PERKEMBANGAN ISLAM DI
SUMATERA BARAT
KELOMPOK 6
X IPS 1
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah.sejarah.ini.
Makalah sejarah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya yang dibantu
oleh berbagai pihak sehingga tersusunlah makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu.dalam.pembuatan.makalah.ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar.kami.dapat.memperbaiki.makalah.sejarah.ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ................................................................................................................. 18
3
4.3 JIGSAW KELOMPOK 3 ....................................................................................... 28
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Syekh Burhanuddin. Di samping Ulakan sendiri, sentra-sentra tarikat inipun
kemudian berkembang di pesisir barat Sumatera Barat dan di beberapa wilayah
pedalaman.Minangkabau.
7
oleh kedua aliran tasauf ini tidak hanya berisikan ajaran tasauf semata, akan
tetapi meliputi hampir semua cabang ilmu-ilmu keislaman, bahkan upaya
pencarian solusi kemasyarakatan dan urusan dunia lainnya memperoleh tempat
dalam kajian-kajian mereka, seperti yang dikembangkan oleh Jalaluddin murid
Tuanku nan Tuo di wilayah Agam (lihat :Dobbin, 1992:151-152).
Latar depan fenomena keagamaan abad ke 19 dan ke 20, di saat mana lahirnya
gagasan-gagasan awal pembaharuan Islam di Minangkabau, tidak dapat
dilepaskan dari fenomena historis yang terjadi sejak abad ke 16 atau mungkin
sejak abad ke 13 seperti yang diasumsikan sebagai awal kontak budaya Islam di
wilayah ini. Kontak awal Islam ini, demikian juga proses serta bentuk konversi
terhadap Islam pada tahap-tahap awal itu, tentu akan menjadi salah satu
determinan yang memberi warna terhadap berbagai karakteristik yang muncul
dalam perkembangan historis masyarakat di wilayah ini. Akan tetapi beberapa
penjelasan sejarah yang banyak ditulis, sering memandang fenomena tersebut
dari perspektif sosial struktural semata, sehingga kenyataan historis Islam itu
sendiri luput diperhatikan. Apalagi pula kenyataan sumber-sumber yang terbatas
serta paradigma sejarah yang barat sentris, menjadikan beberapa dimensi dari
pengalaman historis agama ini menjadi terabaikan.
Kerajaan Malayu
8
Bukit, kerajaan ini ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 682. Dan kemudian
tahun 1183 muncul lagi berdasarkan Prasasti Grahi di Kamboja, dan kemudian
Negarakertagama dan Pararaton mencatat adanya Kerajaan Malayu yang
beribukota di Dharmasraya. Sehingga muncullah Ekspedisi Pamalayu pada
tahun 1275-1293 di bawah pimpinan Kebo Anabrang dari Kerajaan Singasari.
Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di Prasasti
Padang Roco, tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta
dua putri Raja Dharmasraya yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak
dinikahkan oleh Raden Wijaya raja Majapahit pewaris kerajaan Singasari,
sedangkan Dara Jingga dengan Adwaya Brahman. Dari kedua putri ini lahirlah
Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit dan Adityawarman kemudian
hari menjadi raja Pagaruyung.
Kerajaan Pagaruyung
Sejarah propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa
pemerintahan Adityawarman. Raja ini cukup banyak meninggalkan prasasti
mengenai dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja
Minangkabau. Adityawarman memang pernah memerintah di Pagaruyung, suatu
negeri yang dipercayai warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.
9
Kerajaan Inderapura
Agama
Sejak abad ke-16, agama Islam telah dianut oleh seluruh masyarakat
Minangkabau baik yang menetap di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera
Barat. Jika ada masyarakatnya keluar dari agama Islam atau murtad, secara
langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat
Minangkabau. Namun hingga akhir abad ke-17, sebagian dari mereka terutama
yang ada di lingkungan kerajaan, belum sepenuhnya menjalankansyariat Islam
dengan sempurna dan bahkan masih melakukan perbuatan yang dilarang dalam
Islam. Kebudayaan dikerajaan islam di Sumatera Barat di pengaruhi oleh
kebudayaan islam dengan adanya peninggalan seperti Masjid dan Surau Syekh
Burhanuddin di Padang Pariaman menjadi salah satu masjid tertua di Sumatera
Barat yang didirikan tahun 1645 M. Selain itu, masjid bersejarah di Padang
Pariaman juga termasuk Masjid Raya Pekandangan.
Sistem Pemerintahan
10
setempat. Ibukota diperintah secara langsung oleh raja, sementara daerah
pendukung tetap diperintah oleh Datuk setempat.
Selain kedua raja tadi, Raja Alam juga dibantu oleh para pembesar yang
disebut Basa Ampek Balai, artinya "empat menteri utama". Mereka adalah:
11
2. Perdamaian Koto Piliang
3. Pasak Kungkuang Koto Piliang
4. Harimau Campo Koto Piliang
5. Camin Taruih Koto Piliang
6. Cumati Koto Piliang
7. Gajah Tongga Koto Piliang
Hingga tahun 1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang
melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Dalam peperangan ini, Kaum Padri
dipimpin oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh
Yang Dipertuan Pagaruyung waktu itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat
yang mulai terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821.
Namun keterlibatan Belanda ini justru memperumit keadaan, sehingga sejak
tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama
Kaum Padri, walaupun pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan
Belanda.
12
2.6. RUNTUHNYA KERAJAAN ISLAM SUMATERA BARAT
Pada awal abad ke-19 pecah konflik antara kaum Padri dan kaum Adat.
Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara mereka. Seiring itu
dibeberapa negeri dalam kerajaan Pagaruyung bergejolak, dan puncaknya kaum
Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Pagaruyung pada tahun
1815. Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari
ibukota kerajaan ke Lubukjambi.
Walaupun sebetulnya Sultan Tangkal Alam Bagagar waktu itu dianggap tidak
berhak membuat perjanjian dengan mengatasnamakan kerajaan Pagaruyung.
Akibat dari perjanjian ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda penyerahan
kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Belanda. Kemudian setelah Belanda
berhasil merebut Pagaruyung dari kaum Padri, pada tahun 1824 atas permintaan
Letnan Kolonel Raaff, Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Muningsyah
kembali ke Pagaruyung, namun pada tahun 1825 Sultan Arifin Muningsyah raja
terakhir Minangkabau ini wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung.
13
Tidak jauh dari istana, terdapat peninggalan berupa komplek makan
Ustano Raja Alam. Situs seluas 1.196 meter persegi itu dipercaya merupakan
tempat dimakamkannya raja-raja kuna Kerajaan Pagaruyung. Terdapat 13
makam bercirikan Islam yang memanjang dari utara ke selatan, dan menjadikan
bukti bahwa agama Islam sudah lama berpengaruh di Minangkabau. Ukuran
makam antara 210-400 cm dengan lebar 115-280 cm dan tinggi 35 cm. makam-
makam di sekitar Pagaruyung ini dikenal dengan sebutan Kuburan Panjang,
tidak lain karena menjadi tempat bersemayam raja-raja yang perkasa dan tinggi
semampai. Nisannya juga dibentuk sedemikian rupa seperti menhir dan bahkan
bermotif geometris.
Rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atas tindakan kaum Padri atas
sesama orang Minang, Mandailing dan Batak, terefleksi dalam ucapannya
Adopun hukum Kitabullah banyak lah malampau dek ulah kito juo. Baa dek
14
kalian? (Adapun banyak hukum Kitabullah yang sudah terlangkahi oleh kita.
Bagaimana pikiran kalian?).
Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi
apresiasi akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan,[7] sebagai
penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada
umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
sejak tanggal 6 November 1973.Selain itu nama Tuanku Imam Bonjol juga hadir
di ruang publik bangsa sebagai nama jalan, nama stadion, nama universitas,
bahkan pada lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol
http://www.irhash.com/2009/02/islam-di-minangkabau.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Sumatera_Barat
http://wisata-sejarah.blogspot.co.id/2009/03/kerajaan-inderapura.html
17
LAMPIRAN
Kelompok satu melakukan jigsaw dikelompok kami, yaitu kelompok enam. Tim
ahli yang melakukan dikelompok kami yaitu Nandya Fadilla dan Rayfienta K.
Gumay. Mereka melakukan jigsaw dikelompok kami, melalui via LINE. Hasil
tangkapan dibawah ini merupakan materi yang disampaikan oleh tim ahli dari
kelompok satu.
18
Kerajaan Samudera Pasai
Awal berdiri dan Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai muncul pada abad 13, setelah kehancuran Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan ini didirikan oleh Merah Silu yang kemudian berganti nama menjadi Malik As
Saleh setelah beliau memeluk agama islam. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam
pertama di Indonesia. Sultan Malik As Saleh berkuasa kurang lebih 29 tahun (1297-1326
M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak.
Adanya Samudera Pasai ini diperkuat oleh catatan Ibnu batutah. Sejarawan dari Maroko.
Kronik dari orang orang Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu Batutah,
Samudera Pasai merupakan pusat studi islam. Ia berkunjung ke kerajaan ini pada tahun
1345-1346M). Ibnu Batutah menyebutnya sebagai sumutrah ejaannya untuk nama
samudera yang kemudian menjadi sumatera.
Ketika singgah di pelabuhan pasai, betutah dijemput oleh laksamana muda dari pasai
bernama bohruz. Berdasarkan catatan batutah, islam telah ada di samudera pasai sejak
seabad yang lalu yaitu abad 12.
Kesultanan kembali bangkit kembali dibawah pimpinan sultan zain al abidin malik az
zahir tahun 1383 M dan memerinta sampai tahun 1412 M. secara geografis kesultanan
pasai dideskripsika memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebalah selatan
dan timur.
Kehidupan sosial
Masa kejayaan
Pemerintahan teratur
Pusat dagang internasional
Faktor keruntuhan
19
Materi : Kerajaan Samudera Pasai
Jawaban:
1. Kerajaan Pasai sudah berdiri cukup lama dan orang-orang memperebutkan
kekuasaan di Pasai sehingga pemerintahannya terjadi perpecahan. Karena
perpecahan ini, rakyat melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang
menyebabkan semakin banyaknya pertikaian. Inilah yang memicu munculnya
perang saudara. [Rayfienta K. Gummay (29)]
2. Tidak dijawab oleh penjigsaw.
3. Jawaban telah dijawab di no. 1
4. Kerajaan Samudera Pasai memiliki kekuatan pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Zahir. Diantaranya menjadi pusat dan jalur perdagangan internasional
mencakup Asia, Afrika, Cina, dan Eropa. Hal itu yang menyebabkan Kerajaan
Samudera Pasai mempunyai banyak relasi. [ Nandya Fadilla (26)]
5. Tidak dijawab oleh penjigsaw.
6. Sultan Pasai yang berkedudukan di Aceh dan Sultan Mahmud yang
berkedudukan di Delhi memiliki hubungan kerjasama internasional, dalam hal
ini mereka bekerja sama dalam bidang sastra.
7. 1. Karena Pasai, jalur perdagangan di Selat Malaka berkembang pesat. Banyak
pedagang-pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat yang berlabuh di Pasai.
2. Tanah pertanian yang subur, padi yang ditanami penduduk Kerajaan Islam
Pasai pada abad ke-14 dapat dipanen dua kali setahun.
3. Di dataran tinggi juga menghasilkan berbagai hasil hutan yang diangkut ke
daerah pantai melalui sungai.
20
4. Perdagangan penduduk pesisir dan pedalaman masih memakai system barter
5. Pasai menggantungkan perekonomiannya dari pelayaran dan perdagangan.
8. Tidak. Karena Sultan Malik As Sholeh bahkan sebenarnya merupakan keturunan
dari Kerajaan Perlak yaitu Meurah Giri.
21
4.2 Jigsaw Kelompok Dua
22
SEJARAH PERKEMBANGAN KERAJAAN DI ACEH
Kerajaan Aceh dirintis oleh Mudzaffar Syah pada abad ke-15 M. Pusat kerajaan
dibangun diatas puing-puing kerajaan Lamuri, seberah barat samudera Pasai. Status
kerajaan penih diraih semasa pemerintahan Ali Mughayat Syah sebagai hasil penyatuan
dua kerajaan, yakni Lamuri dan Dar al-Kalam.
a. Kehidupan Politik
Kerajaan Aceh yang terletak di ujung barat pulau Sumatera pernah diperintah oleh
raja-raja berikut ini:
Ali Mughayat Syah adalah raja pertama kerajaan Aceh. Ia memerintah dari tahun
1514-1528 M. dibawah kekuasaannya Kerajaan Aceh melakukan perluasan ke beberapa
daerah yang berada di wilayah Sumatera Utara, seperti di daerah Daya dan Pasai. Bahkan
ia mengadakan serangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka serta menyerang
kerajaan Aru.
2. Sultan Salahudin
23
berkuasa, Sultan Salahudin kurang memperhatikan kerajaannya. Akibatnya, kerajaaan
mulai goyah dan mengalami kemunduran oleh sebab itu pada tahun 1537 M sultan
Salahudin digantikan saudaranya yang bernama Sultan Alaudin Riayat Syah.
Sultan Alaudin Riayat Syah memerintah Aceh sejak tahun 1537-1568 M. dibawah
pemerintahannya Aceh berkembang menjadi Bandar utama di Asia bagi pedagang Muslim
mancanegara. Sejak Malaka direbut Portugis, mereka menghindari selat Malaka dan
beralih menyusuri pesisir Barat Sumatera, ke selat Sunda, lalu terus ke timur Indonesia
atau langsung ke Cina. Kedudukan strategis Aceh menjadikan sevagai Bandar transit lada
dari Sumatera dan rempah-rempah dari Maluku. Kedudukan itu bukan tanpa hambatan.
Aceh harus menghadapi rongrongan Portugis. Guna memenangkan persaingan, Aceh
membangun angkatan laut yang kuat. Kerajaan itupun membina hubungan diplomatic
dengan turki ottoman yang dianggap memegang kedaulatan Islam tertinggi waktu itu.
Sultan Iskandar Muda merebut sejumlah pelabuhan penting di pesisir barat dan
timur Sumatera, serta pesisir barat semenanjung melayu. Misalnya Aceh sempat
menaklukan Johor dan Paahang
24
tidak mampu berbuat banyak saat sejumlah wilayah taklukan melepaskan diri. Kerajaan
itupun tidak mampu lagi berperan sebagai pusat perdagangan. Meskipun demikian,
kerajaan Aceh tetap berlanjut sampai memasuki abad ke-20.
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letaknya di jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan selat Malaka,
kerjaan Aceh menitik beratkan perekonomiannnya pada bidang perdagangan. Dibawah
pemerintahan sultan alaudin riayat syah, Aceh berkembang menjadi Bandar utama di Asia
bagi para pedagang mancanegara, buakan hanya bangsa Inggris dan Belanda yang
berdagang di pelabuhan Aceh, melainkan juga bangsa asing lain seperti arab, Persia,
turki, india, syam, cina, dan jepang.
Barang yang diperdagangkan dari Aceh, antara lain lada, beras, timah, emas,
perak, dan rempah-rempah (dari Maluku). Orang yang berasal dari mancanegara (impor),
antara lain dari Koromandel (India), Porselin dan sutera (Jepang dan Cina), dan minyak
wangi dari (Eropa dan Timur Tengah). Selain itu, kapal pedagang Aceh aktif dalam
melakukan perdagangan sampai ke laut merah.
c. Kehidupan Sosial
Struktur sosial masyarakat Aceh terdiri atas empat golongan, yaitu golongan teuku
(kaum bangsawan yang memegang kekuasaan pemerintahan sipil), golongan tengku
(kaum ulama yang memegang peranan penting dalam keagamaan), hulubalang atau
ulebalang (para prajurit), dan rakyat biasa. Antara golongan Tengku dan Teuku sering
terjadi persaingan yang kemudian melemahkan Aceh.
Sejak kerajaan Perlak berkuasa (abad ke-12 M sampai dengan abad ke-13 M)
telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dan Ahlusunnah wal jamaaah. Namun pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, aliran Syiah mendapat perlindungan dan
berkembang ke daerah kekuasaan Aceh. Aliran itu diajarkan Hamzah Fansuri dan
dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Syamsuddin Pasai. Setelah Sultan Iskandar
Muda wafat, aliran Ahlusunnah wal jamaah berkembang dengan pesat di Aceh.
d. Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya di kerajaan Aceh tidak banyak diketahui karena kerajaan Aceh
tidak banyak meninggal banda hasil budaya. Perkembangan kebudayaan di Aceh tidak
terpusat perkembangan perekonomian. Perkembangan kebudayaan yang terlihat nyata
adalah bangunan masjid Baiturrahman dan buku Bustanus Salatin yang ditulis oleh
Nurrudin Ar-raniri yang berisi tentang sejarah raja-raja Aceh.
Setelah Iskandar muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang mampu
mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas. Dibawah sultan iskandar thani, sebagai
25
pengganti sultan iskandar muda, kemunduran itu mulai terasa dan terlebih lagi setelah
meninggalnya sultan iskandar thani.
Dari penggalan sejarah yang ada ini, dapat deketahui bahwa kerajaan Aceh
berkuasa lebih kurang 4 abad, hingga pada akhirnya runtuh karena dikuasai oleh Belanda
yaitu pada awal abad ke-20. Perkembangan sejarah seterusnya adalah berkaitan dengan
perjuangan menghadapi penjajah seperti yang kita kenal dengan kisah pahlawan wanita
dari Aceh, Cut Nyak Dient.
Sesi Tanya-Jawab
1. Mengapa sering terjadi pertikaian antara golongan Teuku dan Tengku? [Hastri
Dwi K.P.B (12)]
2. Apa penyebab permusuhan antara aliran Syiah dan Ahlussunah Wal Jamaah?
[M. Fakhrul Arif (19)]
3. Bagaimana perbedaan ajaran antara aliran Syiah dan Ahlussunah Wal Jamaah
sehingga menimbulkan pertentangan? [Tasya Dinasari S. (36)]
4. Mengapa daerah-daerah Kerajaan Aceh melepaskan diri? [Rizqi Ramadhani
(30)]
5. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani , dijelaskan hukum yang
berdasarkan syariat Islam ditegakkan, bukan kekuasaan yang sewenang-
wenang. Sedangkan dijelaskan juga kerajaan Islam Aceh mengalami puncak
kejayaan paling besar di masa sebelumnya yaitu Sultan Iskandar Muda, lalu
bagaimana? Apakah Sultan Iskandar Muda melakukan kekuasaan yang
sewenang-wenang dalam mencapai puncak kejayaannya? [Tasya Dinasari S.
(36)]
6. Apakah Aceh telah menguasai sector perdagangan dan mengalahkan kerajaan
islam nusantara lainnya? [Khansa Amiranti (15)]
7. Komoditas apa yang membuat Aceh terkenal sebagai Bandar utama di Asia?
[Khansa Amiranti (15)]
26
Jawaban:
1. Golongan Teuku dan Tengku sering melakukan pertikaian dikarenakan
memperebutkan kekuasaan di Kerajaan Aceh dan sempat mendapat hasutan
dari Belanda. Contohnya, sehabis Sultan Iskandar Thani meninggal, Kerajaan
Aceh mengalami kemunduran dan sempat tidak memiliki raja sehingga mereka
memperebutkan posisi itu. [Salma Oktananda (31)]
2. Penyebab terjadinya permusuhan karena aliran Syiah berpendapat bahwa
penerus kepemimpinan Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Adalah keluarga
nabi sendiri, bukan sahabat-sahabatnya. Yang dimaksud itu ialah Ali Bin Abi
Thalib yaitu keponakan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan golongan Ahlussunah
berpendapat bahwa penerus kepemimpinan Islam ialah orang yang sangat dekat
dengan Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar. [Salma Oktananda (31)]
3. Jawaban sudah ada di no. 2
4. Karena Kerajaan Aceh sudah mengalami kemunduran dan menyebabkan salah
satu dari daerah-daerah itu tidak berperan penting lagi dalam perdagangan dan
ekonomi. [Salma Oktananda (31)]
5. Tidak dijawab oleh penjigsaw
6. Ya. Aceh sempat memonopoli sector perdagangan saat produksi ekspor Aceh
mencapai 1,9 juta dolar Spanyol pada tahun 1820 [Nurfaidah Romadhona (27)]
7. Komoditas yang membuat Aceh terkenal adalah rempah-rempah. [Nurfaidah
Romadhona (27)]
27
4.3 Bukti Jigsaw Kelompok Tiga
28
Kerajaan Siak
Kerajaan Siak merupakan kerajaan melayu Islam yang terletak di Kabupaten Siak, Provinsi
Riau. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak islam pada abad ke 15. Menurut
Berita Tome Pires, Kerajaan Siak menghasilkan padi, madu, timah, dan emas. Pada
awalnya, kerajaan Siak merupakan kerajaan bawahan Kerajaan Malaka pada masa
pemerintahan Sultan Mansyur Syah. Kerajaan Siak menghasilan padi, madu, lilin, rotan,
bahan-bahan apotek, dan banyak emas.
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak Sri Indrapura antara lain sebagai berikut:
1. Raja Abdullah (Sultan Khoja Ahmad Syah). Saat itu Kerajaan Siak masih berada
di bawah kekuasaan Malaka.Raja Abdullah adalah raja yang ditunjuk oleh Sultan
Johor untuk memimpin dan memerintah Kerajaan Siak.
2. Raja Hasan Putra Ali Jalla Abdul Jalil. Pada masa pemerintahannya, Belanda
berhasil menguasai Malaka.Dengan demikian, Kerajaan Siak terikat politik
ekonomi perdagangan VOC. Semua timah yang dihasilkan Siak harus dijual ke
VOC.
3. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1748). Beliau akran juga disebut Raja
Kecik.Raja Kecik adalah anak dari Sultan Kerajaan Johor bergelar Sultan Mahmud
Syah II dengan Encik Pong. Beliaulah yang mendirikan Kerajaan Siak yang
berdaulat, bukan di bawah kekuasaan Malaka lagi. Ia meluaskan daerah
kekuasaannya sambil terus memerangi VOC.
4. Sultan Said Ali (1784-1811). Pada masa pemerintahannya, Ia berhasil
mempersatukan kembali wilayah-wilayah yang memisahkan diri. Pada tahun 1811,
ia mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya, Tengku Ibrahim.
5. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864). Pada masa
pemerintahannya, Siak mengalami kemunduran dan semakin banyak dipengaruhi
politik penjajahan Hindia- Belanda.
6. Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908). Pada masa
pemerintahannya, dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana
ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889.
Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan
terutama dibidang ekonomi. Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang
masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia, yaitu Sultan Syarif Kasim II.
7. Syarif Kasim Tsani atau Sultan Syarif Kasim II (1915-1945). Bersamaan dengan
diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan
bendera merah putih di Istana Siak dan menyatakan bergabung dengan Republik
Indonesia.
Kerajaan Siak Sri Indrapura sangat kaya dengan hasil alam yang melimpah. Sayangnya
pada awal mula munculnya, kerajaan ini dikuasai oleh Kerajaan Malaka. Daerah ini
diawasi oleh Syahbandar yang ditunjuk oleh Raja Johor untuk memungut cukai hasil hutan
dan hasil laut. Pada tahun 1641, Belanda berhasil menguasai Malaka. Dengan demikian,
Kerajaan Siak terikat politik ekonomi perdagangan VOC. Semua timah yang dihasilkan
Siak harus dijual ke VOC. Namun pada masa pemerintahan Raja Kecik, rakyat Siak hidup
makmur karena tidak harus menyerahkan hasil alamnya kepada Malaka maupun VOC.
Bahkan pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan
29
terutama dibidang ekonomi. Sultan Syarif Hasyim mulai menjalin hubungan dengan luar
negri.
Siak Sri Inderapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari
Kabupaten Siak, dan Balai Kerapatan Tinggi yang dibangun tahun 1886 serta Istana Siak
Sri Inderapura yang dibangun pada tahun 1889, masih tegak berdiri sebagai simbol
kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin Melayu dan Tari Olang-olang yang pernah
mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap
perayaan di Kesultanan Siak Sri Inderapura. Begitu juga nama Siak masih melekat
merujuk kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang
bermuara pada kawasan timur pulau Sumatera.
Kerajaan Indragiri
Kerajaan Indragiri terletak di Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Indragiri Hulu,
Provinsi Riau. Kerajaan Indragiri berdiri sejak tahun 1298, kerajaan ini didirikan oleh Raja
Kecik Mambang atau Raja Merlang. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak islam
pada abad ke 15. Menurut Berita Tome Pires, Kerajaan Siak menghasilkan padi, madu,
timah, dan emas. Pada awalnya, kerajaan Siak merupakan kerajaan bawahan Kerajaan
Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah. Beberapa raja yang pernah
memerintah Indragiri adalah sebagai berikut.
30
Kerajaan Kampar
Kesultanan Pelalawan atau Kerajaan Pelalawan (1725 M-1946 M) yang sekarang terletak
di Kabupaten Pelalawan, Riau. Periode pemerintahan di Pelalawan dibagi menjadi dua:
periode pra Islam dan pasca Islam. Pada era pra Islam, kerajaan ini masih bernama
Pekantua. Sementara pada era Islam, ada tiga kali pergantian nama, dari Pekantua
Kampar, kemudianTanjung Negeri, dan terakhir Pelalawan. Kerajaan ini eksis dari tahun
1380.hingga.1946.
Ketika kerajaaan Johor dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Syah (cucu Sultan Alauddin Syah
II, Raja Kampar), Tun Megat di Kerajaan Pekantua Kampar meminta salah seorang
keturunan Sultan Alauddin Riayat Syah II kembali ke Pekantua Kampar untuk menjadi
raja. Sekitar tahun 1590 M, Raja Abdurrahman dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar
dengan gelar "Maharaja Dinda" (1590-1630 M). selanjutnya beliau memindahkan pusat
kerajaan.Pekantua.Kampar.dari.Pekantua.ke.Bandar.Tolam.
Setelah mangkat, Maharaja Dinda digantikan oleh puteranya Maharaja Lela I, yang
bergelar Maharaja Lela Utama (1630-1650 M). Tak lama kemudian beliau pun mangkat,
dan digantikan oleh puteranya Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 M), selanjutnya
digantikan puteranya Maharaja Lela Utama (1675-1686 M). Pada masa pemerintahan
Maharaja Lela Utama, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Sungai Nilo. Kerajaan ini
dinamakan Kerajaan Tanjung Negeri. Setelah beliau mangkat digantikan Maharaja
Wangsa.Jaya.
Kemudian kerajaan tersebut tunduk kepada Kerajaan Siak, dan pada 4 Februari 1879
dengan terjadinya perjanjian pengakuannya Kampar berada di bawah pemerintahan
Hindia Belanda. Kerajaan Indragiri sebelum 1641 yang berada di bawah Kemaharajaan
Malayu berhubungan erat dengan Portugis, tetapi setelah Malaka diduduki VOC, mulailah
berhubungan dengan VOC yang mendirikan kantor dagangnya di Indragiri berdasarkan
perjanjian.28.Oktober.1664.
31
4. Raja Ali/Sultan Alauddin Riayat Syah II (1528-1530)
5. Tun Perkasa/ Raja Muda Tun Perkasa (1530-1551)
6. Tun Hitam (1551-1575)
7. Tun Megat (1575-1590)
8. Raja Abdurrahman/Maharaja Dinda (1590-1630)
9. Maharaja Lela I/Maharaja Lela Utama (1630-1650)
10. Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 ).
Pada masa Pemerintahan Sultan Syarif Harun (1940-1946), adalah masa pemerintahan
yang paling sulit di Kerajaan Pelalawan. Demi menjaga kemakmuran rakyat Pelalawan,
pada tahun 1946 Sultan Syarif Harun mendarma baktikan Pelalawan kepada Pemerintah
Indonesia.
32
Materi : Kerajaan Islam Riau
Sesi Tanya-Jawab
Jawaban:
1. Kerajaan Siak terletak di Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang berjarak kurang
lebih 125 KM dari Pekanbaru.
2. Agar Belanda dapat dengan mudah mendapat barang produksi Kerajaan Siak
3. Ada beberapa motif, misalnya agar aman dari musuh, memperluas daerah
kekuasaan, dan mempermudah transportasi antar daerah kekuasaan
4. Sultan Syarif Harun berkuasa di Kerajaan Kampar pada tahun 1940-1946 saat
Indonesia sedang melawan penjajah sehingga Kerajaan Kampar berada di bawah
kekuasaan penjajah sehingga roda pemerintahan sulit untuk dijalankan.
5. Kerajaan Siak lebih tepatnya adalah merdeka dari Kerajaan Malaka, bukan
keluar. Kerajaan Siak memutuska n untuk menjadi kerajaan yang mandiri
dengan bimbingan Raja Kecik.
6. Kerajaan Siak maju di bidang ekonomi karena menjalin hubungan dengan luar
negeri.
33
4.4 Jigsaw Kelompok Empat
Kelompok empat melakukan jigsaw dikelompok kami, yaitu kelompok
enam. Tim ahli yang melakukan dikelompok kami yaitu Sekar Titis Rengganis. Ia
melakukan jigsaw dikelompok kami, melalui via LINE. Hasil tangkapan dibawah
ini merupakan materi yang disampaikan oleh tim ahli dari kelompok empat.
34
Kerajaan Melayu Jambi
35
Awal Berdirinya Kerajaan Melayu Jambi
Sekitar Abad 6 awal 7 M berdiri Kerajaan Malayu (Melayu Tua) terletak
di Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari, Jambi). Kerajaan ini bersaing
dengan Sriwijaya untuk menjadi pusat perdagangan. Letak Malayu yang lebih dekat ke
jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu
menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya. Muaro Jambi, sebuah
kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Buddha
sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun 671. Ia
belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 bersama empat pendeta
lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Buddha. Saat itulah ia tulis bahwa Kerajaan
Malayu kini telah menjadi bagian dari Sri Wijaya.
Abad ke 11 M setelah Sri Wijaya mulai pudar, ibu kota dipindahkan ke Jambi.
Inilah Melayu Muda atau DHARMASRAYA berdiri di Muara Jambi. Sebagai sebuah bandar
yang besar, Jambi juga menghasilkan berbagai rempah-rempahan dan kayu-kayuan.
Sebaliknya dari pedagang Arab, mereka membeli kapas, kain dan pedang. Dari Cina,
sutera dan benang emas, sebagai bahan baku kain tenun songket. Tahun 1278 Ekspedisi
Pamalayu dari Singasari di Jawa Timur menguasai kerajaan ini dan membawa serta putri
dari Raja Malayu untuk dinikahkan dengan Raja Singasari. Hasil perkawinan ini adalah
seorang pangeran bernama Adityawarman, yang setelah cukup umur dinobatkan
sebagai Raja Malayu. Pusat kerajaan inilah yang kemudian dipindahkan oleh
Adityawarman ke Pagaruyung dan menjadi raja pertama sekitar tahun 1347. Di Abad 15,
Islam mulai menyebar ke Nusantara.
36
Hasil Kebudayaan Kerajaan Melayu Jambi
Seni Ukir :
- Ukiran bunga tampuk manggis
- Ukiran akar China
- Ukiran tawang
Seni Tari dan Lagu :
- Tari Tauh atau lebih dikenal dengan istilah Betauh
- Tari nan Belambai
- Tari Rantak Kudo disebut begitu karena gerakannya yang menghentak-hentak
seperti kuda, tarian ini dilakukan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah
Kerinci dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti.
- Tari Sekapur Sirih dilakukan untuk menyambut tamu yang dihormati dan ditarikan
oleh remaja putri.
- Tari Serengkuh Dayung menggambarkan tentang perasaan searah setujuan,
kebersamaan dan ditarikan oleh penari putri.
- Tari Baselang menceritakan tentang semangat gotongroyong masyarakat desa
dan ditarikan putra putrid
- Tari Inai untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai di malam
hari, sebelum duduk di pelaminan ditarikan Putra dan Putri.
- Tari Japin Rantau menggambarkan prikehidupan masyarakat di pesisir pantai.
Seni Kriya :
- Anyam anyaman yang terbuat dari bambu
- Rotan
- Pandan untuk kebutuhan rumah tangga
- Rumah panggung yang dibuat dari kayu lokal.
- Batik dan songket dengan karakteristik bunga bunga.
37
Muaratebo yang menyebabkan kerajaan melayu jambi runtuh. Selain itu penyebab lainnya
adalah Johor meminta bantuan orang-orang bugis untuk mengalahkan jambi atas
pertempuran sebelumnya. Akhirnya, atas bantuan orang Bugis, Jambi berhasil dikalahkan
Johor.
38
4.5 Bukti Jigsaw Kelompok 5
Kelompok lima melakukan jigsaw dikelompok kami, yaitu kelompok enam.
Tim ahli yang melakukan dikelompok kami yaitu Ayun Amrity. Ia melakukan
jigsaw secara langsung kepada kelompok kami di kelas.
Jawaban :
1. Kesultanan Palembang makin berkembang perekonomiannya. Dengan posisi
yang sangat strategis, ditopang pemerintahan yang stabil, Palembang juga banyak
menghasilkan komoditi yang sangat dibutuhkan baik oleh pasar dometik maupun
internas
2. Pengaruh kuat orang-orang Tiongkok berakhir ketika Kerajaan Majapahit
mengirimkan utusannya untuk memimpin Palembang. Utusan itu bernama Arya
Damar, putra Prabu Brawijaya V atau Bre Kertabumi (1468 - 1478 M), raja terakhir
Majapahit yang kemudian menjadi raja pertama di Palembang
3. Perekonomian masyarakat di Kesultanan Palembang pada umumnya berdasarkan
pada pertanian, perkebunan, perikanan, pengumpulan hasil hutan, dan tambang.
Pada abad XVII hingga awal abad XIX hasil pertanian, perkebunan, hasil hutan,
tambang dan perikanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
sebagian untuk ekspor. Komoditi primadona dari Palembang adalah lada dan
timah, tetapi di samping itu masih banyak produk lainnya.
4. Pemindahan pusat pemerintahan, penolakan bekerja sama dengan inggris ,
perpecahan keluarga, serangan belanda, perang menteng, pengasingan sultan
Mahmud badaruddin II, kekuasaan berada langsung dibawah pemerintahan
belanda.
5. Bangunan keraton yang pada abad ke 18 menjadi pusat Kesultanan Palembang
39
2.1 AWAL BERDIRINYA KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM
Arya Damar segera membangun kekuatan untuk merebut kembali pengaruh yang telah
dipegang oleh orang-orang Tiongkok. Bersama dengan Demang Lebar Daun, putra Sultan
Mufti, penguasa di daerah Pagaruyung, Minangkabau, Arya Damar berhasil mendapatkan
kembali pengaruh di wilayah Palembang yang sempat lepas.
Arya Damar yang kemudian memeluk Islam, mengganti namanya menjadi Arya Abdillah
atau Arya Dillah dan menikah dengan anak Demang Lebar Daun yang bernama Puteri
Sandang Biduk. Setelah berhasil menguasai Palembang, Arya Dillah menobatkan diri
sebagai raja yang berkuasa antara tahun 1445 1486 M
Arya Dillah pernah mendapat hadiah seorang selir dari Prabu Brawijaya V, yaitu
perempuan keturunan Tionghoa yang dikenal sebagai Puteri Champa. Ketika dibawa ke
Palembang, Puteri Champa tengah mengandung. Setelah resmi diperistri oleh Arya
Damar, lahirlah bayi yang diberi nama Raden Patah. Raden Patah ini nantinya akan
menjadi raja pertama di Kesultanan Demak
Pada awalnya, Kerajaan Palembang menempati daerah yang bernama Kuto Gawang
sebagai pusat pemerintahan. Gawang dalam bahasa Jawa kuno diartikan sebagai
terang benderang. Setelah terjadi pergantian beberapa kali penguasa, pada sekitar tahun
1610 M, Kerajaan Palembang menjalin hubungan dengan VOC (Vereenigde Oost indische
Compagnie). Dalam perkembangan kemudian, ternyata hubungan antara VOC dengan
Kerajaan Palembang menyisipkan perang besar yang terjadi pada tahun 1659 M.
40
Stamford Bingley Raffles mengirimkan pasukan menyerang Palembang dan Sultan
Mahmud Badaruddin II terpaksa melarikan diri dari istana kerajaan, kemudian Raffles
mengangkat Sultan Ahmad Najamuddin II adik Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai raja.
3 Perpecahan Keluarga
Pada tahun 1813 Sultan Mahmud Badaruddin II kembali mengambil alih kerajaan namun
satu bulan berikutnya diturunkan kembali oleh Raffles dan mengangkat kembali Sultan
Ahmad Najamuddin II, sehingga menyebabkan perpecahan keluarga dalam kesultanan
Palembang.
4 Serangan Belanda
Pada tahun 1818 Belanda menuntut balas atas kekalahan mereka sebelumnya dan
menyerang Palembang serta berhasil menangkap Sultan Ahmad Najamuddin II dan
mengasingkannya ke Batavia. Namun Kesultanan Palembang kembali bangkit melakukan
perlawanan yang kemudian kembali dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II.
5 Perang Menteng
Lalu pada tahun 1819, Sultan mendapat serangan dari pasukan Hindia yang antara lain
dikenal sebagai Perang Menteng (diambil dari kata Mungtinghe).
41
1) Priyayi. Golongan ini merupakan turunan raja-raja (sultan-sultan) atau kaum ningrat.
Kedudukan ini biasanya diperoleh atas dasar keturunan atau atas perkenan dari sultan
sendiri.
2) Rakyat. Golongan ini terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok miji atau di
daerah pedalaman disebut dengan istilah mata-gawe, yang mencakup seperti petani
dan sebagainya. Kelompok ini biasanya menggalang orang-orang yang mau berperang
bersama sultan atau melakukan pekerjaan tangan dan karya-karya seni.
Setiap miji mempunyai sejumlah alingan (keluarga), yang tugasnya adalah membantu
pekerjaan miji. Kedua, kelompok senan, yaitu golongan rakyat yang lebih rendah
dari miji, namun memiliki keistimewaan tersendiri. Maksudnya, kelompok ini tidak boleh
dipekerjakan oleh siapapun kecuali hanya untuk sultan, misalnya membuat atau
memperbaiki perahu-perahu dan rumah-rumah sultan atau mendayung perahu
untuknya.
Setelah Kesultanan Palembang Darussalam runtuh, banyak hal yang mulai luntur seiring
perkembangan zaman. Misalnya, corak Kota Palembang yang dulunya lebih bernuansa
Islam kini sudah tidak kentara lagi. Di samping itu, kota ini mengalami perubahan yang
cukup pesat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sebab, banyak penduduk dari
berbagai daerah di Sumetara Selatan yang datang ke Palembang untuk mencari
kehidupan yang lebih baik.
42
yang dibuatnya dituangkan dalam bentuk piagem (piagam), yang harus dilaksanakan oleh
setiap daerah yang masuk dalam pengaruh kekuasaan Palembang, seperti Bangka,
Belitung, sebagian Jambi (Muara Tembesi), Bengkulu (Kepahiang/Rejang), dan Lampung
(Tulang Bawang/Mesuji) (Hanafiah, 1995:197-200).
1. Sindang
Sindang adalah sebutan untuk suatu daerah yang berada di perbatasan wilayah
kesultanan. Penduduk di daerah sindang memperoleh status mardika (merdeka atau
bebas).
2. Kepungutan
Kepungutan merupakan daerah bebas pajak tetapi mempunyai kewajiban lain yang
disebut tiban atau tukon. Tibana dalah kewajiban bagi penduduk di daerah kepungutan
untuk memproduksi komoditi ekspor seperti lada atau menambang timah. Komoditi ini
menjadi hak (monopoli) Kesultanan Palembang Darussalam dalampemasarannya.
Sedangkan tukon dalam pelaksanaanya tidak jauh berbeda dengan tiban. Hanya saja
dalam tukon dipergunakan uang sebagai alat pembayaran
3. Sikap
Sikap merupakan suatu wilayah yang dibentuk dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian di Istana Kesultanan Palembang Darussalam. Pada umumnya daerah sikap
terikat dengan kewajiban seperti menyediakan tenaga pengangkut hasil produksi istana
dan menyiapkan keperluan-keperluan istana (Hanafiah, 1995:171).
Ekonomi
Kesultanan Palembang berdiri pada pertengahan abad XVII, tepatnya di bawah
kepemimpinan Sultan Abdul RahmanKhalifatul Mukminin Sayidul Imam (1659-1702).
Sebelumnya berbentuk kerajaan yang berada di bawah pengaruh Kerajaan Mataram.
Perubahan bentuk pemerintahan ini, menandai pula lepasnya Palembang dari Mataram.
Sebagai kerajaan yang berdaulat penuh, maka Kesultanan Palembang makin berkembang
perekonomiannya. Dengan posisi yang sangat strategis, ditopang pemerintahan yang
stabil, Palembang juga banyak menghasilkan komoditi yang sangat dibutuhkan baik oleh
pasar dometik maupun internas
43
Perekonomian masyarakat di Kesultanan Palembang pada umumnya berdasarkan
pada pertanian, perkebunan, perikanan, pengumpulan hasil hutan, dan tambang. Pada
abad XVII hingga awal abad XIX hasil pertanian, perkebunan, hasil hutan, tambang dan
perikanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sebagian untuk ekspor.
Komoditi primadona dari Palembang adalah lada dan timah, tetapi di samping itu masih
banyak produk lainnya.
Kesultanan Palembang merupakan salah satu penghasil lada terpenting di
Nusantara. Konsekuensinya Palembang makin menarik bagi bangsa Eropa, khususnya
Belanda yang mengikat para sultan dengan kontrak-kontrak. Kontrak-kontrak itu isinya
semakin mengikat, hal ini mendorong para penguasa Palembang melakukan perdagangan
gelap dengan pihak asing seperti Inggris, Amerika, Francis, Cina dan pedagang pribumi
lainnya. Di sisi lain pihak Belanda terus berusaha melakukan berbagai macam cara agar
lada dari Palembang sepenuhnya hanya menjadi milik mereka.
Kesultanan Palembang terkenal penghasil berbagai kerajinan, seperti :
pertukangan, ukir gading, pandai besi, tembaga, emas. Hasil-hasil kerajinan ini di ekspor
ke Siam, mencapai nilai 500 sampai 1000 ringgit Spanyol atau setara dengan f 3500
sampai f 7000 ringgit Spanyol per tahun.
Akibat berbagai tekanan dari pihak Belanda dan Inggris yang menyudutkan posisi
Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom sering
melakukan perlawanan. Perlawanan tidak hanya dilakukan di pusat pemerintahan, akan
tetapi menyebar sampai ke daerah-daerah, hingga Belanda menjuluki Sultan Ahmad
Najamuddin IV Prabu Anom dengan gelar Sultan Amuk. Akhirnya perlawanan yang
dilakukan oleh Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom terhenti karena ia ditangkap
pada tahun 1823.
Setahun kemudian, pada tanggal 6 Desember 1824, Sultan Ahmad Najamudin II Husin
Dhiauddin yang merupakan ayah dari Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom,
44
diasingkan ke Batavia dan wafat di sana pada tanggal 22 Februari 1825 (Badaruddin,
2008:38). Di sisi lain, Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom akhirnya juga diasingkan
pada tahun 1825 ke Banda kemudian ke Menado. Pada tahun 1844, Sultan Ahmad
Najamuddin IV Prabu Anom wafat di Manado (Purwanti, 2004:20). Terhitung sejak
tertangkapnya Sultan Ahmad Najamuddin IV Prabu Anom selaku sultan terakhir di
Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1823, maka secara resmi Kesultanan
Palembang Darussalam telah dihapuskan oleh Belanda (Purwanti, 2004:21).
Dari buku :
45
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Tuanku_Imam_Bonjol
http://www.irhash.com/2009/02/islam-di-minangkabau.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Sumatera_Barat
http://wisata-sejarah.blogspot.co.id/2009/03/kerajaan-inderapura.html
46