Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI DESA JUNGUTAN KECAMATAN


BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM
UPT KESMAS BEBANDEM KARANGASEM

Oleh :
Made Shanty Wardana (1202006049)
I Komang Aditya Arya Prayoga (1202006104)
Luh Made Hanisa Sandha (1202006174)

Pembimbing :
dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN ILMU
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru Di
Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, UPT Kesmas
Bebandem Karangasem ini dapat diselesaikan. Laporan Kasus Kedokteran
Keluarga ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu
Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang dilaksanakan tanggal 6 Oktober 2016 dan 11 Oktober
2016 bertempat di rumah pasien tuberkolosis paru di wilayah kerja UPT Kesmas
Bebandem Karangasem.

Semua tahapan laporan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya berkat


dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH, selaku Dosen Pembimbing, atas
segala nasehat, bimbingan, dan masukannya untuk menyelesaikan Laporan
Kasus Kedokteran Keluarga ini.

2. drg. I Gusti Ayu Sukaningsih selaku Kepala Puskesmas Bebandem


Karangasem.

3. Pemegang program TBC di Puskesmas Bebandem atas segala informasi


dan kerja sama terkait dengan penyusunan laporan ini.

4. Keluarga Bapak Pariana yang telah berkenan untuk menjadi pasien


kunjungan kedokteran keluarga.

Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca


dan dapat menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.

Denpasar, Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
I. IDENTITAS PENDERITA.....................................................................1
II. KEGIATAN DALAM GEDUNG (PUSKESMAS)...............................2
III. KEGIATAN DALAM RUMAH.............................................................2
3.1 Kunjungan Rumah Pertama (Kamis, 6 Oktober 2016).............................2
3.1.1 Anamnesis.....................................................................................2
3.1.2 Pemeriksaan Fisik.........................................................................4
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang................................................................5
3.1.4 Diagnosis.......................................................................................5
3.1.5 Manajemen....................................................................................6
3.2 Kunjungan Rumah Kedua (Selasa, 11 Oktober 2016)..............................6
3.2.1 Gambaran Status Kesehatan..........................................................6
3.2.2 Gambaran Singkat Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga................6
3.2.3 Silsilah dan Profil Keluarga..........................................................7
3.2.4 Faktor Risiko.................................................................................9
IV. ANALISIS MASALAH........................................................................12
4.1 Identifikasi Faktor Risiko........................................................................12
V. RENCANA PENANGANAN...............................................................12
5.1 Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Dokter Keluarga...................12
5.1.1 Personal.......................................................................................12
5.1.2 Paripurna (Komprehensif)...........................................................14
5.1.3 Berkesinambungan......................................................................16
5.1.4 Koordinatif dan Kolaboratif........................................................16
5.1.5 Mengutamakan Pencegahan........................................................17
5.1.6 Berorientasi Pada Keluarga dan Komunitas...............................18
VI. KESIMPULAN......................................................................................18
VII. DOKUMENTASI..................................................................................19

iii
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
PASIEN TUBERKULOSIS PARU
PUSKESMAS BEBANDEM KARANGASEM

Nama Mahasiswa : Made Shanty Wardana (1202006074)


I Komang Aditya Arya Prayoga (1202006104)
Luh Made Hanisa Sandha (1202006174)
Pembimbing : dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : I Made Pariana
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 35 tahun
Tanggal Lahir : 4 November 1981
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Suku / Bangsa : Bali / Indonesia
Agama : Hindu
Alamat : Br, Tohpati, Desa Jungutan , Karangasem
Hari / Tanggal Kunjungan: Kamis, 6 Oktober 2016
Selasa, 11 Oktober 2016

Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita :


Jenis Umur Pendidikan
No. Nama Status
Kelamin (Tahun) terakhir
1. Wayan Giri Laki-laki 50 tahun Paman SD
2. Nyoman Budi Laki-laki 48 tahun Kakak SMP
3. Muriani Perempuan 36 tahun Ipar SMP
4. Wayan Tria Perempuan 58 tahun Ibu Tidak Tamat
5. Komang Ari Perempuan 16 tahun keponakan SMP

1
2

II. KEGIATAN DALAM GEDUNG (PUSKESMAS)


Berdasarkan data dari poliklinik umum di UPT Kesmas Bebandem pada
tanggal 6 Oktober 2016, diperoleh jumlah pasien dengan TBC sebanyak 23 orang.
Kami memilih Bapak I Made Pariana sebagai pasien dalam tugas Kedokteran
Keluarga. Pasien didiagnosis TBC di RSUP Sanglah pada tanggal 28 September
2016 berdasarkan atas gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Pasien datang ke Puskesmas pada Rabu, 5 Oktober 2016 pk 10.00 WITA


diantar oleh Paman. Pasien datang berobat karena mengeluh batuk lama. Pasien
memiliki keluhan batuk lama sejak 2 tahun yang lalu, keluhan batuk hilang
timbul. Pasien memeriksakan ke dokter umum dan mendapatkan obat batuk.
Namun saat obat habis keluhan muncul kembali. Batuk dirasakan memberat sejak
4 bulan yang lalu. Kami memperkenalkan diri kepada pasien dan selanjutnya
membantu dokter di Puskesmas dalam melakukan pemeriksaan sambil
berbincang-bincang serta meminta ijin kepada pasien untuk melakukan kunjungan
rumah dan melakukan intervensi menyeluruh dalam rangka implementasi
kedokteran keluarga. .

III.KEGIATAN DALAM RUMAH


III.1 KUNJUNGAN RUMAH PERTAMA (Kamis, 6 Oktober 2016)
III.1.1 ANAMNESIS
a) Keluhan Utama : Batuk
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Bebandem Karangasem dengan
keluhan batuk. Keluhan batuk sudah dirasakan sejak 2 tahun lalu namun
hilang timbul dan dirasakan memberat sejak 4 bulan lalu. Batuk muncul
setiap hari terutama malam hari. Batuk dikatakan tidak berdahak dan tidak
pernah disertai darah. Batuk sempat membaik dengan obat yang diperoleh
pasien dari dokter, namun setelah obat habis batuk muncul kembali.
Pasien mengatakan keluhan lain yang menyertai batuk adalah
demam bersifat hilang timbul. Demam dirasakan sejak 4 bulan lalu dan
dirasakan sumer-sumer namun pasien tidak pernah mengukur berapa suhu
3

tubuh saat demam. Demam terutama muncul saat sore menjelang malam
hari. Pasien juga mengatakan sering berkeringat di malam hari terutama
saat tidur. Berat badan pasien turun secara drastis dalam 4 bulan dari berat
badan awal 58 kg menjadi 46 kg. Nafsu makan pasien juga dikatakan
menurun.
Pasien didiagnosis TBC saat berobat ke RSUP Sanglah sejak satu
minggu lalu (28/9/2016). Semenjak mengonsumsi obat TBC, pasien sering
merasa pusing, mudah lelah dan kencing berwarna merah-oranye. Keluhan
lain disangkal oleh pasien.
Awalnya, pasien merasa kaget mengetahui seputar sakitnya, namun
pasien memiliki semangat dan komitmen untuk sembuh setelah mendapat
penejalasan dari dokter bahwa TBC dapat disembuhkan. Seluruh anggota
keluaga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien dengan
kesanggupan menjadi PMO untuk pasien.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan/sakit yang
sama sebelumnya. Riwayat penyakit jantung, ginjal, kencing manis dan
penyakit lain disangkal oleh pasien.
d) Riwayat Pengobatan
Pasien pertama kali didiagnosis TBC di RSUP Sanglah akibat
batuk lama yang tidak kunjung sembuh. Sebelum berobat ke RSUP, pasien
sering berobat ke dokter umum dan spesialis THT dan mendapatkan obat
untuk meredakan batuk namun gejala tidak kunjung membaik. Sejak 1
minggu lalu pasien sudah mendapatkan obat TBC dari RSUP Sanglah dan
dilanjutkan pengobatannya di Puskesmas Bebandem. Semenjak minum
obat anti tuberculosis pasien mengeluh warna kencing berubah menjadi
oranye kemerahan.
e) Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan ibu dan paman juga menderita batuk sejak
lama. Namun setelah diperiksa, hasil dari uji dahak negatif (-). Penyakit
kronis dalam keluarga seperti penyakit jantung, ginjal, kencing manis dan
penyakit lain disangkal oleh pasien.
f) Riwayat Sosial
Pasien dulunyaa bekerja sebagai seorang penjaga penginapan di
Denpasar. Saat ini pasien bekerja di kampung halaman sebagai seorang
buruh dan petani karena keadaan pasien yang sudah tidak memungkinkan
4

untuk bekerja di Denpasar. Setiap hari pasien bekerja serabutan jika ada
yang membutuhkan sebagai buruh dan pergi ke ladang untuk mengurus
ladang salak miliknya. Sejak sakit pasien mengehntikan kebiasaan
merokok dan mengonsumsi alkohol serta berhati-hati dalam
mengkonsumsi makanan karena khawatir sakitnyanya akan bertambah
parah. Pasien mengaku jarang untuk olahraga karena pasien sudah lelah
dengan pekerjaan seharian.

III.1.2 PEMERIKSAAN FISIK


Status Present:
Keaadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu aksila : 37,4C
Berat badan : 46,3 kg
Tinggi badan : 169 cm

IMT : 15,9 Kg/m (underweight)

Status General:
Kepala : Normocephali
Mata :Mata cowong (-), anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor,
injeksi konjungtiva -/-
THT : - Telinga : sekret -/-
- Hidung : rhinorea -/-
- Tenggorok : hiperemi (-)
Toraks : - Inspeksi : statis dan dinamis: semetris; retraksi (-)
- Palpasi : simetris, normal
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
5

- Auskultasi : - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)


: - pulmo : wheezing -/-, rhonki +/+
Abdomen: - Inspeksi : distensi (-)
- Auskultasi : bising usus (+)
- Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba
- Perkusi : timpani di seluruh bagian abdomen
Ekstrimitas: - Akral : hangat (+)
- Edema : (-)

Status Neurologis:
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Nervus kranialis : berdasarkan pemeriksaan fisik sederhana dan tidak
ditemukan adanya lesi nervus kranialis
Motorik :

Tenaga
N N
N N

Refleks : Fisiologis ++ ++
++ ++

III.1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Uji dahak sewaktu, pagi, sewaktu
- Darah lengkap
- Foto thorax

III.1.4 DIAGNOSIS

Tuberkolosis Paru BTA (+) on OAT treatment

III.1.5 MANAJEMEN
a) Edukasi
6

Pasien dijelaskan tentang Tuberkolosis paru mengenai penyebab,


gejala dan pengobatannya. Pasien disarankan untuk mengubah pola hidup,
seperti menggunakan masker jika kontak atau berbicara dengan orang lain,
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan
benar dan pasien di jelaskan tentang lima momen mencuci tangan, serta di
sarankan untuk pasien untuk memisahkan peralatan makanan yang
digunakan dengan anggota keluarga yang lain. Pasien juga disarankan
untuk tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta memperbanyak
makan makanan yang sehat seperti buah dan sayuran.
b) Medikamentosa

Pasien memperoleh pengobatan TB Kategori 1 dengan regimen


2HRZE/4(HR)3

a. Pengobatan fase intensif


Diberikan setiap hari pada 2 bulan pertama, dengan frekuensi minum obat
sebanyak 6 blister.

- Izoniasid 1x300 mg
- Rifampisin 1x 450 mg
- Pirazinamid 3x500 mg
- Etambutol 3x250 mg
b. Pengobatan fase lanjutan
Diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan terakhir, dengan
frekuensi minum obat sebanyak 54 kali.

- Izoniasid 2 x 300 mg
- Rifampisin 1x 450 mg.

III.2 KUNJUNGAN RUMAH KEDUA (Selasa, 11 Oktober 2016)


Kunjungan rumah yang kedua ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
pada pasein. Kami melakukan kunjungan untuk mengamati status kesehatan
pasien, keadaan sosial ekonomi keluarga, kondisi rumah pasien, mengamati factor
risiko yang dijumpai pada pasien dan mecari solusinya melalui 6 langkah
pelayanan kedokteran keluarga yang mencakup personal, komprehensif,
mengutamakan pencegahan berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, serta
7

menimbang keluarga, masyarakat dan komunitas. Secara terperinci akan diuraikan


sebagai berikut:
III.2.1 GAMBARAN STATUS KESEHATAN
Pada saat dilakukan kunjungan ke rumah pasien, keadaan pasien terlihat
dalam baik, kompos mentis dan dikatakan tidak ada keluhan yang dirasakan.

III.2.2 GAMBARAN SINGKAT KEADAAN SOSIAL EKONOMI


KELUARGA
Pasien adalah seorang buruh pekerja serabutan dan seorang petani,
keseharian pasien berkerja serabutan sebagai buruh bangunan, dan ke ladang
miliknya. Saat ini pasien tinggal bersama Paman, ibu, kakak, ipar dan
keponakannya. Pasien mengatakan bahwa kebutuhan sehari-hari terpenuhi dan
dalam keadaan ekonomi yang cukup. Dari sisi sosial, pasien aktif bersosialisasi
dan berinteraksi dengan penduduk melalui kegiatan keagamaan yang dilaksanakan
di lingkungan tempat tinggal pasien. Pasien juga selalu menjaga hubungan dengan
tetangga sekitar rumah sehingga antar tetangga saling mengenal dan membantu.

III.2.3 SILSILAH DAN PROFIL KELUARGA

Gambar 1. Silsilah Keluarga.


8

Keterangan:

: Laki laki penderita TBC

: Laki laki

: Perempuan

: Meninggal
a) Kondisi Rumah Pasien
Pasien tinggal di rumah yang dihuni oleh 6 orang, yaitu pasien, ibu
pasien, kakak, kakak ipar, dan keponakan pasien. Rumah pasien berada di
tengah gang di Banjar Tohpati dan berada 5 kilometer dari Puskesmas
Bebandem. Pemukiman disekitar rumah pasien cukup padat dan jarak antar
rumah saling berdekatan. Lingkungan di sekitar rumah terlihat kurang bersih.
Luas rumah pasien sekitar 3 are. Keadaan rumah pasien tergolong
kurang bersih, dan kurang rapi serta tidak tertata dengan baik, beberapa kamar
tidak terdapat ventilasi, dan lembab, listrik rumah berasal dari PLN dan air
dari sumur bor. Keluarga pasien tergolong dalam ekonomi menengah
kebawah.
b) Denah Rumah Pasien

Gambar 2. Denah Rumah.

Keterangan:
9

1. Halaman
2. Merajan
3. Kamar pasien
4. Kamar kakak , kakak ipar dan keponakan pasien
5. Gudang
6. Dapur
7. Kamar mandi
8. Kandang babi
9. Kandang ayam
10. Teras depan
11. Tangga masuk
12. Gerbang rumah
13. Kamar Ibu pasien
14. Ruang TV
15. Kamar Paman
16. Tempat Penyimpanan banten
17. Ruang Tamu

III.2.4 FAKTOR RISIKO


Berdasarkan model segitiga epidemiologi, maka kejadian penyakit TBC
dipengaruhi oleh faktor host, agent dan environment.

Host

Agent Environment

Gambar 3. Segitiga Epidemiologi.

a) Host (Penjamu)
1. Daya Tahan Tubuh

Penyakit TBC adalah penyakit yang mudah menyerang individu dengan


daya tahan tubuh rendah. Sebelum sakit pasien memiliki aktvitas yang
cukup berat dan sedikit beristirahat. Hal ini tentunya dapat membuat daya
tahan tubuh yang dimiliki berkurang sehingga penyakit mudah menyerang.

2. Usia
10

Berdasarkan epidemiologi, 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia


produktif yaitu 15-50 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena usia produktif
mempunyai mobilitas atau aktifitas yang tinggi sehingga mudah terpapar
kuman Mycobacterium tuberculosis. Dengan mobilitas atau aktifitas yang
tinggi akan meningkatkan resiko terpapar kuman akibat kemungkinan
sering kontak dengan orang lain yang memiliki penyakit TB paru.

3. Adat/Kebiasaan

Kebiasaan hidup tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, jarang


berolahraga merupakan faktor resiko terjangkitnya penyakit TB. Pasien
adalah seorang perokok, hal ini menyebabkan rendahnya sistem
pertahanan saluran pernapasan untuk dapat membersihkan kuman atau
benda asing dari saluran napas.

b) Agent (Penyebab Penyakit)

1. Karakteristik Kuman TB
Penyakit TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan
bakteri obligat aerob, berbentuk batang, tahan asam dan tidak membentuk
spora. Bakteri ini tumbuh baik dalam CO2 5-10%. Unsur kimia bakteri
tersebut terdiri dari lipid, protein dan polisakarida. Unsur lipid tersebut
yang membuat bakteri ini tahan asam, sehingga bakteri ini lebih tahan
terhadap unsur kimia.

2. Karakteristik kuman yang berhubungan dengan host


Lipid pada bakteri M. Tuberculosis bersifat virulensi, dimana virulensi
makin tinggi pada pasien yang tidak pernah diobati. Bakteri ini tidak
menghasilkan toksin. Penyakit timbul akibat menetapnya dan
berproliferasinya bakteri yang virulen serta adanya interaksi dengan host.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh resistensi dan hipersensitifitas
host, dosis kuman yang masuk dan virulensi bakteri. Keadaan pasien yang
sering sakit-sakitan menunjukkan daya tahan tubuh pasien yang kurang
baik sehingga menyebabkan bakteri berproliferasi dan menimbulkan
penyakit pada pasien.
11

3. Karakteristik kuman yang berhubungan dengan environment


Penularan penyakit terutama melalui inhalasi, yaitu melalui droplet ketika
pasien batuk, bersin atau meludah, dimana bakteri dapat bertahan selama
kurang lebih 1-2 jam, tergantung ada atau tidaknya sinar ultraviolet. Pada
tempat yang gelap dan lembab bakteri dapat bertahan sampai berhari-hari.
Bakteri dapat bertahan pada udara kering terutama pada udara bersuhu
22C-23C atau bahkan pada tempat yang sangat dingin karena bakteri
tersebut berada dalam bentuk dorman. Dorman berarti bahwa bakteri dapat
aktif kembali untuk menimbulkan penyakit. Keadaan ruangan dalam tempat
tinggal pasien yang cenderung gelap dan lembab mendukung bakteri ini
untuk dapat bertahan lebih lama sehingga lebih meningkatkan risiko pasien
untuk tertular.

c) Environtment (Lingkungan)
1. Lingkungan Rumah Kotor
Kebersihan rumah yang kurang merupakan suatu faktor resiko terjadinya
suatu penyakit. Pada rumah pasien didapatkan kondisi rumah yang
kurang rapih dan kotor yang dapat menjadi sarang berkembangnya
kuman penyakit TB.
2. Minim Ventilasi
Keadaan kamar tidur pasien tergolong gelap dengan sirkulasi udara yang
minim. Jendela dan pintu jarang dibuka mengakibatkan keadaan kamar
menjadi lembab. Hal ini dapat mengakibatkan bakteri TB sulit untuk
mati karena pada dasarnya kuman TB takut akan cahaya matahari.
12
FAKTOR-FAKTOR YANG MENINGKATKAN PENULARAN TB

Pemerintah
Pemerintah

Pendidikan PelayananKesehatan
Kesehatan Ekologi
Pendidikan Pelayanan Ekologi
Kuranginformasi
informasitentang
tentang Passivecase
casefinding
finding
Kurang Passive
TB Penyuluhanyang
yangkurang
kurang
TB Penyuluhan
Kurang kesadarantentang
tentang Kurangnya pengawasan terhadap
Kurang kesadaran Kurangnya pengawasan terhadap
kesehatan pengobatanpasien
pasien
kesehatan pengobatan

Kurangnya Gayahidup
hidup Lingkungan
Kurangnya Gaya Lingkungan
nutrisi
nutrisi

Kepadatan
Aktivitasfisik
fisik Kepadatan
Aktivitas penduduk
yangberlebih,
berlebih, penduduk
yang
istirahatyang
yang
istirahat
kurang Sanitasiyang
yang
kurang Sanitasi
kurang
kurang

Riwayat
Riwayat
kontak
kontak

Berkurangnya Gangguan
Berkurangnya Gangguan
ketahanantubuh
tubuh fungsiparu
paru
ketahanan fungsi

Infeksi
Infeksi
Mycobacterium
Mycobacterium
tuberculosa
tuberculosa

TB
TB
13

IV. ANALISIS MASALAH


IV.1 IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO
Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang kami ambil adalah sesuai
dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut:

IV.1.1 Personal
Memberikan penjelasan tentang TB kepada pasien, apa penyebabnya,
bagaimana cara penularannya, gejala-gejala, dan cara pengobatan TB.
Memberikan penjelasan pada pasien bahwa penyakit TB bisa sembuh
apabila berobat secara teratur.
Menyarankan kepada pasien agar makan makanan yang cukup bergizi,
tidur dan istirahat yang cukup, dan jangan terlalu capek.
Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang sedang dijalani
sekarang oleh pasien. Apa jenis obatnya, tujuan pengobatannya, efek
sampingnya, dan akibatnya apabila tidak patuh dalam menjalani
pengobatan. Menekankan kepada pasien bahwa kepatuhan dalam
minum obat sangatlah diperlukan untuk mencapai kesembuhan.
Menyarankan pasien untuk menggunakan masker untuk mencegah
penularan kuman TB pada lingkungan sekitar maupun anggota
keluarga.
Menyarankan pasien untuk membersihkan kamarnya dan lebih sering
membuka pintu dan jendela agar kamarnya tidak pengap dan lembab.

IV.1.2 Komprehensif
Memberikan penjelasan tentang TB kepada pasien dan keluarganya
secara terpadu, apa penyebabnya, bagaimana cara penularannya,
gejala-gejala, dan cara pengobatan TB.
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga bagaimana cara-
cara mencegah penularan penyakit TB kepada orang lain terutama
keluarga yang kontak erat dengan pasien.
14

IV.1.3 Berkesinambungan
Memantau perkembangan penyakit pasien dengan rutin dengan cara
mengecek setiap minggu apakah pasien datang kontrol ke Puskesmas,
jika tidak datang kami mendatangi rumah pasien.
Mencatat rekam medis pasien yang berisi perkembangan penyakit
pasien.
Menggunakan sistem DOT (Direct Observed Treatment), dengan
menunjuk anggota keluarga terdekat (istri) sebagai PMO (Pengawas
Minum Obat).
Menyarankan kepada keluarga untuk mengantar pasien untuk kontrol
ke pelayanan kesehatan terdekat secara rutin.

IV.1.4 Koordinatif dan kolaboratif


Menyarankan kepada keluarganya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
pengobatan pasien. Misalnya dengan mengantar setiap kali mengambil
obat ke Puskesmas, mengawasi pola kerja dan pola makannya untuk
mencegah perburukan dari kondisinya, dan juga ikut membantu PMO
mengawasi pasien dalam minum obat.
Keluarga hendaknya tetap memberi perawatan dan dukungan dengan
penuh kesabaran selama pengobatan berlangsung untuk membantu
proses penyembuhan pasien, serta berusaha mengajak pasien
mengobrol untuk memberikan kesempatan pasien mengutarakan
keadaannya
Bekerjasama dengan petugas dan pemegang program untuk memantau
perkembangan kesembuhan pasien dengan kunjungan tiap minggu
.

IV.1.5 Mengutamakan pencegahan


Mengingatkan pasien untuk tetap rajin minum obat walaupun keluhan
telah berkurang.
15

Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara-cara untuk mencegah


penularan penyakitnya kepada orang-orang di sekitarnya. Adapun cara-
caranya adalah sebagai berikut:
Menutup mulut dengan saputangan/tisu/tangan saat batuk maupun
bersin kemudian mencuci tangan atau memalingkan muka dari
lawan bicaranya saat batuk ataupun bersin.
Tidak membuang dahaknya sembarangan, tetapi membuang dahak
pada tempat khusus dan tertutup. Misalnya: buanglah dahak ke
dalam wadah/kaleng bertutup yang sudah diberi air sabun.
Buanglah dahak ke lubang WC atau timbun ke dalam tanah di
tempat yang jauh dari keramaian.
Membuka pintu dan jendela kamar sehingga sinar matahari masuk
dan membantu membunuh bakteri TB selain itu adanya ventilasi
mampu memberikan pertukaran udara kamar dengan udara luar
yang lebih segar.
Menyarankan kepada pasien dan anggota keluarganya agar makan
makanan yang cukup bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan
menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena penyakit, baik
tertular penyakit pasien maupun penyakit lain.
Mengingatkan pasien dan keluarganya apabila terdapat anggota
keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti pasien, yaitu batuk-
batuk lama, keringat malam, penurunan nafsu makan, lemas, dll, untuk
cepat memeriksakan diri ke puskesmas.
Melakukan pemeriksaan dahak anggota keluarga yang kontak erat
dengan pasien.

IV.1.6 Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya


Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini kepada
keluarga. Jelaskan bahwa penyakitnya ini bisa sembuh, tetapi dengan
syarat harus patuh menjalani pengobatan yang lama, sehingga peran
keluarga disini sangatlah besar yaitu dalam mengawasi minum obat.
16

Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit yang


dideritanya adalah penyakit menular, namun meskipun demikian
penularannya masih bisa dicegah dengan misalnya mencegah kontak
dengan dahak pasien, menjaga daya tahan tubuh dengan asupan gizi
yang memadai serta dengan menjaga kebersihan lingkungan serta
ventilasi rumah yang cukup.
Menjelaskan mengenai pengobatan pasien, bahwa meskipun
pengobatannya lama, namun obat dapat diperoleh secara gratis di
Puskesmas.

V. KESIMPULAN
Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga karena
perjalanan penyakit yang kronis dan risiko penularan terhadap komunitas yang
tinggi sehingga diperlukan intervensi yang lama, kerja sama antar berbagai
pihak, baik pasien, keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan. Intervensi
tidak dilakukan terhadap penyakitnya saja namun harus melihat manusia
seutuhnya sehingga dilakukanlah kunjungan rumah.

Adapun yang telah kami laksanakan dalam Praktek Kedokteran Keluarga ini,
meliputi kegiatan :

Dalam gedung :

Penemuan kasus dengan diagnosis TB


Wawancara dengan pemegang program terkait kasus.
Kunjungan rumah :

Anamnesis dengan pasien sendiri dan keluarga untuk mengidentifikasi


keluhan utama, faktor risiko, observasi tentang gambaran kesehatan
keluarga, dan gambaran tempat tinggal pasien.
Memberikan penjelasan mengenai TB dan faktor-faktor risikonya,
terutama terhadap pencegahan penularan infeksi dan kebersihan
lingkungan tempat tinggal serta memberikan penjelasan mengenai
gangguan perilaku yang dialami pasien.
17

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa terapi ini memerlukan


kedisiplinan karena waktu terapi yang lama.
Melakukan intervensi berupa saran-saran yang harus dilaksanakan untuk
mengatasi gejala yang timbul saat ini dan memberikan pemahaman tentang
pencegahan primer, sekunder, dan tersier serta bagaimana pelaksanaannya,
sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku agar kasus yang sama di
keluarga tersebut dapat dihindari.
18

VI. DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto bersama keluarga pasien

Gambar 2. Wawancara kepada pasien dan anggota keluarga


19

Gambar 3. Keadaan halaman rumah pasien

Gambar 4 dan 5. Keadaan kamar mandi pasien

Gambar 6.Keadaan kamar tidur pasien

Anda mungkin juga menyukai