Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan dri jurnal kesehatan The Lancet menyebutkan bahwa 7000 bayi
menigga dunia setiap harinya dan 98% terjadi dinegara Negara miskin.
Negara yang paling tinggi kasus kematian ibu dan bayi adalah di Negara-
negara Sub- sahara Afrika dan Asia Selatan. Angka kematian bayi setiap
tahun di seluruh dunia lebih dari 9 juta bayi meninggal pada periode
perinatal, termasuk 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal.
Angka kematian bayi di Negara berkembang adalah 50 per 1000 kelahiran
hidup.1

Angka Kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi.


Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007, pada
tahun 1990 angka kematin bayi adalah sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup
dengan jumlah penduduk sebanyak 205.9 juta penduduk. Pada tahun 2007,
angka kematian bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah
penduduk sebanyak 231 juta penduduk. Walaupun angka ini lebih rendah
dari tahun 1990, penurunan ini masih jauh dari target Millenium
Development Goals (MDG) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi tertinggi di
Indonesia terletak pada kejadian asfiksia dan urutan kedua keajadian BBLR.
Kejadian BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran premature dan
pertumbuhan janin terlambat. Persalinan prematuritas kejadian berbahaya
karena potensial meningkatkan kematian perinatal yaitu sebesar 65-75%.2

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2007,


kabupaten/kota dengan persentase Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
tertinggi adalah kota Tanjung Balai sebesar 4,88% pada tahun 2007.3
2

Berdasarkan persentase BBLR di Sumatera Utara sebesar 0,99% maka


dalam hal ini peneliti akan meneliti karakteristik Ibu yang melahirkan Bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarakan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana karakteristik ibu yang melahirkan Bayi dengan
BBLR di Rumah Sakit haji Medan.
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan Bayi dengan
BBLR, yang meliputi usia ibu, tinggi badan ibu, pendidikan, paritas, jarak
Kehamilan, kadar Hb menjelang Persalinan.
2. Untuk mengetahui kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Haji Medan
tentang BBLR dalam upaya perencanaan pencegahan BBLR dengan
mengenal secara dini karakteristik BBLR.
2. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan/melanjutkan penelitian tentang BBLR.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan ibu atau perinatal


berada atau akan berada dalam keadaan membahayakan (kematian atau
perkiraan komplikasi serius) selama genestasi atau dala, rentang waktu nifas
atau neonatal. Perkiraan insidensi kehamilan resiko tinggi sangat bervariasi,
terutama bergantung pada criteria definisi yang digunakan dan ketepatan
pengumpulan data. Meskipun demikian, menurut sebagian besar standar,
sekitar 20% kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat berada pada resiko
sedang dan kira-kira 5% kehamilan berada pada resiko sangat tinggi. Sekitar
separuh kasus dapat dikenali pada masa antenatal dan seperempat kasus
lainnya dikenali selama persalinan.4

Kehamilan dengan faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya


keguguran, kematian janin, persalinan premature, kelahiran bayi dengan berat
badan rendah, penyakit janin atau bayi neonatus, malformasi bawaan,
keterbelakangan mental atau keaadaan lain yang menimbulkan rintangan dan
hambatan dinamakan kehamilan resiko tinggi. Beberapa faktor, seperti makan
obat teratogenik pada trimester pertama, mempunyai kaitan dengan kehamilan
resiko tinggi. 10 sampai 25% pasien yang sedang hamil dapat dimasukkan
sebagai resiko tinggi dasar riwayat medik dan lebih dari setengah dari angka
kematian dan kesakitan perinata, dikaitkan dengan kehamilan-kehamilan
tersebut. Walaupun penilaian resiko antepertum mempunyai arti yang penting
untuk menurunkan kematian dan kesakitan perinatal, cukup banyak wanita
hamil mempunyai resiko tinggi hanya selama masa persalinan dan
melahirkan.5
4

Kehamilan dengan resiko dapat dibagi dalam 4 golongan.5

1. Penyakit yang menyertai kehamilan


a. Penyakit vaskulo-renal
b. Incomptabilitas darah
c. Endokrinopati, kardiopati, infeksi
2. Penyakit kehamilan
a. Partus prematus
b. Perdarahan kehamilan
c. Ketidak sesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan :
hydramnion, gemeli atau gangguan pertumbuhan intrauterine
d. Kehamilan serotin
e. Kelainan uterus (bekas SC dan lain-lain)
3. Riwayat obstetri yang buruk
a. Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak dengan kelainan
congenital
b. Satu atau beberapa partus prematurus
c. Abortus habitualis
d. Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun.
4. Keadaan ibu secara umum
a. Umur ibu (tua atau terlalu muda)
b. Paritasberat badan ibu
c. Berat badan ibu
d. Tinggi badan ibu
e. Ibu yang tidak kawin
f. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
g. Ketagihan : alkohol, tembakau, morfin.

Semakin banyak ditemukan faktor resiko pada ibu hamil, maka


semakin tinggi resioko kehamilannya. Resiko tinggi kehamilan merupakan
keadaan menyimpang dari normal, yang secara langsung menyebabkan
5

kesakitan atau kematian,baik pada ibu maupun pada bayi. Factor tersebut
meliputi : Hb darah <8 gr%, tekanan darah tinggi (systole>150 mmHg,
diastole >90 mmHg),edema yang nyata, ketuban pecah dini, penyakit
kronis pada ibu (jantung, paru-paru,ginjal) dan riwayat obstetric buruk
(riwayat Caesar dan komplikasi kehamilan).6

2.2 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Bayi lahir hidup, yang dilahirkan sebelum minggu ke-37, dihitung dari
mulai menstruasi terakhir, diamggap sebagai periode kehamilan memendek
dan dinamakan premature oleh Organisasi Kesehatan Sedunia. American
Academy of Pediatrics menetapkan 38 minggu sebagai batas prematuritas.
Bayi yang mempunyai berat badan lahir sangat rendah, yaitu kurang dari
750 gram, dianggap sebagai bayi imatur. Dianggap mempunyai periode
kehamilan yang memendek atau tingkat pertumbuhan intrauteri yang lebih
rendah dari apa yang sebenarnya diharapkan (dianggap sebagai
keterlambatan pertumbuhan intrauteri), atau keduanya.5

Berdasarkan usia kehamilan, bayi dengan berat badan lahir rendah dapat
dibedakan menadi 2 tipe:7

1. Bayi premature
Merupakan bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
rajah telapak kaki belum jelas, rambut jarang, alat kelamin laki-laki atau
perempuan belum menonol, dan berat badan lahir rendah.
2. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya
untuk masa gestasi, yakni dibawah persentil ke-10, yang dapat merupakan
bayi kurang bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post
term). Bayi ini disebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age
(SGA) atau Small for Date (SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami
6

gangguan pertumbuhan dalam uterus (Intra Uterine Growth Retardation)


sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan.
KMK dibagi atas :
a. Propotionate Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), adalah janin
yang menderita distress yang lama, dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir,
sehingga berat,panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang
seimbang,akan tetapi keseluruhannya masih berada di bawah masa
gestasi yang sebenarnya.
b. Disproportionate Intra Uterine Growth Retardation, terjadi akibat
distress sub-akut. Gangguan ini terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panang dan lingkar
kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi
tampak kurus dan lebih panjang dengan tanda-tanda sedikitnya
jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat.

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan BBLR


Menurut National Academy (1985), yang dikutip oleh Yekti (1995),
factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR :8
1. Faktor genetik : Jenis kelamin, ras, tinggi badan ibu, berat badan ibu
sebelum hamil, tinggi dan berat badan ayah.
2. Faktor demografi dan psikososial : Umur ibu, status sosial ekonomi
(pendidikan, pendapatan dan pekerjaan), status perkawinan dan faktor
psikologi ibu.
3. Faktor kehamilan : Paritas, jarak kehamilan, aktifasi seksual dan
riwayat kehamilan terdahulu (abortus, kelahiran mati).
4. Faktor gizi : Pertumbuhan berat badan selama kehamilan, status gizi
(kalori, protein, vitamin, dll), pengeluaran energi untuk kerja dan
aktifitas fisik.
5. Morbiditas umum : Malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran alat
kelamin.
7

6. Keracunan : Merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang.


7. Pelayanan antenatal : Kunjungan pertama antenal, jumlah kunjungan
pelayanan dan kualitas antenatal

Mengenali dini berbagai faktor resiko penting baik untuk menghindari


timbulnya masalah- masalah serius untuk penatalaksanaan tepat berbagai
komplikasi yang meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal.4

Adapun beberapa faktor yang berpengaruh dalam kejadian BBLR adalah :

A. Usia Ibu
Adapun kesakitan dan kematian ibu dan perinatal terendah adalah
pada umur kehamilan ibu antara 20-29 tahun. Jadi, wanita yang lebih
muda dan lebih tua mempunyai resiko yang lebih besar. Kehamilan remaja
mempunya frekuensi bayi berat lahir rendah yang lebih tinggi dan pada
kehamilan remaja berumur kurang dari 16 tahun terdapat peningkatan
resiko terjadinya hipertensi dipicu kehamilan. Ibu berumur 35 tahun atau
lebih berada pada resiko tinggi dan mereka yang berumur lebih dari 40
tahun memepunyai resiko yang luar biasa.
Pada usia diatas 30 an biasanya penyakit-penyakit degeneratif
seperti tekanan darah tinggi atau diabetes pada pria maupun wanita adalah
lebih sering muncul. Semakin bertambah usia, penyeakit degegeratif
seperti gangguan pada pembuluh darah biasanya lebih banyak muncul
dibandingkan jika mereka masih muda. Yang disebut penyakit pada
pembuluh darah, misalnya tekanan darah tinggi, penyempitan dan
perkapuran. Dengan bertambahnya usia, kondisi pankreas pun semakin
menurun, sehingga produksi insulin (hormon yang mengatur kadar gula
dalam darah) menjadi terganggu. Keadaan ini menyebabkan penyakit
diabetes mellitus.
8

B. Usia Ayah
Secara umum dengan bertambahnya usia, meningkat pula resiko
terjadinya penyimpanan pada proses pemantangan sel benih. Gangguan
pada pematangan sel benih initidak semata-mata disebabkan oleh benih
dari pihak wanita saja, tetapi juga dari pria yang berusia lebih dari 35
tahun, juga mempunyai kecenderungan beresiko tinggi untuk mengalami
gangguan proses kematangan benihnya. Menurut Curtis, sel sperma dari
pria berusia 55 tahun atau lebih, beresiko memiliki anak dengan Sindroma
Down.

C. Tinggi Badan Ibu


Tinggi badan ibu dilaporkan erperan terhadap kejadian berat badan
lahir rendah . hubungan antara tinggi badan ibu merupakan badan positif,
dimana semakin tinggi ibu semakin berat badan yang dilahirkan. Adanya
pengaruh tinggi badan mungkin berhubungan dengan status gizi ibu
dimasa lampau, dimana ibu yang mempunyai tinggi adan rendah
mempunyai status gizi yang kurang pada masa lampaunya. Ibu dengan
tinggi badan kurang dari 150 cm mempunyai resiko disproporsi janin
panggul yang lebih tinggi. Karena itu tubuh yang lebih pendek merupakan
indikasi pemeriksaan tulang panggul yang cermat.

D. Berat badan Ibu


Berat badan ibu ideal perlu ditanyakan berdasarkan tinggi dan bentuk
tubuh, dan kelainan berat badan harus dinilai secara perseorangan.
Kelebihan maupun kekurangan berat badan menunjukkan adanya resiko
untuk perinatus. Terlebih lagi berat badan ibu sebelum hamil dan
pertambahan berat badan selama hamil berkaitan langsung dengan berat
badan lahir bayi. Wanita dengan berat badan kurang dari 45 kg sebelum
hamil mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami kehamilan
dipersulit oleh kelahiran bayi BMK (Besar Masa Kehamilan), persalinan
9

disfungsional dan distosia bahu. Obesias patologis akan meningkatkan


resiko pasien tersebut lebih lanjut lagi.

E. Tingkat pendidikan Ibu


Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan
berlangsungnya suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu karena mereka
kurang menyadari pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan ibu
saat hamil, akibatnya mereka tidak mengetahui cara pemeliharaan
kesehatan terutama pada saat hamil baik menyangkut gizi, kebersihan dan
makanan yang bernilai gizi.

F. Paritas
Ibu dengan paritas 1 dan lebih atau sama dengan 4 beresiko melahirkan
BBLR, terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga
kehamilan dan menerima kelahran janin, keterampilan ibu untuk
melaksanakan kperawatan dini dan bayinya serta faktor psikologis ibu
yang belum stabil,9 sednagkan ibu yang pernah melahirkan anak 4 kali
atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mneyebabkan kerusakan pada
dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke
janin pada kehamilan seterusnya sehingga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR.10

G. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran mempunyai hubungan terjadinya berat badan lahir
rendah, semakin dekat jarak kelahiran semakin besar resiko melahirkan
bayi dengan BBLR. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun menyebabkan
fungsi reproduksi dan kesehatan ibu belum sepenuhnya pulih dan
kebutuhan gizi ibu tidak terpenuhi dengan baik.6
10

2.4. Pencegahan BBLR


Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan sebelum hamil agar setiap
pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin kehamilan yang akan datang
sehingga dapat melahir bayi yang normal dan sehat, yaitu :
a. Menganjurkan akan melakukan konsultasi atau konselng pra-hamil.
b. Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra nikah
untuk mencegah penyakit tetanus.
c. Menganjurkn agar ibu rajin untuk pmeriksaan kehamilan.
d. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang
dapat memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
e. Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu hamil
untu menghindari alkohol dan rokok, karena alkohol dapat
mengganggu tumbuh kembang janin sementara rokok akan
menyebabkan kelainan prematur dan kelainan letak plasenta (ari-ari)
pada janin. Selain itu rokok juga dapat menyebabkan plasenta janin
mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling
membahayakan ketuban pecah (dini) tidak pada waktunya.11

2.5. Penatalaksanaan BBLR


Perawatan bayi dengan BBLR harus dilakukan oleh ahli neonatologi,
dengan fasilitas yang ada di unit perawatan neonatus intensif.
Tujuan penatalaksanaan adalah :
a. Memberikan suatu lingkungan yang sedapat mungkin mendekati
lingkungan intra-uteri.
b. Mencegah infeksi.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat.
d. Mendeteksi dan merawat kemungkinan komplikasi metabolik dan
komplikasi lainnya.

Lingkungan terbaik bagi bayi kecil adalah disebuah ruang perawatan


bayi dengan suhu dipertahankan tidak kurang dari 24C, atau jika bayi
11

sangat kecil dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu dipertahankan 26-


32C dengan kelembapan 65-75%. Oksigen diberikan melalui kotak kepala
(head box) atau masuk kedalam inkubator secara terkontrol.

Infeksi dikontrol dengan perhatian khusus untuk mencegah penularan


infeksi dari para pengunjung dan staff yang bertugas, dan hal-hal lain yang
ke kamar perawatan bayi. Mencuci tangan sebelum memegang bayi
merupakan tindakan pencegahan yang sangat penting.

Memberikan makanan dimulai kira-kira 6 jam setela lahir dan ASI


diberikan sesegera mungkin. Bayi diberi makanan dengan pipa atau sendok,
lalu disusui setelah ia dapat menghisap kuat. Suplemen vitamin diberikan
bersamaan atau setelah pemberian makanan. Dosis yang diberikan setiap
hari adalah vitamin D 400 U, asam askarbonat 50 mg, niasin 6 mg, iboflavin
1 mg dan vitamin A 5.00 mg.

2.6. Prognosis BBLR


Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dan bayi normal
pada umur kehamilan yang sama.
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka
kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan
intracranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat, kadang-kadang
dijumpai kerusakan pada saraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang
rendah, dan gangguan yang lainnya.
12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteriistik BBLR :

a. Usia Ibu
b. Tinggi Badan
IBU c. Berat Badan
d. Pendidikan
e. Paritas
f. Jarak Kehamilan
g. Kadar Hb menjelang Persalinan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

Variable Defenisi Alat dan cara Hasil Skala pengukuran


operasional pengukuran pengukuran
Usia ibu Usia ibu saat Observasi <20 tahun Ordinal
melahirkan Rekam medis atau <35
dihitung tahun
dalam tahun
berdasarkan
ulang tahun
terakhir
Tinggi Tinggi badan Observasi <150 cm Ordinal
13

badan ibu saat Rekam medis


menjelang
persalinan
diukur dan
dicatat dalam
satuan cm
Berat Berat badan Observasi <45 kg Ordinal
badan ibu saat rekam medis
menjelang
persalinan
diukur dan
o=dicatat
dalam satuan
kg
Kadar Hb Gram % kadar Observasi <8 gr% Ordinal
menjelang hemoglobin rekam medis
persalinan didalam darah
ibu sewaktu
akan
melahirkan
Paritas Jumlah Observasi 4 anak Ordinal
persalinan rekam medis
yang pernah
dialami oleh
seorang ibu
selama
hidupnya
Jarak Jarak antara Observasi <2 tahun Ordinal
kelahiran kelahiran rekam medis
sekarang
14

dngan
keahiran
sebelumnya,
dapat berupa
abortus, lahir
mati maupun
lahir hidup
dihitung
dalam tahun.

3.3. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan desain retrospective


study yang bertujuan untuk melihat karakteristik ibu yang melahirkan BBLR
di Rumah Sakit Umum Haji Medan pada periode Januari 2016 sampai
Desember 2016.12

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi : penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan Jl. Percut Sei
Tuan, Deli serdang, Sumatera Utara
b. Waktu : penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016- Desember 2016

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi : Populasi dalam penelitian adalah semua ibu bersalin yang
melahirkan BBLR di RSU Haji Medan.
b. Sampel : Sampel adalah seluruh populasi (total populasi yang tercatat di
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Haji Medan periode Januari 2016-
Desember 2016.
15

3.6. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

3.7. Metode pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data sekunder yang meliputi : usia ibu,
tinggi badan, berat badan, kadar Hb menjelang persalinan, paritas dan jarak
kelahiran yang diperoleh dari rekam medik ibu bersalin yang melahirkan
BBLR di RSU Haji Medan Periode Januari 2016-Desember 2016

3.8. Pengolahan Data

Data yang dikumpul kemudian dilakukan pengolahan data secara


????????????????????????????? dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

a. Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data-data yang telah terkumul dari
rekam medis, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam
pengumpulan data, maka data akan diperiksa dan diperbaiki.
b. Coding
Data diedit, kemudian diubah dalam bentuk angka (kode tertentu), nama
responden diubah menjadi mor rekam medis untuk mempermudah
pengolaan data.
c. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
Computer Package Statistic for Social Science (SPSS).
d. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving
16

Penyimpanan data yang siap dianalisis.

3.9. Analisa Data

Data yang diperoleh dari rekam medis ditampilkan dalam bentuk tabel
dan disusun berdasaran usia ibu, tinggi badan ibu, pendidikan, paritas, jarak
kehamilan, kadar Hb ibu menjelang persalinan dengan menggunakan
statistik deskriptif dan diolah dengan bantuan program Computer Package
Statistic for Social Science (SPSS).
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurbani, Susi, 2013. Faktor Resiko Kejadian BBLR hal: 80. Jurnal Media
Kesehatan, Bengkulu.
2. Departemen Kesehatan RI. 2012. Panduan Yankes BBL Berbasis
Perlindungan Anak.www.gizikia.depkes.go.id.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.2007.
4. Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obsetri Dan Ginekologi Hal : 203-
207. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta :EGC.
5. Behman,Richard E. 1994. Ilmu Kesehatan Anak : Nelson Hal : 566, 586-
587. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta :EGC.
6. Sianturi. Irma. 2007. Karakteristik Ibu Yang Melahirkan BBLR di Rumah
Sakit Santa Elizabeth Pada Tahun 2003-2006(Skripsi) hal:8, FK-USU,
Medan.
7. Prawihardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan, Ed IV, Cetakan ketiga hal: 775-
778. PT. Bina Pustaka, Jakarta.
8. Yekti, K. S. A, 1995. Perbedaan Beberapa Faktor Ibu Menurut Berat
Badan Bayi Lahir hal: 105. Majalah Kedokteran Dipenegoro.Vol 30.
9. Rochyati, P, 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian
Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi hal: 230. Airlangga
University Press. Surabaya.
10. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan hal: 127. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo, Jakarta.
11. Lestari, Handayani. 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan dan
pasca Melahirkan, Cetakan I hal: 165. Agro Media Pustaka, Jakarta.
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Hal:
176-177. Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai