Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 1411-0199

Wacana Vol. 15, No. 4 (2012) E-ISSN : 2338-1884

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT UPAYA


IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI POLRI UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT DALAM MENANGANI UNJUK RASA
(Studi Pada Polrestabes Surabaya)
Makhsun Hadi Sadikin 1.2, Mardiyono 1, Andy FeftaWijaya 1
1
Program Magister Ilmu Administrasi Publik, Kekhususan Kebijakan Publik, Fakultas Administrasi, Universitas Brawijaya
2
Polrestabes, Surabaya

Abstrak
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
faktor-faktor yang mendukung dan menghambat implementasi reformasi birokrasi Polri sebagai upaya meningkatkan
kualitas pelayanan masyarakat dalam menangani unjuk rasa di Polrestabes Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat implementasi
reformasi birokrasi Polri sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dalam menangani unjuk rasa
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : Faktor-faktor yang mendukung antara lain : 1. Kesiapan fisik dan mental anggota
yang menangani unjuk rasa, karena rutinitas melakukan latihan atau simulasi penanganan unjuk rasa dan sering
menangani unjuk rasa secara langsung di lapangan 2. Pelatihan yang intensif tentang penanggulangan unjuk rasa dan
penguasaan undang-undang serta peraturan yang berkaitan dengan unjuk rasa. 3. Kegiatan FGD yang diprakarsai
Kapolrestabes Surabaya dengan melibatkan walikota Surabaya, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Ormas. 4. Konsep
Rayonisasi Polsek, 5. Koordinasi dengan instansi terkait berjalan baik. Faktor Penghambat antara lain : a. Jumlah
personel Dalmas masih kurang, b. perlengkapan Dalmas masih kurang, c. Pengunjuk rasa memberikan surat
pemberitahuan unjuk rasa secara mendadak. Dari hasil penelitian tersebut peneliti merekomendasikan antara lain
pertama, peningkatan sumber daya manusia dengan pelatihan yang lebih intensif dan untuk penyegaran diperlukan
pergantian anggota Dalmas yang bertugas lebih dari tiga tahun diganti dengan anggota yang baru secara bertahap,
kedua segera menambah perlengkapan dan peralatan Dalmas yang masih kurang antara lain : jas hujan, baju anti riot,
barier, mobil APC, dan mobil publik address, serta mengganti perlengkapan lama dengan yang baru sesuai standar
untuk keamanan petugas.

Kata kunci : Faktor pendukung dan penghambat, implementasi, reformasi birokrasi, Polri, pelayanan masyarakat,
unjuk rasa.

Abstract
This research used the qualitative method and the descriptive research type aimed to describe the implementation of
the reform of the Indonesian Polices bureaucracy in an effort to improve the quality of public services in dealing with
the protest sby the Surabaya City Resort Police. Based on the research results and data analysis, then it could be drawn
the conclusions that the Surabaya City Resort Police in the implementation of Indonesian Polices bureaucratic reform
as an effort to improve the quality of public services in dealing with the protests was influenced by several factors,
namely: Supporting factors, among others: 1. The relatively high of physical, mental and motivation conditions of
human resources. 2. The intensive training on prevention of protests and the governing of laws and regulations related
to the protests. 3. The FGD (Discussions Group Forum) activities were initiated by the Head of Surabaya City Resort
Police by involving the Surabaya Mayor, community and religious leaders, and community organizations. 4. The District
Concept of the Sectoral Police. 5. Coordination with the related agencies went well. The inhibiting factors, among
others: a. The numbers of Dalmas (Public Control) personnel were still lacked, b. Public Control supplies were still
lacked, c. The protesters gave the rally notice suddenly. Surabaya City Resort Police applied a strategy, by means of
conducting the formal meeting activity (FGD) and informally by the unit heads, among others: Sat Intelkam (Intelligent
and Security Unit), Satreskrim (Detectives and Crime Unit), Sat Binmas (Public Building Unit),and Satlantas (Traffic Unit)
with the leaders of public organizations, NGOs and protesters field coordinators to facilitate and find the solutions to
problems faced. Surabaya City Resort Police was quite successful and satisfying the public due to in providing the rallies
security services in the jurisdiction of the Surabaya City Resort Police there were no complaints from the public against
police officers thus the rallies ran safely, orderly and no anarchies so that protesters could express their aspirations
without any obstacles and pressures. From the results of the research the researcher recommends, among others, first,
an improvement in human resources by trainings and for refreshing it is needed the change of Dalmas members who

Alamat korespondensi:
Makhsun Hadi Sadikin
Polrestabes Surabaya, Jl. Sikatan 1, Surabaya,
(+6231) 3523927

15
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

served more than three years to be gradually replaced by other members; second, soon adding Dalmass equipment
and tools that still lacking, among others: raincoat, anti riot armor, barrier, APC car, and public address car, and
replacing equipments with the new ones appropriate with standard for the safety of officers.

Keywords: Supporting factor and Constraining factor, implementation, reform bureaucracy, Police, service
community, protest/rally

PENDAHULUAN Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka


Seiring tuntutan reformasi dalam Polrestabes Surabaya berkewajiban untuk
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan, maka memberikan pelayanan baik kepada pengunjuk
Polri sebagai bagian dari fungsi pemerintahan rasa maupun kepada sasaran pengunjuk rasa
yang bertanggung jawab dalam mewujudkan sehingga dalam pelaksanaan unjuk rasa dapat
Kamdagri harus bersikap responsif terhadap berjalan dengan tertib dan aman.
berbagai perubahan yang terjadi dalam Berkaitan dengan hal tersebut, maka
kehidupan berbangsa dan bernegara. Polrestabes Surabaya perlu segera mengambil
Demikianlah halnya Polrestabes Surabaya langkah untuk menangani unjuk rasa agar dapat
sebagai bagian dari institusi Polri maka, segera berlangsung dengan tertib, aman dan tidak
mengambil langkah dalam merespon reformasi terjadi pelanggaran HAM sebagaimana
terutama reformasi birokrasi di tubuh institusi tercantum dalam Undang-Undang No. 39 Tahun
Polri. Yaitu dengan cara merubah pola atau alam 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
pikiran (mind set) dan pola budaya (culture set) Dalam penanganan unjuk rasa oleh aparat
atau merubah paradigma polri yang sebelumnya kepolisian masih sering terjadi tindak kekerasan
bersifat militer, antagonis, merasa kebal hukum, yang mengarah timbulnya bentrok fisik antara
harus ingin selalu dilayani. Dengan dipisahkannya pengunjuk rasa dengan Polri, bahkan sampai
Polri dari TNI pada tahun 2000 maka Polri telah menimbulkan korban baik materiil maupun jiwa.
merubah paradigma lama tersebut menjadi Bercermin dari kejadian tersebut di atas
paradigma baru, yaitu polri bersifat humanis, Polrestabes Surabaya dalam rangka reformasi
protagonis, patuh hukum dan mengutamakan birokrasi Polri akan meningkatkan kualitas
pemberian pelayanan kepada masyarakat secara pelayanan kepada masyarakat baik kepada
transparan dan akuntabel. pengunjuk rasa atau yang menjadi sasaran
Diera reformasi masyarakat semakin pengunjuk rasa.
berani menyampaikan pendapat dimuka umum
secara demonstratif atau unjuk rasa yang mereka METODE PENELITIAN
sebut sebagai upaya melakukan reformasi. Hal ini Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret
diatur dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 2012. Pengambilan data lapangan berlokasi di
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat wilayah hukum Polrestabes Surabaya.
di Muka Umum. 1. Jenis Penelitian
Demikian pula yang terjadi di wilayah Dalam suatu penelitian diperlukan metode
hukum Polrestabes Surabaya sering terjadi yang sesuai dengan pokok permasalahan dan
kegiatan unjuk rasa baik pengunjuk rasa yang tujuan penelitian agar diperoleh data yang
datang dari Surabaya maupun dari luar wilayah relevan dengan permasalahan penelitian. Dalam
Surabaya antara lain dari Banyuwangi, Jember, penelitian ini akan digunakan jenis penelitian
Malang dan Kediri. Pengunjuk rasa berasal dari deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
kelompok buruh atau karyawan, LSM, ormas, Penelitian yang bersifat deskriptif
warga dan mahasiswa. menurut Koentjaraningrat (1985, h.42) bertujuan
Tempat yang menjadi sasaran unjuk rasa untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
yaitu : Gedung Grahadi, DPRD Provinsi Jatim, suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok
Kantor Gubernur DPRD Kota Surabaya, Kantor tertentu, untuk menentukan frekuensi atau
Wali Kota Surabaya dan Kantor Kejaksaan Tinggi. penyebaran suatu gejala dan gejala lain dalam
Berdasarkan sumber data dari Bagian Operasi masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah
Polrestabes Surabaya selama tahun 2011 terjadi hipotesa, mungkin juga belum hipotesa,
sebanyak 382 kali unjuk rasa, sehingga setiap hari tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan
terjadi unjuk rasa. tentang masalah yang bersangkutan. Sedangkan
menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong

16
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

(2006, h.3), metode deskriptif adalah prosedur primer sangat diperlukan dalam penelitian
penelitian yang menghasilkan data berupa kata- karena merupakan data utama yang penting,
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan didapatkan langsung dari sumbernya, serta
perilaku yang diamati. langsung berhubungan dengan peneliti dan
2. Fokus Penelitian mampu memberikan informasi. Dalam penelitian
Fokus penelitian mengungkap tentang ini yang dijadikan sumber data primer adalah
penetapan masalah yang menjadi pusat Kapolrestabes Surabaya. Data primer ini
perhatian dalam suatu penelitian. Penetapan diperoleh melalui interview dan wawancara yang
focus penelitian tersebut memiliki tujuan antara dilakukan oleh peneliti kepada pejabat yang
lain sebagai berikut : (Moleong, 2006, h. 64). berwenang dalam pelaksanaan tugas.
(1) Penetapan fokus dapat membatasi studi, yang (2) Data Sekunder
berarti bahwa dengan adanya fokus akan Data sekunder adalah data yang
membatasi bidang inkuiri. mendukung data primer, data yang diperoleh
(2) Penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk peneliti dari subyek penelitiannya dapat berupa
keluar suatu informasi yang baru diperoleh di buku, catatan-catatan resmi, dokumen atau
lapangan. arsip, majalah, serta data pendukung lainnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh
dirumuskan, maka fokus penelitian yang dengan studi kepustakaan, yaitu dengan
ditetapkan adalah : Faktor-faktor yang mempelajari literatur-literatur, arsip dari instansi
menghambat dan mendukung upaya maupun situs internet. Adapun batasan dari data
implementasi reformasi birokrasi Polri untuk sekunder tersebut adalah sepanjang mendukung
meningkatkan pelayanan masyarakat dalam isi dan pembahasan yang akan diperlukan
menangani unjuk rasa di Polrestabes Surabaya penelitian ini.
adalah : 5. Teknik Pengumpulan Data
a. Faktor pendukung (1) Pengamatan (Observasi)
1) Faktor pendukung internal Observasi yaitu metode pengumpulan
2) Faktor pendukung eksternal data yang dilakukan dengan melakukan
b. Faktor penghambat pengamatan langsung terhadap obyek yang
1) Faktor penghambat internal diteliti, yaitu di Kapolrestabes, para Kabag, para
2) Faktor penghambat eksternal Kasat dan team negosiator di Polrestabes
3. Lokasi dan Situs Penelitian Surabaya. Observasi ini diperlukan oleh peneliti
Lokasi penelitian adalah tempat dimana sebab dapat mengoptimalkan kemampuan
penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti dalam melihat keadaan fenomena dan
mengambil lokasi di wilayah hukum Polrestabes fakta dalam organisasi.
Surabaya yang terdiri dari 26 Polsek dengan luas (2) Wawancara (Interview)
wilayah 298,43 km jumlah penduduk 2.890.648 Wawancara merupakan salah satu bentuk
jiwa. Jumlah personel Mapolrestabes Surabaya pengamatan atau pengumpulan data secara
3.936 orang, sedangkan jumlah personel Polres langsung. Wawancara yaitu suatu metode
Jajaran 2.383 orang. Tipe Polrestabes Surabaya pengumpulan data dengan melakukan tanya
berbeda dengan Polres/Polresta lainnya di jawab atau dialog langsung dengan narasumber
wilayah hukum Polda Jatim. Polrestabes atau informan, yaitu Kapolrestabes, para Kabag,
Surabaya tipe A-1 dan Kapolrestabes Surabaya para Kasat dan team negosiator di Polrestabes
berpangkat Komisaris Besar Polisi. Hal ini sesuai Surabaya.
dengan keputusan Kapolri Nomor (3) Wawancara Secara Tertulis
Kep/366/VI/2010 tanggal 10 Juni 2010 tenang Pengumpulan data secara tertulis disini
Organisasi Tata Kerja Polres, sedangkan adalah dengan melakukan tanya jawab secara
Kapolres/Kapolresta berpangkat Ajun Komisaris tertulis.
Besar Polisi (AKBP). (4) Dokumentasi
4. Jenis dan Sumber Data Dokumentasi yaitu data yang diperoleh
(1) Data Primer dari dokumen-dokumen, arsip-arsip yang ada di
Data primer adalah data yang diperoleh Bag Ops, Satuan Intelkam, Satuan Binmas dan
langsung dari obyek penelitian atau diperoleh lain-lain Polrestabes Surabaya. Teknik
secara langsung dari sumbernya baik melalui pengumpulan data melalui dokumentasi
observasi, wawancara dan alat lainnya. Data keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja,

17
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

apalagi yang berkaitan dengan penelitian negosiator. Penguasaan psikologi massa


sangatlah diperlukan oleh peneliti untuk sehingga mampu mengetahui karakteristik
menambah informasi dan mendukung kegiatan massa pengunjuk rasa dengan demikian dapat
penelitian. menentukan cara bertindak yang tepat,
6. Analisis Data disamping itu menerapkan konsep kepada
Teknik analisis data yang dipergunakan anggota bahwa pengunjuk rasa bukan sebagai
dalam penelitian ini adalah analisis dengan model lawan tetapi sebagai kawan mereka harus kita
interaktif, dimana dalam model initerdapat tiga layani dengan baik, sehingga sampai saat ini
komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data tidak pernah mengalami jalan buntu dalam
dan penarikan kesimpulan (Miles dan menghadapi unjuk rasa.
Hubberman, 1992, h. 20). Selanjutnya analisis b. Meningkatkan sarana dan prasarana antara
dilakukan dengan memadukan secara interaktif lain : memperbaiki barak Dalmas, rencana
ketiga komponen tersebut, dapat disajikan pengadaan baju anti riot, alat kejut listrik,
dengan bagan 1 : mobil escape dan mobil APC.
c. Meningkatkan koordinasi dengan instansi
terkait.
Penyajian
d. Menyusun Standar Operasional Prosedur
Pengumpulan
Data Data (SOP) penanganan unjuk rasa dan dilatihkan
secara rutin, hal ini untuk menghindari
kesalahan prosedur dalam menangani unjuk
Kesimpulan/Ve
Bagan I
Redukasi
rifikasi rasa.
Analisis Data Model
Interaktif Data e. Melaksanakan kegiatan Forum Group Diskusi
(FGD) yang diprakarsai oleh Sat Binmas yang
dilaksanakan dua kali dalam satu bulan, yang
Sumber : Miles and Hubberman terjemahan dipimpin oleh Kapolrestabes dengan
Tjetjep Rohendi (1992, h.20). mengundang Walikota Surabaya, tokoh
agama, tokoh masyarakat, LSM dan
HASIL DAN PEMBAHASAN koordinator kelompok pengunjuk rasa.
Dalam rangka reformasi birokrasi Polri 1. Sumber Daya Manusia
dalam pelaksanaan tugasnya untuk Pencapaian kinerja organisasi besar
meningkatkan pelayanan masyarakat, maka seperti institusi Polri sangat dipengaruhi oleh
Polrestabes Surabaya menyusun Standar pengelolaan sumber daya manusia. Ditinjau dari
Operasional Prosedur (SOP) penanganan unjuk aspek kuantitas sumber daya manusia melebihi
rasa dengan maksimal sebagai pedoman bagi standar, karena jumlah personel Polrestabes
anggota satuan Sabhara Polrestabes Surabaya Surabaya dan jajaran berjumlah 3.936 orang,
dalam melaksanakan pengamanan aksi unjuk sedangkan menurut daftar susunan personel
rasa di wilayah hukum Polrestabes Surabaya (DSP) seharusnya berjumlah 3.254. Ditinjau dari
dalam rangka untuk memberikan perlindungan, aspek kualitas sumber daya manusia Polrestabes
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. SURABAYA sudah memenuhi standar, yaitu
Penyusunan SOP ini berpedoman pada Peraturan jumlah personel yang mengikuti pendidikan
Kapolri No Pol : 16 Tahun 2006 tentang Pedoman kejuruan berjumlah 1.472 orang, meliputi
Pengendalian Massa. Dengan adanya SOP kejuruan Reskrim, Lantas, Narkoba, Intelkam,
penanganan unjuk rasa diharapkan Satuan Binamitra, dan lain-lain.
Sabhara mampu memberikan pelayanan prima Pengembangan sumber daya manusia
yang bermoral, dan patuh hukum, penuh harus menjadi bagian utama dari rencana
tanggung jawab serta berdedikasi tinggi dalam strategik organisasi. Organisasi publik seperti
memelihara keamanan dan ketertiban Polri akan mampu melaksanakan tugas, jika telah
masyarakat. mempunyai sumber daya manusia yang
Dalam upaya meningkatkan kualitas profesional, bermoral dan modern.
pelayanan masyarakat dalam menangani unjuk Profesionalisme Polisi hanya mungkin dapat
rasa, maka Polrestabes Surabaya telah dilakukan dengan memberikan konseptual ,
mengambil langkah-langkah antara lain : teoretikel mengenai berbagai pengetahuan sosial
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari kepolisian, dan mampu menganalisa untuk
yaitu melalui pelatihan dalmas bagi anggota mengatasi dan meredamnya. Suparlan (2008,
Sabhara, pelatihan negosiasi untuk team h.22).

18
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

Dalam menangani unjuk rasa Satuan Tabel 1. Data Unjuk Rasa di wilayah hukum Polrestabes
Surabaya tahun 2011
Sabhara selalu terdepan, hal ini sesuai dengan
tugas pokoknya. Kegiatan unjuk rasa di
Polrestabes Surabaya terjadi setiap hari, hal ini
berdasarkan data dari Bagian Operasi Polrestabes
Surabaya tahun 2011 terjadi 382 kali, dalam satu
bulan terjadi 40-52 kali, berdasarkan data
tersebut maka agar mampu menangani unjuk
rasa tersebut maka diperlukan kesiapan personel
yang profesional dan didukung sarana prasarana
yang cukup.
Jumlah personel Dalmas menurut Daftar
Susunan Personel (DSP) 219 orang, sedangkan
jumlah riil 435 orang sehingga kelebihan 216
orang, tetapi bila dihadapkan tantangan tugas
dilapangan maka jumlah tersebut masih kurang,
karena hampir setiap hari terjadi unjuk rasa.
Disamping itu menurut Peraturan Kapolri No. 16
tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian
Massa. Jumlah kompi Dalmas seharusnya tiga
kompi dan setiap kompi terdiri dari 138 orang,
sedangkan kondisi di Polrestabes Surabaya satu
kompi Dalmas terdiri dari 88 orang dan satu
peleton Dalmas terdiri dari 28 orang.
Dari aspek kuantitas jumlah team Tabel 2. Alat Khusus Dalmas Polrestabes Surabaya Tahun
negosiator masih kurang yaitu baru memiliki 2011
sepuluh team yang terdiri dari tujuh team wanita
(Polwan) dan tiga team pria (Polki), sedang
idealnya berjumlah lima belas team, sehingga
tiap team negosiator dua hari sekali mendapat
giliran untuk bertugas sebagai team negosiator,
disamping itu mereka juga melaksanakan tugas di
kesatuannya masing-masing. Setiap team
dipimpin oleh Perwira berpangkat IPDA sampai
dengan AKP. Apabila masa pengunjuk rasa lebih
dari 500 orang semua team diturunkan, tiap
team bertugas selama 30 menit setelah itu
bergantian dengan team yang lain.
Berdasarkan dari Tabel 1 terlihat bahwa
pada bulan Oktober 2011 paling banyak terjadi
unjuk rasa yaitu sebanyak 56 kali. Sedangkan Peningkatan sarana prasarana sebagai
tahun 2011 terjadi 382 kali unjuk rasa, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
setiap hari terjadi unjuk rasa. Kelompok yang masyarakat dalam menangani unjuk rasa
sering melakukan unjuk rasa yaitu ormas atau diperlukan sarana dan prasarana yang cukup.
LSM dan buruh. Lokasi yang sering menjadi Karena sumber daya manusia tanpa didukung
sasaran atau tujuan unjuk rasa yaitu kantor sarana dan prasarana yang memadai akan
pemerintah yaitu 106 kali. menghambat pelaksanaan tugas di lapangan.
2. Sarana dan Prasarana Demikian halnya dengan Dalmas Polrestabes
Sarana dan prasarana yang lengkap dan Surabaya perlu adanya dukungan sarana dan
memadai sangat menentukan berkualitas atau prasarana yang cukup untuk melaksanakan tugas
tidaknya suatu pelayanan yang diberikan kepada pengamanan unjuk rasa. Sarana dan prasarana
masyarakat. Sebab sarana dan prasarana sangat yang dimiliki oleh satuan Sabhara Polrestabes
mendukung kelancaran tugas dalam memberikan Surabaya belum semuanya terpenuhi sebagai
pelayanan kepada masyarakat. contoh : sarana dan prasarana Dalmas antara lain

19
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

barak Dalmas kurang memadai, kendaraan public Polrestabes telah menyusun Standar Operasional
address, baju anti riot, barier, jas hujan dan alat Prosedur (SOP), yang didasarkan pada Peraturan
kejut masih kurang. Kapolri No. Pol. 16 Tahun 2006 tentang Pedoman
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa alat Pengendalian Massa.
khusus Dalmas Polrestabes Surabaya secara Prosedur penanganan unjuk rasa melalui
umum sudah cukup untuk mendukung kegiatan beberapa tahapan :
operasional, namun ada beberapa peralatan a. Tahap Persiapan
Dalmas yang perlu ditambah antara lain : tongkat 1) Rapat analisa dan evaluasi
listrik, pemadam api, helm Dalmas, dan rompi 2) Menyiapkan surat perintah
Dalmas. Disamping itu peralatan khusus Dalmas 3) Memfloting anggota
perlu diperbaharui sesuai situasi di lapangan dan 4) Menyiapkan alut dan alsus
perkembangan teknologi. 5) Memberikan APP kepada anggota
3. Koordinasi dengan Instansi Terkait b. Tahap Pelaksanaan
Dalam rangka mencapai keberhasilan 1) Situasi tertib (hijau)
dalam pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi 2) Situasi tidak tertib (kuning)
atau kesatuan sangat diperlukan kerjasama, baik 3) Situasi melanggar hukum (merah)
internal maupun eksternal. Sebagai upaya untuk c. Koordinasi dan pengendalian
meningkat kualitas pelayanan kepada masyarakat 5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat:
dalam menangani unjuk rasa tidak lepas dari Faktor-faktor pendukung dan penghambat
adanya partisipasi instansi-instansi terkait. dalam upaya implementasi reformasi birokrasi
Terjalinnya hubungan yang harmonis dan sinergis Polri untuk meningkatkan kualitas masyarakat
dengan instansi lain dengan Polrestabes dalam menangani unjuk rasa, antara lain:
Surabaya akan sangat mendukung pelaksanaan a. Faktor pendukung internal yaitu :
tugas di lapangan. Dalam penanganan unjuk rasa (1) Kesiapan fisik dan mental anggota yang
Polrestabes Surabaya telah melakukan koordinasi menangani unjuk rasa, karena rutinitas
dengan Pemerintah Kota Surabaya yaitu Dinas melakukan latihan atau simulasi
Perhubungan, Dinas Kesehatan, Satpol PP, Dinas penanganan unjuk rasa dan sering
Kebakaran, Kesbangpol Linmas, serta dengan menangani unjuk rasa secara langsung di
DPRD Kota Surabaya dan DPRD Provinsi Jawa lapangan.
Timur. Tanpa koordinasi yang baik dengan (2) Pelatihan-pelatihan yang intensif tentang
instansi tersebut, maka akan sulit untuk penanggulangan unjuk rasa dan
mencapai hasil yang diharapkan. Koordinasi pembekalan materi undang-undang dan
adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha untuk peraturan yang berkaitan dengan
menciptakan kepantasan kualitas, waktu dan penanganan unjuk rasa antara lain :
pengarahan pelaksanaan yang menghasilkan Peraturan Kapolri No. Pol. 16 tahun 2006
keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan tentang Pedoman Pengendalian Massa,
yang telah ditetapkan. George R. Terry dalam Undang-undang No. 39 tahun 1999
Soeprapto (2005). tentang Hak Asasi Manusia, Undang-
4. Prosedur Penanganan Unjuk Rasa undang No. 9 tahun 1998 tentang
Dalam rangka untuk meningkatkan Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
kualitas pelayanan masyarakat dalam menangani Muka Umum, Psikologi massa,
unjuk rasa Polrestabes Surabaya harus Kemampuan berkomunikasi dan
menyiapkan personel yang profesional, dan bernegosiasi (untuk team negosiator)
melakukan pengamanan sesuai dengan Standar (3) Diselenggarakan kegiatan Forum Group
Operasional Prosedur (SOP) Satuan Sabhara Diskusi (FGD) dilaksanakan dua kali dalam
Polrestabes Surabaya. Apabila dalam menangani satu bulan dengan mengundang Walikota
unjuk rasa tidak sesuai SOP, maka terjadi bentrok Surabaya, tokoh masyarakat, tokoh
antara anggota Dalmas dengan pengunjuk rasa agama, tokoh ormas dan LSM.
yang memicu timbulnya tindakan anarkhis yang (4) Menetapkan konsep rayonisasi Polsek-
akhirnya pelanggaran Hak Asasi Manusia polsek jajaran Polrestabes Surabaya, yaitu
terabaikan. Dengan demikian kualitas pelayanan membagi 26 Polsek menjadi 7 rayon,
kepada masyarakat dalam menangani unjuk rasa apabila terjadi unjuk rasa yang menjadi
tidak tercapai. Perwira Pengendali (Padal) adalah
Untuk Menghindari kesalahan prosedur Kapolsek tempat dimana unjuk rasa
dalam penanganan unjuk rasa Satuan Sabhara terjadi dan yang paling menguasai

20
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

wilayahnya. Disamping itu tiap rayon 2. Sarana dan prasarana yang dimiliki Dalmas
mengirim sepuluh anggota untuk Polrestabes Surabaya belum lengkap tetapi
menangani unjuk rasa. masih dapat digunakan secara optimal untuk
b. Faktor pendukung eksternal, yaitu : mendukung pelaksanaan tugas anggota
(1) Koordinasi dengan instansi terkait dalam Dalmas.
penanganan unjuk rasa sudah berjalan 3. Keberhasilan Polrestabes Surabaya dalam
dengan baik antara lain Satpol PP, Dinas menangani unjuk rasa tidak terlepas dari
Kebakaran, Dinas Perhubungan, upaya koordinasi yang optimal baik dengan
Kesbangpol Linmas, dan Dinas pemerintah Kota Surabaya, DPRD Kota
Perhubungan Kota Surabaya. Surabaya dan Pemerintah Propinsi Jawa
(2) Sebagian besar Koordinator Lapangan Timur.
(Korlap) pengunjuk rasa bersifat 4. Prosedur penanganan unjuk rasa di
kooperatif, sehingga hal ini membantu Polrestabes Surabaya dilaksanakan sesuai
tugas Polrestabes Surabaya dalam Standar Operasional Prosedur penanganan
menangani unjuk rasa dan unjuk rasa yang unjuk rasa yang telah disusun oleh Satuan
bersifat anarkis tidak terjadi. Sabhara dan berpedoman pada Peraturan
(3) Sebagian besar organisasi massa dan Kapolri No. Pol. 16 Tahun 2006 tentang
Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) bersifat Pedoman Pengendalian Massa.
kooperatif, mudah untuk diajak dialog 5. Faktor-faktor pendukung dan penghambat
tentang penanganan unjuk rasa sehingga dalam pelaksanaan reformasi birokrasi Polri di
unjuk rasa dapat berjalan dengan damai Polrestabes Surabaya, yaitu :
tanpa disertai tindakan anarkis. a. Faktor pendukung
c. Faktor penghambat internal, yaitu : 1) Internal
(1) Jumlah personel Dalmas dan team 2) Eksternal
negosiator masih kurang b. Faktor penghambat
(2) Perlengkapan Dalmas masih kurang antara 1) Internal
lain Jas hujan, alat kejut, baju anti riot, 2) Eksternal
barrier, mobil APC, mobil public address Saran
dan mobil escape. 1. Peningkatan kemampuan sumber daya
d. Faktor penghambat eksternal, yaitu : manusia melalui pelatihan yang telah rutin
(1) Pengunjuk rasa tidak memberikan dilaksanakan agar lebih ditingkatkan lagi
informasi atau pemberitahuan secara intensitasnya dengan mempertimbangkan
tertulis kepada Polri setempat. kebutuhan di lapangan.
(2) Pengunjuk rasa memberikan surat 2. Peningkatan sarana dan prasarana dengan
pemberitahuan secara mendadak. mempertimbangkan perkembangan ilmu
(3) Pengunjuk rasa meminta pejabat dan pengetahuan dan teknologi, sehingga
instansi atau lembaga yang akan menjadi peralatan dan perlengkapan yang dimiliki
tempat penyampaian pendapat agar mampu menghadapi tantangan tugas di
dihadirkan dihadapan mereka, namun lapangan antara lain : baju anti riot, tongkat
pejabat tersebut sedang tidak ada di listrik dan mobil escape.
tempat hal ini sering menjadi pemicu 3. Koordinasi yang sudah berjalan baik agar
terjadinya tindakan anarkis. lebih ditingkatkan lagi melalui kegiatan diluar
(4) Instansi atau lembaga yang akan menjadi unjuk rasa, antara lain melalui olahraga
tempat unjuk rasa yang tidak kooperatif bersama atau kegiatan sosial bersama.
untuk memenuhi permintaan pengunjuk 4. Perlu pergantian anggota Dalmas yang
rasa agar menghadirkan pimpinan instansi bertugas lebih dari tiga tahun agar diganti
atau lembaga tersebut. dengan personel yang baru secara bertahap
dalam rangka penyegaran atau
KESIMPULAN DAN SARAN menghilangkan kejenuhan personel Dalmas.
Kesimpulan
1. Sumber daya manusia Polrestasbes Surabaya UCAPAN TERIMA KASIH
ditinjau dari aspek kuantitas dan kualitas Terimakasih Kepada Dr. Mardiyono, MPA (Ketua
sudah memenuhi standar (DSP), namun bila Pembimbing) dan Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA.,
dihadapkan tantangan tugas dan kerawanan Ph.D (Anggota Pembimbing).
wilayah maka jumlah personel masih kurang.

21
Faktor-Faktor Yang Mendukung & Menghambat Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Makhsun, et al.)

DAFTAR PUSTAKA
Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2006.
Peraturan Kapolri No. Pol : 16 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengendalian Masa,
Jakarta.
Millews, Mathew and Hubberman, A. Michael.
1992. Analisis Data Kualitatif Jakarta : UI
Press.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Polrestabes Surabaya, 2011, Standar Operasional
Prosedur (SOP) Satuan Sabhara Guna
Melaksanakan Pengamanan Unjuk Rasa
Di Wilayah Hukum Polresta Surabaya.
Dalam Rangka Mewujudkan Komtibmas,
Surabaya.
Suparlan, Parsudi, 2008, Ilmu Kepolisian, YPKIK,
Jakarta
Undang Undang No 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di
Muka Umum, Jakarta
Undang Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia, Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai