Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ASKEP PADA LANSIA DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN KATARAK , Penulisan makalah ini
di maksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sistem
neurobehaviour.

Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
penulis hadapi. Hal ini di sebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih banyak kekurangan dari segi isi
maupun pembahasan. Walaupun demikian penulis telah berusaha untuk dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan semaksimal mungkin.

Pada kesempatan kali ini pula, izinkan penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu memberi
petunjuk, pengarahan, bimbingan serta saran-saran positif serta konstruktif hingga
terwujudnya makalah ini. Terima kasih dan penghargaan yang tertinggi, penulis
haturkan kepada Semua rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu
penyusunan Makalah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu pesatu.

Akhir kata Penulis berharap semoga pihak yang telah membantu penulis
dengan keikhlasan dan keridhoannya mendapatkan limpahan rahmat dan pahala
yang berlipat, dan semoga karya yang masih jauh dari Sempurna ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan
pada umumnya.

Pontianak, Oktober 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Tujuan ..................................................................................................................... 4
1. Tujuan umum ...................................................................................................... 4
2. Tujuan khusus ..................................................................................................... 4
C. Manfaat ................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 6
A. Definisi.................................................................................................................... 6
B. Klasifikasi Katarak.................................................................................................. 6
C. Etiologi.................................................................................................................... 6
D. Patofisiologi ............................................................................................................ 7
E. Manifestasi Klinis ................................................................................................... 9
F. Stadium pada katarak .............................................................................................. 9
G. Komplikasi ............................................................................................................ 10
H. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................ 10
I. Penatalaksanaan .................................................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................. 12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................... 12
A. Pengkajian ............................................................................................................. 12
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 13
C. Intervensi............................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan tentang kondisi
kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010
terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, sebanyak 60 % berada di negara
miskin atau berkembang seperti Indonesia. Indonesia berada diurutan ketiga
di dunia dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47 % menurut catata
WHO (Depkes RI, 2011)
Data Departemen Kesehatan RI tahun 2011 menyebutkan jumlah penderita
katarak di Indonesia mencapai 2,4 juta orang. Pertambahan penderita katarak
setiap tahun sekitar 240 ribu. Pertumbuhan penderitanya sudah melebihi
angka 1% dari jumlah penduduk. Sebanyak 2,4 juta penderita katarak paling
banyak berada di daerah pesisir pantai, baik di Jawa maupun luar Jawa. Salah
satu penyebab tingginya penderita katarak di Indonesia dipengaruhi oleh
keadaan alam dimaana Indonesia adalah negara yang tropis, sehingga jumlah
sinar matahari yang cukup banyak menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di Wilayah Asia Tenggara. Hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak
yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang
hanya 80.000 orang per tahun. Kondisi ini mengakibatkan jumlah katarak
yang cukup tinggi (Depkes, 2011).
Pengertian katarak sendiri adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),
denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua duanya. ( La Ode,
2012 ).
Terjadinya kesenjangan antara penderita katarak dengan jumlah penderita
yang dioperasi dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan secara baik
pada penderita katarak. Kekurangpahaman tersebut bisa disebabkan
kurangnya akses informasi mengenai penyebab dan pengobatan katarak, dan
bila informasi tersebut telah tersedia pun, pasien katarak tidak tahu kemana
mencari tempat layanan pembedahan katarak. Hal tersebut, menyebabkan
penderita katarak terlambat berobat, yang akhirnya membuat gangguan
penglihatan yang sebenarnya reversible menjadi kadaluwarsa, sehingga
sampai saat ini masih banyak ditemukan kasus kebutaan karena katarak yang
tidak dioperasi.
Kurangnya pengetahuan secara baik pada penderita katarak khususnya
lanjut usia juga berdampak pada sikap yang kurang baik, artinya lanjut usia
akan merasa takut mengenai proses operasi katarak apabila dilakukan. Lansia
merasa bahwa operasi katarak tidak selalu dapat mengembalikan kondisi mata
secara normal. Sikap yang ada pada penderita katarak lansia ini juga dapat
mempengaruhi dalam hal screening, diagnosis, serta pengelolaan katarak.
Permasalahan lain dialami lanjut usia berkaitan dengan sikap tentang
operasi katarak adalah tingkat ekonomi. Kondisi fisik lanjut usia yang
menurun menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang
produktif. Hal tersebut merupakan permasalahan tersendiri seperti dalam
melakukan pemeriksaan kesehatan katarak atapupun kemampuan membiayai
operasi katarak dan perawatan pasca operasi katarak.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan sistem penglihatan yaitu katarak

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari katarak
b. Untuk mengetahui etiologi katarak
c. Untuk mengetahui patofisiologi katarak
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis katarak
e. Untuk mengetahui stadium pada katarak
f. Untuk mengetahui komplikasi pada katarak
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada katarak
h. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan katarak

C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca khususnya
mahasiswa di bidang keperawatan dapat memahami konsep Asuhan
keperawatan pada lansia tentang gangguan penglihatan yaitu katarak.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani kataarrhakies yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia , katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi
protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. (kapita selekta jilid 1)
dalam (La Ode, 2012).
Katarak menurut WHO (World Health Organization) adalah kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk kedalam mata.

B. Klasifikasi Katarak
Menurut Sarif La Ode, katarak dapat dibagi menjadi:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan generatif
2. Katarak kongenital, juvenil dan senil
3. Katarak komplikata
4. Katarak traumatik
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam:
1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun dan
dibawah40 tahun
3. Katarak persenil, yaitu katarak sesudah 30 40 tahun
4. Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40
tahun.

C. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun
keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
1. Faktor keturunan
2. Cacat bawaan sejak lahir (congenital)
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
5. Gangguan metabolisme seperti DM (diabetes melitus)
6. Gangguan pertumbuhan
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup
lama
8. Rokok dan alkohol
9. Operasi mata sebelumnya
10. Trauma (kecelakaan) pada mata

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah
kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi cokelat kekuningan.
Disekitar opsitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik
dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transpraransi.
Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya: dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influis air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat di sebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang
ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital
dan harus di identifikasiawal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultra
violet B, obat obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti
oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak
merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan
kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak
dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan
mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas
di akibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa
yang baru di produksi di kortek, serat lensa di tekan menjadi sentral. Serat
serat lensa yang padat lama lama menyebabkan hilangnya transparansi
lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai
penyebab katarak di atas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa
mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan
bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan
lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya.
Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea di halangi oleh lensa
yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang
sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan
yang berkabut. Pada katarak yang tidak di terapi, lensa mata menjadi putih
susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien
mengaalami kesulita dalam membedakan warna.

E. Manifestasi Klinis
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Sangat peka terhadap sinar atau cahaya (silau).
3. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata.
4. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca.
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pada katarak senilis biasanya memiliki gejala berupa keluhan penurunan
tajam penglihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara
progresif). Penglihatan seakan-akan melihat asap / kabut dan pupil mata
tampak berwarna keputihan. Apabila katarak telah mencapai stadium matur
lensa akan keruh secara menyeluruh sehingga pupil akan benar-benar tampak
putih.

F. Stadium pada katarak


Terjadinya Katarak terdiri atas beberapa stadium.
1. Katarak insipien
Stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang
masih jernih.
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa menyerap air.
3. Katarak matur
Katarak yang telah mengenai seluruh bagian lensa.
4. Katarak hipermatur
Katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa mengecil, berwarna kuning dan kering serta terdapat
lipatan pada kapsul lensa

G. Komplikasi
Komplikasi yang biasa muncul yaitu:
1. Nistagmus
2. strabismus

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina
2. Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma
3. Pengukuran Tonografi: TIO (12 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
glukoma
5. Tes Provoaktif: menentukan adanya/tipe glukoma
6. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan
7. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi
8. Tes toleransi glukosa: kontrol DM

I. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan
pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa
sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992) dalam
(La Ode, 2012).
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat
sampai titik dimana pasien melakukan aktifitas hidup sehari-hari, maka
penanganannya biasanya konservatif. Pentingnya dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi,
menyetir mobil dan kemampuan bekerja sangat penting untuk menentukan
terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada
orang berusia lebih dari 65 tahun. Sekarang ini, katarak paling sering
diangkat dengan anastesi lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien
perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan
yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak:
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktifitas normal pasien atau
katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan
terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Nyeri
b. Mual
c. Diaporesis
d. Riwayat jatuh sebelumnya
e. Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f. Sistem pendukung, lingkungan rumah
3. Data Obyektif
a. Perubahan tanda-tanda vital
b. Respon yang lazim terhadap nyeri
c. Tanda tanda infeksi
1) Kemerahan
2) Edema
3) Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
5) Zat purulen
6) Peningkatan suhu tubuh
7) Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil
pemeriksaan kultur sensitivitas abnormal
d. Ketajaman penglihatan masing masing mata
e. Cara berjalan, riawayat jatuh sebelumnya
f. Kemungkinan penghalang lingkungan seperti:
1) Kaki kursi, perabot yang rendah
2) Tiang infus
3) Tempat sampah
4) Sandal
g. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d interupsi jaringan tubuh
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder
terhadap interupsi permukaan tubuh
3. Resiko tinggi terhadap cedera b/d keterbatasan penglihatan, berada di
lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman
persepsi karena pelindung mata
4. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d
kurang aktifitas yang di izinkan, obat obatan, komplikasi dan perawatan
lanjutan.

C. Intervensi
Diagnosa 1
1. Tujuan: nyeri teratasi
2. Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan
penghilangan setelah intervensi
3. Intervensi
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang
efektif
b. Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah
pembedahan
c. Lakukan tindakan penghilangan nyeri non invasif atau non
farmakologik, sebagai berikut:
1) Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah ubah antara
berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak di operasi
2) Distraksi
3) Latihan relaksasi
d. Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang
diresepkan
Diagnosa 2
1. Tujuan: infeksi tidak terjadi
2. Kriteria hasil: klien menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi
3. Intervensi
a. Tingkatkan penyembuhan luka
1) Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan
cairan yang adekuat
2) Intruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama
setelah operasi atau sampai diberitahukan
b. Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata
1) Cuci tangan sebelum memulai
2) Pegang alat penetes agak jauh dari mata
3) Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan alat
penetes
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya
c. Kaji tanda dan gejala infeksi
1) Kemerahan, edema pada kelopak mata
2) Infeksi konjungtiva ( pembuluh darah menonjol )
3) Drainase pada kelopak mata
4) Peningkatan suhu
5) Nilai laboratorium abnormal (misal peningkatan SDP, hasil kultur
dan sensitivitas positif)
d. Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahitan (misal:
anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata
pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).
Diagnosa 3
1. Tujuan: cedera tidak terjadi
2. Kriteria hasil: klien tidak mengalami cedera atau trauma jaringan selama
dirawat
3. Intervensi
a. Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba
b. Modifikasi lingkungan untuk meghilangkan kemungkinan bahaya
1) Singkirkan penghalang dari jalur berjalan
2) Singkirkan sedotan dari baki
3) Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna
c. Tinggikan pengaman tempat tidur, letakkan benda dimana klien dapat
melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh
d. Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk
kemungkinan bahaya, seperti:
1) Karpet yang tersingkap
2) Kabel listrik yang terpapar
3) Perabot yang rendah
4) Binatang peliharaan
5) Tangga
Diagnosa 4
1. Tujuan: inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi
2. Kriteria hasil: berkaitan dengan rencana pemulangan
3. Intervensi:
a. Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan
1) Membaca
2) Menonton televisi
3) Memasak
4) Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
5) Mandi siram atau mandi di bak mandi
b. Hindari aktifitas seperti:
1) Berbaring pada sisi yang di operasi
2) Membungkuk melewati pinggang
3) Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg
4) Mandi
5) Mengedan selama defekasi
c. Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan
menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai
hari pertama setelah operasi
d. Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat obatan yang
diresepkan
1) Nama, tujuan dan kerja obat
2) Jadwal, dosis (jumlah dann waktu)
3) Teknik pemberian
4) Instruksi atau kewaspadaan khusus
e. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala
berikut:
1) Kehilangan penglihatan
2) Nyeri pada mata
3) Abnormalitas penglihatan, misalnya: kilasan cahaya atau mengeras
4) Kemerahan, drainase meningkat, suhu meningkat
f. Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang
mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan
bola kapas yang di lembabkan dengan larutan irigasi mata)
g. Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat dengan jadwal
yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan
waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang
h. Sediakan instruksi tertulis pada waktu klie pulang

Anda mungkin juga menyukai