Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kawasan Indonesia memiliki 3/5 wilayah perairan dari seluruh wilayahnya


dengan dikelilingi 17.508 pulau. Indonesia memiliki letak geografis yang
sangat strategis dalam posisi silang dunia dimana menjembatani dua benua(Asia
sebelah utara dan Australia di bagian selatan) serta diapit oleh dua samudera yaitu
Pasifik dan Hindia. Posisi ini membuat kepulauan Indonesia menjadi tempat
persilangan budaya dalam pergaulan antar bangsa di dunia. Bahkan sejak zaman
purba kawasan ini telah dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran internasional yang
kemudian mengalahkan popularitas jalur sutera (silk route) dalam kancah
perdagangan internasional, yang merupakan jalur perjalanan darat yang paling
ramai sepanjang sejarah perdagangan di dunia.
Dari bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di beberapa tempat di Kepulauan
Indonesia, dapat diketahui bahwa sejak sekitar 800.000 tahun yang lalu manusia
purba telah mempunyai kemampuan untuk melakukan perjalanan melalui laut.
Kegiatan perlayaran laut ini semakin berkembang sejak kedatangan manusia
Homo Sapiens sekitar 75.000 tahun yang lalu, mereka telah mampu menyeberangi
laut luas sampai ke benua Australia. Pada awal abad masehi aktivitas penjelajahan
laut ini semakin berkembang, tidak hanya perjalanan laut yang dilakukan oleh
penghuni antar pulau di wilayah Indonesia, tetapi juga oleh para penjelajah dunia
untuk berbagai aktivitas, seperti misalnya kegiatan politik, agama, perdagangan,
peperangan, dan lain sebagainya. Bahkan dari berbagai sumber sejarah dapat
diketahui bahwa mulai dari abad ke 4 M sampai awal abad ke-19 M, Perairan
Nusantara ini adalah merupakan suatu kawasan yang paling ramai dilayari oleh
kapalkapal dari berbagai bangsa di dunia. Pada abad ke-9 Masehi, bangsa
Indonesia telah berlayar mengarungi lautan ke barat Samudera Hindia hingga
Madagaskar dan ke timur hingga Pulau Paskah.Ini menjadi bukti bahwa
masyarakat Indonesia memiliki peradaban dan budaya maritim yang maju sejak
dulu kala. Seiring semakin ramainya aktivitas melalui laut, lahirlah kerajaan-
kerajaan bercorak maritim dan memiliki armada laut besar.Perkembangan budaya
maritim pun membentuk peradaban bangsa yang maju di zamannya.

Pada era Kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, nusantara tampil


sebagai kekuatan besar yang disegani negara di kawasan Asia dan dunia.Sebagai
kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah
mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur
perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai
pangkalan kekuatan laut. Angkatan laut Kerajaan Sriwijaya ditempatkan di
berbagai pangkalan strategis dan mendapat tugas mengawasi, melindungi kapal-
kapal dagang yang berlabuh, memungut biaya cukai, serta mencegah terjadinya
pelanggaran laut di wilayah kedaulatan dan kekuasaannya.

Puncak kejayaan maritim bangsa ini terjadi pada masa Kerajaan Majapahit.
Di bawah Raden Jaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada menguasai dan
mempersatukan nusantara.Pengaruhnya bahkan sampai ke negara asing, Siam
Lagor, Campa(Kamboja), Anam, Filipina dan India. Paradigma masyarakat kala
itu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari sosial-budaya, ekonomi,
politik dan pertahanan-keamanan. Jadi kekuatan maritim bangsa Indonesia
sejak dahulu sudah tidak diragukan lagi. Sayangnya, nenek moyang bangsa
Indonesia malas mencatat sejarah. Pengetahuan yang sudah kita miliki, tapi
karena tidak dicatat akhirnya diklaim orang lain. Itu yang biasa dilakukan
orang-orang Eropa. Kalau bicara prasejarah, bangsa Eropa tidak memiliki
bukti yang kuat bahwa mereka pandai melaut. Karena gambar-gambar
yang ditemukan hanya perburuan. Berbeda dengan Indonesia yang
gambarnya ada perburuan dan laut.

Berdasarkan tinjauan sejarah di atas, bangsa Indonesia memiliki darah,


watak dan budaya maritim yang kuat.Namun semua itu memudar seiring peralihan
zaman.Agar kembali pada hakikatnya sebagai bangsa yang besar, masyarakat
Indonesia harus kembali memiliki wawasan maritim agar dapat belajar dari
sejarah, khususnya mengenai bukti arkeologis kemaritiman Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kemaritiman Indonesia ditinjau dari bukti


arkeologisnya?
2. Apa manfaat yang dapat dipetik oleh bangsa Indonesia dengan adanya
sejarah kemaritiman yang diperkuat dengan bukti arkeologisnya?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan sejarah kemaritiman Indonesia ditinjau dari bukti


arkeologisnya;
2. Menjelaskan manfaat yang dapat dipetik oleh bangsa Indonesia dengan
adanya sejarah kemaritiman yang diperkuat dengan bukti arkeologisnya.

1.4 Manfaat penulisan

1. Memberikan pengetahuan mengenai sejarah kemaritiman Indonesia


ditinjau dari bukti arkeologisnya;
2. Memberikan pengetahuan mengenai manfaat yang dapat dipetik oleh
bangsa Indonesia dengan adanya sejarah kemaritiman yang diperkuat
dengan bukti arkeologisnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Arkeologis Kemaritiman


Menurut Ali Akbar arkeologi, berasal dari bahasaYunani, archaeo yang
berarti kuna dan logos yang berarti ilmu. Nama alternatif Arkeologi adalah
ilmu sejarah kebudayaan material. Sehingga, Arkeologi merupakan ilmu yang
mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data
bendawi yang ditinggalkan, sedangkan defenisi maritim menurut KBBI, maritim
adalah berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di
laut; dan kemaritiman berarti hal-hal yang menyangkut kemaritiman. Jadi
arkeologis kemaritiman adalah adalah bagian dari disiplin arkeologis yang
mengkaji kebudayaan manusia(masa lalu) melalui kajian sistematis atas data
bendawi yang ditinggalkan yang berkenaan dengan kegiatan kelautan seperti
pelayaran,perdagangan dan lain-lain.

2.2 Bukti Arkeologis Kemaritiman Indonesia

Terdapat banyak bukti-bukti pra sejarah dimana bangsa Indonesia adalah


bangsa yang hebat di dunia maritim. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
lukisan perahu di dalam gua di Sulawesi. Kehebatan pelaut-pelaut Indonesia
dibuktikan dengan adanya perubahan kebudayaan yang tadinya berorientasi pada
daratan kemudian memiliki kemampuan berlayar. Bahkan, pelaut Indonesia
sangat teruji, karena mampu mengarungi laut hingga Madagaskar.
1. Perahu
Dalam perjalanan budaya bangsa Indonesia, para pakar sejarah maritim
menduga perahu telah lama memainkan peranan penting di wilayah nusantara,
jauh sebelum bukti tertulis menyebutkannya (prasasti dan naskah-naskah
kuno).Dugaan ini didasarkan atas sebaran artefak perunggu, seperti nekara, kapak,
dan bejana perunggu di berbagai tempat di Sumatera, Sulawesi Utara, Papua
hingga Rote. Berdasarkan bukti-bukti tersebut, pada masa akhir prasejarah telah
dikenal adanya jaringan perdagangan antara Nusantara dan Asia daratan
Pada sekitar awal abad pertama Masehi diduga telah ada jaringan peradaban
antara Nusantara dan India.Bukti-bukti tersebut berupa barang-barang tembikar
dari India (Arikamedu, Karaikadu dan Anuradha-pura) yang ditemukan di Jawa
Barat (Patenggeng) dan Bali (Sembiran). Keberadaan barang-barang tersebut
diangkut menggunakan perahu atau kapal yang mampu mengarungi samudera.

Gambar tembikar dari India yand di temukan di Indonesia

Bukti tertulis paling tua mengenai pemakaian perahu sebagai sarana


transportasi laut tercetak dalam Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni 682
Masehi).Pada prasasti tersebut diberitakan; Dapunta Hiya? bertolak dari
Minana sambil membawa pasukan sebanyak dua laksa dengan perbekalan
sebanyak 200 peti naik perahu.
Gambar Prasasti Kedukan Bukit

Pada masa yang sama, dalam relief Candi Borobudur (abad ke-7-8 Masehi)
dipahatkan beberapa macam bentuk kapal dan perahu. Dari relief ini dapat
direkonstruksi dugaan bentuk-bentuk perahu atau kapal yang sisanya banyak
ditemukan di beberapa tempat nusantara, misalnya Sumatera.

Gambar Relief Candi Borobudur berupa kapal layar bercadik

Fakta sejarah lain yang menandakan bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa
martim dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah di gua-gua
pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi lukisan perahu-perahu layar,
menggambarkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia merupakan bangsa
pelaut. Selain itu ditemukan kesamaan benda-benda sejarah antara suku Aborigin
di Australia dengan di Jawa. Ini menandakan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia telah memiliki hubungan dengan bangsa lain.
Gambar lukisan perahu di gua pulau Muna
Selain itu, bukti-bukti arkeologis transportasi laut banyak ditemukan di
berbagai wilayah Indonesia, seperti papan-papan kayu yang merupakan bagian
dari sebuah perahu dan daun kemudi,yangukurannya cukup besar:
a) Situs Sambirejo
Secara administratif,Situs Sambirejo terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan
Mariana Kabupaten Musi Banyuasin (Sumatera Selatan).Situs ini berada di suatu
tempat lahan gambut. Sebagian besar arealnya merupakan rawa-rawa. Beberapa
batang sungai yang berasal dari daerah rawa bermuara di Sungai Musi.

Dari lahan rawa basah ini, pada Agustus 1987 ditemukan sisa-sisa perahu
kayu. Sisa perahu yang ditemukan terdiri dari Sembilan bilah papan dan sebuah
kemudi. Dari Sembilan bilah papan tersebut, dua buah diantaranya berasal dari
sebuah perahu dan tujuh bilah lainnya berasal dari perahu lain.

Sisa perahu yang ditemukan tersebut dibangun secara tradisional di daerah


Asia Tenggara dengan teknik yang disebut papan ikat dan kupingan pengikat
(sewn-plank and lashed-lug technique), dan diperkuat dengan pasak kayu atau
bambu. Papan kayu yang terpanjang berukuran panjang 9,95 m dan terpendek
4,02 m ; lebar 0,23 m; dan tebal sekitar 3,5 cm. Pada jarak-jarak tertentu(sekitar
0,5 cm), di bilah-bilah papan kayu terdapat bagian yang menonjol berdenah empat
persegi panjang, disebut tambuko. Di bagian itu terdapat lubang yang bergaris
tengah sekitar 1 cm. Lubang-lubang itu tembus ke bagian sisi papan. Tambuko
disediakan untuk memasukkan tali pengikat ke gading-gading papan kayu setebal
3,5 cm kemudian dihubungkan bagian lunas perahu dengan cara mengikatnya satu
sama lain. Tali ijuk (Arrenga pinnata) mengikat bilah-bilah papan yang dilubangi
hingga tersusun seperti perahu.Selanjutnya, dihubungkan dengan bagian lunas
perahu hingga menjadi dinding lambung. Sebagai penguat ikatan, pada jarak
tertentu (sekitar 18 cm) dari tepian papan dibuat pasak-pasak dari bambu.

Dari hasil rekontruksi dapat diketahui bahwa perahu yang ditemukan di


daerah Sambirejo berukuran panjang kira-kira 20 m. Berdasarkan analisis
laboratorium terhadap karbon (C-14) dari sisa perahu Sambirejo adalah 1350-+50
BP, atau sekitar tahun 610-775 Masehi.

Gambar situs Sambirejo

b) Situs Kolam Pinisi

Situs ini terletak di kaki sebelah barat Bukit Siguntang, sekitar 5 km ke arah
barat dari kota Palembang. Eskavasi yang dilakukan pada 1989 ditemukan lebih
dari 60 bilah papan sisa sebuah perahu kuno. Meskipun ditemukan dalam jumlah
banyak, namun keadaannya sudah rusak akibat penduduk masa lampau untuk
mencari harta karun. Papan kayu tersebut pada ujungnya dilancipkan kemudian
ditancapkan ke dalam tanah untuk memperkuat lubang galian. Papan kayu yang
ditemukan berukuran sekitar 5 cm dan lebar antara 20-30 cm. Seluruh papan ini
mempunyai kesamaan dengan papan yang ditemukan di situs Sambirejo, yaitu
Tambuko yang terdapat di salah satu permukaannya dan lubang-lubang yang
ditatah pada tambuko-tambuko tersebut seperti halnya pada tepian papan untuk
memasukkan tali ijuk yang memasukkan tali ijuk yang menyatukan papan perahu
dengan gading-gading, serta menyatukan papan satu denga lain. Pada bagian tepi
terdapat lubang-lubang yang digunakan untuk menempatkat pasak kayu atau
bambu untuk memperkuat badan perahu.Pertanggalan karbon C-14 menghasilkan
pertanggalan kalibrasi antara 434 dan 631 Masehi.

Gambar situs kolam pinisi

c) Situs Kapal Punjulharjo

Pada hari Sabtu, 26 Juli 2008 beberapa warga di desa Punjulharjo,Kecamatan


Rembang Jawa Tengah membuat tambak garam. Mereka menggali dengan cara
memacul tanah di daerah pesisir tersebut.Wilayahnya sekitar 400 m dari pantai
yang sekarang, mungkin dulunya merupakan bibir pantai, lalu tak sengaja mereka
menemukan bangkai perahu yang kemudian wilayah situs itu dikenal dengan
nama Situs Kapal Punjulharjo.

Perahu Punjulharjo memberikan pengetahuan bagaimana teknologi itu


digunakan,mulai dari papan-papan yang dilengkapi dengan tambuko(tonjolan
dengan lubang-lubang untuk mengikat berbentuk kotak. Juga ditemukan materi
lain pembentuk perahu seperti gading-gading gajah yang mumbuat bentuk
melengkung di bagian lunas perahu, ikatan antara papan dengan gading pada
tambuko,bagian haluan,bagian buritan,lunas, dan di tempat lainnya. Bersamaan
dengan perahu kuno tersebut,di dalamnya juga ditemukan kapak, tulang, tongkat
ukir, tutup wakul dari kayu, pecahan mangkuk dan tembikar lainnya. Juga
tempurung kelapa serta kepala patung dari batu. Dari benda-benda kuno ini,dapat
dipastikan bahwa kapal ini digunakan sebagai media pelayaran untuk perdagangan
dan perniagaan.

Selain itu,perairan Indonesia memiliki potensi sumber data arkeologi bawah air
yang cukup banyak, baik yang berada di jalur sungai-sungai yang
menghubungkan pusat-pusat kerajaan besar, antara lain Sumatera dan Jawa
maupun di jalur-jalur pelayaran laut(pantai utara Jawa, Selat Malaka, Selat
Makassar, Maluku) dari berbagai periode sejarah. Data di bawah ini
menggambarkan sebagian data tersebut yang sudah berhasil diidentifikasi
berdasarkan hasil survei dan studi pustaka (Praktiko, Widi Agoes 2005).
Sumber Jumlah
Sejarah Maritim Indonesia Ribuan kapal
BRKP, LIPI, Dishidros TNI AL, dan Litbang 463 kapal
Oceanologi
Arsip Organisasi Arkeologi di Belanda 245 kapal VOC
Tony Wells, Shipwrecks & Sunken Treasure 186 kapal VOC
Arsip Spanyol, Korea, Jepang, Cina, dan Proses inventarisasi
Eropa lainnya
Adapun data kapal yang tenggelam dan sebaran lokasi yang berhasil
dihimpun oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan ( BRKP), Departemen
Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut:
No. Daerah Persebaran Lokasi
1 Selat Bangka 7
2 Belitung 9
3 Selat Gaspar, Sumatera Selatan 5
4 Selatan Karimata 3
5 Perairan Riau 17
6 Selat Malaka 37
7 Kepulauan Seribu 18
8 Perairan Jawa Tengah 9
9 Karimun Jawa, Jepara 14
10 Selat Madura 5
11 NTB / NTT 8
12 Pelabuhan Ratu 134
13 Selat Makasar 8
14 Perairan Cilacap, Jawa Tengah 51
15 Perairan Arafuru, Maluku 57
16 Perairan Ambon Buru 13
17 Perairan Halmahera Tidore 16
18 Perairan Morotai 7
19 Teluk Tomini, Sulawesi Utara 3
20 Irian Jaya 31
21 Kepulauan Enggano 11
Sumber: BRKP, DKP

2.3 Manfaat Sejarah Kemaritiman yang Ditinjau dari Bukti Arkeologisnya Bagi
Bangsa Indonesia
Kilasan sejarah yang disertai dengan bukti-bukti arkeologisnya, tentunya
memberikan gambaran-gambaran betapa kuatnya kemaritiman Indonesia pada
waktu itu. Ditambah lagi kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu mampu menyatukan
wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena paradigma masyarakatnya
yang mampu menciptakan visi maritim sebagai bagian utama dari kemajuan
budaya, ekonomi, politik dan sosial. Akan tetapi, saat ini dunia maritim Indonesia
telah mengalami kemunduran yang cukup signifikan, jika pada zaman dahulu
mencapai kejayaan baik dalam bidang politik maupun ekonomi, sekarang ini tidak
tampak sedikit pun kemajuan yang dapat dilihat.
Berkaca dari masa lalu, melihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh
karena mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya
perekonomian dan ketahanan politik suatu negara, maka menjadi suatu
kesempatan yang berharga bagi bangsa Indonesia untuk mampu memetik
pelajaran dari sejarah ini agar Indonesia bisa kembali menjadi negara maritim dan
tujuan nasional Indonesia dapat terwujud.

Sejarah Indonesia sebagai Negara maritim tidak hanya terbatas pada bukti
tertulis, akan tetapi terdapat pula bukti-bukti arkeologi kemaritiman Indonesia
seperti perahu, prasasti, lukisan-lukisan perahu yang terdapat di gua-gua seperti
pulau Muna, Seram, Arguni. Dengan adanya bukti-bukti arkeologis tersebut,
Indonesia dapat menjadikannya sebagai suatu tempat wisata sehingga dapat
berdaya guna.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
a) Indonesia terlahir sebagai Negara maritim. Hal ini terbukti dari berbagai
fakta sejarah berupa penemuan-penemuan sebagai bukti arkeologis seperti
prasasti, lukisan pada dinding gua berupa kapal atau perahu dan
penemuan-penemuan kapal kuno di bawah air dan beberapa situs-situs di
beberapa tempat.
b) Dengan adanya bukti arkeologis kemaritiman Indonesia, bangsa Indonesia
dapat mengambil manfaat, seperti membangkitkan semangat bangsa
Indonesia untuk kembali mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana
dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik suatu negara, agar
Indonesia bisa kembali menjadi negara maritim dan tujuan nasional
Indonesia dapat terwujud dan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan
perahu-perahu modern.

3.2 Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini yaitu, sebaiknya pemerintah
bersama pemimpin-pemimpin lainnya menciptakan persepsi kelautan
yang tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa
depan bangsa. Dengan persepsi tersebut, dapat memacu kesadaran bangsa
Indonesia akan arti penting maritim dalam pembangunan nasional.
DAFTAR PUSTAKA

content/uploads/sites/17/2014/12/Amoghapasa-2009-13-sugi.pdf

http://www.slideshare.net/RahmatSaputra7/meyka-makalh

http://maritimemagz.com/budaya-maritim-keluhuran-nusantara/

http://www.wacananusantara.org/arkeologi-danpengenalan-prasejarah-
perahu-nusantara/

Paonganan,Y.2011.9 Perspektif Menuju Masa Depan Maritim Indonesia.


Yrama Widya: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai