H+ atau OH-(dikenal juga dengan
ionisasi sekunder).
Contoh :
Asam diprotik : H2SO4, H2CO3, H2C2O4, dll
Basa diprotik : Ca(OH)2, Mg(OH)2, dll
Poliprotik
Asam dan basa yang dapat melepaskan 3 atau lebih ion H+ atau OH- (dikenal juga
dengan ionisasi tersier).
Contoh :
Asam poliprotik : H3PO4
C. Klasifikasi Asam - Basa berdasarkan sumbernya di dalam Tubuh
Asam Volatil
Suatu jenis asam yang dapat menguap. Sumber utama asam volatil di dalam
tubuh adalah karbondioksida (CO2). CO2 merupakan hasil metabolisme oksidasi
(aerobik) dari lemak, karbohidrat, dan beberapa protein. CO2 dibentuk di dalam sel saat
pembentukan ATP pada respirasi sel. Setiap hari dihasilkan CO2 sebanyak 10.000 sampai
24.000 mmol sebanding dengan 10.000 sampai 24.000 mmol H+ = 10 24.000.000.000
mmol H+ .
CO2 tidak mengandung ion hidrogen. CO2 bereaksi dengan air (reaksi hidrasi)
membentuk asam karbonat. Asam karbonat yang terbentuk berdisosiasi menjadi ion
hidrogen dan ion bikarbonat ( CO2 + H2O H+ + HCO3- . Hampir semua CO2 diubah
menjadi H2CO3. Reaksi CO2 dan H2O menjadi H2CO3 terjadi secara cepat di dalam el
tubuh karena peran enzim anhidrase karbonat yang terdapat di dalam sitoplasma sel darah
merah, hepatosit, sel tubuli ginjal, dan sel parietal lambung.
Asam karbonat disebut sebagai asam volatil karena CO2 dapat dikeluarkan
melalui paru. Dalam keadaan normal, sebagian besar CO2 dieliminasi paru dan hanya
sebagian kecil CO2 yang di- buffer (bukan oleh buffer asam karbonat- bikarbonat). Di
paru, H2CO3 akan berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O, selanjutnya CO2 mengalami proses
difusi ke alveoli.
3.2 kadar
Kadar normal pH tubuh
1. Cairan getah lambung pH 1,0 2,0
2. Urine pH 4,8 7,5
3. Saliva (air liur) pH 6,5 6,9
4. Darah pH 7,35 7,45
Indikator Alami
Cara lain untuk mengidentifikasi sifat asam atau basa suatu zat dapat menggunakan
indikator alami. Berbagai bunga yang berwarna atau tumbuhan, seperti daun, mahkota
bunga, kunyit, kulit manggis, dan kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator asam
basa. Ekstrak atau sari dari bahan-bahan ini dapat menunjukkan warna yang berbeda dalam
larutan asam basa.
Fenolftalein
Fenolftalein merupakan indikator lain yang biasa digunakan. Hingga beberapa tahun yang
lalu, fenolftalein digunakan sebagai zat aktif pada obat pencahar. Fenolftalein jernih dan
tidak berwarna di dalam larutan asam dan akan berwarna merah muda di dalam larutan
basa. Indikator ini biasanya digunakan dalam proses titrasi, yaitu proses penentuan
konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui berdasarkan reaksi dengan basa atau asam
yang telah diketahui konsentrasinya.
Sebagai contoh, misalkan kita ingin menentukan konsentrasi molar larutan HCl yang belum
diketahui. Mula-mula, kita masukkan larutan HCl tersebut dengan volume yang telah
diketahui (misalkan digunakan 25 mililiter yang diukur dengan tepat menggunakan pipet)
ke dalam labu erlenmeyer dan kemudian tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein
(disingkat pp). Oleh karena kita menambahkan indikator pp ke dalam larutan asam, larutan
tersebut tetap jernih dan tidak berwarna. Selanjutnya, kita menambahkan sedikit demi
sedikit larutan standar natrium hidroksida (NaOH) yang telah diketahui konsentrasinya
(misalkan kita gunakan larutan NaOH 0,10 M) dengan buret. Larutan basa terus
ditambahkan sehingga larutan yang dititrasi berubah menjadi merah muda. Kita menyebut
kondisi ini sebagai titik akhir titrasi, titik saat asam secara tepat ternetralisasi oleh basa.
Indikator Universal
Indikator Universal dapat membedakan larutan asam dan basa serta mengetahui harga
pHnya. Indikator Universal dapat dalam bentuk cairan maupun kertas. Cara kerja indiator
ini adalah dengan mencocokkan perubahan warna kertas indikator pada tabel warna
indikator universal.
Sumber :
Price, Sylvia Anderson (2006), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
edisi 6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.
Sherwood, Lauralee (2004), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2, Jakarta, EGC.
Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi (2009), Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Ed.5, Jakarta, Interna Publishing.
Sukmariah M, Karmiati A (1990), Kimia Kedokteran edisi 2, Binarupa Aksara, Jakarta.
Ganong, WF, (2007), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari
Widjajakusumah, Jakarta, EGC.
Saifuddin, M, dkk. (2008), Gangguan Kesimbangan air-elektrolit dan asam-basa
edisi II. Jakarta, FKUI.
Guyton, Arthur c, dkk. (2008), Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta, EGC
Hendra,utama.2013.GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR-ELEKTROLIT DAN ASAM-
BASA ed.2 . Jakarta : balai penerbit FKUI