Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Berdirinya Bani Abbasiyah


Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas,
paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad
ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik
menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.1[1]
Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad
(pasukan Dinasti Umayyah) melawan pasukan Abdul Abbas. Pemberontakan tersebut terjadi akibat
ketidak puasan mereka tehadap khalifah-khalifah sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan oleh
pasukan Abbas. Pasukan pemberontak terdiri dari kalangan Khawarij, Syiah, Mawali, dan Bani
Abbas.
Para Mawali bekerja sama dengan Bani Abbas, komando tertinggi gerakan Bani Abbas tidak
menyisakan keluaga Umayah, karena perburuannya terhadap keluarga Umayyah itu, ia dijuluki
dengan As-Safah yang berartiyang menumpahka darah.
Abu Abbas kemudian didaulat menjadi khalifah pertama Bani Abbasiyah. Tahun 750 M
diproklamasikan berdirinya pemerintahan Bani Abbasiyah di Kufah. Khalifah petamanya adalah Abu
Abbas Ash Shaffah yang di baiat di Masjid Kufah.2[2]
B. Pendidikan Islam Pada Masa Keemasan
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah The
Golden Age. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang
ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa
Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan
berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.3[3]
Pemerintah Bani Abbasiyah berkuasa selama 5 abad, yaitu dari tahun 750-1258 M. Pada
awalnya pusat pemerintahan di kota kufah kemudian pindah ke Hira lalu ke Abar (Hasyimiyah) dan
akhirnya ke Baghdad. Baghdad adalah ibu kota pemerintah Bani Abbasiyah yang paling strategis,
kota ini di bangun oleh Abu jafar al Mansur dengan bentuk bulat, arsitek pembangunan adalah Hajjaj
bin Art dan Amron bi Wahdah. Baghdad menjadi kota internasional dan disebut sebagai kota seribu
malam.
Ahli sejarah membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 priode yang didasarkan pada
kondisi politik pemerintahan.
1. Periode Pertama (tahun 750 847 M)
Pada periode ini terdapat pengaruh persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan
Bani Abbasiyah dan dalam bidang ilmu pengetahuan. Puncak kejayaan terjadi pada periode ini yaitu
ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua sektor perekonomian maju, ilmu pengetehuan
berkembang pesat sehingga rakyat menjadi sejahtera.
2. Periode kedua (tahun 874 945 M)
Bangsa Turki yang menjadi tentara mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka
memilih dan menentukan khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah mulai
mengalami kemunduran.
3. Periode ketiga (tahun 945 1055 M)
Pada masa Bani Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah
hanya seperti pegawai yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syiah sedangkan Bani
Abbasiyah berpaham Sunni.
4. Periode keempat (tahun 1055 1199 M)
Periode ini ditandai dengan masuknya Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena
telah mengalahkan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama karena
Bani Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.
5. Periode kelima (tahun 1199 1258 M)
Pemerintahan Bani Abbasiyah tidak berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah
kekuasaannya hanya tinggal Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol dipinpin
oleh Hulagu Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad dan isinya, sehingga
berakhirlah Bani Abbasiyah.4[4]
Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti
Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan mencapai
puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Di masa-masa itu para Khalifah
mengembangkan berbagai jenis Kesenian, terutama kesusastraan pada khususnya dan kebudayaan
pada umumnya. Berbagai buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari
India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel
yang bersifat anonim.
Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang
Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah
ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku
nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu
Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan
ilmu pengetahuan selanjutnya.5[5]

C. Bidang Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah.


1. Perkembangan Intelektual.
Secara garis besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari adanya gerakan penerjemahan
buku dari berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga dengan gerakan penerjemahan buku tersebut,
lahirlah para tokoh Islam sesuai dengan keahliannya.
a. Ilmu Umum
1) Ilmu Filsafat
Al-Kindi atau Abu Yusuf Yaqub Bin Ishak ( 809-873 M), seorang filsuf bangsa Arab.
Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
Ibnu Maskawai (wafat tahun 523 H).
Ibnu Shina ( 980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman,
Saddiya dan lain-lain
Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal
,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain.
Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya: Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, dan lain-lain.
b. Bidang Kedokteran
Ali bin Rabban At Torabi. Merupaka dokter pribadi khalifah Al Mutawakkil yang menulis buku
Firdaus.
Ali bin Abbas Al Majusi, salah satu karyanya adalah Al kitab Al Maliki.
Ibnu Sina, ia disebut oleh kaum muslimin sebagai pangeran dokter.
Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang
diterjemahkan dalam bahasa latin.6[6]
c. Bidang Matematika
Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
d. Bidang Astronomi
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam
perbintangan ini seperti :
Al Farazi : pencipta Astro lobe
Al Gattani/Al Betagnius
Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
Al Farghoni atau Al Fragenius.

2. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik


Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena
upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan
bangunan yang berupa:
a) Kuttab
b) Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk
membahas masalah-masalah ilmiah.
c) Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan
perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d) Masjid
e) Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi:
pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.

3. Perkembangan peradaban di bidang politik dan pemerintahan


Dalam menjalankan roda pemerintahan Khalifah Dinasti Abbasiyah mengangkat menteri
(wasir) dan membentuk kementrian (wizarat). Menteri adalah pembantu utama khalifah, ia berhak
mengangkat dan memecat pegawai. Khalifah juga mengangkat hakim yang bertugas menyelesaikan
masalah muamalah. Untuk membantu lancarnya kepemerintahan dibentuklah Diwanul Kitabah
(Sekertariat Negara) dengan dibantu oleh : katibur Rasail, katibul Kharraj, katibul Jund, katibul
Syurthan, katibul Qada.
Selain itu, juga dibentuk departemen-departemen yang dikepalai oleh menteri, departemen-
departemen itu antara lain : diwan al kharraj, diwan az-Ziman, diwan al jund, diwan barid, diwan ar
Rasail. Dalam pemerintahan dinasti Umayyah ada juga yang disebut hajib, yang bertugas mengawasi
dan memberikan persetujuan terhadap program kerja menteri. Wilayah Dinasti Abbasiyah dibagi
menjadi beberapa provinsi yang dinamakan imarat, gubernurnya bergelar Amir.

4. Bidang Militer
Militer Dinasti Abbasiyah terdiri atas tiga bagian, yaitu pasukan pemanah, pasukan infanteri,
dan pasukan berkuda/kavaleri. Pasukan pemanah bersentakan anak panah dan busurnya, tugas
pasukan ini adalah mengacaukan musuh dari jarak jauh. Pasukan invanteri bersenjatakan pedang,
tombak, helm, dan tamengya. Mereka bertugas memukul mundur pasukan musuh pada pertempuran
jarak dekat. Pasukan berkuda bersenjatakan pedang dan lembing, mereka bertugas mengobrak-abrik
pertahanan lawan melalui depan, samping, dan belakang. Selain pasukan-pasukan di atas ada lagi
pasukan pengawal khalifah, mereka ini pasukan elite yang bergaji tinggi.
Angkatan bersenjata Dinasti Abbasiyah didominasi oleh orang Arabdan Persiah pada awalnya,
namun pada tahun-tahun selanjutnya didominasi oleh Arab, Turki, dan persiah. Dan masa sebelum
berakhir daulat ini pasukan bersenjatanya didominasi oleh Persiah dan Turki.7[7]

5. Sistem pendidikan islam pada masa kejayaan


Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam
yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-
madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat
berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan
perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.8[8]
Adapun sistem pendidikan Islam pada masa kejayaan meliputi :
1. Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa.
Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada bidang studi tertentu.
Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa
kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama,
membaca, menulis, dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa,
Kurikulum tingat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan pentingnya
pengajaran ,ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-
Quran, syair, dan fiqih. Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi
yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti
masjid, dengan al-Quran sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan
menjelaskan secara terperinci makna al-Quran yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.
2. Metode Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran
yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para pelajar.
Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan, dan
tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri
umum dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murid-
murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sedangkan
metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama.
3. Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa itu adalah sistem Rihlah
Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu9[9].

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun yang dapat saya simpulkan dari makalah ini, yaitu:
1. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-
Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3
Rabiul awwal 132 H, Setelah mengalahkan pasukan Marwan ibn Muhammad(pasukan Dinasti
Umayyah).
2. Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah The Golden
Age. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan,
ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan
berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
3. Bidang Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah, terdiri dari a. perkembangan
intelektual. b. perkembangan peradaban dibidang fisik,didalamnya terdapat bangunan-bangunan
yang dipakai untuk menuntut ilmu.seperti:kuttab,darul hikmah,masjid,dll. c. perkembangan peadaban
dibidang politik dan pemerintahan, dengan mengangkat menteri-menteri dan nenbentuk kementerian,
dan juga membentuk departemen-departemen yng di kepalai oleh menteri. d. bidang militer,terdiri
dari:pasukan pemanah, pasukan infanteri,dan pasukan berkuda
4. Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang
ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah
formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat
berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan
perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.kebudayaan itu dipengaruhi oleh dua
faktor,yakni faktor intern(yang dibawa dari ajaran Islam itu sendiri) dan faktor ekstern(yang dibawah
luar ajaran Islam.
5. Sistem pendidikan Islam terdiri atas tiga bagian,yaitu petama,Kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa.kedua, metode pengajaran, merupakan salah
satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang
guru kepada para pelajar. Ketiga, Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk
mencari ilmu.

B. Saran
Demikianlah makalah ini, semoga menjadi bahan yang bermanfaat serta dapat menjadi bahan
pelajaran bagi kita semua. Untuk lebih memahami semua materi tentang Sejarah Pendidikan Islam,
disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi makalah ini. Penulis
juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Tirbizi, E.Abdul. sejarah Perkembangan Pendidikan Islam. Tangerang : Usaha


Baru, 2007.
BadriYatim, Dr.MA. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Abbasiyah. Jakarta : PT.
Grafindo Persada, 2006.
Nur Fajri, Miqdad. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung : Pustaka Furqan, 2010.
Subki, Ala, Drs. Sejarah Kebudayaan Islam. Klaten Utara : CV. Gema Nusa, 2010.
Hasjmi, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Al- Husna Dzikra, 1997.

Home My Frontpage
About All About this blog
Contact UsSharing with me
AkidahAbout Akidah
FilsafatAbout Filsafat
UmumAbout Umum

Home
Daftar Isi

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH

Friday, 10 January 20140 komentar

Oleh: Syafieh, M. Fil. I

A. Latar Belakan Masalah


Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di
masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa
khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa
daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan
yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam
bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat
Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba
untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

B. Kelahiran Daulah Abbasiyah


Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah
The Golden Age. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai
cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-
cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan
mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh
Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi
banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan
dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya
sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya
pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak
puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar
bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada
berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas
oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan
rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam
dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam
Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh
pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang
merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas
dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya
Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara
terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin
mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan
gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan
terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan
pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah
Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut
dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H
(750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah
berdiri Daulah Abbasiyah.

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu
Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol.
Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang
lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan
kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat


pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama.
Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat
pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar
yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama
Daulah Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah
Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah
Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak
belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi
ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.

C. Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial


1. Sistem Politik dan Pemerintahan
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri
Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah.
Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-
dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai
system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan
terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah
Abbasiyah yang memakai gelar Imam, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk
menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam
mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa
pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia
pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade
kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil
dari kaum mawalli.
b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,
ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan
penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu
yang harus dikembangkan.
d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.

2. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti
Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok,
yaitu:
a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang
sama dalam kedudukan sosial
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda
(bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d. terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .

D. Kejayaan Daulah Abbasiyah


Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani
Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan
mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk
kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama muslim yang
ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada
masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi
imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif
baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam

1. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu
terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah
Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang
diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-
naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya
yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah
astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama,
cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfaat dan
dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai
pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi
Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan
pusat penelitian. Pada masa Al-Mamun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait
al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-
buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur
perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-
Mamun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset
astronomi dan matematika.

2. Dalam bidang filasafat


Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika,
geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk
diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal
dengan julukan Hujjatul Islam.

3. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai
macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan
Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi.
Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan
Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara
bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa
puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.

4. Dalam bidang Keagamaan


Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam
masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran,
yaitu Tafsir bir Rai dan Tafsir bil Matsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya
merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini
pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif,
maudlu, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu al Fiqh
karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syiah Zaidiyah. Hakim agung
yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab
Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul
Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi
pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

E. Runtuhnya Daulah Abbasiyah


Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin
atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya
dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku
dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah
Abbasyiah, yaitu:

1. Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan
melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan
kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin
kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh
kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat
tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

2. Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad.
Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan
muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di
India.

F. Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan
al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari
keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah
al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas
Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat
pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur
melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal
untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa
Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam.
Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai
berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan
Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama
dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir
sejarah daulah abbasiyah.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Karen, Islam : Sejarah Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela, 2002


Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta, 1989
Hasimy, A, Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2007
Sunanto, Musyifah, Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana, 2003
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983
Watt, W. Mongtomery, Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990

Read more: http://syafieh.blogspot.com/2014/01/perkembangan-islam-pada-masa-


abbasiyah.html#ixzz3I2byULZR

Anda mungkin juga menyukai