Anda di halaman 1dari 21

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis
atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Sekitar tahun 1960, diabetes melitus hanya diartikan sebagai penyakit metabolisme
yang dikelompokkan ke golongan hiperglikemia atau gula darah yang lebih dari normal (gula
darah normal 80-120 mg/dl). Kadar gula dalam darah penderita diabetes saat puasa adalah
lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa lebih dari 200 mg/dl. Oleh karenanya, diabetes
melitus disebut juga penyakit gula. Dengan adanya glukosuria yaitu adanya gula di dalam air
seni maka penyakit ini dikenal pula dengan nama penyakit kencing manis. Kedua hal ini
disebabkan karena ketidakmampuan sel dalam mempergunakan karbohidrat untuk
menghasilkan tenaga.
Dewasa ini, diketahui bahwa diabetes melitus bukan hanya dianggap sebagai
gangguan tentang metabolisme karbohidrat. Namun juga menyangkut tentang metabolisme
protein dan lemak. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan
komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal,
kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis.
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan oleh sel khusus
di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja
dengan hormone pancreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa
dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak
menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes.
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar gulanya,
obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur. Meskipun begitu, penyakit ini lama
kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan komplikasi seperti kebutaan dan
stroke.

2.1.1 Patofisiologi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter
utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik
dikatakan memiliki peran yang kuat dalam munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan
berinteraksi dengan faktor lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik,
obesitas dan tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin,
resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar.

2.1.2 Etiologi Diabetes Melitus


Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya hidup (pola
makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu, adanya stress, kelainan
genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab
timbulnya penyakit diabetes. Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang
seimbang (hindari makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam),
melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda, jogging, jalan
cepat), serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun (Sinaga, 2003).
Ketika makanan kita dicerna glukosa membuat jalan ke dalam aliran darah. Sel-sel
kita menggunakan glukosa untuk energi dan pertumbuhan. Namun, glukosa tidak bisa masuk
ke sel tanpa hormone insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Setelah
makan, pankreas otomatis melepaskan insulin untuk memindahkan glukosa dalam darah kita
ke dalam sel, dan menurunkan tingkat gula darah. Seseorang dengan diabetes Mellitus
memiliki kondisi di mana jumlah glukosa dalam darah terlalu tinggi (hiperglikemia). Hal ini
karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau bisa juga pankreas memang tidak
memproduksi insulin (salah satunya karena kerusakan pankreas). Hal ini menyebabkan
terlalu banyak glukosa dalam darah. kelebihan glukosa darah akhirnya menyebabkan glukosa
lolos keluar dari tubuh dalam urin. Jadi, jangan heran jika ada orang yang menderita diabetes
mellitus, air kemihnya akan digerogoti semut.

2.2 Bentuk Diabetes Mellitus


Paling sedikit terdapat 2 bentuk DM berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan
terapinya, antara lain:

2.2.1 Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh
kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian
therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga,
diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada
penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula
darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anakn atau balita
yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang
berbagai penyakit.

2.2.2 Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi
dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi
insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan
tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar
gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan,
dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk
diberikan.

2.3 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Komplikasi:

Penglihatan kabur

Penyakit jantung

Penyakit ginjal

Gangguan kulit dan syaraf

Pembusukan

Gairah sex menurun

Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan
berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu
mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak
waspada maka bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah a.l.

gangguan pembuluh darah otak (stroke),

pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),

pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),


pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta

pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang
dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak
yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes
mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka
mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
2.3.1 Kadar Gula Dalam Darah

Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter
(satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United
State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi
peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur.
Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas
nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa
(minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang
dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula
darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200
mg/dl. Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak
tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate,
OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada
baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.

2.4 Faktor Penyebab Diabetes melittus


Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian
besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi
insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena
kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

2.4.1 Makanan Pantangan Penderita DM

Jika kadar gula dalam darah Anda termasuk tinggi, jangan dibiarkan. Anda harus
banyak berolahraga dan mengatur pola makan. Apalagi jika dalam keluarga Anda, ada yang
pernah menderita diabetes. Ada lima jenis makanan yang harus dijauhi bagi si penderita
diabetes. Hal ini untuk menghindari semakin meningkatnya kadar gula dalam darah anda:
1. Mie dan Pasta
Sebagian besar pasta dan mie memiliki indeks glikemik tinggi. Artinya pasta dan mie
dibuat dengan olahan karbohidrat sederhana seperti gandum atau tepung beras. Konsumsi
karbohidrat tinggi bisa meningkatkan kadar gula dalam darah.
2. Nasi
Kurangi konsumsi nasi putih karena kandungan karbohidratnya sangat tinggi. Anda
bisa menggantinya, dengan nasi yang berasal dari beras merah maupun beras coklat.
3. Kafein
Beberapa penelitian, salah satunya yang berjudul Diabetes Care ditulis oleh Hudson
Lee dan Kilpatrick pada 2005 menunjukkan kafein memiliki dampak negatif pada penderita
diabetes. Untuk itu, akan lebih jikaAnda mengurangi minuman yang mengandung kafein.
4. Kentang
Kandungan karbohidrat pada kentang yang tinggi, membuat indeks glikemiknya juga
tinggi. Untuk itu, kurangi konsumsi kentang, baik yang dipanggang, direbus maupun
digoreng.
5. Roti putih
Kurangi konsumsi roti yang terbuat dari tepung putih. Lebih baik pilih roti yang
terbuat dari tepung gandum. Selain memiliki banyak serat juga baik untuk jantung.
2.5 Indonesia Peringkat ke-4 Penderita Diabetes Mellitus
Indonesia saat ini menjadi negara peringkat empat dengan jumlah
penderita diabetes mellitus atau kencing manis terbesar di dunia.
Para penderita tersebar mulai dari wilayah perkotaan hingga ke-
pedesaan.
Total penderita diabetes mellitus di Indonesia berdasar data WHO, saat ini sekitar 8
juta jiwa, dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 jiwa pada tahun 2025 mendatang. Jumlah
tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat keempat penderita diabetes terbesar
setelah Shina, India, dan Amerika. Sementara jumlah penderita diabetes di dunia, mencapai
200 juta jiwa. Diprediksi angka tersebut terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun
2020.
Demikian dituturkan ahli diabetes dari Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar
(RSSA) Malang, Prof.dr.Djoko Wahono Soeatmadji, SpPD-KEMD, dalam rangka
menyambut Kongres Nasional Persatuan Diabetes Indonesia VII di Batu, Malang, Jawa
Timur.
Dahulu ada pandangan salah bahwa diabetes mengancam orang kota yang suka
makan fast food. Itu benar, namun tidak berarti orang yang makan singkong, nasi, atau
makanan tradisional lain tidak berisiko terkena diabetes, tuturnya. Yang perlu diperhatikan
menurutnya agar terhindar dari diabetes mellitus, orang harus makan makanan dengan
seimbang atau tidak kelebihan kalori.
Orang yang banyak makan karbohidrat sehingga kelebihan kalori hingga kegemukan,
inilah yang berisiko terkena diabetes. Bukan hanya makanan fast food , namun juga makanan
tradisional seperti nasi, jagung, ketela, dan sebagainya yang dimakan dalam jumlah yang
cukup banyak, tutur pakar diabetes dari Fakultas Kedokteran Universitas Malang itu.
Karbohidrat adalah makanan yang boros insulin. Orang yang dalam tubuhnya
kekurangan insulin, akan membuatnya terkena penyakit diabetes. Djoko menambahkan,
diabetes merupakan penyebab utama kebutaan di negara-negara maju dan kelompok
masyarakat menengah ke atas, penyebab utama gagal ginjal, penyebab utama amputasi
tungkai kaki bagian bawah, penyebab risiko serangan jantung, mengakibatkan disfungsi
ereksi, dan sebagainya.

2.6 Efek dari penyakit DM


Selain penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta
saluran kemih, penderita DM juga rentan menderita :

a. Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang
tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi
para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin.
Dari pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar
kolestrol dan trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan
malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan kentang
atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-buahan.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung dengan gejala
antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang
tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent heart attack.
Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita diabetes kira-
kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita diabetes., pengendalian
kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan jantung pada penderita
diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan
sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita
diabetes diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan
hasil yang optimal.
Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80 mmHg, trigliserida di
bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di
atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada jantung.
b. Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun.
Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru
serta infeksi kaki.
Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena
knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu
panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit
gangren atau ulkus.
Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena
tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat
atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus
diamputasi. Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta
diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah. Untuk
mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai cara aman
memotong kuku serta cara memilih sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi disebabkan
pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada
penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan
psikologis.
c. Nefropati diabetik
Entah bagaimana mulanya akhir-akhir ini banyak pasien gagal ginjal datang ke klinik
saya. Sebelumnya tak pernah saya duga bahwa tanaman obat kita mampu membantu
mengatasi kasus gagal ginjal. Awal mulanya seorang penderita gagal ginjal dengan penuh
keyakinan meminta tolong saya untuk membantu mengatasi penyakitnya.
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring
darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus). Setiap
unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan
akan merusak selaput penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah
struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada
ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai dengan
keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan
berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus
diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun.
Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik
atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga
berisiko mengalami kondisi ini.
Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal
terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun di
tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian. Ginjal juga memproduksi hormon
eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal
menyebabkan penderita mengalami anemia.
Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas
penyakit. Repotnya penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau
terjadi makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam).
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting
untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi
angiotensin (ACE inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu
dilakukan pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per
kilogram berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan
hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak
pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami
penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah
kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-
inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
d. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang terutama adalah
retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan
retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina
bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang
abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata.
Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf
optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang
dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor
mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya,
penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan
mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi
jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya yang
menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut
yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan
menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul
di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang
menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata.
Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen
mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser
untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah
abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan
vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih.
Penderita retinopati hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan
membungkuk sampai kepala di bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita
diabetes bisa hidup secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita
diabetes. Bedanya, penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak
meningkat di atas normal untuk jangka waktu panjang.

2.7 Penanganan pada Penyakit DM

2.7.1 Prioritas Diet untuk Mencapai Kadar Gula Darah yang Mendekati Angka Normal:
a. Sebagai awal, kurangi berat badan setidaknya 2.5-5 kg.
Pertimbangkan untuk melanjutkan penurunan hingga 7-10% dari berat badan awal.
Mengurangi jumlah asupan kalori untuk menurunkan berat badan merupakan perubahan gaya
hidup yang paling ampuh untuk menurunkan kadar gula darah. Saran penurunan berat badan
selain mencegah diabetes juga membantu mengelola diabetes tipe 2. Jika kurus dan tidak
memiliki kelebihan 2.5-5 kg untuk diturunkan, maka perhatikan saran yang lain. Saran-saran
tersebut akan membantu mengontrol kadar gula darah dengan cara menjaga asupan
karbohidrat dalam jumlah sedang, meminimalkan konsumsi karbohidrat cair, membagi
karbohidrat padat ke dalam tiga porsi makanan dan 2-3 camilan, serta mengonsumsi lebih
banyak serat.
b. Kurangi atau hindari minuman yang mengandung pemanis buatan atau alami.
Termasuk di dalamnya adalah soda, fruit punch, dan jus buah alami. Karbohidrat cair
lebihcepat diserap dibandingkan dengan bentuk padatnya (karbohidrat padat biasanya
mengandung serat yang memperlambat pencernaan gula) dan dapat menyebabkan lonjakan
kadar gula darah. Sebagai pengganti soda biasa, cobalah soda diet tanpa gula dan tidak
berkalori. Sebaiknya batasi konsumsi jus buah 120 ml per hari atau sebagai gantinya
makanlah buah segar. Buah segar mengandung serat, lebih mengenyangkan daripada jus dan
lebih lambat dicerna dan diserap.
c. Cobalah makan dengan porsi kecil pada waktu yang tetap dan teratur.
Lebih baik mengonsumsi makanan dan camilan secara teratur daripada melewatkan
waktu makan kemudian makan satu kali atau dua kali saja dalam porsi besar. Pankreas harus
memproduksi insulin setiap kali makan sesuai dengan jumlah yang dikonsumsi. Jika
mengonsumsi makanan dalam porsi besar yang mengandung banyak karbohidrat, maka
pankreas harus bekerja keras memproduksi lebih banyak insulin, dan kadar gula darah pun
akan meningkat setelahnya. Sebaiknya, jika membagi kalori dengan makan tiga kali dan
diselingi satu atau dua camilan dalam sehari, maka pankreas akan lebih mudah memproduksi
insulin untuk mengimbangi jumlah makanan dan karbohidrat yang lebih sedikit ketika
makan.
d. Konsumsi lebih banyak makanan berserat.

Serat memiliki pengaruh yang menguntungkan. Selain mengenyangkan, juga


menahan kenaikan gula darah dan menurunkan kolesterol. Pilihlah buah segar daripada jus
buah, roti whole grain dan sereal daripada roti gandum olahan, serta perbanyak mengonsumsi
sayur-sayuran segar.

e. Perbanyak aktivitas fisik.


Secara bertahap usahakan berolahraga selama 30 menit per hari sebanyak 5-6 kali
seminggu. Kadar aktivitas seperti ini terkadang dapat menurunkan kadar gula darah hingga
50 poin atau lebih. Olahraga membantu meningkatkan efektivitas kerja insulin yang
diproduksi pankreas.

2.7.2 Terapi Insulin pada Pasien DKA

Cara pemberian insulin :


Intravena

a. Infus Intravena Dosis Rendah Berkelanjutan ( Continuous Infusion of Low Dose Insulin)
Insulin infus intravena dosis rendah berkelanjutan merupakan standar baku pemberian
insulin di sebagian besar pusat pelayanan medis. Pemberian insulin infuse intravena dosis
rendah 4-8 ( biasanya 6 ) unit/ jam menghasilkan kadar insulin sekitar 100 U/ml dan dapat
meneka glukoneogenesis dan lipolisis sebanyak 100%.
Pemberian insulin ini dapat dilakukan dengan menggunakan syringe-driver infusion
pump atau pada pusat pelayanan yang tidak memiliki alat ini dapat menggunakan botol
infuse.2, 3. Bila terdapat syringe pump, siapkan 50 unit insulin regular (RI) dalam spuit 50
cc, kemudian encerkan dengan larutan NaCl 0,9% hingga mencapai 50 cc ( 1cc NaCl = 1 unit
RI). Bila diperlukan 6 unit insulin/jam, petugas tinggal mengatur kecepatan tetesan 6 cc/jam .
Bila tidak tersedia syringe pump, dapat digunakan botol infuse 500 cc larutan NaCl
0,9%. Sebaiknya gunakan infuse microdrip. Masukkan 50 unit RI (dapat juga 6 unit atau
angka lain, sebab nantinya akan diperhitungkan dalam tetesan) kedalam botol infuse 500 cc
larutan NaCl 0,9%.
Terapi insulin diawali dengan pemberian dosis awal (loading dose) yang diberikan
secara bolus IV dengan dosis sebesar 0,15 U/kgBB yang diikuti dengan drips insulin 0,1
U/kgBB/jam.
Cara pemberian infus insulin dosis rendah berkelanjutan dikaiatkan dengan komplikasi
metabolic seperti hipoglikemia, hipokalemia, hipofosfatemia, hipomagnesia,
hiperlaktemia,dan disequilibrium osmotikyang lebih jarang dibandingkan dengan cara terapai
insulin dosis besar secara intermiten atau berkala.
b. Insulin bolus intravena intermiten
Insulin kerja pendek diberikan secara berkala setiap 1-2 jam. Penurunan kadar
glukosa darah yang dicapai secara IM lebih lambat dibandingkan dengan cara pemberian
infus intravena berkelanjutan. Cara ini biasanya dijalankan di pusat pelayanan medis yang
sulit memantau pemberian insulin infuse intravena berkelanjutan. Terapi insulin IM dimulai
dengan pemberian loading dose sebesar 10 20 U yang dilanjutkan dengan 5 unit setiap 1 2
jam.
Efektivitas pemberian subkutan tidak diketahui. Oleh sebab itu pemberian insulin
subkutan pada keadaan akut tidak dianjurkan. Namun bila kadar glukosa darah sudah stabil
dan pasien mulai mendapatkan makanan, pemberian insulin dapat dialihkan secara subkutan.

BAB 1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penyakit Diabetes

Dalam keadaan normal, kadar gula darah seseorang adalah 70 samapi 110 mg/dl. Jika
kadarnya lebih tinggi dari 110 mg/dl disebut hiperglikemiadan jika kadar gula yang lebih
rendah dari 70 mg/dl disebut hipoglikemia. Jika konsentrasi glukosa dalam darah mencapai
160-180 maka glukosa tersebut akan dikeluarkan bersama urin. Tubuh mempunyai sistem
metabolik yang berpengaruh terhadap kadar glukosa dalam darah, dimana dalam hal ini
fungsi pankreas sangat dibutuhkan.

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara medis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Schteingart David,
2001:1259). Diabetes mellitus terjadi dimana keadaan tubuh yang tidak dapat mengontrol
atau mengolah glukosa dalam darah. Secara umum penyakit ini terjadi karena adanya
gangguan dari suatu hormon yang ada di dalam tubuh manusia yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas yaitu insulin. Hormon insulin sangat berfungsi dalam tubuh manusia untuk
mengatur kadar gula dalam darah, dengan cara mentransfer gula ke sel dan selanjutnya akan
diubah menjadi energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

Biasanya kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan glukosa akan merangsang
pankreas untuk menghasilkan insulin. Jika insulin dapat dihasilkan dan bekerja dengan baik
maka kadar gula darah akan kembali turun dalam waktu kurang lebih tiga jam. Dalam proses
inilah hormon insulin dibutuhkan untuk mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang masuk dalam tubuh manusia.

BAB II

FAKTOR PENENTU DAN PERJALANAN ALAMIAH


DIABETES MELLITUS

Penjamu / Host

Faktor yang terkena atau terinfeksi penyakit. Diabetes mellitus dapat menyerang manusia dan
hewan. Pada manusia, tingkat kejadian akan lebih tinggi pada individu yang mempunyai
riwayat keturunan, dan individu yang memiliki berat badan berlebih.

Sedangkan pada hewan yang dapat menderita diabetes mellitus contohnya kucing, anjing,
kelinci, dan lainnya. Perjalanan sakitnya kurang lebih sama dengan yang dialami oleh
manusia.

Agent

Agent adalah faktor yang menyebabkan penyakit. Diabetes mellitus bukan penyakit menular
yang disebabkan oleh satu agent yang pasti. Yang dapat menyebabkan diabetes mellitus
antara lain:

Pola atau kebiasaan buruk individu

Kebiasaan buruk yang dimaksud misalnya kesalahan terhadap konsumsi makanan atau
minuman, keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan gizi dan beresiko obesitas.
Kebiasaan lainnya karena kurangnya aktivitas fisik atau tidak berolah raga, hal ini membuat
kadar gula dalam darah tetap karena tidak diubah menjadi energi.

Gangguan pankreas maupun resistiensi insulin

Gangguan pankreas dimana pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk
mengubah glukosa menjadi energi. Kerusakan pankreas bisa saja karena adanya virus yang
mempengaruhi dan merusak sel sel beta pada pankreas yang berfungsi untuk menghaslikan
insulin. Virus yang diduga adalah Rubella, Coxsackievirus B. Gangguan ini biasanya bersifat
bawaan dan akan diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Resistensi insulin dapat terjadi
dimana konsentrasi insulin dalam tubuh yang sangat tinggi namun tubuh tidak memberikan
respon yang semestinya terhadap kerja insulin, sehingga seakan akan tubuh kekurangan
insulin. Resistensi insulin terjadi karena kelainan insulin, dan biasanya keadaan ini bukan
sifat bawaan dari orang tua melainkan lebih sering terjadi akibat obesitas dan bisa juga karena
pengaruh dari obat obatan yang memicu penurunan sistem kerja insulin. Obat yang diduga
dapat memicu diabetes mellitus Pentamidin dan Vacor atau obat racun tikus.

Lingkungan

Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi dialami oleh individu yang berasal dari kondisi sosial
ekonomi yang baik. Hal ini kemungkinan dikaitkan juga dengan obesitas yang terjadi karena
ketidakseimbangan gizi. Prevalensi yang tinggi juga ditunjukkan oleh penderita wanita dari
pada pria, dan komplikasi lebih sering terjadi pada penderita usia dewasa dari pada anak
anak.

Faktor kebudayaan juga dapat memicu timbulnya diabetes seperti pada budaya timur yang
cenderung banyak mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi yang dapat menaikkan kadar
gula darah seseorang.

Perjalanan Alamiah Diabetes Mellitus

Perjalanan alamiah suatu penyakit umumnya dibagi menjadi dua, yaitu:

Prepatogenesis

Pada kondisi ini, terjadi rangsangan yang menimbulkan penyakit dan individu tersebut belum
dinyatakan diabetes. Misalnya kejadian obesitas yang mendahului sebelum diabetes.
Patogenesis

Dalam kondisi ini, individu mulai merasakan adanya keluhan keluhan dan terlihat gejala
diabetes. Pada patogenesis dapat dibagi lagi ke beberapa fase, yaitu:

Fase Subklinis

Pada fase ini, bisa dikatakan timbulnya gejala masih merupakan gejala yang umum yang
belum dapat dikatakan sakit. Terjadi perubahan kondisi tubuh namun perubahan itu belum
dirasakan oleh individu. Tetapi jika dilakukan pemeriksaan dengan alat alat kesehatan,
maka akan ditemukan kelainan tersebut.

Fase Klinis

Pada tahap ini, gejala yang muncul semakin besar dan berat. Dan biasanya individu baru
menyadari penyakitnya dan baru melakukan pengobatan.

Fase Penyembuhan

Setelah menjalani perawatan dan pengobatan, individu bisa memasuki fase penyembuhan
ataupun meninggal dunia. Untuk penyakit diabetes mellitus, kita tahu bahwa penyakit ini
belum dapat disembuhkan, penyakit ini hanya dapat dikontol dan diberi pengawasan khusus.
Namun, biasanya individu dengan diabetes yang disertai komplikasi akan mengalami
kecacatan, misalnya pada diabetes dengan komplikasi stroke. Sedangkan sisanya tetap akan
menjadi carier atau pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan kepada keturunannya.
BAB III

TAHAP TAHAP PENCEGAHAN

Pencegahan dilakukan dengan 3 macam, yaitu:

Pencegahan Primer

Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang belum terkena diabetes mellitus.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:

Melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan iklan kesehatan yang berisi informasi
yang jelas dan benar tentang diabetes melitus

Mengatur keseimbangan makanan (gizi, nutrisi, dan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh kita)

Rajin berolahraga, minimal 30 menit sehari (lari, berenang, senam, dll)

Istirahat yang cukup

Pemeriksaan dini dan proteksi dini, dengan memeriksa kadar gula darah (bisa dilakukan
sebulan-tiga bulan sekali)

Menjaga kebersihan tubuh, untuk mengurangi risiko diabetes mellitus yang disebabkan dari
virus yang dapat merusak sel beta

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih difokuskan kepada individu yang beresiko diabetes mellitus,
seperti individu yang memiliki riwayat keturunan, kadar kolesterol tinggi, dan obesitas.
Tahap pencegahannya meliputi:
Sering melakukan kontrol gula darah, atau kontrol kolesterol yang dapat menyebabkan
resistensi insulin

Mengkonsumsi makanan yang rendah kalori dan rendah lemak, menghindari makanan yang
dapat memicu naiknya kadar gula darah

Menghindari terjadinya luka pada tubuh, karena pada penderita diabetes mellitus kebanyakan
dari mereka lukanya susah disembuhkan

Mengontrol tekanan darah, ataupun keadaan yang lain yang dapat menyebabkan komplikasi
terhadap penyakit lain, seperti stroke dan penyakit jantung.

Tetap melakukan aktivitas fisik berupa olah raga dan istirahat yang cukup.

Pencegahan Tersier

Hal ini difokuskan kepada individu diabetes mellitus yang menjalani pengobatan dan
perawatan yang intensif dari tenaga ahli kesehatan. Pencegahan berupa tindakan tindakan
yang mengecilkan kemungkinan terjadinya pengulangan sakit atau kekumatan, dan mencegah
terjadinya komplikasi penyakit lain.

Penggunaan obat yang dianjurkan dokter dengan pengawasan yang berkelanjutan

Terapi insulin

Rehabilitasi, pemulihan keadaan individu menuju keadaan yang sehat seperti atau mendekati
seperti keadaan semula sebelum terjadinya sakit

BAB IV

SIMPULAN

Diabetes mellitus (DM) yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan
penyakit metabolik yang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Gangguan metabolisme ini
dapat dikarenakan kurangnya jumlah insulin dalam darah (defisiensi insulin) atau karena
kerja insulin yang tidak optimal (resistensi insulin). Hormon insulin sangat berfungsi dalam
tubuh manusia untuk menurunkan kadar gula dalam darah, dengan membuat agar gula
berpindah ke sel yang selanjutnya akan diubah menjadi energi atau disimpan sebagai
cadangan energi.

Klasifikasi diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 1, tipe 2, dan tipe lainnya. Selain
itu juga terdapat diabetes gastisional atau diabetes yang dialami pada masa kehamilan.
Orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini umumnya adalah mereka yang mempuyai
riwayat penyakit di keluarganya karena diabetes merupakan penyakit genetik (bersifat
keturunan). Resiko terberat juga pada mereka yang tidak memperhatikan pola makan gizi
seimbang, mengalami obesitas sehingga dapat berisiko terkena diabetes mellitus tipe 2.

Keberhasilan pengobatan sangat berdampak pada faktor ekonomi pasien. Hal ini dikarenakan
pembiayaan yang mahal dan bersifat berkelanjutan, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan hanya satu atau dua kali melainkan harus terus menerus melakukan kontrol gula
darah. Peningkatan jumlah pasien yang terkena diabetes terjadi setiap tahun dan lebih sering
ditemukan pada usia produktif dari pada usia anak-anak. Sementara pada usia dewasa resiko
terjadinya komplikasi sangat besar, membuat pasien yang berada dalam usia produktif
kehilangan pendapatannya dan bisa saja menghambat pengobatan atau terapi yang sedang dia
jalani.

Pengobatan dan pengawasan terhadap penyakit ini memang tidak mudah dan tidak murah.
Dampak ekonomi sangat jelas terlihat dalam pembiayaan pengobatan. Tidak hanya pada
masyarakat miskin atau yang kurang mampu, dampak ekonomi juga terlihat pada pasien yang
masih di usia produktif yang kehilangan sumber pendapatan karena komplikasi yang
ditimbulkan penyakit ini, misalnya kebutaan dan penyakit vaskular yang dapat terjadi.

Daftar Pustaka
Schteingart, David. E: Patofisiologi Penyakit;1997

www.rumahdiabetesindonesia.org (dilihat, 29 September 2012)

www.blog-epidemipenyakit.org (dilihat, 29 September 2012)

www.patofisiologipenyakit.com (dilihat, 30 September 2012)

www.blogspot-kesehatannasional.com (dilihat, 30 September 2012)

www.whoDefinition,diagnosisandclasificationofdiabetesmellitus&itscomplication.co.id
(dilihat, 1 Oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai