Usia Ayah
Usia Ayah
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan dri jurnal kesehatan The Lancet menyebutkan bahwa 7000 bayi
menigga dunia setiap harinya dan 98% terjadi dinegara Negara miskin.
Negara yang paling tinggi kasus kematian ibu dan bayi adalah di Negara-
negara Sub- sahara Afrika dan Asia Selatan. Angka kematian bayi setiap
tahun di seluruh dunia lebih dari 9 juta bayi meninggal pada periode
perinatal, termasuk 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal.
Angka kematian bayi di Negara berkembang adalah 50 per 1000 kelahiran
hidup.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kesakitan atau kematian,baik pada ibu maupun pada bayi. Factor tersebut
meliputi : Hb darah <8 gr%, tekanan darah tinggi (systole>150 mmHg,
diastole >90 mmHg),edema yang nyata, ketuban pecah dini, penyakit
kronis pada ibu (jantung, paru-paru,ginjal) dan riwayat obstetric buruk
(riwayat Caesar dan komplikasi kehamilan).6
Bayi lahir hidup, yang dilahirkan sebelum minggu ke-37, dihitung dari
mulai menstruasi terakhir, diamggap sebagai periode kehamilan memendek
dan dinamakan premature oleh Organisasi Kesehatan Sedunia. American
Academy of Pediatrics menetapkan 38 minggu sebagai batas prematuritas.
Bayi yang mempunyai berat badan lahir sangat rendah, yaitu kurang dari
750 gram, dianggap sebagai bayi imatur. Dianggap mempunyai periode
kehamilan yang memendek atau tingkat pertumbuhan intrauteri yang lebih
rendah dari apa yang sebenarnya diharapkan (dianggap sebagai
keterlambatan pertumbuhan intrauteri), atau keduanya.5
Berdasarkan usia kehamilan, bayi dengan berat badan lahir rendah dapat
dibedakan menadi 2 tipe:7
1. Bayi premature
Merupakan bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
rajah telapak kaki belum jelas, rambut jarang, alat kelamin laki-laki atau
perempuan belum menonol, dan berat badan lahir rendah.
2. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya
untuk masa gestasi, yakni dibawah persentil ke-10, yang dapat merupakan
bayi kurang bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post
term). Bayi ini disebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age
(SGA) atau Small for Date (SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami
6
A. Usia Ibu
Adapun kesakitan dan kematian ibu dan perinatal terendah adalah
pada umur kehamilan ibu antara 20-29 tahun. Jadi, wanita yang lebih
muda dan lebih tua mempunyai resiko yang lebih besar. Kehamilan remaja
mempunya frekuensi bayi berat lahir rendah yang lebih tinggi dan pada
kehamilan remaja berumur kurang dari 16 tahun terdapat peningkatan
resiko terjadinya hipertensi dipicu kehamilan. Ibu berumur 35 tahun atau
lebih berada pada resiko tinggi dan mereka yang berumur lebih dari 40
tahun memepunyai resiko yang luar biasa.
Pada usia diatas 30 an biasanya penyakit-penyakit degeneratif
seperti tekanan darah tinggi atau diabetes pada pria maupun wanita adalah
lebih sering muncul. Semakin bertambah usia, penyeakit degegeratif
seperti gangguan pada pembuluh darah biasanya lebih banyak muncul
dibandingkan jika mereka masih muda. Yang disebut penyakit pada
pembuluh darah, misalnya tekanan darah tinggi, penyempitan dan
perkapuran. Dengan bertambahnya usia, kondisi pankreas pun semakin
menurun, sehingga produksi insulin (hormon yang mengatur kadar gula
dalam darah) menjadi terganggu. Keadaan ini menyebabkan penyakit
diabetes mellitus.
8
B. Usia Ayah
Secara umum dengan bertambahnya usia, meningkat pula resiko
terjadinya penyimpanan pada proses pemantangan sel benih. Gangguan
pada pematangan sel benih initidak semata-mata disebabkan oleh benih
dari pihak wanita saja, tetapi juga dari pria yang berusia lebih dari 35
tahun, juga mempunyai kecenderungan beresiko tinggi untuk mengalami
gangguan proses kematangan benihnya. Menurut Curtis, sel sperma dari
pria berusia 55 tahun atau lebih, beresiko memiliki anak dengan Sindroma
Down.
F. Paritas
Ibu dengan paritas 1 dan lebih atau sama dengan 4 beresiko melahirkan
BBLR, terkait dengan belum siapnya fungsi organ dalam menjaga
kehamilan dan menerima kelahran janin, keterampilan ibu untuk
melaksanakan kperawatan dini dan bayinya serta faktor psikologis ibu
yang belum stabil,9 sednagkan ibu yang pernah melahirkan anak 4 kali
atau lebih karena paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh darah.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mneyebabkan kerusakan pada
dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke
janin pada kehamilan seterusnya sehingga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR.10
G. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran mempunyai hubungan terjadinya berat badan lahir
rendah, semakin dekat jarak kelahiran semakin besar resiko melahirkan
bayi dengan BBLR. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun menyebabkan
fungsi reproduksi dan kesehatan ibu belum sepenuhnya pulih dan
kebutuhan gizi ibu tidak terpenuhi dengan baik.6
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Karakteriistik BBLR :
a. Usia Ibu
b. Tinggi Badan
IBU c. Berat Badan
d. Pendidikan
e. Paritas
f. Jarak Kehamilan
g. Kadar Hb menjelang Persalinan
dngan
keahiran
sebelumnya,
dapat berupa
abortus, lahir
mati maupun
lahir hidup
dihitung
dalam tahun.
Data yang digunakan berupa data sekunder yang meliputi : usia ibu,
tinggi badan, berat badan, kadar Hb menjelang persalinan, paritas dan jarak
kelahiran yang diperoleh dari rekam medik ibu bersalin yang melahirkan
BBLR di RSU Haji Medan Periode Januari 2016-Desember 2016
a. Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan data-data yang telah terkumul dari
rekam medis, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam
pengumpulan data, maka data akan diperiksa dan diperbaiki.
b. Coding
Data diedit, kemudian diubah dalam bentuk angka (kode tertentu), nama
responden diubah menjadi mor rekam medis untuk mempermudah
pengolaan data.
c. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
Computer Package Statistic for Social Science (SPSS).
d. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving
16
Data yang diperoleh dari rekam medis ditampilkan dalam bentuk tabel
dan disusun berdasaran usia ibu, tinggi badan ibu, pendidikan, paritas, jarak
kehamilan, kadar Hb ibu menjelang persalinan dengan menggunakan
statistik deskriptif dan diolah dengan bantuan program Computer Package
Statistic for Social Science (SPSS).
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurbani, Susi, 2013. Faktor Resiko Kejadian BBLR hal: 80. Jurnal Media
Kesehatan, Bengkulu.
2. Departemen Kesehatan RI. 2012. Panduan Yankes BBL Berbasis
Perlindungan Anak.www.gizikia.depkes.go.id.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.2007.
4. Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obsetri Dan Ginekologi Hal : 203-
207. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta :EGC.
5. Behman,Richard E. 1994. Ilmu Kesehatan Anak : Nelson Hal : 566, 586-
587. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta :EGC.
6. Sianturi. Irma. 2007. Karakteristik Ibu Yang Melahirkan BBLR di Rumah
Sakit Santa Elizabeth Pada Tahun 2003-2006(Skripsi) hal:8, FK-USU,
Medan.
7. Prawihardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan, Ed IV, Cetakan ketiga hal: 775-
778. PT. Bina Pustaka, Jakarta.
8. Yekti, K. S. A, 1995. Perbedaan Beberapa Faktor Ibu Menurut Berat
Badan Bayi Lahir hal: 105. Majalah Kedokteran Dipenegoro.Vol 30.
9. Rochyati, P, 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengendalian
Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi hal: 230. Airlangga
University Press. Surabaya.
10. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan hal: 127. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo, Jakarta.
11. Lestari, Handayani. 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan dan
pasca Melahirkan, Cetakan I hal: 165. Agro Media Pustaka, Jakarta.
12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Hal:
176-177. Rineka Cipta, Jakarta.