Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN

JEMBATAN SURAMADU
Rizkiy Amaliyah Barakwan (03211750010005)
Rachmi Layina Cimayati (03211750010011)
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

ABSTRAK
Pembangunan berkelanjutan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan
Pulau Madura dengan jalan darat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pembangunan.
Akses transportasi darat yang lebih cepat dan efektif diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan sosial di wilayah Pulau Madura. Namun, beroperasinya
jembatan Suramadu tidak hanya membawa keuntungan saja, dampak negatif juga muncul.
Dampak negatif ini dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya aspek sosial, politik, budaya,
ekonomi, dan ekologi. Adapun tujuan dari kajian ini adalah pertama, menganalisis potensi dan
kendala sosial, ekonomi, dan ekologi yang diakibatkan oleh pembangunan Jembatan
Suramadu. Kedua, menyusun strategi sesuai konsep pembangunan berkelanjutan dalam
menganalisis dampak dari pembangunan Jembatan Suramadu. Penerapan kebijakan strategi
pembangunan berkelanjutan pada dampak pembangunan Jembatan Suramadu adalah upaya
yang tepat dalam mencegah dan mengendalikan dampak negatif yang ditimbulkan dari
pembangunan jembatan. Selain itu, dengan dijalankan dan diselesaikannya program-program
tahun 2011-2012 oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS).

Kata kunci : berkelanjutan, ekologi, Jembatan Suramadu, pembangunan, strategi.

PENDAHULUAN
Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development didefinisikan sebagai
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya. Pembangunan berkelanjutan secara ideal
harus melingkupi seluruh negara dengan sebuah rencana strategi untuk transformasi ekonomi
dan sosial masyarakat. Strategi di atas terutama sangat diperlukan untuk menciptakan
kesetaraan akses kepada sumber daya alam dan pemerataan keuntungan dari pemanfaatan
tersebut. Sehingga seharusnya masyarakat miskin dan pemenuhan kebutuhannya harus
diperhatikan dalam sebuah pembangunan berkelanjutan. Namun, kerangka pembangunan
berkelanjutan ini sangat berlawanan dengan kondisi negara berkembang seperti Indonesia,
khususnya Pulau Madura (Tanuwidjaja dan Widjaya, 2013).
Pembangunan berkelanjutan adalah salah satu kebijakan pemerintah dalam mencapai
kepentingan nasional dengan tidak hanya memperhatikan dampaknya terhadap ekonomi tetapi
juga lingkungan hidup. Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan sangat penting dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan infrastruktur dapat memberikan pengaruh
pada peningkatan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga meningkatkan akses
produktivitas sumberdaya yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi (Hidayat,
2012).
Pembangunan Jembatan Suramadu yang dimulai pada tahun 2003 menghubungkan
Kota Surabaya, Jawa Timur dan Kabupaten Bangkalan, Madura diharapkan dapat mengurangi
kesenjangan pembangunan antara Pulau Jawa bagian Timur dan Pulau Madura yang telah
difokuskan di Kota Surabaya. Hal ini bisa dilihat dari tingginya investasi yang masuk di
Surabaya, sehingga PDB per kapitadi kota ini sangat tinggi, yaitu 31,77 juta rupiah pada 2013,
melampaui wilayah sekitarnya, seperti Bangkalan. Selain itu tingkat kemiskinan di wilayah ini
juga relatif rendah, yaitu 6,23% pada tahun 2013. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
tingkat kemiskinan Bangkalan sebesar 24,62%. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja di
Surabaya juga lebih tinggi di Kota Surabaya dibandingkan dari Bangkalan (Faoziyah, 2016).
Hal tersebut kemudian mendorong pentingnya pembangunan Jembatan Suramadu yang
menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura dengan jalan darat yang diharapkan dapat
mengurangi kesenjangan pembangunan. Akses transportasi darat yang lebih cepat dan efektif
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan sosial di wilayah Pulau
Madura (Faoziyah, 2016).
Namun, beroperasinya jembatan Suramadu tidak hanya membawa keuntungan saja,
dampak negatif juga muncul. Dampak negatif ini dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya
aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, dan ekologi. Dampak negatif pada ekologi yang
ditimbulkan akibat beroperasinya Jembatan Suramadu diantaranya rusaknya ekosistem darat
berupa alih fungsi lahan yang mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi.
Adapun tujuan dari kajian ini adalah pertama, menganalisis potensi dan kendala sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan Jembatan Suramadu. Kedua,
menyusun strategi sesuai konsep pembangunan berkelanjutan dalam menganalisis dampak
dari pembangunan Jembatan Suramadu.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel untuk mengkaji Pembangunan
Berkelanjutan Jembatan Suramadu ini adalah dengan melakukan tinjauan pustaka. Data-data
yang digunakan dalam artikel ini dilakukan dengan mengkaji dan meninjau beberapa artikel
ilmiah hasil penelitian survei yang telah dilakukan sebelumnya.
PEMBAHASAN
Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Bidang Ekonomi Kabupaten
Bangkalan

1.1 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Transportasi


Jembatan Suramadu membawa manfaat yang sangat berarti bagi masyarakat di
Kabupaten Bangkalan antara lain menghemat waktu bagi penumpang dan angkutan barang,
dan bertambah kenyamanan, dan perasaan menyenangkan. Semakin mudahnya akses dan
transportasi ke Pulau Madura akan meningkatkan nilai investasi akibat arus transportasi
semakin lancar sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi.
Sebelum adanya Jembatan Suramadu masyarakat di Pulau Madura yang ingin pergi ke
Kota Surabaya hanya menggunakan alat transportasi laut Kapal Feri Perak Kamal, satu-
satunya akses dari Pulau Madura ke Surabaya dan sebaliknya. Pada hari biasa waktu yang
digunakan untuk menyeberang dari Pelabuhan Kamal Perak dan sebaliknya sekitar 60 menit
atau satu jam. Waktu ini akan semakin lama ketika masuk akhir pekan atau musim liburan, saat
menjelang lebaran dan hari besar agama islam sering tak terkendali jumlah penumpang yang
ingin menyeberang. Budaya pulang kampung toron bagi masyarakat Madura seakan menjadi
menu wajib mereka. Akibatnya peningkatan jumlah manusia dan barang tidak dapat
dihindarkan. Di sisi lain intensitas jumlah pelayaran Kapal Feri tidak bisa ditambah karena
dapat menganggu alur pelayaran yang ada. Dampak yang dirasakan dan dinikmati oleh
masyarakat Kabupaten Bangkalan terjadinya efisiensi waktu dan biaya perjalanan. Hal ini
terbukti dengan hasil wawancara bahwa pembangunan Jembatan Suramadu membawa banyak
manfaat bagi masyarakat.
Tabel 1. Jenis dan Tarif Kendaraan yang melewati Jembatan Suramadu

Berdasarkan Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa sejak peresmian Jembatan Suramadu


tahun 2009 terjadi peningkatan kendaraan yang melintasinya. Jumlah terbesar masih
didominasi kendaraan roda dua dan roda empat sehingga bisa dikatakan mobilitas pengguna
jembatan suramadu sangat tinggi (Effendi dan Hendarto, 2014).
1.2 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Penduduk
Beroperasinya jembatan Suramadu akan menyebabkan terjadinya pertambahan jumlah
penduduk di Pulau Madura. Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten yang menerima
kelimpahan penduduk paling tinggi dibanding 3 kabupaten lainnya. Diperkirakan pada tahun
2035 atau 30 tahun setelah 30 tahun beroperasinya Jembatan Suramadu, jumlah penduduk di
Kabupaten Bangkalan berjumlah 2,79 juta jiwa atau hampir dua kali lipat (98,98 %) dibanding
pertumbuhannya tanpa jembatan 1,40 juta jiwa (BPWS, 2011).
Dampak yang timbul dengan adanya pertumbuhan penduduk adalah perumahan atau
lahan pemukiman akan bertambah. Tumbuhnya kawasan pemukiman baru di Kabupaten
Bangkalan seperti dibangunnya perumahan-perumahan dan permintaan rumah hunian yang
meningkat serta berdirinya pusat perbelanjaan Bangkalan Plasa (Effendi dan Hendarto, 2014).
1.3 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Peningkatan
Pendapatan
Pembangunan Jembatan Suramadu telah mendorong tumbuh dan berkembangnya
usaha usaha baru yang berada di sekitar kaki Jembatan Suramadu di sisi madura. Hal ini
terjadi akibat akses jalan yang mudah sehingga mendorong masyarakat melakukan usaha
usaha ekonomi dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Membuat mereka
yang aktif dan kreatif mempunyai pekerjaan yang baru juga berpengaruh pada peningkatan
pendapatan keluarga. Di sekitar Jembatan Suramadu di sisi Madura terdapat usaha usaha baru
yang bermunculan.
Jembatan Suramadu yang sudah mulai beroperasi menyebabkan Pulau Madura akan
memiliki akses perdagangan dan industri yang semakin luas. Apalagi dengan potensi yang
dimiliki oleh pulau ini. Terdapat tujuh potensi dalam pengembangan kawasan ekonomi khusus
di kaki Suramadu sisi Madura seluas 600 hektare, pembangunan infrastruktur (pelabuhan
petikemas), kawasan pusat peternakan Sapi Madura, recovery lahan garam, industri minyak
atsiri (parfum dari bahan baku bunga melati), agro industri (ketela pohon, jagung, kedelai dan
tanaman obat), dan industri perikanan (Yanti et al., 2014).
Pulau Madura memiliki 104 blok sumber migas yang sudah dikapling investor, dan
baru 14 blok di antaranya yang dieksploitasi. Lokasi minyak lepas pantai yang sedang produksi
terletak di Pulau Pegerungan, Kabupaten Sumenep, di lokasi Sumenep (Arco Kangean),
Sampang (Gulf Ketapang Madura, Santos Sampang), dan Bangkalan (Kodeco Blok Barat).
1.4 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Pariwisata
Obyek wisata yang berada di Pulau Madura khususnya Kabupaten Bangkalan belum
dikembangkan secara maksimal karena obyek wisata tersebut belum termasuk skala prioritas.
Di Pulau Madura terbagi atas 3 kategori wisata, yaitu wisata alam, wisata buatan, dan wisata
budaya dan sejarah. Beberapa hal yang menyebabkan pengembangan wisata di Pulau Madura
belum dikembangkan secara maksimal disebabkan persepsi masyarakat tentang kedekatan
industri pariwisata dekat dengan kemaksiatan masih belum terhapus sehingga belum mendapat
dukungan dari tokoh masyarakat akibatnya beberapa tempat wisata berjalan sendiri tanpa
panduan. Kendala lain yang menyebabkan belum berkembangnya tempat wisata di Pulau
Madura belum berkembangnya infrastruktur jalan yang mendukung sektor pariwisata. Dengan
adanya jembatan suramadu diharapkan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah setempat
untuk lebih serius dalam pengembangan obyek wisata tersebut (Effendi dan Hendarto, 2014).
1.5 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Mobilitas Sosial
Jembatan Suramadu merupakan sebuah kemudahan karena langsung menghubungkan ke
daerah perkotaan yakni Kota Surabaya. Masyarakat dari Pulau Madura dapat dengan mudah
memenuhi kebutuhan hidupnya karena adanya Jembatan Suramadu. Sedangkan dampak
negatif berkaitan dengan semakin banyaknya peredaran narkoba, kriminalitas dan lokalisasi
(Yanti et al., 2014).
1.6 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Pendidikan
Dampak pembangunan Jembatan Suramadu dari segi pendidikan membawa dampak yang
positif bagi masyarakat di Pulau Madura. Terlihat bahwa ada usaha untuk membangun sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas sehingga masyarakat menjadi pelaksana dalam
pembangunan di daerahnya sendiri sebagai persiapan ketika kawasan Suramadu di
kembangkan lebih baik. Dampak positif lain adalah masyarakat di Kabupaten Bangkalan dan
Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang mendapatkan training, workshop dan sosialisasi
khususnya kepada nelayan dalam rangka membangun SDM berkualitas yang dilakukan oleh
Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS, 2011).
Dengan demikian jika melihat model pertumbuhan Rostow yang dikutip oleh Budiman
(1995) dalam konsep pembangunan, dapat dikatakan bahwa intervensi pemerintah dalam
pembangunan jembatan Suramadu membuat masyarakat di Kabupaten Bangkalan dan Desa
Sukolilo Barat Kecamatan Labang ini menjadi masyarakat yang naik level menjadi masyarakat
pra kondisi lepas landas. Hal ini karena intervensi pemerintah dalam pembangunan
mengakibatkan sedikit kemajuan pada wawasan dan pengetahuan masyarakat yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu. Selain itu, pendidikan yang maju dan berorientasi pada masa depan
juga menjadi faktor pendorong dalam perubahan sosial yang ada di Kabupaten Bangkalan
(Yanti et al., 2014).
1.7 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Dalam Bidang Budaya
Dampak positif adanya Jembatan Suramadu berkaitan dengan mulai berubahnya status di
Kabupaten Bangkalan dari daerah plosok menjadi daerah yang lebih hidup. Selain itu, terdapat
kerjasama budaya antar Suku Madura dengan Suku Jawa yakni kirab dan lomba perahu hias di
daerah pesisir dekat Jembatan Suramadu untuk memperingati Hari Raya Ketupat. Hal ini
menjadi sebuah salah satu perubahan budaya karena sebelum ada Jembatan Suramadu hanya
diadakan oleh orang Madura saja. Dampak negatif berkaitan tatanan nilai dan budaya dalam
masyarakat yang berbasiskan nilai agama menjadi semakin luntur.
Dampak sosial pembangunan infrastruktur secara langsung juga dapat mempengaruhi
perubahan sosial seperti yang diungkapkan Soekanto (1987), dalam hal ini yakni berhuhungan
dengan adanya kontak kebudayaan lain, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan
untuk maju serta sistem yang terbuka dalam lapisan-lapisan juga menjadi faktor pendorong
dalam perubahan sosial yang ada di Kabupaten Bangkalan (Yanti et al., 2014).
1.8 Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Ekologi Kabupaten
Bangkalan
Padatnya transportasi darat yang melalui Jembatan Suramadu membawa dampak
tersendiri bagi lingkungan alam. Pencemaran udara oleh gas-gas dari kendaraan bermotor
seperti CO, CO2, dan NOx sangat mungkin terjadi.
Pembangunan yang dilakukan dengan mengambil alih fungsi lahan akan menyebabkan
perubahan-perubahan dalam komponen penyusunnya. Berkaitan dengan hal ini, kebutuhan
berbagai aktivitas hidup manusia dinyatakan setara dengan kebutuhan energi kimia karbohidrat
manusia per hari yang diambil dari berbagai sumber daya lingkungan. Aktivitas kehidupan
manusia mengeluarkan karbondioksida meningkat dan akan memberi tekanan terhadap
lingkungan (Sativa dan Utami, 2010).
Di samping itu, seiring dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk di Madura,
akan dimungkinkan semakin banyak pula sampah rumah yang dihasilkan. Ketidakdisiplinan
masyarakat dalam hal pembuangan sampah menjadi kendala yang patut diperhitungkan.
Sampah yang tidak dapat diuraikan akan menambah beban berat bagi lingkungan. Berdasarkan
analisa ini pengolahan dan pembangunan yang melibatkan lingkungan hendaknya
diperhitungkan pengaruh buruk yang akan ditimbulkan. Karena apabila tidak dipikirkan dan
diatur dengan benar maka akan banyak masalah yang timbul dan mengganggu kesejahteraan
makhluk hidup.
Berkurangnya populasi tumbuhan hijau akan berakibat terganggunya rantai makanan
yang di dalamnya terdapat keberlanjutan energi. Jika industrialisasi dan pembangunan
dilakukan di lahan yang potensial sebagai lahan hijau maka akan meningkatkan kadar CO2.
Siklus karbon akan terganggu dan mengakibatkan temperatur wilayah Madura berubah karena
sinar matahari terpantul kembali akibat efek rumah kaca yang ditimbulkan dan meningkatkan
suhu wilayah tersebut (Campbell, 2006). Peningkatan emisi gas karbon ini akan mempengaruhi
iklim di wilayah Madura salah satunya meningkatkan temperatur wilayah Madura.
Beberapa kawasan tersebut apabila tidak diperhatikan dalam hal eksploitasinya, maka
akan berdampak buruk bagi lingkungan. Banyak pihak kini sudah berebut lahan di kawasan
Bangkalan. Beberapa pembangunan di kawasan sisi pantai telah mengorbankan hutan
mangrove yang berfungsi sebagai pagar daratan. Namun eksekusi lahan telah dilakukan
sehingga dapat berakibat pada erosi dan sedimentasi daratan. Akibatnya, di bibir pantai wilayah
tersebut adalah hancurnya konservasi Bangkalan (Sativa dan Utami, 2010).
Selain hilangnya lahan hijau yang digunakan untuk pembangunan misalnya industri
dan kawasan pemukiman akan terdapat pengaruh yang ditimbulkan setelah mulai berjalannya
kegiatan-kegiatan tersebut. Setiap industri akan menghasilkan produk sampingan berupa gas
buang, limbah cair, dan kebisingan. Produk sampingan jika tidak dikelola dan dikendalikan
dengan baik akan menjadi polutan yang mencemari lingkungan.
Pencemaran dapat berupa pencemaran udara, air, tanah bahkan pencemaran suara.
Tanah yang tercemar akan berpengaruh terhadap produksi air tanah. Industri yang membuang
limbah cair ke sungai akan mencemari air sungai. Sungai-sungai di Madura seperti halnya di
kota-kota besar lainnya juga digunakan sebagai MCK (Mandi, Cuci dan Kakus). Sungai yang
telah tercemar akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang memanfaatkan sungai
sebagai MCK dan untuk keperluan memasak. Pencemaran sungai pada akhirnya akan bermuara
di laut. Polutan yang ikut bermuara di laut akan mencemari ikan-ikan yang hidup di dalamnya.
Hal ini juga dapat menurunkan kesehatan masyarakat yang mengonsumsi ikan. Selain limbah
cair yang mencemari air sungai, industri juga mengahsilkan emisi gas karbon yang memberikan
efek rumah kaca. Polusi semakin meningkat dan hal ini pula yang menghubungkan dengan
perubahan suhu yang semakin meningkat di Pulau Madura (Yanti et al., 2014).
Namun, pembangunan infrastruktur Jembatan Suramadu di Selat Madura dapat
merusak ekosistem terumbu karang di bawah laut. Selain terumbu karang, ikan-ikan yang
hidup di sekitar lokasi jembatan juga mengalami kerusakan habitat. Jembatan Suramadu selain
mengembangkan potensi wisata darat juga menyumbang kerugian pada potensi wisata bawah
laut Madura. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengendalian dan konservasi terhadap
ekosistem terumbu karang di sekitar Jembatan Suramadu. Diharapkan upaya konservasi
ekosistem bawah laut nantinya dapat dijadikan sebagai upaya percontohan dan pariwisata
edukasi dalam pelestariannya dan monitoring pelestarian ekosistem bawah laut secara
berkelanjutan.
Perubahan yang terjadi pada komponen penyusun suatu ekosistem akan mengakibatkan
ekosistem tersebut tidak lagi berjalan seimbang. Menurut Krebs (2001), perubahan alih fungsi
lahan akan menyebabkan hilangnya habitat untuk tumbuhan dan komunitas hewan serta
fragmentasi habitat. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah suatu populasi baik tumbuhan
maupun hewan tertentu. Bukan suatu hal yang mustahil jika nantinya jumlah satwa di Madura
akan berkurang karena habitat satwa tersebut sudah tidak ada lagi. Habitat hewan yang hilang
juga akan mnyebabkan beberapa satwa liar dan be erbahaya seperti ular muncul di tengah
pemukiman manusia.

1.9 Evaluasi dan Strategi Penerapan Pembangunan Berkelanjutan sebagai Upaya


Pencegahan Dampak Negatif dalam Pembangunan Jembatan Suramadu
Sejalan dengan strategi penerapan pembangunan berkelanjutan pada dampak pembangunan
Jembatan Suramadu, berikut ini kebijakan yang dapat diterapkan (Yanti et al., 2014; Effendi
dan Hendarto, 2014) :
1. BPWS menjalankan dan menyelesaikan program program tahun 2011-2012, yaitu:
a. Desain Pembangunan rest area di lahan Kawasan Kaki Jembatan Sisi Madura
(KKJSM) seluas 40 ha dan rencana pembangunan masjid ikon Madura di pintu
masuk KKJSM
b. Penjajagan dan promosi investasi dengan pihak asing terus diretas
c. Pemetaan Potensi Wilayah.
d. Konsultasi Publik.
e. Program Pemberdayaan Masyarakat, seperti: Pelatihan UMKM, Pelatihan
Pemanfaatan Hutan Mangrove, Pelatihan Kriya Logam, Pelatihan IT untuk pondok
pesantren, dll.
2. Pengembangan infrastruktur wilayah saling menguatkan dengan pengembangan
kawasan dan sektor strategis. Rencana tata ruang untuk mengembangkan infrastruktur
didasarkan kaidah lingkungan dan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian
alam sekitar. Secara sistematis pengembangan infrastruktur dapat dikelola secara baik
sehingga dapat terintegrasi dan efisien sehingga dapat mendukung kawasan lain di
wilayah Suramadu.
3. Pembangunan sumber daya manusia untuk mendukung kegiatan sektor industrialisasi
yang sejalan dengan nilai budaya masyarakat. Perlu dikembangkan sumber daya alam
yang sesuai dengan kondisi demografi dan nilai positif budaya masyarakat. Serta
peningkatan keterampilan yang saling menguatkan dengan norma dan mental serta
peningkatan disiplin kerja dan jiwa wirausaha.
4. Perlu peran serta dunia usaha dalam pengembangan infrastruktur dan kawasan yang
saling menguatkan dengan investasi pemerintah untuk mendorong percepatan investasi
di wilayah Suramadu.
5. Pengembangan sistem pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur agar dapat
difungsikan sesuai dengan umur teknisnya dan terjamin kehandalannya.
6. Pengembangan sistem perizinan yang cepat dan transparan untuk meningkatkan daya
tarik kawasan terhadap investor.
7. Kawasan yang mempunyai potensi dilihat dari sumberdaya alam maupun lokasi maka
kawasan potensial dapat diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui
pengembangan sektor sektor strategis secara berkelanjutan.

KESIMPULAN
Kebijakan pembangunan berkelanjutan Jembatan Suramadu merupakan sebuah upaya
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang kompleks dan pemerataan pembangunan.
Dampak kebijakan pembangunan Jembatan Suramadu terhadap sosial, ekonomi, dan
lingkungan dapat bersifat positif dan negatif. Peran pemerintah dalam upaya mendorong
peningkatan sosial maupun ekonomi di Madura pada khususnya yakni dengan membentuk
Badan Pengembangan Wilayah Jembatan Suramadu (BPWS) dengan strategi dan kebijakan
mengacu pada kondisi, nilai-nilai, dan budaya Madura sehingga tercpta dukungan masyarakat.
Dalam hal ini penulis memberikan evaluasi terhadap kebijakan pembangunan berkelanjutan
wilayah Jembatan Suramadu dengan hasil bahwa kebijakan tersebut belum maksimal. Hasil
tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat di Pulau Madura
dalam menganalisis pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). 2011. Rencana Induk Percepatan
Pengembangan Wilayah Surabaya Madura 2010 2014. Surabaya : BPWS.

Budiman, A. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Taylor, M.R., dan Simon, E.J. 2006. Biology Concepts &
Connection. Fifth Edition. San Fransisco : Pearson Education, Inc.

Effendi, M. dan Hendarto, R.M. (2014). Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu terhadap
Perekonomian Pulau Madura. Diponegoro Journal of Economics, 3 (1), 1-13.

Faoziyah, U. (2016). Who Benefits? The Case of the Suramadu Bridge Construction. Social
and Behavioral Sciences, 227, 60-69.

Hidayat, S. (2012). The Infrastructure Impact of Suramadu Bridge Development. Journal Basic
Appl. Science Resource, 2 (8), 8471-8476.

Krebs, J. dan Charles. 2001. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. Fifth Edition. San Fransisco : Addison Wesley Longman, Inc.

Sativa, K. dan Utami, J.P. 2010. Pencegahan Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu
terhadap Ekologi dengan Metode Master Plan MaduraTerpadu. Malang : Universitas Negeri
Malang.

Soekanto, S. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Tanuwidjaja, G. dan Widjaya, J.M. (2013). Revitalisasi Kota dan Kabupaten yang Lebih
Berkelanjutan: Kerangka Kerjasama dan Perencanaan Partisipatif di Bangkalan, Madura.
Jurnal Pembangunan Daerah, 1 (1), 59-75.

Yanti, A.T.D., Soeaidy, M.S., dan Ribawanto, H. (2014). Dampak Kebijakan Pembangunan
Jembatan Suramadu terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah
Jembatan Suramadu. Jurnal Administrasi Publik, 1 (2), 147-154.

Anda mungkin juga menyukai