HUBUNGAN ANTARA WAKTU PEMBERIAN ASI PERTAMA DENGAN
INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM NORMAL HARI KE-7
HUBUNGAN ANTARA WAKTU PEMBERIAN ASI PERTAMA DENGAN INVOLUSI
UTERUS PADA IBU POSTPARTUM NORMAL HARI KE-7 Nurlailis Saadah* *=Prodi Kebidanan Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Surabaya ABSTRAK Waktu pemberian ASI pertama pada bayi asalah satu hal penting untuk mempercepat atau merangsang produksi ASI dan memperbaiki kontraksi uterus sehingga dapat mempercepat involusi uterus. Namun belum semua ibu postpartum memberikan ASI secara dini kepada bayi. Dari hasil rekam medik di BPS Sri Widajati, A.Md.Keb Kawedanan Magetan selama bulan Juli-Desember 2007 didapatkan 97 ibu bersalin normal, namun belum semua ibu bersalin memberikan ASI pertama secara dini. Untuk membuktikan bahwa waktu pemberian ASI pertama pada bayi cenderung memiliki manfaat maka ingin diketahui lebih jelas hubugan antara pemberian ASI pertama dengan involusi uterus ibu postpartum normal hari ke- 7. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional. Sampel yang digunakan adalah ibu postpartum normal selama Mei-Juni 2008 sebanyak 32 responden. Variabel independen yaitu waktu pemberian ASI pertama dan variabel dependen yaitu involusi uterus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dengan instrumen lembar observasi. Analisis data menggunakan Fisher's Exact Test dengan a < 0,05. Hasil Fisher's Exact Test, menujukkan hasil p=0,000 artinya Ho ditolak atau ada hubungan antara waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus. Kata kunci : Waktu pemberian ASI pertama, involusi uterus Telepon: 08125945790 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebiasaan baik untuk menyusui sendiri bayi yang terlahir membawa berbagai keuntungan, baik bagi bayi maupun ibu. Fenomena menunjukkan bahwa kebiasan ini sering ditinggalkan, baik oleh karena pandangan yang keliru maupun oleh karena tekanan yang tidak terelakkan oleh arus modernisasi (Soetjiningsih 1997:42). Menyusui dini sangat penting bagi bayi karena terbukti dapat mengurangi angka kematian bayi sampai 20% (www.perempuan.com). Menyusui juga sangat bermanfaat untuk ibunya, karena pada waktu bayi mengisap puting susu ibu terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi rangsangan pada otot polos rahim sehingga terjadi percepatan involusi uterus (Manuaba 1998:195). Menyusui dini dapat menghentikan dan mempercepat pendarahan setelah melahirkan, sehingga rahim akan cepat kembali seperti semula (Roesli dalam www.ayahbunda.com). Menyusui dini juga dapat mencegah kematian ibu yang masih menjadi tantangan di Indonesia (PP IBI, 2007:202). Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 65 Hasil survei demografi kesehatan tahun 1997 menunjukkan bahwa pemberian ASI pasca salin 0-4 bulan hanya 52% sedangkan target yang diharapkan dari kesepakatan di Innocenti (1990). Pada tahun 2000 target mencapai 80%. Sejumlah 61% bayi sudah mulai diteteki 0-12 jam setelah lahir, tetapi masih bayi yang tidak diteteki/ditunda sampai lebih dari 24 jam cukup banyak sekitar 18%, alasan pokoknya adalah ASI kurang/tidak keluar (Suradi, 1989: 166). Berdasarkan penelitian studi kedokteran di NTT di Rumah Sakit Citra Harapan bulan Agustus-Desember 2007, terdapat 113 ibu bersalin normal dan 12 di antaranya (10,62%) mengetahui subinvolusio uteri (www.ntt_online.com). Dari data yang ada di BPS Sri Widajati Kawedanan Magetan, selama bulan Juli-Desember 2007 terdapat 97 ibu bersalin normal dan 11 di antaranya mengalami perdarahan postpartum, beberapa di antara mereka ternyata enggan menyusui terutama pada awal kelahiran bayinya. Data Biro Pusat Statistik (BPS) 1998 menyatakan bahwa bayi yang mulai menetek 1 jam setelah lahir 7,5% di perkotaan 8,6% di pedesaan. Dibandingkan dengan negara-negara di Asia, angka ini jauh di bawah Kyrgyztan (53 %) dan Philipina (42%). Penelitian oleh PUSKA- UI bekerjasama dengan PATH tahun 2002 di bebarapa kota di Jawa Timur dan Jawa Barat menunjukkan bahwa pemberian ASI dini setelah persalinan 8,9%-40% (PP-IBI, 2007: 2004). Adanya kecenderungan pemberian ASI yang tidak eksklusif dan dini setelah lahir pada bayi akan memberi pengaruh pada ibu maupun bayi. Pengaruh bagi ibu yang tidak menyusui adalah menderita kanker payudara dan pendarahan postpartum (Suradi, 1989:19). Pendarahan merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dalam masa perinatal yakni sebesar 5-15%, sedangkan penyebab perdarahan dari pasca salin yakni 50-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus (Mochtar, 1998:335). Rumusan masalah Adakah hubungan antara masa waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus ibu postpartum normal hari ke- 7 ? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1) mengidentifikasi waktu pemberian ASI pertama pada ibu postpartum normal, 2) Mengidentifikasi involusi uterus pada ibu postpartum normal hari ke- 7, 3) Menganalisa hubungan antara waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus pada ibu postpartum normal hari ke-7. Diharapkan penelitian ini bmanfaat sebagai berikut: 1) mampu memberikan pembenaran teori hormonal khususnya jalur HPA-Axis, serta mendukung teori menyusui dini (IMD), 2) dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu postpartum khusunya dalam pemberian ASI segera setelah bayi lahir untuk mempercepat proses involusi uterus. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah surveI analitik dengan rancangan cross sectional. Tempat penelitian ini dilakukan di BPS Sri Widajati Kawedanan pada bulan Mei Juni 2008. Populasi penelitian adalah ibu pospartum normal pada hari ke-7 sebanyak 32 orang yang kesemuanya dijadikan subyek penelitian. Variabel independent adalah waktu pemberian ASI pertama dan Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 66 variable dependent adalah involusi uterus. Instrumen pengumpulan data menggunakan pengamatan secara langsung. Analisis data menggunakan uji Chi-Square (x2) dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (a<0,05) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Waktu Pemberian ASI pertama Berdasarkan data yang diperoleh dari 32 responden didapatkan hasil ibu yang memberikan ASI pertama secara dini sebanyak 25 orang (78,1%) dan ibu yang memberikan ASI pertama secara tidak dini sebanyak 7 orang (21,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu postpartum telah memberikan ASI secara dini kepada bayi mereka. Pemberian ASI segeraa setelah bayi lahir sangat dianjurkan. Syahlan (1993) menyatakan dalam laporan penelitiannya membuktikan bahwa bayi yang disusui segera setelah lahir lebih jarang menderita penyakit infeksi dan Status gizi bayi pada tahun pertama jauh lebih baik dibandingkan dengan bayi yang terlambat diberikan sebagian besar ASI. Menurut Suradi (2001) selain berguna untuk bayi, menyusui juga memiliki manfaat yang besar bagi ibu diantaranya: 1) Merangsag involusi uteri, 2) menjarangkan kehamilan, 3) Efek psikologis, 4) Menguragl insiden Ca mamae, sehingga hal ini menjadi hal yang sangat pokok yang harus dilakukan demi kesejahteraan ibu dan bayi. Involusi uterus Dari 32 responden didapatkan hasil ibu dengan involusi uterus baik sebanyak 27 orang (84,4%) dan ibu dengan involusi uterus tidak baik sebanyak 5 orang (15,6%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu postpartum normal pada hari ke-7 sebagian besar involusi uterusnya baik, sesuai dengan pendapat Mochtar (1998) bahwa uterus lama kelamaan akan kembali ke ukuran normal, yaitu pada hari ke-7 setelah melahirkan TFU setinggi pertengahan simfisis pusat. Pada hasil penelitian menggambarkan ada juga ibu post partum yang mengalami proses involusi tidak baik, hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor misalnya faktor budaya yang kurang mendukung seperti pantang makanan dan tidak boleh beraktifitas. Hubungan antara waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus Analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI pertama secara dini seluruhnya (25 orang) memiliki involusi uterus baik. Ibu yang memberikan ASI pertama secara tidak dini, yang memiliki involusi uterus baik sebanyak 2 orang (28,6%) dan yang memiliki involusi uterus tidak baik sebanyak 5 orang (71,4%). Hasil Fisher Exact Test menunjukkan adanya hubungan antara waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus. HaI ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Ibrahim (1996) bahwa isapan bayi pada puting susu dapat mempengaruhi saraf-saraf yang diteruskan ke otak untuk memerintahkan kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pitoitrin yang dapat merangsang kontraksi otot-otot polos buah dada. Selain itu Purwanti (2002) juga menyatakan bila 30 menit pertama setelah kelahiran frekuensi isapan kurang maka hormon yang dibentuk akan semakin sedikit sehingga akan menghambat proses involusi uterus. Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 67 Penelitian terdahulu tentang hubungan antara status gizi dengan involusi uterus menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keduanya. Hal ini mungkin terjadi karena jumlah responden yang kurang atau dikarenakan faktor lain. Proses involusi uterus tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja tetapi oleh beberapa factor yaitu : 1) Status gizi, 2) Paritas, 3) Usia, 4) Pendidikan, 5) Mobilitas dan 6) Menyusui. Dari sini dapat kita ketahui bahwa antara satu faktor dengan faktor yang lain saling berhubungan dalam proses involusi uterus. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian adalah: 1) belum semua ibu postpartum normal memberikan ASI pertama kepada bayinya secara dini, masih ada sebagian kecil yang tidak memberikan ASI segera setelah bayi lahir, 2) sebagian besar ibu postpartum normal hari ke-7 mengalami involusi uterus baik, 3) terdapat hubungan antara waktu pemberian ASI pertama dengan involusi uterus pada ibu postpartum normal hari ke-7. Berdasarkan hasil penelitian diberikan saran antara lain: 1) perlu motivasi tenaga kesehatan khususnya bidan dan dukungan dari anggota keluarga agar ibu bersalin dapat menyusui dini bayinya sesegera mungkin karena dapat menunjang keberhasilan laktasi dan mempercepat proses involusi uterus, 2) sebaiknya sarana pelayanan kesehatan khususnya bagi ibu bersalin dan nifas meningkatkan penerapan sistem rawat gabung secara intensif sebagai upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. DAFTAR PUSTAKA Bennet dan Brown, KL. 1996. Myles Texbook For Midwife. New York Candra, B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta : EGC Ibrahim. 1996. Perawatan Kebidanan Jilid III. Jakarta : Bharata Karya Aksara Depkes RI. 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Pusdiknakes Hadi dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Bina Pustaka Setia Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri I, Jakarta : EGC Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Perinasia. 2007. Manajemen Laktasi. Jakarta : Perinasia PP-IBI. 2007. 50 Tahun IBI. Jakarta : PP-IBI Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Purwanti, Sri. 2002. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC Sastrawinata. 1983. Obstetri Fisiologi. Jakarta : FK UNPAD Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Sugiyono. 2000. Statistika untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta Suradi. 1989. Menyusui dan Rawat Gabung. Jakarta : Perenasia Syahlan. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Pusdiknakes. Wiknjosastro. 1994. Asuhan Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC