Anda di halaman 1dari 13

1

A. Definisi Bank
Bank merupakan istilah yang diberikan oleh masyarakat untuk menamai realitas
yang mereka ciptakan. Karena itu antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menyebut
realitas tersebut dengan nama yang berbeda meskipun substansinya sama.
Masyarakat eropa menyebut bank dengan Bank yang berarti meja atau konter. Bagi
masyarakat Itali, bank disebut dengan banco yang dapat berarti peti atau lemari atau
bangku. Arti dasar ini menjelaskan fungsi peti atau lemari sebagai tempat penyimpanan
benda-bedan berharga seperti emas, uang dan lain sebagainya.
Berbeda dari kedua nama yang diberikan oleh kedua kelompok masyarakat di atas, bank
dalam masyarakat Prancis disebut banque yang juga berarti peti atau lemari yang
berfungsi untuk menyimpan uang. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia,
pengertian bank adalah badan yang mengurus uang, menerima simpanan dan memberi
pinjaman dengan memungut bunga.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Artinya, aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana ini merupakan kegiatan utama
perbankan.

Berikut ini adalah definisi/pengertian bank menurut para ahli dan berbagai sumber:
1. Dahlan Siamat
Menurut Dahlan Siamat, bank didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang kegiatan
utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya kemudia
mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa
1
dalam lalu lintas pembayaran.
2. F.E. Perry
Menurut F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang traksaksinya berkaitan dengan
uang, menerima simpanan (deposito) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap
penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan
atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibuthkan untuk pembayaran
kembali.
3. Kuncoro
Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2000: 68),
definisi dari bank adalaha lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun
dana dan menyalurkan kembali dana tersebtu ke masyarakat dalam bentuk kredit serta
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
4. Pierson
Menurut Pierson, seorang ahli ekonomi dari Belanda, bank adalah badan atau lembaga yang
menerima kredit. Bank menerima simpanan dari masyarkat dalam bentuk giro, deposito

1i, Muchammad. pramudi.. Sejarah dan Doktrin Bank Islam. Yogyakarta: KUTUB.2005
2

berjangka dan tabungan. Simpanan dari masyarakat tersebut kemudian dikelola dengan cara
menyalurkannya dalam bentuk investasi dan kredit kepada badan usaha swata atau
pemerintah. Dari kegiatan tersebut, bank memeperoleh keuntungan berupa dividen atau
pendapatan bunga yang dapat digunakan untuk membayar biaya operasional dan
mengambangkan usaha.

5. Prof. GM. Verrijin Stuart


Dalam bukunya Bank Politik, Prof. GM. Verrijin Stuart mendefiniskan bank sebagai suatu
badan usaha yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat
pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan
jalan mengedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral.
6. Somary
Somary menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang aktif memberikan kredit kepada
nasabah, untuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang, bank pemerintah
memperoleh dana dari anggaran belanja Negara yang disisihkan, sedangkan bank swasta
memperoleh modal dari saham. Apabila modal saham tidak mencukupi, maka bank dapat
melakukan pengumpulan dana melalui:
a. Kredit likuiditas dari bank sentral
b. Pinjaman dari bank-bank dalam dan luar negeri
c. Penerbitan saham baru, obligasi dan sertifikat bank
Keuntungan yang diperoleh bank berasal dari selisih antara bunga kredit yang diterima dan
yang dikeluarkan.
7. RG. Howtery
RG. Howtery dalam bukunya Currency on Credit, menyatakan bahwa uang di tangan
masyarakat berfungsi sebagai alat penukar (medium exchange) dan sebagai alat pengukur
nilai (standard on value). Masyarakay memperoleh alat penukar (uang) berdasarkan kredit
yang diperoleh oleh badan perantara utang dan piutang, yaitu bank. Dari pendapat ini, dapat
disimpulkan suatu definisi bank, yaitu badan perantara kredit.
8. A. Abdurracham
Dalam bukunya Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, A. Abdurrachman
merumuskan defisini bank sebagai suatu lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai
macam jasa, seperti pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan, dan lain-lain.
Menurutnya bank adalah suatu usaha perdagangan yang menjual jasa penyimpanan uang
dan pemberian kredit dengan tujuan mencari keuntungan yang wajar dari bermoral.
9. UU No. 14 Tahun 1967
UU No. 14 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perbankan. Dalam memberikan
kredit didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa dalam lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang. Pemberian kredit dapat dilakukan
dengan modal sendiri. Dengan dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, atau dengan
mengedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral.
10. UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1
UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 yang mengatur tentang perbankan memberikan definisi
tentang bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanand an menyalutkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Definisi ini
menjelaskan bahwa dalam menjalankan usahanya bank tidak hanya mencari keuntunga
3

samara, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pemerataan pendapatan.
Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan kembali pengertian umum
tentang bank, yaitu lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok
masyarakat yang berkelebihan dana menyalurkannya kepada kelompok masyarakat yang
kekurangan dan membutuhkan dana serta memenuhi persyaratan terntentu untuk diberikan
bantuan dana tersebut.
B. Jenis dan Fungsi Bank
1. Jenis-jenis Bank
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, serta kepemilikan bank. Dari
segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang
dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan
perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya.
Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah
masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu (kecamatan) jenis perbankan juga
dibagi ke dalam caranya menentukan harga jual dan harga beli.
Adapaun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
a. Dilihat dari segi Fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut
2
fungsinya terdiri dari:
1) Bank Umum
2) Bank Pembangunan
3) Bank Tabungan
4) Bank Pasar
5) Bank Desa
6) Lambung Desa
7) Bank Pegawai
8) Dan Bank lainnya.
Namun setelah keluar UU Pokok perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi
dengan keluarnya Undang-Undang RI. Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri
dari:
1) Bank Umum
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Di mana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi bank Umum
sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lambung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut.
1) Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Selain itu, Bank Umum disebut juga sebagai Bank Devisa
2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

2 Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers
4

jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga disebut
sebagai Bank non-devisa.
b. Dilihat dari Segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut.
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank
yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bank Milik Pemerintah
Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contah bank milik pemerintah antara lain
Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Bank Tabungan Negara (BTN)

2) Bank Milik Swasta Nasional


Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembgian keuntungannya untuk
keuntungan swasta juga.
Contoh bank milik swasta nasional antara lain:
Bank Muamalat
Bank Central Asia
Bank Bumi Putra
Bank Danamon
3) Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan koperasi.
Sebagai contoh adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.
4) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing
maupun pemerintah aing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.
Contoh Bank Milik Asing antara lain:
Deutsche Bank
Bank of Amerika
Bank of Tokyo

c. Dilihat dari Segi Status


Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena
itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan criteria
tertentu.

Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut.


1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkasi keluar
negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of Credit dan transaksi lainnya.
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
5

2) Bank Non Devisa


Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksankan transaksi sebagai bank
devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi
yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual
maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok.
1) Bank yang berdasarkan prinsp konvensional
Asal mula bank di Indonesia dibawa oleh colonial Belanda sehingga mayoritas bank yang
berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensial.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang
berdasarkan prinsip konversional menggunakan dua metode, yaitu:
a) Menentukan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpana seperti giro, tabungan
maupun deposito. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku
bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative
spread.
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan
berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. System pengenaan biaya ini
dikenal dengan istilah fee based.

2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah


Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun, di luar
negeri terutama di Negara-negara Timur Tengah bank yang berdasarkan prinsip syariah
sudah berkembang pesat sejak lama.
bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda
dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hokum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah adalah sebagai berikut.
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak yaitu 60% untuk bank dan 40% untuk
peminjam, namun pembagian keuntungan dihitung setelah disisihkannya hasil keuntungan
untuk mengembalikan modal.
Contoh untuk kasus ini misalnya Tn. Ivan Pratama hendak melakukan usaha dengan modal
Rp150.000.000,-. Diperkirakan dari usaha tersebut akan memperoleh pendapatan
Rp100.000.000,- per bulan dan modal disediakan seluruhnya oleh Bank Syariah Lepar
Pongok. Dari keuntungan ini disisihkan dulu untuk mengembalikan modal, misalnya
Rp45.000.000,-. Selebihnya dibagikan antara Bank Syariah Lepar Pongok dengan Tn. Ivan
Pratama sesuai dengan kesepakatan sebelumnya (60:40). Sehingga diperoleh (60% x
Rp55.000.000,- = Rp33.000.000,- ) untuk Baank Syariah Lepar Pongok dan 40% (40% x
Rp55.000.000,- = Rp22.000.000,- ) untuk Tn. Ivan Pratama.
6

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)


Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
usaha. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa
keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Contoh kasus untuk prinsip al-Musyarakah adalah sebagai berikut.
Nn. Siti Rahmah hendak melakukan usaha, tetapi kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan
sebesar Rp70.000.000,- sedangkan modal yang dimilikinya hanya tersedia Rp35.000.000,-.
Ini berarti Nn. Siti Rahmah kekurangan dana sebesar Rp35.000.000,-. Untuk menutupi
kekurangan dana tersebut Nn. Siti rahmah meminta bantuan Bank Syariah Petaling dan
disetujui. Dengan demikian, modal untuk usaha atau proyek sebesar Rp35.000.000,-
dipenuhi oleh Nn. Siti Rahmah 50% dan Bank Syariah Petaling 50%. Jika pada akhirnya
proyek tersebut memberikan keuntungan sebesar Rp15.000.000,- maka pembagian hasil
keuntungan adalah 50:50, artinya 50% untuk Bank Pelating (Rp7.500.000,-) dan 50% untuk
Nn. Siti Rahmah (Rp7.500.000,-). Dengan catatan pada akhir suatu usaha Nn. Siti Rahmah
tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp35.000.000,- ditambah Rp7.500.000,- untuk
keuntungan Bank Syariah Pelanting dari bagi hasil.
c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan
yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus lebih dulu memberithukan harga pokok yang ia
beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Contoh kasus murabahah
Ny. Cahaya memerlukan sebuha mobil senilai Rp30.000.000,-. Jika Bank Syariah Payung yang
membiayai pembelian mobi tersebut, maka Bank Syariah Payung mengharapkan suatu
keuntungan sebesar Rp6.000.000,- selama 3 tahun, maka harga yang ditetapkan kepada Ny.
Cahaya adalah Rp36.000.000,-. Kemudian jika nasabah setuju, maka nasabah dari mencicil
dengan angsuran Rp1.000.000,-. Per bulan (diperoleh dari Rp36.000.000,-:36 bulan) kepada
Bank Syariah payung.
d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah)
e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

2. Fungsi Bank
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992, Bab I pasal 3, dijelaskan bahwa
fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat.
Adapaun fungsi-fungsi perbankan secara umum antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi perantaraan dalam transaksi
Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika
keduanya melakukan transaksi. Dalam hal ini kedua orang tersebut tidak secara langsung
melakukan pembayaran, tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.
b. Fungsi tabungan dan perkreditan3
Pada dasarnya, bank merupakan tempat penitipan atas penyimpanan uang, pemberi atau
penyalur kredit. Sebagai tempat penyimpanan uang (tabungan), yang pada hakekatnya sama
dengan deposito berjangka. Dalam kaitan ini, Islam menerapkan istilah tabungan

3 Triandaru, Sigit dan budisantoso, Totok. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat
7

Mudharabah.
Sebagai lembaga pemberi atau penyalur kredit, bank dapat memanfaatkan uang yang
disimpan oleh nasabah pada bank tersebut dikarenakan tidak semua orang sekaligus datang
berbondong-bondong ke bank untuk mengambil uang. Pandangan Islam dalam ha ini adalag
al-musyarakah atau syirkah.

c. Fungsi stabilitas moneter melalui suku bunga


Sebetulnya, tidak ada perbedaan tajam antara bunga dan riba. Islam dengan jelas dan tegas
melarang semua bentuk bunga betapapun hebat dan meyakinkannya nama yang diberikan
kepadanya. Tetapi dalam ekonomi kapitalistik, bunga adalah pusat berputarnya system
perbankan. Bahkan dikatakan bahwa tanpa bunga, system perbankan menjadi tanpa nyawa
dan seluruh perekonomian akan lumpuh.
d. Fungsi transaksi uang sebagai komoditas
Dalam pandangan Islam, uang adalah sebagai alat penukar, bukan komoditi. Peranan uang
ini dimaksudkan untuk melengkapi ketidakadilan dalam ekonomi tukar menukar.
e. Penghimpun dana untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank
memiliki beberapa sumber yang secara garis besat ada tiga sumber, yaitu:
1) Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian
2) Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan
seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
3) Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang
berupa Kredit Likuiditas dan Call Money ( dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank
yang meminjam).

C. Tugas dan Tanggung Jawab bank


1. Tugas Bank
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
1) Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi yang ditetapkannya.
2) Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara termasuk tetapi
tidak terbatas pada:

- Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah maupun valuta asing
- Penetapan tingkat diskonto
- Penetapan cadangan wajib minuman dan
- Pengaturan kredit dan pembiayaan
b. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
1) Melaksanakan dan memberikna persetujuan dan izin atas jasa sisa pembayaran
2) Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran untuk menyampaikan laporan
tentang kegiatannya
3) Menetapkan penggunaan alat pembayaran
c. Mengatur dan mengawasi bank
1) Melaksanakan pengawasan bank secara langung dan tidak langsung. Pelaksanaa
pengawasan dilakukan antara lain dengan:
a) Mewajibkan bank untuk mengampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai
dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b) Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu
8

apabila diperlukan.

2. Tanggung Jawab Bank


Adapun tanggung jawab bank dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah dengan memberikan bunga atas saldo kas
pemerintah sesuai peraturan perundangan.
b. Bank Indonesia untuk dan atas nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri,
menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajinan keuangan pemerintah
terhadap pihak luar negeri.
c. Pemerintah wajib meminta pendapat bank Indonesia dan atau mengundang Bank
Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan
keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau masalah lain yang temasuk
kewenangan Bank Indonesia.
d. Bank Indonesia wajib memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah
mengenai rancangan anggaran pendapatan dan belanja Negara serta kebijakan lain yang
berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
e. Dalam hal pemerintah akan menerbitkan surat-surat urang Negara, pemerintah wjib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan dewan perwakilan rakyat. Bank Indonesia dapat
membantu penerbitn fasilitas pembiayaan darurat dan juga kecuali yang berjangka pendek
dalam rangka operasi pengendalian moneter.
f. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada pemerintah. Dalam hal Bank
Indonesia melanggar ketentuan tersebut, maka perjanjian pemberian kredit kepada
pemerintah tersebut batal demi hukum.

D. Hubungan Nasabah dengn Bank


Hubungan bank dengan nasabah penyimpan dapat disimak dari beberapa pasal UU No. 7
Tahun 1992 UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan.
Dari pasal-pasal tersebut dapat terlihat bahwa hubungan bank dengan nasabah oenyimpan
berdasrkan perjanjian/kontrak yang diserbut dengan perjanjian penyimpanan dana.
Ada beberapa hubungan nasabah dengan bank yang diatur dalam Undang-Undang No. 10
tahun 1998 tentang perbankan, Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-
Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan peraturan pelaksaan yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Hubungan kepercayaan
Hubungan ini dapat dilihat dari pasal 1 angka 2, pasal 1 angka 5 dan pasal 3 UU No. 10 Tahun
1998 tentang perbankan. Dari beberapa pasal tersebut dapat diketahui bahwa bank adalah
lembaga perantra/intermediasi, dimana bank menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, di sini muncul hubungan hokum antara bank dengan nasabah penyimpan,
nasabah penyimpan mempercayakan dana simpanannya kepada bank untuk dikelola, untuk
itu nasabah penyimpan mempercayakan dana simpanannya dengan bunga. Kemudian oleh
bank dana simpanan tersebut disalurkan kepada nasabah peminjam, di sini muncul juga
hubungan hokum antara bank dengan nasabah peminjam, bank menyalurkan dana
simpanan kepada nasabah oeminjam dalam bentuk kredit, yang artinya bank juga
mempercayakan dana itu kepada nasabah peminjam untuk dikelola, dan untuk itu bank
berhak atas pengembalian dana yang dipinjamkan dengan bunganya.
2. Hubungan kerahasiaan
9

Pasal 40 UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menentukan bahwa:


1) Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,
kecuali dalam hal sebagimana dimaksudkan dalam pasal 41, pasal 41A, pasal 42, pasal 43,
pasal 44, dan pasal 44A.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak Terafiliasi.
Pelanggaran oleh anggotaa Dewan Komisaris, Direksi, Pegawai bank, atau pihak terafiliasi
lainnya terhadap ketentuan Rahasia Bank tersebut di atas di ancam dengan pidana yang
berat oleh pasal 47 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan.
3. Hubungan menjamin simpanan nasabah penyimpan
Hubungan ini diatur dalam pasal 37B UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bahwa
1) Setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang
bersangkutan,
2) Untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan,
3) Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berbentuk badan
hukum Indonesia.
4. Hubungan kepedulian terhadap resiko nasabah
Hubungn ini diatur dalam pasal 29 ayat 4 UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan dan
Peraturan Bank Indonesia No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk bank dan
Penggunaan Data Pribadi Nasabah, tanggal 20 januari 2005 bahwa untuk kepentingan
nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko
kerugian sehubung dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Menurut pasal
12 No.7/6/PBI/2005 tersebut, bank yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam
No.7/6/PBI/2005 dikenakan sanksi administrative sesuai dengan Pasal 52 UUNo.10 Tahun
1998 tentang perbankan yang berupa teguran tertulis, dan pelanggaran itu dapat
diperhitungkan dengan komponen tingkat kesehatan bank, namun jika pelanggaran
dilakukan dengan sengaja oleh anggota direksi dan pegawai dari bak yang bersangkutan
dapat diadukan oleh nasabah karena telah melakukan tindak pidana dan dajatuhi sanksi
pidana berdasarkan pasal 49 ayat (2) huruf b UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan.
5. Hubungan kepedulian terhadap pengaduan nasabah
Hubungan ini diatur dalam Pasal 2 PBI No.7/7/PBI/2005, bahwa
1) Bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan yang diajukan nasabah dan atau
4
perwakilan nasabah,
2) Untuk menyelesaikan penagduan, bank wajib menerapkan kebijakan dan memiliki
prosedur tertulis yang meliputi:
a) Penerimaan pengaduan
b) Penanganan dan penyelesaian pengaduan
c) Pemantauan penanganan dan penyelesaian pengaduan.
Jika terjadi pelanggaran kewajiban bank yang termuat antara lain dalam Pasal 2 dan 3 PBI
No.7/7/PBI/2005, maka menurut Pasal 17 PBI No/7/7/PBI/2005, bank dikenai sanksi
administrative sesuai dengan Pasal 52 UU Perbankan yang berupa teguran tertulis, dan
pelanggaran itu dapat diperhitungkan dengan komponen tingkat kesehatan bank, namun
dengan adanya ketentuan Pasal 49 ayat (2) huruf b UU Perbankan maka Direksi dari bank
yang bersangkutan dapat diadukan oleh nasabah sebagai telah melaksanakan tindak pidana

4 Muhammad. 2007. Lembaga Ekonomi Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu


10

dan dijatuhi sanksi pidana.


Hak-hak nasabah penyimpan terhadap bank dalam ke lima hubungan yang muncul dari UU
No. 10 tahun 1998 tentang perbankan di atas memang bertujuan untuk memberikan
perlindungn terhadap nasabah penyimpan, hal itu bias terlihat ketika terjadi pelanggaran
kewajiban bank dalam hubungan-hubungan tersebut, UU No.10 Tahun 1998 Perbankan
mengatur/memberikan sanksi berupa sanksi administrative terhadap bank yang
bersangkutan dan sanksi pidana bagi Direksi, Komisaris, pegawai bank yang bersangkutan
yang sengaja melanggar kewajiban tersebut.

B. Aspek aspek bank


Penilaian terhadap aspek aspek tersebut, secara umum akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Capital ( Modal)
Penilaian yang dilakukan terhadap faktor modal mencakup penilaian terhadap bebeberapa
unsur yaitu komposisi, kecukupan, dan proyeksi permdalan serta kemampuan Bank untuk
mengatasi aset aset yang bermasalah. Selain itu penilaian permodalan juga menilai
kemampuan Bank untuk memelihara kebutuhan tambahan modal yang berasal dari rencana
permodalan Bank dalam mendukung pertumbuhan usaha, keuntungan, kinerja keuangan
pemegang saham, dan akses terhadap sumber permodalan.

2. Kualitas Aset atau Asset Quality


Penilaian terhadab aspek kualitas aset mencakup penilaian terhadap beberapa komponen,
seperti konsentrasi eksposur resiko kredit, kualitas aktiva produktif, kecukupan penyisihan
penghapusan aktiva produktif, dan perkembangan aktiva produktif bermasalah. Selain itu,
komponen komponen tersebut, komponen lain yang dinilai adalah sistem kaji ulang
internal, kecukupa kebijakan dan prosedur, kinerja penganganan aktiva produktif yang
bermasalah, dan sistem dokumentasi.

3. Manajemen
Penilaian yang dilakukan untuk aspek manajemen diantaranya adalah penilaian terhadap
kualitas manajemen umum, penerapan majemen resiko, komitmen Bank kepada Bank
Indonesia, dan kepatuhan bank terhadap peraturan atau ketentuan yang berlaku.

4. Rentabilitas
Penilaian untuk aspek rentabilitas mencakup penilaian terhadap pencapaian ROA (return on
assets), ROE (return on equity), NIM (net interest margin), dan tingkat efisiensi Bank. Aspek
lain yang perlu diperhatikan adalah diversifikasi pendapatan, perkembangan laba
operasional, prospek laba operasional, dan penerapan prinisip akuntansi untuk pengakuan
biaya dan pendapatan.

5. Likuiditas
Penilaian untuk aspek likuiditas mencakup penilaian terhadap rasio aktiva/pasiva likuid,
kondisi LDR (Loan to Deposit Ratio), proyeksi cash flow, konsentrasi pendanaan, potensi
maturity mismatch, pengelolaan likuiditas, kecukupan kebijakan, stabilitas pendanaan, dan
akses pada sumber pendanaan.
11

6. Sensitivitas
Penilaian terhadap aspek sensitivitas terhadap resiko pasar mencakup beberapa komponen
seperti kemampuan modal Bank untuk mengatasi kerugian karena adanya fluktuasi suku
bunga dan nilai tukar, dan kecukupan penerapan manajemen untuk resiko pasar. 5

5 Muhammad. 2007. Lembaga Ekonomi Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu


12

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya
Jenis-jenis bank ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1. Dilihat dari segi fungsinya
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
3. Dilihat dari segi status
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga.
Bank memiliki fungsi di antaranya:
1. Sebagai pemantau dalam transaksi
2. Sebagai tabungan dan perkreditan
3. Stabilitas moneter melalui suku bunga
4. Transaksi uang sebagai komoditas.
Tugas-tugas bank yaitu:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank
Adapun tanggung jawab bank diantaranya:
1. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah
2. Pemerintah wajib meminta pendapat bank Indonesia dan atau mengundang Bank
Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan
keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau masalah lain yang temasuk
kewenangan Bank Indonesia
Hubungan nasabah dengan bank
1. Hubungan kepercayaan
2. Hubungan kerahasiaan
3. Hubungan menjamin simpanan nasabah penyimpan
4. Hubungan kepedulian terhadap resiko nasabah
13

DAFTAR PUSTAKA

Parmudi, Muchammad. 2005. Sejarah dan Doktrin Bank Islam. Yogyakarta: KUTUB
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers
Triandaru, Sigit dan budisantoso, Totok. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat
Muhammad. 2007. Lembaga Ekonomi Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai