Anda di halaman 1dari 12

Kasus Etik

Pelanggaran Etik dan Disiplin


Kedokteran
Oleh :

dr. YOAN PUTRASOS ARIF


Peserta Internship

Pendamping :
dr. ANDY RAHMAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KOTA SAWAHLUNTO
2011

BORANG PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : dr. Yoan Putrasos Arif


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kota Sawahlunto
: Kasus Etik
Tanggal (kasus) : 4 Juni 2011
Tanggal Presentasi : 1 Desember 2011
Pendamping : dr. Andy Rahman
Tempat Presentasi : Aula RSUD Kota Sawahlunto
Obyektif Presentasi :
Keilmuan O Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen O Masalah O Istimewa
O Neonatus O Bayi O Remaja Dewasa O Lansia O Bumil
Deskripsi :
dr. W melakukan pelanggaran Etik dan Disiplin Kedokteran
Tujuan :
Mengetahui jenis pelanggaran etik dan disiplin kedokteran beserta sanksinya
Bahasan Masalah : Tinjauan Pustaka O Riset Kasus O Audit
Cara Membahas : O Diskusi Presentasi dan Diskusi O Email O Pos
Data Pasien : Nama : Ny. Y, 48 tahun No. Registrasi : L
Nama Klinik : RSUD Sawahlunto

Data utama untuk bahan diskusi


1. Gambaran Klinis
Seorang pasien , 48 tahun, rujukan dari puskesmas S di antar ke IGD pukul 12.30 WIB
dengan
KU: Nyeri pada ulu hati sejak tiga hari yang lalu
RPS :
Nyeri pada ulu hati, rasa perih dan mendesak ke dada, menjalar ke punggung sejak tiga hari
sebelum masuk RS,
Nyeri muncul tiba-tiba ketika beraktivitas ringan, badan terasa lemah, kepala terasa pusing dan
disertai berkeringat dingin
Sesak nafas (-)
Mual (+), muntah (-)
Nafsu makan menurun sejak 3 hari ini
Demam (-), batuk(-)
BAB dan BAK biasa
Pasien sudah dirawat di puskesmas S selama tiga hari, dirawat sebagai gastritis kronis dan
anoreksia, tapi tidak ada perbaikan
Riwayat pemeriksaan EKG (-)

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat gastritis (+)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)

3. Riwayat Pekerjaan
Pasien seorang ibu rumah tangga
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
TD : 80/ pulse mmHg
Nadi : 88 x/menit, irregular, teraba halus
Nafas : 26x/menit
Suhu : 36,8oC
Kulit : tidak ditemukan kelainan
Mata : konjungtiva sub anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2cmH2O
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Thorak
Paru
Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari med LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V,
kanan : LSD, atas : RIC II
Auskultasi : irama irregular, bising (-)
Abdomen
- Inspeksi : Tidak tampak membuncit
- Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+). Hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas: akral hangat, perfusi cukup baik

5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Darah
o Hb : 10,5 mg/dl
o Leukosit : 9000/mm3
o Trombosit : 215.000/mm3
o GDR : 143 mg/dl
o CK MB : reagen habis

EKG:
Irama sinus, HR: 88 x/menit, irregular, ST elevasi lead II,III,aVF, ST depresi lead V2 dan V3
Kesan: Infark miokard inferior
6. Diagnosis
Infark miokard inferior
7. Penatalaksanaan
- Bed rest/ catheter urine/ balance cairan
- O2 3 l/menit
- IVFD dobutamin 2 ampul dalam Dextrose 5% 10 gtt/menit (naikkan bertahap 5 tetes tiap
15 menit maksimal 40 tetes) jika TD< 100 mmHg
- Injeksi ranitidine 2x 1 amp IV
- Aspilet 1 x 80 mg po
- Dulcolax 1x1 po
- Curcuma 3 x 1 po
- Diazepam 1 x 2mg po (malam)
- ISDN 3 x 5 mg po jika TD > 100 mmHg
- Rawat HCU, Kontrol ketat vital sign

8. Follow up
Hari Minggu, 5 Juni 2011
S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+), sesak nafas (-), kaki sembab (-)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: subanemis (+), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik
EKG
Irama regular, HR 100 x/menit, ST elevasi lead II, III, aVF, ST depresi lead aVL, V2
A/ MCI inferior hr II
P/
cek SGOT, SGPT, CKMB, kimia klinik
Omeprazol 1 x 1 po
Antasid syr 3 x C1
ISDN 3 x 5 mg
Drip dobuject stop, lanjutkan jika TD< 90 mmHg

Hari Senin, 6 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (-), riwayat TD
tadi malam: 77/59 mmHg
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 128/84 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: subanemis (+), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik
EKG
Irama regular, HR: 100x/menit, ST elevasi lead II, III, aVF, ST depresi lead aVL, V2
Laboratorium

Hb: 9,9 gr/dL (menurun)


Leukosit: 5900/mm3
Hematokrit: 33 %
Trombosit: 222.000/mm3
GDR: 84 mg/dL
Kolesterol: 150 mg/dL
Trigliserida: 85 mg/dL
Kalsium: 7,9 mg/dL (menurun)
Albumin: 3,0 g/dL (menurun)
Bilirubin total: 1,5 mg/dL (meningkat)
Bilirubin direk: 0,8 mg/dL
Bilirubin indirek: 3,0 mg/dL (meningkat)
SGOT: 115 U/L (meningkat)
SGPT: 33 U/L (meningkat)

A/ MCI inferior hr III


P/ terapi lanjut

Hari Selasa, 7 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (-),
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 123/51 mmHg, Nadi: 95 x/menit, Nafas: 26 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik
EKG

Laboratorium
Ureum: 18 mg/dL
Kreatinin: 0,6 mg/dL
Asam urat: 4,0 mg/dL

A/ MCI inferior hr IV
P/ terapi lanjut, turunkan dobutamin secara bertahap, pantau tekanan darah

Hari Rabu, 8 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (-)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik
EKG
A/ MCI inferior hr V
P/ terapi lanjut

Hari Kamis, 9 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+) berkurang, nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (-)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik

EKG

A/ MCI inferior hr VI
P/ terapi lanjut, Ca lactate 1 x 1 tab

Hari Jumat, 10 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (-)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 96/64 mmHg, Nadi: 106 x/menit, Nafas: 23 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik
EKG

A/ MCI inferior hr VII


P/ terapi lanjut, stop dobutamin jika tekanan darah sistolik > 90 mmHg

Hari Sabtu, 11 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (-)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 95/58 mmHg, Nadi: 110 x/menit, Nafas: 25 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem (-), akral hangat, perfusi baik
EKG

Laboratorium
CK MB: 52 U/L (meningkat)
A/ MCI inferior hr VIII
P/ terapi lanjut

Hari Senin, 13 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (+)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem pretibia(+/+), akral hangat, perfusi baik
EKG
A/ MCI inferior hr X
P/ terapi lanjut, pindah rawat di ruangan biasa

Hari Selasa, 14 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (+) berkurang, sesak nafas (-), kaki sembab (+)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 89 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem pretibia (+/+), akral hangat, perfusi baik
A/ DC ec MCI
P/ lanjut
Furosemid 1 x 1 tab po
KSR 2 x 1 tab po

Hari Rabu, 15 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (+), nyeri dada (-), sesak nafas (-), kaki sembab (+)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (+) epigastrium, BU (+)
Extremitas: oedem pretibia(+/+), akral hangat, perfusi baik
A/ DC ec MCI
P/ terapi lanjut

Hari Kamis, 16 Juni 2011


S/ nyeri ulu hati (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), kaki sembab (+)
O/ KU : sedang, Kesadaran: CMC, TD: 110/60 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Nafas: 18 x/menit,
Suhu: af
Mata: anemis (-), ikterik (-)
Leher: JVP 5 2 cm H2O
Thorak : paru: rh (-), wh (-)
Jantung: irama regular, bising (-)
Abdomen: supel, NT (-), BU (+)
Extremitas: oedem pretibia (+/+) berkurang, akral hangat, perfusi baik
A/ DC ec MCI dengan perbaikan
P/ boleh pulang, kontrol poli dalam

Hasil Pembelajaran :
1. Harus mampu mengambil tindakan yang tepat untuk keselamatan pasien
2. Sanksi yang diperoleh terhadap pelanggaran etika kedokteran
3. Penjelasan mengenai Kode Etik Kedokteran Imdonesia
4. Penjelasan mengenai Undang-Undang Perlindungan Pasien

Assesment
Kasus :
Seorang dokter W di Puskesmas S tidak hati-hati dalam mendiagnosis pasien sesak dan nyeri
ulu hati,Dokter W juga tidak melakukan pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan
yaitu pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini baru dilakukan setelah dirawat selama 3 hari dan
dirujuk ke RSUD karena tidak ada perbaikan, dari pemeriksaan ini kemudian diketahui
bahwa pasien mengalami nyeri ulu hati dan sesak karena mengalami infark miokard yang
seharusnya ditatalaksana dengan cepat.

Pembahasan Kasus :
Tindakan yang dilakukan dokter W tersebut melanggar KODEKI pasal 2 dan melanggar
pedoman penegakan disiplin profesi kedokteran point ke 6. Sebagaimana yang terdapat
dalam pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.

Kasus pada dokter W ini, tidak hanya kasus etik tetapi juga kasus disiplin profesi.
Pada pedoman penegakan disiplin profesi kedokteran, yang merupakan bentuk pelanggaran
disiplin kedokteran pada kasus ini terdapat pada point 6, bahwa dalam penatalaksanaan
pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf
yang sah sehingga dapat membahayakan pasien. Dokter W tidak melakukan pemeriksaan
EKG yang seharusnya dilakukan dari awal, sehingga dokter W membahayakan keselamatan
pasien tersebut. Untuk kasus etik, dokterW hanya mendapat sanksi moral. Untuk kasus
disiplin profesi, apabila terjadi pengaduan, dokter Wdapat diproses oleh Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan apabila dinyatakan bersalah dapat dijatuhi
sanksi.

Di Indonesia, kode etik kedokteran berlandaskan pada etik dan norma-norma yang
mengatur hubungan antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila
sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil.Untuk itu, perhimpunan
profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), maupun secara fungsional terikat dalam organisasi
pelayanan, pendidikan, dan penelitian telah menerima Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI), yang dirumuskan dalam pasal-pasal sebagai berikut :
A. Kewajiban Umum.
Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah Dokter.
Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
Pasal 3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri.
Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin,melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.
Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya
dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
1. Pasal 7a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknik dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
2. Pasal 7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan
pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia
ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
3. Pasal 7c. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan
pasien.
4. Pasal 7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial,
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan
dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

B. Kewajiban dokter terhadap pasien.


Pasal 10. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadah dan atau dalam
masalah lainnya
Pasal 12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia
Pasal 13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusian, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
C. Kewajiban dokter terhadap TS
Pasal 14. Setiap dokter memperlakukan TS sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 15. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari TS, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

D. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri.


Pasal 16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi kedokteran /kesehatan.

Daftar Pustaka :

1. Adam K, Hadad T, Rafly A, dkk. 2007. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran yang Baik di
Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
2. http://astaqauliyah.com/2006/12/04. Etika kedokteran indonesia dan
penanganan pelanggaran etika di Indonesia.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai