Disusun Oleh :
Suhardi ( 140120201028 )
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan lancar.
Tersusunnya makalah Marine Transportation System Frimework for
Coordinated Indonesia ini tak terlepas dari dukungan semua pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan yang istimewa ini penulis ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam menulis makalah ini penulis menyadari masih ada kekurangan yang
terdapat didalamnya. Maka dari itu kami berharap mendapat kritik dan saran dari
para pembaca.
Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga
penulis, sehinggga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Tanjungpinang,
Penulis
i
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. Sistem Transportasi di Indonesia...............................................................................3
2.2. Demand Untuk Angkutan Laut Di Indonesia........................................................3
2.3. Skenario Pelabuhan Saat Ini.......................................................................................8
2.4. Skenario Armada Pengiriman Saat Ini.....................................................................16
2.5. Skenario Galangan Kapal Saat Ini............................................................................19
2.6. Skenario Sistem Pendukung Saat Ini.......................................................................28
2.7. Kebutuhan Utama Kerangka Angkutan Laut Untuk Terkoordinasi
Indonesia......................................................................................................................32
2.8. Kebutuhan Baru Untuk Sistem Transportasi Laut Untuk Terkoordinasi
Indoensia......................................................................................................................33
2.9. Persyaratan Prioritas Untuk Mengkoordinasikan Sistem Transportasi
Laut Di Indonesia......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pedalaman, pelabuhan dan kontainer terminal, dan antarmuka dengan kapal
(Christiansen et al, 2007). Dengan alasan ini, maka dibutuhkan kerangka untuk
dikoordinasikan Sebuah Sistem Pengangkutan Laut di Indonesia.
Relevansi dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan untuk
mendapatkan kerangka sistem transportasi laut baru untuk dikoordinasikan di
Indonesia dengan melihat kerangka sistem transportasi maritim saat ini. Untuk
mendapatkan kerangka sistem maritim baru, diperlukan pengumpulan data yang
dibutuhkan dari semua publikasi dan kemudian dari data yang ada dapat
diidentifikasi kriteria untuk dikoordinasikan di Indonesia untuk menemukan
kerangka sistem transportasi laut baru untuk dikoordinasikan di Indonesia.
Hasil dari pelajaran ini merupakan bentuk sebuah kebijakan umum yang
bisa berfungsi sebagai kerangka untuk pembuat kebijakan, baik di tingkat pusat
dan daerah, akademisi, dll, dalam melaksanakan dikoordinasikan Sistem
Transportasi laut untuk Indonesia.
1.3. Tujuan
Supaya mahasiswa mengetahui kerangka sistem transportasi laut untuk
koordinasi Indonesia sehingga sistem transportasi laut di Indonesia untuk
kedepannya dapat lebih baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
untuk internasional serta untuk perdagangan domestik terutama karena sifat
kepulauan nya. Penggunaan transportasi laut untuk perdagangan
dipengaruhi dengan kebutuhan lokal dan internasional pasar. Komoditi
pasar saat ini wajib dalam bentuk tambang dan barang pokok.
Ada 3 jenis komoditas mineral yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu
batubara, gas alam cair (LNG) dan minyak. Menurut UNCTAD (2010)
Indonesia meningkatkan ekspor batubara termal dengan padat 16,8 persen
mencapai 233.500.000 ton. Untuk LNG, eksportir utama global yang
terletak di daerah berkembang, dengan Indonesia jajaran ketiga dalam
dunia, dengan total cadangan 106 triliun kaki kubik (Conti et al, 2011).
Minyak, Indonesia memiliki 3,9 miliar barel cadangan minyak terbukti
Januari 2011. Pada tahun 2010, pasokan minyak Total rata-rata lebih dari
satu juta barel per hari (bbl / d).
Menurut Deputi Menteri Koordinator Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah (2011), Indonesia memproduksi sekitar 43 persen
dari total produksi minyak sawit mentah (CPO) di dunia. Pertumbuhan
produksi minyak sawit di Indonesia adalah 7,8 persen per tahun. Dari
Januari hingga Agustus 2010, industri makanan dan minuman meningkat
nilai ekspor sebesar 16 persen untuk industri makanan dan oleh 13 persen
untuk industri minuman dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Indikator kunci komoditas lain untuk permintaan dan
pasokan masa depan yang terdaftar di Gambar 1 tersebut.
4
2.2.2. Kebijakan Pertahanan Indonesia
Menurut UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara, tujuan utama dari
kebijakan pertahanan Indonesia adalah untuk "melindungi dan menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Republik Kesatuan
Indonesia, dan menjamin keamanan rakyat Indonesia dari segala bentuk
ancaman dan gangguan "tujuan ini, seperti yang ditentukan dalam Buku Putih
Pertahanan yang dikeluarkan pada bulan Februari 2008, akan dicapai melalui
pemenuhan dari lima tujuan strategis utama, yaitu: (1) untuk mencegah segala
bentuk ancaman terhadap Indonesia dan rakyatnya; (2) untuk mengalahkan
agresi militer oleh negara-negara asing; (3) untuk mengatasi ancaman militer
yang melemahkan eksistensi dan kepentingan Indonesia; (4) untuk mengatasi
ancaman non-militer yang mungkin memiliki dampak negatif pada kedaulatan
Indonesia, integritas teritorial, dan keamanan dari orang-orang; dan (5) untuk
berkontribusi bagi perdamaian internasional dan stabilitas regional
(Departemen Pertahanan, 2008). Kelima tujuan strategis pertahanan Indonesia
harus dilakukan oleh Angkatan Pertahanan Indonesia (TNI), dipahami sebagai
komponen utama pertahanan negara, melalui operasi perang dan operasi militer
selain perang.
5
pentingnya penggunaan diplomasi, melalui kerjasama regional dan
internasional, sebagai garis pertahanan pertama.
6
yang memiliki senjata strategis, Patroli Angkatan sekitar 46 kapal. Dan
Pendukung Angkatan sekitar 48 kapal (wikipedia Indonesia, 2011).
2.2.4.Tourism
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, sekitar 17.508
pulau (Depdagri, 2004). Banyak dari pulau-pulau kecil di Indonesia yang
cepat berubah menjadi pariwisata ekonomi sebagian karena (1) sebagian
besar pulau-pulau kekurangan sumber daya alam untuk mengeksploitasi
pendapatan ekspor; (2) ukuran pasar mereka terlalu kecil untuk
mengembangkan industri manufaktur yang layak; (3) industri pariwisata
terkait secara teratur skala kecil dan padat karya; (4) kelimpahan atraksi dan
kesenian dan sumber daya budaya serta sumber daya laut termasuk pantai
yang indah; (5) kedekatan Indonesia dengan negara-negara kaya dan daerah
seperti Australia, Singapura, Brunei, Malaysia dan Jepang diberi jaringan
transportasi yang terorganisir dengan baik; dan akhirnya masyarakat pulau
ini telah mempertahankan stabilitas politik dan perhotelan untuk
pengunjung. Total touris asing yang berkunjung ke Indonesia Januari
sampai Juli 2011 sebanyak 4.343.083, meningkat sekitar 7,53% dari jumlah
foreiner wisata di periode yang sama tahun 2010 (BPS, 2011). Dari jumlah
di atas, turis asing datang ke Indonesia melalui pintu enterance dari
Indonesia bagian barat. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
7
Total interislands pessenger transportasi laut (untuk domstic) Juli 2011
terekam 770.600 atau meningkat 17,45% dibandingkan bulan terakhir.
Meningkatkan transportasi laut pessenger di pelabuhan Tanjung Priok,
Makassar, Tanjung Perak, Balikpapan dan Belawan meningkat 79,43%,
41,69%, 27,42%, 20,34% dan 1,18%.
8
Saat ini, Pelindo menikmati monopoli pada pelabuhan komersial utama
yang dilegislasikan serta otoritas pengaturan terhadap pelabuhan-pelabuhan
sektor swasta. Pada sebagian besar pelabuhan utama, Pelindo bertindak sebagai
operator sekaligus otoritas pelabuhan tunggal, mendominasi penyediaan
pelayanan pelabuhan utama seperti perairan pelabuhan untuk pergerakan lalu
lintas kapal, pelayaran dan penarikan kapal (kapal tunda), fasilitas-fasilitas
pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat, listrik, persediaan air bersih,
pembuangan sampah, layanan telepon untuk kapal, ruang lahan untuk kantor dan
kawasan industri serta pusat pelatihan dan medis pelabuhan. Legislasi saat ini
menjauhkan sektor swasta dari persaingan secara langsung dengan Perum
Pelabuhan Indonesia yang berwenang.
9
2.3.2. Aktivitas Pelabuhan
Menurut Departemen Transportasi, 2009, sekitar 90% dari
perdagangan luar negeri Indonesia diangkut melalui laut, dan hampir semua
perdagangan non-bulk (seperti kontainer) adalah dikirimkan melalui
Singapura, dan pelabuhan Malaysia.
10
URAIAN SATUAN 2005 2006 2007 2008 2009
description unit
BELAWAN
Eksport/Loading Ton 5,525,676 4,505,600 4,730,880 5,203,968 5,158,945
Bongkar/Unloading Ton 2,759,586 2,192,030 2,301,632 2,531,795 2,496,561
Ratio Muat/Lading Ratio - 0.67 0.67 0.67 0.74 1
Ratio Bongkar/Unloading Rati - 0.33 0.33 0.33 0.04 0
TANJUNG PRIOK
Eksport/Loading Ton 7,622,715 8,003,851 8,404,043 9,244,447 9,706,669
Import/Unloading Ton 11,738,888 72,825,832 72,948,124 80,242,536 186,673,906
Ratio Muat/Loading Ratio - 0.39 0.1 0.1 0.11 0
Ratio Bongkar/Unloading Rati - 0.61 0.9 0.9 0.99 1
TANJUNG PERAK
Eksport/Loading Ton 736,509 679,074 680,163 973,690 815,982
Import/Unloading Ton 3,374,417 3,386,851 4,077,549 3,615,516 3,116,887
Ratio Muat/Loading Ratio - 0.18 0.17 0.14 0.21 0,21
Ratio Bongkar/Unloading Rati - 0.82 0.83 0.86 0.79 0,79
MAKASSAR Ton 1,036,423 1,036,423 1,085,204 434,289 374,277
Import/Unloading Ton 690,222 690,222 724,735 800,580 813,533
Ratio Muat/Loading Ratio - 0.6 0.6 0.6 0.35 0
Ratio Bongkar/Unloading Rati - 0.4 0.4 0.4 0.65 1
JUMLAH/TOTAL
Eksport/Loading Ton 14,921,323 14,224,948 14,900,290 15,856,394 16,055,873
Import/Unloading Ton 18,563,113 79,094,935 80,052,040 87,190,427 193,100,887
Ratio Muat/Lading Ratio - 0.45 0.15 0.16 0.15 0.08
Ratio Bongkar/Unloading Ra - 0.55 0.85 0.84 0.85 0.92
11
a. Kontainerisasi. Penggunaan kontainer dalam muatan transportasi laut untuk
menjadi efektif dan efisien transportasi.
b. Pelabuhan yang ditingkatkan untuk menghindari erorisme keamanan yang
telah membuat sebuah daya saing bangsa berkurang.
c. Meningkatnya penggunaan teknologi, seperti penggunaan Secara Pemandu
Kendaraan Otomatis (AGV) dan pembongkaran lain untuk meningkatkan
efisiensi waktu dalam peralatan loading dan pembongkaran.
d. Infrastruktur yang memadai, seperti untuk melayani perdagangan minyak
mentah, biji besi, batubara dan komoditas pertanian masih pangsa pasar yang
besar.
12
konektivitas internasional. Hingga 70% dari wadah ekspor dan impor
Indonesia melalui port ini, yang merupakan gateway internasional utama dan
pintu utama terhadap distribusi produk rumah tangga.
13
Kekurangan ruang penyimpanan wadah untuk dipotong-potong, dan ini
adalah satu masalah yang dihadapi kebanyakan pelabuhan Indonesia. (Carana
2004).
14
bidang pelabuhan ini. Di samping itu ada masalah yang tak baru lagi dalam
pengelolaan pelabuhan dari tahun ke tahun, masalah itu antara lain :
1. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan pelabuhan di Indonesia;
2. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia;
3. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk;
4. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan pelabuhan di Indonesia;
5. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat.
15
biaya biaya birokrasi Indonesia kedalam produk mereka, yang sudah pasti
merupakan sebuah pemborosan dan tidak menambah nilai apa apa kepada
produk yang mereka jual.
Masalah masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi
tidak efektif. Hal ini berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal
kapal untuk bersandar di pelabuhan pelabuhan yang ada di Indonesia.
Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah ini. Karena
pelabuhan mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam
pergerakan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Selain pengelolaan pelabuhan yang masih carut marut, adanya
pembangunan pelabuhan ini membawa dampak bagi kehidupan di sekitarnya.
Dalam penulisan selanjutnya akan dipaparkan mengenai dampak
pembangunan pelabuhan terhadap kehidupan di sekitar pelabuhan terkait
aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
16
10.000
9.000
8.000
Jumlah Kapal
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
2005 2006 2007 2008 2009
National Foreign Charter Foreign Agent Tahun
Untuk jenis ini jenis kapal yang ada di Perkapalan Indonesia dalam bentuk
ocean freight pengiriman dan bentuk khusus non-cruise (kapal angkatan laut)
selalu mengalami peningkatan yang mantap di nomor, tahun 2005 jumlah
(Pengiriman Transportasi Laut ) yang terkandung di Indonesia berjumlah 3167,
dan di 2009 kapal-kapal-kapal untuk transport hingga 5054, untuk pengiriman
khusus (non-cruise) kapal dari jumlah armada pada tahun 2005 sebanyak 1417
Unit untuk tahun 2009 sebanyak 2759 unit . Naik lebih dari 100%.
17
Perahu tradisional yang ditemukan di Indonesia pada 2005 mengalami
penurunan jumlah kapal di 1376, dan di 2009 sebanyak 1293 unit. Penurunan
kira-kira 10%. Diperkirakan bahwa jumlah armada tradisional akan berkurang
setiap tahun.
Indonesia adalah negara maritim, Indonesia dimana negara terdiri atas banyak
pulau-pulau harus memiliki sejumlah besar armada. perkembangan ekonomi
Indonesia sangat bergantung pada dunia transportasi maritim, yang diperlukan untuk
menghubungkan beberapa pulau-pulau dalam bentuk armada transportasi laut,
kepentingannya untuk ini, dapat dilihat bahwa industri kelautan di Indonesia telah
dikembangkan untuk membantu ekonomi Indonesia dan akan diteruskan lagi.
Menurut Laporan Negara Indonesia beberapa faktor-faktor yang menghalangi
perusahaan pengiriman nasional untuk tumbuh dan mempunyai daya saing, adalah:
a) Suku bunga yang tinggi dalam sistem perbankan nasional.
b) Subsidi BBM tidak tersedia.
c) Pemilik kapal itu tidak mampu untuk mengembangkan armada mereka oleh
pembiayaan diri.
d) Batas sarana dan prasarana pelabuhan nasional.
e) Informasi yang terpercaya, jaringan tidak tersedia lagi.
Dalam tahun 2005, kapal nasional yang terdaftar di Indonesia sebanyak 6012
unit, nomor ini telah meningkat secara signifikan di 2009, total 9164 armada
Nasional terdaftar pada agustus 2010 meningkat menjadi unit 9.715. Indonesia
harus meningkatkan armada nasional untuk memenuhi tingkat cabotage sampai
60%, sementara pertumbuhan armada nasional hanya mencapai 8% di 2007. Jenis
kapal-kapal yang akan dibangun untuk memenuhi perdagangan nasional terdiri
dari kapal petroleum, kapal kargo umum, kapal batubara. bulk, operator seperti
cairan pembersih bulk, dry bulk dan mematahkan muatan, containership masal,
kapal pupuk dan kapal penumpang.
18
Masalah-masalah dalam pembuatan kapal baru untuk meningkatkan armada
nasional adalah masalah pembiayaan perkapalan baru. Seperti diketahui, perbedaan
harga membuat kapal baru dengan galangan kapal asing di negara tersebut dapat
mencapai 17%, ini adalah penyebab perjalanan laut nasional enggan membeli sebuah
perahu baru untuk produksi lokal. Langkah-langkah yang dapat diambil terdiri dari
memberikan insentif-insentif untuk perusahaan yang membangun air nasional kapal
dan / atau kapal perbaikan di negara tersebut, melepaskan ppn (pendapatan pajak)
oleh 10% dan tarif (bm) pada komponen impor dari 5% -10%, menurunkan galangan
kapal produksi di negara tersebut untuk 20% dan menurunkan pajak penghasilan
(pajak penghasilan) kurang dari 6%.
19
modal, kebijakan makro ekonomi, fiscal dan moneter, koordinasi dengan sektor
lain yang terkait, dan pemerintah daerah maupun masyarakatnya untuk
menumbuh kembangkan sektor ekonomi kelautan (Suryohadhiprodjo, 2004).
20
antarnegara, kebutuhan kapal untuk pengamanan laut dan pantai, dan
kebutuhan kapal-kapal khusus lainnya merupakan suatu hal yang mendesak
untuk dipenuhi. Termauk juga dalam kaitan ini derivative demand dari kapal-
kapal tersebut seperti perbaikan, penyediaan suku cadang dan peralatan, dan
penye-diaan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Sebagai gambaran
mengenai kemampuan galangan kapal dalam negeri, secara ringkas akan
diuraikan kapabilitas yang dimiliki oleh PT (Persero) Dok dan Perkapalan
Kodja Bahari (DKB).
21
manajemen DKB telah mendapat jaminan dari Lloyds Register Qua-lity
Assurance Ltd karena telah memenuhi standar iso 9001. Demikian kapabilitas
yang telah dimiliki sebagai-mana disebutkan diatas, DKB dapat dihaarapkan
untuk menjadi perintis perusahaan galangan kapal Indonesia untuk bersaing
di tingkat global.
22
memasuki niche market atau segmen-segmen pasar kapal tertentu yang tidak
dijamah oleh galangan kapal luar negeri.
Pada saat ini terdapat empat galangan kapal dalam negeri yang
mempunyai kapabilitas yang tidak kalah dengan galangan kapal asing yaitu PT
(Persero) Dok & Perkapalan Kodja Bahari, PT (Persero) PAL, PT (Persero) Dok
& Perkapal Surabaya dan PT Jasa Marina Indah. Keempat perusahaan ini apabila
dibina secara terfokus dapat menjadi core bagi pengembangan industri galangan
kapal dalam negeri. Pembinaan dan pengembangan secara terfokus tersebut
harus menjadi prioritas sehingga akan mampu meningkatkan daya saing di
tingkat global. Lebih baik membentuk beberapa buah perusahaan galangan kapal
yang benar-benar dapat menjadi ujung tombak dan model pengembangan
industri galangan kapal, daripada menghidupkan begitu banyak perusahaan
galangan kapal tetapi tidak mencapai economies of scale dan economies of scope
yang dibutuhkan untuk dapat berkembang secara sehat.
23
Tabel 2. Total produksi di: Juta US $
Sampai dengan saat ini galangan kapal dengan fasilitas dok yang
ada di Indonesia telah mampu dan dapat membuat berbagai jenis kapal
dengan berbagai ukuran kapal antara lain :
1. Kapal penumpang dengan kapasitas 500 penumpang
2. Kapal Curah (Bulk Carrier) sampai ukuran 42.000 DWT
3. Tanker dengan ukuran 1.500 DWT, 3.500 DWT, 6.500 DWT, 17.000
4. Kapal LPG kapasitas 5.600 Cbm (Cubic Mete )
5. Kapal Patrol Boat 57 meter (Fast Patrol Boat 57)
6. Pusher Tug/ Fire Fitting Tug Boat ukuran 4,200 HP
7. Kapal Ikan ukuran 300 GT
8. Kapal Keruk ukuran 12.000 Ton
9. Reparasi Floating Storage ukuran 150.000 DWT
10. Kapal Container (Container Carrie) 600 TEU & 1600 TEU
11. Floating Repair 150.000 DWT (Cinta Natomas)
24
Dilain pihak berdasarkan hasil studi tentang sistem transpotasi laut
yang dilakukan oleh ITS (Gurning, R.O.S, 2002), terlihat bahwa Seaborne
Trade lebih mendominasi hingga sekitar dua per-tiga dari jumlah Total
Trade dalam proyeksi sampai dengan tahun 2010. Sehingga ada potensi di
Subsektor Jasa Transpotasi Laut hingga mencapai sekitar 1.750 juta ton
muatan barang, dan Rasio muatan barang terhadap Maritime Dependency
Factor (MDF) adalah lebih dari 45 persen. Artinya, jumlah kapasitas
muatan/barang yang membutuhkan unit-unit kapal barang (baru)
diprediksi sampai dengan akhir tahun proyeksi 2010, secara total berkisar
780 juta ton.
Saat ini kapal-kapal barang yang beroperasi di Indonesia masih
didominasi oleh kapal-kapal asing yang dikelola oleh shipping/operators
Indonesia. Dan sejak enambelas tahun yang lalu, prosentase antara jumlah
armada kapal barang nasional mengalami penurunan yang semakin drastis
bila dibandingkan jumlah armada kapal asing (yang dikelola oleh
Indonesian Shipping Operators).
Diakhir tahun 2002, prosentase yang terjadi adalah 10 % armada
kapal nasional dan 90 % armada kapal asing. Sehingga apabila kebijakan
pemerintah yang mengatur armada kapal yang beroperasi di kawasan laut
Indonesia haruslah berbendera dan crews berkebangsaan Indonesia (Prinsip-
prinsip Cabotage ) ini diterbitkan serta dengan dukungan mengenai
kemudahan dalam pola pendanaan, maka industri perkapalan Indonesia akan
mempunyai potensi pasar Dalam Negeri yang sangat besar.
25
2.5.5. Penyebaran Shipbuilding
Saat ini Indonesia memiliki 240 perusahaan kapal di dalam negeri
penyebarluasan di Indonesia, 37% yang di Jawa, 26% di Sumatra,
Kalimantan 25% dan 12% yang di bagian timur Indonesia, dengan
kapasitas terpasang pembangunan kapal-kapal 140.000 GT per tahun .
Namun, produksi rata-rata kapal per tahun dari 85.000 GT per tahun saat
rata-rata kapal perbaikan telah mencapai 65 000 GT per tahun.
Kenyataannya potensi pasar kapal di dalam negeri yang sangat besar. Ini
adalah salah satu yang dapat dilihat dari permintaan yang tinggi untuk
perdagangan internasional dan transportasi antar pulau yang mencapai
volume 400 juta ton per tahun. Sayangnya, hanya 18.08% yang
menggunakan kapal berbendera Indonesia. Semua terjadi karena ketidak
mampuan dari perusahaan pelayaran nasional untuk membeli armada
kapal dari galangan kapal rumah tangga. (Windyandari, Aulia.2008)
26
mengakibatkan harga produk menjadi lebih mahal dari kapal-kapal adalah
dibangun jika di luar negeri, terutama untuk pembangunan kapal modern,
atau ukuran yang cukup besar. (Widodo Adji, Surjo. 2004)
27
galangan kapal hingga 150.000 DWT. Tetapi sampai sekarang hanya
membuat kapal yang dikelola untuk mencapai 50 000 DWT.
28
kemudian berubah menjadi pulau-pulau yang tersebar di sekitar laut
dangkal tersebut, seperti Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan Pulau
Kalimantan.
29
operasionalisasinya perlu ada kesesuaian antarsarana dan fasilitas yang
ada pada prasarana moda-moda transportasi yang terlibat, kesetaraan
tingkat pelayanan sesuai dengan standar yang dibakukan, sinkronisasi dan
keterpaduan jadwal pelayanan, efektivitas dan efisiensi aktivitas alih
moda, didukung dengan sistem pelayanan tiket dan dokumen angkutan
serta teknologi informasi yang memadai.
30
Total panjang jalan-jalan di Indonesia adalah sekitar 33,242 km, di
mana sekitar 3,340 km (10.05%) adalah belum terhubung. Proporsi
tertinggi rute yang tidak berhubungan adalah di Papua (41.25%), diikuti
oleh (Kalimantan 17.83%), dan Maluku (17.14%). Di pulau-pulau lain
berada di bawah 10%.
31
harus mengalami perawatan. Berarti sebuah kereta api yang baik sangat
membantu dalam aliran perdagangan di Indonesia, sebuah dakwaan
alternatif pendistribuasian dapat menggunakan kereta api.
32
Keuangan dan ekonomi , itu akan menganalisis pengaruh faktor biaya dalam
komponen sistem transportasi laut yang dijelaskan dalam studi literatur.
2. Pertahanan
Dengan luasnya perairan Indonesia dan divisi operasi angkatan laut di
dua bidang utama, maka di bidang pertahanan yang dibutuhkan:
* Selain penanganan kapal-kapal di daerah perbatasan. Jenis kapal yang
dibutuhkan adalah kapal patroli.
* Penambahan personil dan intensitas pengawasan di wilayah perbatasan
untuk mempertahankan kedaulatan negara
3.Tourism
Untuk memenuhi kebutuhan peningkatan jumlah pengunjung dari luar
negeri dan diperlukan penambahan antar pulau kapal penumpang armada
untuk melayani jalur transportasi antar pulau. Jenis kapal yang dibutuhkan
adalah sebuah kapal penumpang.
33
2.8.2. Pelabuhan
Indonesia memiliki jumlah pelabuhan umum yang 644 di tahun 2009,
terdiri dari pelabuhan komersial (111 port) dan port non-komersial (533
port). Jumlah ini dianggap tidak memenuhi kebutuhan perdagangan.
Indonesia perlu melakukan penambahan ke pelabuhan untuk
mengakomodasi perdagangan domestik dan internasional.
34
(dijelaskan pada bagian sebelumnya), sehingga kebutuhan untuk lebih banyak
perhatian pada masalah ini. Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan:
* Kontainerisasi. Penggunaan wadah dalam angkutan laut kargo agar
transportasi yang efektif dan efisien.
* Peningkatan keamanan pelabuhan untuk menghindari erorisme memiliki
yang membuat daya saing suatu negara berkurang.
* Meningkatnya penggunaan teknologi, seperti penggunaan kendaraan
Guided otomatis (AGV) dan peralatan bongkar muat lainnya untuk
meningkatkan efisiensi bongkar muat waktu.
* Infrastruktur yang memadai, seperti untuk melayani perdagangan minyak
mentah, bijih besi, batubara dan komoditas pertanian masih pangsa pasar
yang besar.
35
negeri, menghapus PPN (pajak pendapatan) sebesar 10% dan tarif (bm) pada
komponen impor dari 5% -10 %, menurunkan galangan kapal produksi dalam
negeri untuk 20% dan menurunkan pajak penghasilan (PPh) kurang dari 6%
36
2.8.5. Pelatihan dan Penelitian
Pada saat ini, kualitas pendidikan kejuruan, khususnya pendidikan
kejuruan di Indonesia kelautan masih belum menunjukkan tajinya. Hal ini
disebabkan standar pendidikan yang digunakan masih banyak kekurangan
(tidak memenuhi standar internasional), para guru yang kurang bertanggung
jawab, dan dijadikannya sebagai lembaga komersial. Selain itu, lembaga
pendidikan dan pemerintahan juga tidak aktif dalam menunjukkan
pentingnya kekuatan maritim di suatu negara. Dengan demikian, tidak
semua orang, terutama calon mahasiswa yang tidak mengetahuiny. sehingga
mengakibatkan jumlah kurang dari siswa yang mendaftar, fasilitas pelatihan
yang kurang mendukung, membuat tidak banyak penelitian / ide-ide baru
muncul dan ahli maritim untuk memenuhi kebutuhan awak kapal yang tren
meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, langkah yang harus
dilakukan:
* Menunjukkan kepada masyarakat betapa pentingnya kekuatan maritim
suatu negara.
* Sertifikasi lembaga pendidikan sesuai dengan standar internasional
* Sertifikasi guru
* Meningkatkan fasilitas pelatihan, salah satu cara adalah dengan menjalin
kerjasama dengan pihak swasta / asing terkait. Sehingga diharapkan muncul
ahli maritim dan muncul ide2 baru untuk mengembangkan maritim di
Indonesia.
* Tidak membuat lembaga pendidikan sebagai lahan bisnis.
37
Kondisi infrastruktur transportasi di Indonesia masih belum memadai.
Di Indonesia hanya memiliki 25 ruas jalan tol sepanjang 693,23 mil dari
operasi, jumlah tersebut masih sangat kurang. Distribusi minyak dan gas
dari Pertamina, negara masih menggunakan jasa kereta api. infrastruktur
kereta api hanya ada pulau Jawa, dan infrastruktur lama yang harus dialami
peremajaan. Berarti kereta yang baik membantu dalam arus perdagangan di
Indonesia, biaya pendistribuasian alternatif bisa menggunakan kereta.
38
2. Finanace dan Ekonomi
Biaya produksi yang lebih rendah dengan mengurangi pajak dan
menggunakan bahan dari dalam negeri untuk kapal pemilik tertarik dalam
membangun sebuah kapal di Indonesia.
b. Pengelolaan
* Pemerataan bongkar muat operasi kontainer di beberapa pelabuhan di
Indonesia.
* Dioptimalkan bongkar muat waktu untuk kapal waktu tunggu yang lebih
pendek .
* Menjalankan aturan yang telah ditetapkan.
c. Tenaga kerja
* Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan penambahan bidang
lembaga pelatihan dan penelitian kelautan, staf pengajar bersertifikat di
bidang maritim, hubungan kerjasama manjalin dengan berbagai lembaga di
bidang maritim baik dari instansi atau lembaga pemerintah.
* Sosialisasi pentingnya kekuatan industri dan maritim Indonesia kepada
masyarakat untuk berkontribusi secara aktif dalam semua bidang maritim
* Meningkatkan seaferers nomor untuk mengatasi armada tambahan .
39
BAB III
KESIMPULAN
Tantangan dan sumber ancaman terhadap keamanan nasional Indonesia ini telah
semakin menjadi lebih kompleks, penekanan bertahap pada kebutuhan untuk
mengatasi ancaman non-tradisional dan trans-nasional - yang membutuhkan
perbaikan moderat dalam kemampuan angkatan laut dan udara konvensional - juga
telah mulai mengambil tempat. Dengan Operasional Angkatan Laut dibagi menjadi
dua armada: sebuah Armada Timur dan Armada Barat, yang memiliki jumlah 11 basis
utama, tantangan dalam mengkoordinasikan sistem transportasi laut.
Setiap tahun penumpang orang asing dan liburan antar pulau meningkat.
Untuk kondisi saat ini pariwisata di Indonesia dibagi menjadi dua, sebagai
berikut: Total touris asing yang berkunjung ke Indonesia, dari Januari hingga Juli
2011 sekitar 4.343.083, meningkat sekitar 7,53% . Total interislands pessenger
transportasi laut (untuk domstic) Juli 2011 record 770.600 atau meningkat 17,45%
dibandingkan Juni. Meningkatkan transportasi laut pessenger penghematan di
Pelabuhan Tanjung Priok, Makassar, Tanjung Perak, Balikpapan dan Belawan.
Jumlah port pelabuhan umum yang 644 di tahun 2009, terdiri dari pelabuhan
komersial (111 port) dan port non-komersial (533 port) dan negara-negara
dissemintaion di Indonesia. Pelabuhan di Indonesia dikelola oleh perusahaan milik
40
negara PT. Pelindo I - IV. Sekitar 90% dari perdagangan luar negeri Indonesia yang
diangkut melalui laut. Indonesia memiliki banyak masalah dengan port, seperti kami
infrastruktur pelabuhan dan masalah manajemen. The faktor bergabung untuk
merusak kinerja sistem pelabuhan komersial Indonesia adalah kendala geografis,
masalah ketenagakerjaan, kurangnya keamanan, korupsi dan kurangnya infrastruktur
pelabuhan. Dunia ekonomis Frorum 2011 menunjukkan kualitas indeks infrastruktur
pelabuhan Indonesia adalah 3,5 atau peringkat dari 96 dari negara secara keseluruhan
di dunia. Peringkat kualitas infrastruktur pelabuhan pelabuhan tercermin membusuk
dan kuantitas pelabuhan terbatas di Indonesia. Indonesia tidak memiliki port trans-
kapal sendiri mampu menampung panggilan langsung dari kapal trans-samudera
besar, meskipun jangka panjang pemerintah berencana mengembangkan fasilitas
tersebut di Bojonegara (sebelah barat Jakarta) dan di Bitung (Sulawesi Utara) dan di
tempat lain di nusantara. Biaya transaksi yang tinggi disebabkan oleh inefisiensi
pelabuhan, kemacetan dan transaksi di perbatasan merupakan salah satu hambatan
terbesar yang membatasi Indonesia dari perusahaan dan konsumen sepenuhnya
menuai keuntungan dari jaringan internasional perdagangan dunia terus meningkat
horded untuk wadah terjadi di pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta menghambat antar
pulau dan internasional konektivitas.
Pada tahun 2005, kapal natioanal terdaftar di Indonesia sebanyak 6012 unit,
angka ini telah meningkat secara signifikan pada tahun 2009, total dari 9164
armada Nasional yang terdaftar di Indonesia. Jumlah terdaftar Charte Negeri
tahun 1955, setiap tahun mengalami penurunan dan pada tahun 2009 hanya 865
Piagam asing yang terdapat di Indonesia. pembangunan ekonomi di Indonesia
sangat tergantung pada dunia transportasi maritim, yang diperlukan untuk
menghubungkan beberapa pulau dalam bentuk armada transportasi laut,
pentingnya untuk ini, dapat dilihat bahwa industri maritim di Indonesia telah
dikembangkan untuk membantu perekonomian Indonesia maju.
Saat ini di Indonesia ada sekitar 253 perusahaan industri galangan kapal /
shipyard mampu menghasilkan bangunan docking baru dan perbaikan. Di wilayah
41
Sumatera ada sekitar 81 perusahaan galangan kapal dengan kapasitas perbaikan
docking mencapai 3,7 juta GT. Bidang lain produk potensi besar dari kapal adalah
pulau Jawa. Di daerah ini terdapat 79 perusahaan dengan docking kapasitas 2,2
juta GT. Dan kemudian Kalimantan 56 perusahaan (253.100 ton), Sulawesi 18
perusahaan (327.000 ton), Irian Jaya 12 perusahaan (58 ribu ton), dan Maluku 4
perusahaan (22 ribu ton). Beberapa perusahaan yang ada adalah media-dan skala
kecil perusahaan dengan mesin / peralatan produksi yang relatif lama. Industri
galangan kapal dalam negeri memiliki fasilitas produksi terbesar dengan kapasitas
150.000 dwt graving dock, dengan pengalaman membangun kapal baru dan kapal
perbaikan berbagai jenis, tipe dan ukuran sampai dengan kapasitas 50.000 DWT.
Meskipun biaya pembuatan kapal baru dan perbaikan kapal di Indonesia
cukup mahal, dengan rincian PPN (10%), PPh (6%), Tarif BM (5% - 15%), jasa
konstruksi kapal dari total biaya pembangunan tubuh kapal (10%), pengadaan
mesin dan konstruksi lambung (50%) dari total harga kapal serta bunga bank
cukup tinggi. Namun, dari tahun 2004-2008 tercatat galangan kapal di Indonesia
telah meningkat perbaikan dan pembuatan kapal baru. Dimana pada tahun 2004,
sebanyak 2.450 perbaikan unit kapal dan bangunan kapal baru sebanyak 58 unit,
menjadi diperbaiki kapal 7250 unit dan 350 unit di galangan kapal baru di tahun
2008.
Berdasarkan hasil persyaratan baru dari sistem transportasi laut, dapat
dihasilkan beberapa persyaratan prioritas untuk mengkoordinasikan sistem
transportasi laut di Indonesia. Ada dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:
1. Kapasitas
Untuk mengatasi masalah kapasitas, meningkatkan koordinasi Sistem
Transportasi Laut, ada Merekomendasikan tindakan berikut:
* Penambahan armada, terutama untuk kapal yang membawa barang, kapal
patroli dan kapal penumpang (Ro-Ro dan feri).
* Meningkatkan kapasitas pelabuhan terutama pelabuhan kontainer.
* Untuk pembangunan Indonesia ke arah timur akan membutuhkan
penambahan jalur pelayaran .
* Pemberdayaan jalur kereta api sebagai sarana transportasi barang.
42
2. Finanace dan Ekonomi
Biaya produksi yang lebih rendah dengan mengurangi pajak dan
menggunakan bahan dari dalam negeri untuk kapal pemilik tertarik dalam
membangun sebuah kapal di Indonesia.
b. Pengelolaan
* Pemerataan bongkar muat operasi kontainer di beberapa pelabuhan di
Indonesia.
* Dioptimalkan bongkar muat waktu untuk kapal waktu tunggu yang lebih
pendek .
* Menjalankan aturan yang telah ditetapkan.
c. Tenaga kerja
* Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan penambahan bidang
lembaga pelatihan dan penelitian kelautan, staf pengajar bersertifikat di
bidang maritim, hubungan kerjasama manjalin dengan berbagai lembaga di
bidang maritim baik dari instansi atau lembaga pemerintah.
* Sosialisasi pentingnya kekuatan industri dan maritim Indonesia kepada
masyarakat untuk berkontribusi secara aktif dalam semua bidang maritim
* Meningkatkan seaferers nomor untuk mengatasi armada tambahan .
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Ministry of Coordination, 2008. BADAN DIKLAT PERHUBUNGAN
SELENGGARAKAN WORKSHOP . Pusat Data dan Informasi Sekretaria
Jenderal Departemen Perhubungan Republik Indonesia.
Ministry of Defence, (2008), Buku Putih Pertahanan Indonesia, Ministry of
Defence: Jakarta.
Ministry of Transportation, 2009. Statistic Transportation year of 2009. Jakarta.
Nathan Associates Inc, 2004. The Broad Economic Impact of Port Inefficiency
(produced by Nathan Associates Inc. for review by the United States
Agency for International Development). United State.
Ojeda-Martnez, C. et al (2008). A conceptual framework for the integral
management of marine protected areas. Ocean & Coastal Management.
Elsevier
46