PEMBAHASAN
B. Syarat Pernikahan
Pada umumnya, syarat sah pernikahan itu ada beberapa, yaitu:
1. Laki laki dan perempuannya sah untuk dinikahi, artinya kedua calon pengantin adalah orang
yang bukan haram dinikahi, baik karena haram unruk sementara atau selamanya.
2. Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi.
3. Calon suami telah baligh dan berakal
4. Lafal ijab dan Kabul harus bersifat selamanya
5. Ridho kedua mempelai,maka tidak boleh memaksa seorang laki-laki untuk menikahi wanita
yang tidak diingininya, dan tidak boleh memaksa seorang wanita untuk menikahi laki-laki
yang tidak diingininya
6. Kepastian siapa istri atau suami, seperti bila wali mengatakan, aku nikahkan kamu denngan
anakku fulanah, atau anakku yang tinggi ini, atau lafad semisalnya yang menegaskan siapa
calon istrinya apabila dia mempunyai beberapa anak misalnya
7. Adanya wali bagi mempelai wanita, tidak sah pernikahan tanpa adanya wali dari mempelai
wanita, sebagaimana sabda Nabi, Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali.(HR. Abu
Dawud dan At-Turmudzi )
Dalam masalah syarat pernikahan ini terdapat beberapa pendapat diantara para mazhab fiqih,
yaitu sebagai berikut:
1) Ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa sebagian syarat-syarat pernikahan berhubungan
dengan sighat ( kalimat akad ), dan sebagian lagi berhubungan dengan akad, serta sebagian
lainnya berkaitan dengan saksi.
a. Sighat, yaitu ibarat dari ijab dan kabul, deangan syarat sebagai berikut:
1) Menggunakan lafal tertentu, baik dengan lafal sarih misalnya:
b. Akad, dapat dilaksakan dengan syarat apabila kedua calon pengantin berakal, baliq dan
merdeka
c. Saksi, harus terdiri atas dua orang, maka tidak sah apabila akad nikah hanya disaksikan oleh
satu orang. Dan tidak disyaratkan keduanya harus laki-laki dan dua orang perempuan. Namun
demikian apabila saksi terdiri dari dua orang perempuan, mak nikahnya tidak sah.
2) As- Syafii berpendapat bahwa, syarat-syarat pernikahan itu ada yang berhubungan dengan
sigat, ada juga yang berhubungan dengan wali, serta ada yang berhubungan dengan kedua
calon pengantin, dan ada lagi yang berhubungan dengan saksi.[1]
C. Rukun Pernikahan
Rukun pernikahan merupakan yang didalamnya terdapat akad, layaknya akad-akad lain yang
memerlukan adanya persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan akad. Jumhur Ulama
sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas:
1) Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan pernikahan
Sudah menjadi sunnatullah bahwa semua makhluk dijadikan oleh Allah SWT. Dimuka bumi
dengan berpasang-pasangan termasuk manusia.Sebagai makhluk sosial, manusia jelas
membutuhkan teman hidup dalam masyarakat yang diawali dengan membentuk keluarga
sebagi unsur masyarakat terkecil. Perhatikan firman Allah SWT :
Artinya
dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran
Allah. ( Q.S. Adz-Dzariyaat:49 )
Keterangan ini dapat dilihat dalam sebuah hadis nabi SAW. Yang berbunyi sebagai
berikut:
Artinya:
barang siapa diantara perempuan menikah tanpa seiizin walinya, maka pernikahannya
batal. ( H.R. Empat ahli hadis, kecuali NasaI )
3) Dua orang saksi
Dua orang saksi merupakan rukun nikah yang harus dipenuhi. Tidak sah pernikahan tanpa
dua orang saksi yang memenuhi syarat. Adapun syarat-syarat saksi adalah sebagai berikut:
a. Berakal, bukan orang gila
b. Baligh, bukan anak-anak
c. Islam
d. Kedua orang saksi itu mendengar
Nabi Muhammad SAW.bersabda:
Artinya:
Nikah itu tidak sah, melainkan dengan wali dan dua orang saksi. ( H.R. Ahmad )
4) Akad ijab Kabul
Akad ijab Kabul nikah adalah rukun nikah yang paling menentukan dalam pernikahan yang
membuat sesuatu yang tadinya haram menjadi halal. Ijab diucapkan oleh wali nikah
mempelai wanita alias calon mertua pengantin laki-laki, sedangkan kabul diucapkan oleh
calon suami. Akad nikah itu sah apabila diucapkan dengan menggunakan fiil mudari seperti
:
Artinya:
Saya nikahkan, dan saya kawinkan anak perempuan saya bernama Fatimah untuk saudara,
dengan mas kawin Rp.100.000.00 ( seratus ribu rupiah ) kontan.
Artinya:
Saya terima nikah dan kawinnya Fatimah untuk saya denagn mas kawin yang telah
disebutkan.
Imam Malik berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
a) Wali dari pihak perempuan
b) Mahar ( mas kawin )
c) Cslon pengantin pria
d) Calon pengantin wanita
e) Sigat akad nikah
Sedangkan Imam SyafiI berkata bahwa rukun nikah ada lima macam, yaitu:
a) Calon pengantin laki-laki
b) Calon pengantin wanita
c) Wali
d) Dua orang saksi
e) Sigat akad nikah
D. Akad Pernikahan
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan
perkawinan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah lafadz yang berasal dari wali atau orang
yang mewakilinya, sedangkan qabul adalah lafadz yang berasal dari suami atau orang yang
mewakilinya. Akad nikah juga merupakan keharusan bagi setiap pasangan suami istri.
Dengan akad ini maka ditetapkan hak masing-masing atas pihak lainnya, dan menjadikan
seorang suami bertanggungjawab sepenuhnya atas kehidupan istri dan anaknya.
Dalam pernikahan, ridhanya lai-laki dan perempuan, serta persetujuan anatarkeduanya
merupakan hal yang pokok untuk mengikat hidup berkeluarga. Perasaan rida dan setuju
bersifat kejiwaan yang tidak dapat dilihat dengan jelas. Karena itu, harus ada perlambang
yang tegas untuk menunjukkan kemauan mengadakan ikatan bersuami istri. Perlambang itu
diutarakan dengan kata-kata oleh kedua belah pihak yang melangsungkan akad. Inilah yang
merupakan sigat dalam pernikahan. Syarat-syarat akad pernikahan para ulama fiqih
memyebutkan akad dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dua orang yang berakad telah tamyiz, jika salah satunya gila, atau tidak tamyiz maka
pernikahan tidak sah
2. Kesatuan tempat ijab dan qabul ( dilaksanakan dalam satu majelis ) artinya, ketika
mengucapkan ijab qabul tersebut tidak boleh diselingi dengan kata-kata lain, atau menurut
kebiasaan setempat ada penyelingan yang menghalangi peristiwa ijab kabul tidak ada syarat
harus langsung
3. Ucapan qabul hendaknya tidak menyalahi ucapan ijab. Artinya maksud dan tujuan adalah
sama, kecuali kalau qabulnya sendiri lebih baik daripada ijabnya dan menunjukan pernyataan
persetujuan yang lebih tegas
4. Pihak-pihak yang mengadakan akad harus dapat mendengarkan pernyataan masing-masing.
Karena yang menjadi pertimbangan disini adalah maksud dan niat, bukan mengerti setiap
kata-kata yang dinyatakan dalam ijab dan qabul