Anda di halaman 1dari 3

CASE MIX

Tim yang merupakan gabungan dari beberapa bagian dari RS, seperti Medis
(Dokter), Keuangan (Costing), Rekam Medis (Coding).
Tim Case Mix di bagi menjadi 2, yaitu Casemix steering comitee yang bertugas di
lapangan (Rawat Jalan dan Rawat Inap) untuk mengatur jalan nya pelayanan
agar sesuai dengan Clinical Pathway (agar tidak berlebihan), an Casemix
Working Comitee yang bertugas untuk memasukan koding sampai terjadi peng
klaiman.
Tim ini merupakan ujung tombak dari peng klaim an pasien pasien terutama
pasien BPJS. Baik dari RS PELNI maupun RS AN-NISA sangat mengandalkan tim
case mix mereka dalam melayani pasien BPJS demi lancarnya tagihan setiap
bulan. Tentu hal ini tidak terlepas dari kerja sama dengan DPJP.
Komponen Case-Mix
1. Coding
2. Costing
3. Clinical Pathway
4. Tekhnologi Informasi

Peran DPJP & Koder dalam Case Mix

1. DPJP
menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan sekunder (bila ada)
sesuai dengan ICD 10
menulis seluruh prosedur/tindakan yang telah dilaksanakan sesuai dengan
ICD 9 CM
membuat resume medis pasien secara lengkap dan jelas selama pasien
dirawat di rumah sakit.

2. KODER (Dokter)
melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi oleh
dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa dan
ICD 9 CM untuk prosedur/tindakan

Dalam Pengkodean pondasi utamanya adalah resume medis. Tanpa


dokumentasi resume medis yang baik, pengkodean tidak bisa dilakukan. Peran
dokter dalam hal ini adalah mengisi kelengkapan baik resume medis atau
pendokumentasian lainya dalam rekam medis. Di samping itu faktor kejelasan
dan keterbacaan dari diagnosa dokter pada dokumen rekam medis sangat
menentukan keakuratan dan ketepatan proses pengkodean. Sama halnya
seorang koder haruslah juga untuk berkomunikasi dengan dokter dimana
nantinya menemukan diagnosa dari dokter yang kurang jelas dan kurang
terbaca.

Prosedur Coding
1. Memberi kode penyakit pada diagnosa pasien yang terdapat pada
berkas rekam medis sesuai dengan ICD 10,
2. Menghubungi dokter yang menangani pasien yang bersangkutan apabila
diagnosa pasien tersebut kurang bisa dimengerti atau tidak jelas
3. Melakukan pengolahan klasifikasi penyakit
4. Memberikan pelayanan kepada dokter atau peneliti lain yang akan
melakukan penelitian yang sesuai indek penyakit pasien,
5. Hasil diagnosis dari dokter, merupakan diagnosis utama maupun
sebagai diagnosa sekunder atau diagnosa lain yang dapat berupa
penyakit komplikasi, maka harus menggunakan buku ICD-10. Untuk
pasien yang dilakukan tindakan operasi, nama operasi tersebut
dilengkapi dengan kode-kode operasi yang dapat ditentukan dengan
bantuan buku ICD-9-CM.
6. Dalam mencari kode penyakit dapat dicari berdasarkan abjad nama
penyakit yang dapat dilihat di dalam buku ICD-10.

Kompetensi Perekam Medis


1. Menentukan nomor kode diagnosis pasien sesuai petunjuk dan peraturan
pada pedoman buku ICD yang berlaku.
2. Mengumpulkan kode diagnosis pasien untuk memenuhi sistem
pengelolaan, penyimpanan data, pelaporan untuk kebutuhan analisis
sebab tunggal penyakit yang dikembangkan,
3. Mengklasifikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan
informasi morbiditas dan sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan,
4. Menyajikan informasi morbiditas dengan akurat dan tepat waktu bagi
kepentingan monitoring KLB epidemiologi dan lainnya,
5. Mengelola indeks penyakit dan tindakan guna kepentingan laporan
medis dan statistik serta permintaan informasi pasien secara cepat dan
terperinci,
6. Menjamin validitas data untuk registrasi penyakit, Mengembangkan dan
mengimplementasikan petunjuk standar koding dan pendokumentasian.

Permasalah Yang Sering Terjadi Dalam Pengkodefikasian


Contoh Pengkodean berdasarkan ICD-10 : A00.0 kholera yang disebabkan
oleh kuman vibro kolerae 01. Permasalahan yang sering ditemukan yaitu,

1. Ketidak jelasan penulisan diagnosis.


2. Penegakan diagnosis belum tepat.

Anda mungkin juga menyukai