Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian ibu adalah jumlah kematian perempuan pada saat

hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan

tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian yang

dihitung dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa nifas

bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Untuk

mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah

Angka Kematian Ibu (AKI) (Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan

salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah

mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang

dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun

demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium

masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Depkes,

2007).

Perhitungan AKI disetiap kabupaten/kota sulit dilakukan, karena

jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada

kemungkinan under reported. Upaya efektif untuk menurunkan angka

kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga

1
2

kesehatan profesional di fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan

kontrasepsi paska salin dan penanganan komplikasi maternal (Profil Kesehatan

Provinsi Aceh 2012).

Di negara maju presentase kematian maternal akibat serangan eklamsia

adalah 0,4% hingga 7,2%. Sedangkan di negara berkembang yang pelayanan

kesehatan tersiernya kurang memadai, kematian maternal akibat eklamsia

dapat mencapai lebih dari 25%.7 (Arinda, 2010).

Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas

dan mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit

preeklamsia/eklamsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat

terpecahkan secara tuntas. Preeklamsia merupakan penyakit yang angka

kejadiannya di setiap negara berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak

terjadi di negara berkembang dibanding pada negara maju. Hal ini disebabkan

oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya lebih baik. Kejadian

preeklamsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan lingkungan

(Gafur, 2012).

Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,

bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan

preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan

kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan

melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III

dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2009).

Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Perinatal (AKP)

akibat preeklampsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklampsia.


3

Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini,

dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat

diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Saat ini beberapa

faktor resiko telah berhasil diidentifikasi, sehingga diharapkan dapat mencegah

timbulnya preeklampsia. Faktor resiko preeklampsia meliputi pekerjaan,

pemeriksaan antenatal, pengetahuan, dan riwayat hipertensi (Cunningham,

2005).

Di indonesia diketahui angka kematian ibu (AKI) berkisar antara 2,5

14 per 100.000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 285 orang kematian ibu

merupakan akibat langsung dari komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas

hanya sekitar 15% disebabkan oleh penyakit lain yang memburuk akibat

kehamilan dan persalinan ibu. Untuk memenuhi target mengenai penurunan

Angka Kematian Ibu pada tahun 2015 maka diperlukan kerja keras sehingga

perlu adanya antisipasi terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan

kejadian preeklampsia pada ibu (Hanifa, 2005).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005,

bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih

dari 500.000 orang yaitu 25% disebabkan oleh perdarahan, infeksi 15% dan

eklamsia 12%. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000

kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000

kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan

persalinan terutama adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu eklamsi (24%),

infeksi (11%), partus lama (5%), dan abortus (5%). Sedangkan menurut
4

Departemen Kesehatan (2005), jumlah ibu meninggal karena perdarahan

mencapai 38,24% (111,2 per 100 ribu kelahiran hidup), gestosis 26,47% (76,97

per 100 ribu kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan 19,41 (56,44 per 100

ribu kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100 ribu kelahiran hidup).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Aceh, di ketahui bahwa jumlah

kematian ibu pada tahun 2012 di Aceh sebanyak 170 kasus. AKI tahun 2012 di

Aceh sebesar 192/100.000 lahir hidup. Dimana berdasarkan penyebab

kematian karena perdarahan masih cukup tinggi yaitu 46 orang (33,8%),

kemudian hipertensi dalam kehamilan ada 27 orang (19,8%), dan infeksi 9

orang (6,6%), abortus dan partus lama masing-masing 2 orang (1,4%),

penyebab lain termasuk karena penyakit sistemik dan riwayat persalinan

sebelumnya ada 50 orang (36,7%) dan selebihnya disebabkan karena penyebab

lain (Profil Kesehatan Provinsi Aceh 2012).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Aceh (2012) diketahui bahwa

jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten Aceh Barat yaitu sebanyak 6 orang

dari 2.829 kelahiran hidup. Di ruang kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien Aceh

Barat dari Januari sampai dengan bulan Desember 2013 tercatat ada sebanyak

389 orang melahirkan dan diantaranya terdapat 15 orang (14,7%) yang

mengalami eklamsia, berdasarkan usia diketahui sebanyak 4 kasus berusia

kurang dari 20 tahun, usia 20-35 sebanyak 8 kasus dan sebanyak 3 kasus

berusia lebih dari 35 tahun. Dari kasus ada yang mengalami obesitas yang

dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan dengan cara menghitung IMT

nya, dan ada juga yang memiliki riwayat preeklamsi pada kehamilan

sebelumnya (RSUD Cut Nyak Dhien, 2013).


5

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa terdorong untuk

meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap

Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Apakah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu

Hamil terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil

terhadap kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu hamil terhadap kejadian

preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

b. Untuk mengetahui pengaruh riwayat kehamilan terhadap kejadian

preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

c. Untuk mengetahui pengaruh obesitas ibu hamil terhadap kejadian

preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang

Preeklamsi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan pengetahuan

sebagai bahan masukan tentang preeklamsia

3. Bagi Institusi Pelayanan

Menambah informasi tentang preeklamsi untuk meningkarkan derajat

kesehatan ibu dan bayi.

E. Keaslian Penelitian

Belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini yang berjudul:

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kejadian Preeklamsi di

RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Akan tetapi ada

penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini yang dilakukan oleh:

1. Arinda (2010), dengan judul Pengaruh Preeklamsia Berat pada Kehamilan

terhadap Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP dr Kariadi Tahun 2010.

2. Indriani (2011), yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan

dengan Preeklamsia/Eklamsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kardinah Kota

Tegal Tahun 2011.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Preeklamsi

1. Pengertian Preeklamsi

Preeklampsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,

bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri,

dan edema. Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila

tekanan darah meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan

dalam urin. Hal seperti ini juga disebut sebagai toxemia atau pregnancy

induced hypertension (PIH) (Wiknjosastro, 2005).

Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau

bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil

memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia. Preeklampsia

timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Adapun

fenomena yang berkaitan dengan kelainan preeklampsia ini adalah: hanya

terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait

dengan geografis/demografis/etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian

sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi

dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai

saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan,

serta menjadi penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal

maupun perinatal di Indonesia (Wibowo, 2006).

7
8

2. Pembagian Preeklamsia

a. Preeklamsia Ringan

Adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya

perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan

aktivasi endotel. Diagnosis preeklamsi ringan di tegakkan berdasar atas

timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah

kehamilan 20 minggu, sebagai berikut:

1) Hipertensi : sistolik / diastolik 140/90 mmHg.

2) Proteinuria : 300 mg / 24 jam

3) Edema: edema lokal tidak dimasukan dalam kriteria preeklamsi,

kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata

(Saifuddin, 2005).

b. Preeklamsia Berat

Adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik lebih dari

160 mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai proteinuria

lebih 5 gr / 24 jam. Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklamsia

berat sebagaimana tercantum di bawah ini :

1) Sistolik 160 mmHg dan diastolic 110 mmHg

2) Proteinuria lebih 5 gr / 24 jam

3) Oliguria

4) Kenaikan kadar kreatinin plasma

5) Gangguan fisus dan serebral

6) Nyeri epigastrium

7) Edema paru-paru dan sianosis


9

8) Hemolisis mikroangiopatik

9) Trombositopenia berat

10) Gangguan fungsi hepar

11) Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat

12) Sindrom HELLP (Saifuddin, 2005).

3. Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

penyebabnya. Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada

memberikan jawaban yang memuaskan. penyebab pre-eklamsia hingga kini

belum diketahui (Wibowo, 2006).

Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :

a. Kelainan aliran darah menuju rahim.

b. Kerusakan pembuluh darah.

c. Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.

d. Diet atau konsumsi makanan yang salah.

Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan

segera berubah menjadi eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu,

yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan kematian. Maka

pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin

setiap bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat

terpantau secara baik (Wibowo,2006).


10

4. Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya

sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua

arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik

sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan

dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang

disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial

belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.

Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi

perubahan pada glomerulus (Prawirohardjo, 2009).

5. Gejala Klinik Preeklamia

Secara klinik, gejala-gejala preeklamsia ringan adalah:

a. Tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah 30

mmHg untuk sisitolik atau 15 mmHg untuk diastolik dengan interval

pengukuran selama 6 jam.

b. Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3 g/liter atau kulitatif + 1-+2

c. Edema (bengkak kaki, tangan atau lainnya). Pada kondisi yang lebih

berat pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi

akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel

merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian

tertentu.

d. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/minggu (Manuaba, 2009).


11

Sedangkan gejala-gejala preeklamsi berat secara klinik yaitu:

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih

b. Pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5 g/24 jam

c. Terdapat edema paru dan sianosis (kebiruan) dan terasa sesak nafas

d. Terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di

daerah perut atas) (Manuaba, 2009).

6. Faktor Risiko

Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko preeklamsia, antara

lain:

a. Sejarah preklamsia. Ibu hamil dengan sejarah keluarga ,seperti ibu atau

saudara perempuannya pernah mengalami preeklamsia akan

meningkatkan risiko ikut terkena. Risiko preeklamsia juga meningkat

jika pada kehamilan sebelumnya si ibu mengalami preeklamsia.

b. Kehamilan pertama. Di kehamilan pertama, risiko mengalami

preeklamsia jauh lebih tinggi.

c. Usia. Ibu hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau usia remaja dan ibu

hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar risikonya menderita

preklamsia.

d. Obesitas. Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang

mengalami obesitas.

e. Kehamilan kembar. Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko

preeklamsia.

f. Kehamilan dengan diabetes. Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki

risiko preeklamsia seiring perkembangan kehamilan.


12

g. Sejarah hipertensi. Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis,

diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena

preeklamsia (Briley, 2006).

7. Terapi dan Penyelamatan

Satu-satunya obat yang manjur adalah dengan mempercepat

persalinan, tapi pada preeklamsi di awal kehamilan, yang bisa dilakukan

adalah:

a. Bedrest

Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan

darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi

dapat bertahan. Anda diharuskan berbaring total dan hanya

diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan.

Tekanan darah dan kadar protein urin akan dimonitor secara ketat. Jika

preeklamsia sudah parah, kemungkinan Anda diminta beristirahat di

rumah sakit sambil melakukan test stres janin untuk memonitor

perkembangan janin.

b. Obat hipertensi.

Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan

darah. Pada preklamsia parah dan sindroma HELLP, obat costicosteroid

dapat memperbaiki fungsi hati dan sel darah. Obat ini juga dapat

membantu paru-paru bayi tumbuh bila harus terjadi kelahiran prematur.

c. Melahirkan.

Ini adalah cara terakhir mengatasi preeklamsia. Pada preklamsia

akut/parah, dokter akan menganjurkan kelahiran prematur untuk


13

mencegah yang terburuk. Kelahiran ini juga diperlukan kondisi minimal,

seperti kesiapan tubuh ibu dan kondisi janin (Briley, 2006).

8. Pencegahan

Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat

menemukan tanda-tanda dini preeklamsia lalu diberikan pengobatan yang

cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk

ibu dan janinnya. Dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan

semestinya. Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun

frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan

pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Berikan penerangan

tentang :

a. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti

berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,

dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.

b. Minum 6-8 gelas air sehari

c. Olahraga yang cukup

d. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat

dan tinggi protein

e. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol,

berkafein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

f. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen

nutrisi.

g. Mengkonsumsi makanan berserat (Briley, 2006).


14

9. Pengobatan dan Perawatan Preeklamsia

a. Penatalaksanaan preeklampsia ringan yaitu:

1) berobat jalan

2) pantang garam

3) Dapat diberi obat penenang dan diuretik (meningkatkan pengeluaran

air seni)

4) kontrol setiap minggu, anjuran kembali periksa bila gejalanya makin

berat (Manuaba, 2009).

b. Penatalaksanaan preeklamsia berat yaitu:

1) Masuk rumah sakit dalam kamar isolasi, yang bebas dari sinar, suara

dengan perawatan khusus

2) Dipasang infuse untuk mengatur pengeluaran cairan

3) Pemberian nutrisi, obat-obatan dan mengatur elektrolit

4) Pengawasan dalam waktu 2 x 24 jam

5) Bila keadaan bertambah berat dilakukan induksi (dorongan)

persalinan atau langsung dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2009).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsi

1. Umur

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu

benda atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati, misal, umur manusia

dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu

dihitung (Antho, 2012).


15

Umur adalah salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia. Menurut

Bobak (2004), umur yang rentan terkena preeklamsia adalah umur < 18 atau

> 35 tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (2009), pada umur < 18

tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal

ini akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk

preeklamsia dan eklamsia. Sedangkan pada umur 35 tahun rentan terjadinya

berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklamsia. Hal ini disebabkan

karena tenjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan

lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini menurut Potter (2009), juga

diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan

pertambahan umur. Sehingga pada umur 35 tahun atau lebih dapat

cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada umur di

bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang

terjadi pada umur 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah

umur 30-35 tahun (Prawirohardjo, 2009).

2. Riwayat Kehamilan

Penyakit hipertensi pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas

dan mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi

komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan. Seluruh ibu yang

mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya

didiagnosa mengalami preeklampsia (Bobak, 2004).

Preeklamsia biasanya menyerang ibu yang baru pertama kali

mendapat kehamilan. Mereka yang memiliki riwayat preeklamsia


16

(saudara/ibu) maka mendapatkan resiko yang sama untuk terkena

preeklamsia pada kehamilannya. Ibu hamil dengan bayi kembar, ibu hamil

usia remaja dan ibu hamil dengan usia lanjut (diatas 40 tahun) juga

berpotensi untuk terkena preeklamsia pada masa kehamilan. Selain itu ibu

yang sebelumnya telah memiliki penyakit darah tinggi atau penyakit ginjal

juga memiliki potensi terkena preeklamsia pada masa kehamilan (Shety,

2011).

Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan mengalami preeklamsi

yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, diabetes, hipertensi, ada

masalah dengan ginjal, dan juga perempuan yang hamil pertama pada usia

20 tahun di atas 35 tahun (Shety, 2011).

3. Obesitas

Gemuk didefinisikan sebagai kelebihan berat badan terhadap tinggi

badannya yang dinyatakan dalam indeks massa tubuh (IMT) lebih besar

dari 25. Rumus IMT adalah berat badan dalam kg dibagi dengan tinggi

badan kuadrat dalam meter (IMT= BB (kg)). Badan gemuk lebih banyak

terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Kegemukan ini berpengaruh

kurang baik terhadap citra diri dan perkembangan fisik serta sosial, sehingga

dapat berakibat isolusi atau depresi, yang akhirnya memacu makan lebih

banyak lagi (Soekirman, 2006).

Obesitas selalu berdampak buruk pada setiap orang yang

mengalaminya. Begitu pun pada ibu hamil yang mengalami obesitas baik

sebelum, maupun saat kehamilan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan American College of Obstetrics and Gynecology, obesitas


17

selama kehamilan dapat membahayakan untuk sang ibu dan bayi (Dinda,

2011).

Para ahli menyebutkan, obesitas selama kehamilan juga dapat

menyebabkan efek negatif pada sang bayi saat ia dewasa nanti. Banyak dari

anak-anak ini nantinya akanmengalami obesitas, baik selama masa kecilnya

ataupun saat ia dewasa. Oleh karena itu disarankan para ibu hamil untuk

menjaga berat badan mereka selama kehamilan (Dinda, 2011).

Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil antara 12,5 kilogram

sampai 17,5 kilogram. Dan bagi Anda yang mengalami berat badan berlebih

disarankan untuk menurunkan berat badan, namun diiringi pemantauan

dokter. Untuk menurunkan berat badan selama kehamilan ini Anda tidak

diharuskan untuk melakukan diet keras, namun diet aman dengan

pemantauan dokter kandungan Anda dan olahraga ringan yang aman untuk

ibu hamil (Dinda, 2011).

Kegemukan ternyata juga menjadi ancaman yang cukup serius bagi

ibu hamil karena kemungkinan akan mengalami masalah ketika persalinan

dan pasca persalinan kebanyakan ibu hamil mengalami obesitas karena

kelebihan makan. Banyak orang yang percaya bahwa ibu hamil makan

untuk dua orang menjadikan para ibu hamil makan untuk dua orang

menjadikan para ibu hamil makan dengan porsi berlebihan. Mitos tersebut

keliru, sebenarnya kebutuhan makan ibu hamil hanya naik rata-rata 10-15

persen (Sukma, 2012).


18

C. Kerangka Teori Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil terhadap kejadian

preeklamsi dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Menurut Wibowo, 2006


Faktor Riwayat Penyakit:
- Preeklamsi/eklamsi di
Kehamilan Sebelumnya
- Hipertensi
- Diabetes Mellitus

Menurut Prawirohardjo,
2009
- Faktor Genetik
- Faktor Immunologis
- Faktor Gravida
Kejadian Preeklamsi
- Faktor Umur
- Faktor Usia Gestasi
- Faktor Indeks Massa
Tubuh/Obesitas
- Faktor Bayi
- Faktor Ras

Menurut Wiknjosastro,
2005
Faktor Lingkungan:
- Pekerjaan
- Pendidikan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


19

D. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar Variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak di teliti). Kerangka

konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori

(Nursalam, 2008). Konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat

langsung diukur atau diamati. Konsep dapat diamati atau diukur melalui

konstruk atau lebih dikenal dengan nama variabel. Variabel adalah sesuatu

yang bisa menunjukkan nilai atau bilangan konsep. Variabel adalah suatu yang

bervariasi.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan

dalam bagan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Umur

Riwayat Kehamilan Kejadian Preeklamsi

Obesitas

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


20

E. Hipotesa Penelitian

1. Ada pengaruh antara umur ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia di

RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

2. Ada pengaruh antara riwayat kehamilan terhadap kejadian preeklamsia di

RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

3. Ada pengaruh antara obesitas terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.


21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan

desain cross sectional. Penelitian Cross Sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada suatu saat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian

ini akan dilihat apakah ada pengaruh antara umur, riwayat kehamilan dan

obesitas dengan kejadian preeklamsia.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester ke III

yang berkunjung ke Poli Kebidanan pada bulan Februari di RSUD Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 83 ibu hamil.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester III

yang berkunjung ke Poli Kebidanan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah dengan cara Accidental Sampling yaitu sampel yang

diambil secara kebetulan.

21
22

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian bertempat di Poli Kebidanan RSUD Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 26 s/d 28 Februari 2014

D. Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur

yang berlaku yaitu:

a. Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur

administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Ketua Prodi D-IV

Kebidanan UBudiyah Banda Aceh dan Direktur RSUD Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

b. Setelah mendapat izin peneliti melakukan penelitian di Poli Kebidanan

RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dengan cara

melakukan wawancara dan penimbangan berat badan pasien.

c. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari

RSUD Cut Nyak Dhien Melaboh Kabupaten Aceh Barat.

2. Alat Penelitian

Dalam melakukan penelitian untuk mempermudah peneliti perlu

adanya instrumen penelitian, adapun instrumen penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner.


23

E. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data dimasukkan ke dalam komputer melalui data entry pada program

SPSS yang kemudian diverifikasi.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. defenisi Operasional


Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala
No Variabel Hasil Ukur
Operasional ukur
Dependen
1 Kejadian Penyakit dengan Kuesioner Wawancara Nominal - Preeklamsi
Peeklamsi tanda- tanda - Tidak
hipertensi, edema Preeklamsi
dan proteinuria yang
timbul karena
kehamilan biasanya
terjadi pada
trimester III.
Independen
2 Umur Usia ibu pada saat Kuesioner Wawancara Nominal - Beresiko
saat penelitian A. < 20 - Tidak
dilakukan tahun dan 35 Beresiko
tahun
B. 20 34
tahun

3 Riwayat Kejadian yang Kuesioner Wawancara Nominal - Ada


Kehamilan dialami oleh ibu C. Jawaban - Tidak Ada
pada kehamilan 4
yang lalu ataupun D. Jawaban
sekarang. <4

4 Obesitas Kelebihan berat Timbangan Observasi Ordinal - Obesitas


badan pada ibu E. IMT > 27,0 - Tidak
hamil yang dapat F. IMT 27,0 Obesitas
berisiko terjadi
preeklamsi
24

3. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti.

Variabel independen terdiri dari umur, riwayat kehamilan, dan obesitas.

Sedangkan variabel dependen yaitu kejadian preeklamsia pada ibu hamil.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antara

variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dan

untuk melihat kemaknaan antara variabel. Uji statistik yang digunakan

adalah Chi-Square dengan menggunakan derajat kemaknaan = 0,05

(derajat kepercayaan 95%). Bila ada p value 0,05 maka hasil uji

statistik bermakna atau adanya pengaruh antara variabel independen dan

variabel dependen. Bila p value > 0,05 maka hasil uji statistik tidak

bermakna atau tidak adanya pengaruh antara variabel independen dan

variabel dependen. Uji kemaknaan statistik tentang pengaruh antara

umur, riwayat penyakit dan obesitas dengan kejadian preeklamsia adalah:

p 0,05 adalah bermakna dan p > 0,05 adalah tidak bermakna.

Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk

program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut:

1. Bila pada tabel Contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang

dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test.


25

2. Bila pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan)

kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity

Correction Test.

3. Bila pada tabel Contingency yang lebih dari 2x2, misal 3x2, 3x3 dan

lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square Test.

4. Bila pada table Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi

harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga

menjadi table Contingency 2x2.


26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh berlokasi di desa

Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan dan melakukan aktivitasnya

sebagai Rumah Sakit Daerah type C dan menjadi Rumah Sakit rujukan Pantai

Barat Selatan Aceh.

Sumber daya manusia kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh secara keseluruhan berjumlah 556 orang yang terdiri

dari 171 laki-laki dan 385 perempuan dengan status PNS 352 orang, CPNS 23

orang, pegawai honor 33 orang, dengan sukarela 132 orang, tenaga harian lepas

16 orang.

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh berbatasan

dengan:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Gajah Mada

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Lorong Banteng

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Sisingamangaraja

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Sentosa

26
27

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dari tanggal 26 s/d 27

Februari 2014 yang dilakukan pada 32 ibu hamil trimester III yang berkunjung

ke Poli Kebidanan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat, dengan cara melakukan wawancara menggunakan kuesioner yang berisi

tentang kejadian preeklamsi, umur, riwayat kehamilan, dan obesitas. Data dari

penelitian akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

a. Kejadian Preeklamsi

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

No Kejadian Preeklamsi Frekuensi (%)


1 Preeklamsi 7 21,9
2 Tidak Preeklamsi 25 78,1
Jumlah 32 100
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

Berdasarkan table 4.1 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu

hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil tidak mengalami

preeklamsi yaitu sebanyak 25 ibu hamil (78,1%).

b. Umur

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Umur di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat

No Umur Frekuensi (%)


1 Beresiko 14 43,8
2 Tidak Beresiko 18 56,3
Jumlah 32 100
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
28

Berdasarkan table 4.2 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu

hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil memiliki umur

tidak beresiko yaitu sebanyak 18 ibu hamil (56,3%).

c. Riwayat Kehamilan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Riwayat Kehamilan di RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

No Riwayat Kehamilan Frekuensi (%)


1 Ada 12 37,5
2 Tidak Ada 20 62,5
Jumlah 32 100
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

Berdasarkan table 4.3 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu

hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil tidak ada riwayat

kehamilan yaitu sebanyak 20 ibu hamil (62,5%).

d. Obesitas

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Obesitas di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat

No Obesitas Frekuensi (%)


1 Obesitas 8 25,0
2 Tidak Obesitas 24 75,0
Jumlah 32 100
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

Berdasarkan table 4.4 di atas maka dapat dilihat bahwa dari 32 ibu

hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil tidak obesitas

yaitu sebanyak 24 ibu hamil (75,0%).


29

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Preeklamsi

Tabel 4.5
Pengaruh Umur terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Kejadian Preeklamsi Uji


Tidak Total Statistik
No Umur Preeklamsi
Preeklamsi
f % f % f % p-value
1 Beresiko 6 42,9 8 57,1 14 100
2 Tidak Beresiko 1 5,6 17 94,4 18 100 0,027
Jumlah 7 21,9 25 78,1 32 100
Singnifikasi: p < 0,05

Berdasarkan table 4.5 di atas, diketahui dari 14 ibu hamil yang

memiliki umur beresiko terdapat 8 ibu hamil (57,1%) yang tidak

mengalami preeklamsi. Dan dari 18 ibu hamil yang memiliki umur tidak

beresiko terdapat 17 ibu hamil (94,4%) yang tidak mengalami preeklamsi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,027 yang berarti

lebih kecil dari (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada

pengaruh antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.


30

b. Pengaruh Riwayat Kehamilan terhadap Kejadiaan Preeklamsia

Tabel 4.6
Pengaruh Riwayat Kehamilan terhadap Kejadian Preeklamsi di
RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Kejadian Preeklamsi Uji


Riwayat Tidak Total Statistik
No Preeklamsi
Kehamilan Preeklamsi
f % f % f % p-value
1 Ada 5 41,7 7 58,3 12 100
2 Tidak Ada 2 10,0 18 90,0 20 100 0,073
Jumlah 7 21,9 25 78,1 32 100
Singnifikasi: p > 0,05

Berdasarkan table 4.6 di atas, diketahui dari 12 ibu hamil yang ada

riwayat kehamilan terdapat 7 ibu hamil (58,3%) yang tidak mengalami

preeklamsi. Dan dari 20 ibu hamil yang tidak ada riwayat kehamilan

terdapat 18 ibu hamil (90,0%) yang tidak mengalami preeklamsi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,073 yang

berarti lebih besar dari (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi

di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.

c. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Preeklamsi

Tabel 4.7
Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Preeklamsi di RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Kejadian Preeklamsi Uji


Tidak Total Statistik
No Obesitas Preeklamsi
Preeklamsi
f % f % f % p-value
1 Obesitas 3 37,5 5 62,5 8 100
2 Tidak Obesitas 4 16,7 20 83,3 24 100 0,327
Jumlah 7 21,9 25 78,1 32 100
Singnifikasi: p > 0,05
31

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui dari 8 ibu hamil yang

obesitas terdapat 5 ibu hamil (62,5%) yang tidak mengalami preeklamsi.

Dan dari 24 ibu hamil yang tidak obesitas terdapat 20 ibu hamil (83,3%)

yang tidak mengalami preeklamsi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,327 yang

berarti lebih besar dari (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

tidak ada pengaruh antara obesitas dengan kejadian preeklamsi di RSUD

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Umur terhadap Kejadian Preeklamsi

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa umur

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsi. Hal

ini dapat dilihat dari table 4.5 di atas, dari 14 ibu hamil yang memiliki umur

beresiko terdapat 8 ibu hamil (57,1%) yang tidak mengalami preeklamsi dan

6 ibu hamil (42,9%) yang mengalami preeklamsi. Sementara itu dari 18 ibu

hamil yang memiliki umur tidak beresiko terdapat 17 ibu hamil (94,4%)

yang tidak mengalami preeklamsi dan hanya 1 ibu hamil (5,6%) yang

mengalami preeklamsi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,027 yang berarti

lebih kecil dari (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa ada
32

pengaruh antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga

mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang paling aman dan

baik untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Sedangkan wanita

usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia

> 35 tahun akan mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk mengalami

preeklamsi (Indriani, 2011).

Ernawati (2005) menyebutkan bahwa wanita hamil tanpa hipertensi

yang beresiko mengalami preeklamsi adalah wanita yang berumur > 35

tahun. Kelompok umur > 35 tahun memiliki hubungan yang bermakna

dengan kejadian preeklamsi. Demikian pula variabel umur terhadap

kejadian hipertensi.

Hal ini sesuai dengan penelitian Harefa dan Sudarta Yabesman

Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2003-2004 bahwa hasil uji statistic Chi

square menunjukkan bahwa ada nilai probabilitas lebih kecil dari nilai

(0,011<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan signifikan antara

umur dengan kejadian preeclampsia dengan nilai odds ratio sebesar 2,94

artinya ibu hamil yang memiliki umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari

35 tahun memiliki resiko 2,94 kali dibandingkan ibu yang memiliki umur

20-35 tahun terhadap kejadian preeklampsia/eklampsia.


33

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan

oleh Indriani (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna/signifikan antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD

Kardinah kota Tegal, yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05 yaitu 0,002.

Resiko ibu hamil yang berumur > 35 tahun meningkat 3,4 kali lebih besar

untuk mengalami preeklamsi dibandingkan yang umurnya 20-35 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, peneliti

berasumsi bahwa umur mempengaruhi kejadian preeklamsi. Pada penelitian

ini dapat dilihat banyak ibu hamil yang hamil pada usia antara 20-34 tahun

ataupun hamil pada usia tidak beresiko banyak yang tidak mengalami

kejadian preeklamsi yaitu sebanyak 17 responden (94,4%). Hal ini

disebabkan karena pada usia 20-34 tahun kondisi alat reproduksi sudah siap

untuk menerima kehamilan sehingga pada saat kehamilan berlangsung tidak

terjadi masalah. Apabila hamil pada usia dibawah 20 tahun alat reproduksi

belum siap dan pada saat kehamilan berlangsung akan terjadi keracunan

kehamilan dalam bentuk preeklamsi. Sedangkan pada umur 35 tahun ke atas

sangat rentan akan penyakit hipertensi dan preeklamsi, ini terjadi karena

perubahan pada jaringan-jaringan kandungan dan juga jalan lahir tidak

lentur lagi.

2. Pengaruh Riwayat Kehamilan terhadap Kejadian Preeklamsi

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa riwayat

kehamilan bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian

preeklamsi. Hal ini dapat diketahui dair table 4.6 di atas, diketahui dari 12

ibu hamil yang ada riwayat kehamilan terdapat 7 ibu hamil (58,3%) yang
34

tidak mengalami preeklamsi dan 5 ibu hamil (41,7%) yang mengalami

preeklamsi. Sedangkan dari 20 ibu hamil yang tidak ada riwayat kehamilan

terdapat 18 ibu hamil (90,0%) yang tidak mengalami preeklamsi dan hanya

2 ibu hamil (10,0%) yang mengalami preeklamsi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,073 yang berarti

lebih besar dari (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tidak

ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi di

RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.

Ibu hamil dengan riwayat kehamilan sebelumya mengalami masalah

pada saat kehamilan akan sangat membekas dan sangat memengaruhi

kepribadiannya. Ini perlu diperhatikan karena pada klien yang mengalami

riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan diri

sebagai teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat bersandar bagi

klien dalam masalah kesehatan (Ulziana, 2013).

Ibu hamil dengan preeklamsia berat memiliki riwayat penyerta yang

juga merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsia berat antara lain

hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung. Penyakit penyerta yang

dapat menjadi penyulit atau faktor risiko terjadinya preeklamsia yang

tersering adalah hipertensi (8,1%), penyakit jantung (4,3%) dan diabetes

melitus (1,7%) (Arinda, 2011).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Arinda (2011) bahwa

wanita dengan hipertensi kronik dapat mengalami superimposed

preeclampsia yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian perinatal,


35

pertumbuhan janin yang terhambat, dan kelahiran sebelum 32 minggu umur

kehamilan.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, peneliti

berasumsi bahwa tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan

kejadian preeklamsi. Dapat dilihat dari hasil penelitian banyak ada 7

responden (58,3%) yang mempunyai riwayat kehamilan akan tetapi tidak

mengalami preeklamsi, hal ini disebabkan karena masih banyak faktor lain

yang dapat menyebabkan preeklamsi yang tidak diteliti dalam penelitian ini,

seperti pekerjaan, pengetahuan, pemeriksaan antenatal dan lain-lain

sebagainya.

3. Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Preeklamsi

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa obesitas

bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsi

dari table 4.7 di atas dapat dilihat, dari 8 ibu hamil yang obesitas terdapat 5

ibu hamil (62,5%) yang tidak mengalami preeklamsi dan 3 ibu hamil

(37,5%) yang mengalami preeklamsi. Dari 24 ibu hamil yang tidak obesitas

terdapat 20 ibu hamil (83,3%) yang tidak mengalami preeklamsi dan 4 ibu

hamil (16,7%) yang mengalami preeklamsi.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,327 yang berarti

lebih besar dari (0,05). Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tidak

ada pengaruh antara obesitas dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut

Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat.


36

Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass index(index masa

tubuh = IMT). Ibu hamil dengan berat badan di bawah normal sering

dihubungkan dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah.

Sedangkan berat badan overweight atau obesitas meningkatkan resiko atau

komplikasi dalam kehamilan seperti hipertensi, preeklamsi, janin besar

sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan (Ulziana, 2013).

Kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan

status gizi wanita hamil. Penambahan berat badan yang terjadi selama

kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan

reproduksi, adanya pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak

dalam tubuh ibu. Risiko terjadinya preeklamsia meningkat dengan adanya

peningkatan BMI. Sedangkan risiko preeklamsia berkurang secara

signifikan pada pasien dengan BMI <20 (Arinda, 2010).

Ibu hamil yang obesitas akan mudah terkena komplikasi, termasuk

diabetes selama kehamilan, dan pre eclampsia atau toxemia (gangguan

yang muncul saat kehamilan, dan biasanya saat usia kehamilan mencapai 20

minggu). Kelebihan berat badan pada ibu hamil akan mengakibatkan bayi

lahir prematur, sulitnya proses melahirkan karena pertumbuhan atau berat

badan bayi lebih besar daripada seharusnya, kesulitan bernapas, dan

kerusakan pada otak (Dinda, 2011).

Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai

resiko mengalami preeklamsia/eklamsia 3 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita yang berat badannya ideal atau kurus (Sukma, 2012).
37

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan, peneliti

berasumsi bahwa tidak ada pengaruh antara obesitas dengan preeklamsi, hal

ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana ada 5 responden (62,5%) yang

obesitas akan tetapi tidak mengalami preeklamsi hal ini bisa disebabkan

karena obesitas hanya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

preeklamsi masih banyak faktor lain seperti sosio ekonomi ibu, serta

pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya antenatal care (ANC) dan juga

mengontrol berat badan jangan sampai obesitas selama kehamilan sehingga

tidak akan terjadi preeklamsi pada saat kehamilan.


38

BAB V

PENUTUP

- Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara umur dengan kejadian preeklamsi di RSUD Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat, ditandai dengan p-value (0,027) <

(0,05).

2. Tidak ada pengaruh antara riwayat kehamilan dengan kejadian preeklamsi

di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat, ditandai

dengan p-value (0,073) > (0,05).

3. Tidak ada pengaruh antara obesitas dengan kejadian preeklamsi di RSUD

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kebupaten Aceh Barat, ditandai dengan p-value

(0,327) > (0,05).

- Saran

1. Bagi Peneliti

Agar dapat memperbanyak pengetahuan dan informasi khususnya

tentang preeklamsi sehingga bisa memberikan informs tersebut secara

langsung ke pada masyarakat pada saat bekerja.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk lebih memperbanyak referensi tentang ibu hamil

terutama tentang preeklamsi.

38
39

3. Bagi Institusi Pelayanan

Memberikan peyuluhan terhadap masyarakat tentang preeklamsi dan

faktor-faktor yang bisa menjadi predisposisi terjadinya preeklamsi supaya

masyarakat dapat menghindarinya sehingga angka kejadian preeklamsi

dapat menurun.
40

DAFTAR PUSTAKA

Antho. (2012). Jurnal Penelitian Pengaruh Umur Dan Paritas Ibu Bersalin
Terhadap Preeklampsia Berdasarkan Gejala Klinik.
http://anthogoodwill.blogspot.com/2012/12/jurnal-penelitian-pengaruh-
umur-dan.html

Arinda. (2010). Pengaruh Preeklamsia Berat pada Kehamilan terhadap Keluaran


Maternal dan Perinatal di RSUP dr Kariadi Tahun 2010.

Bobak, dkk. (2004). Buku Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Briley, A. (2006). Asuhan Kebidanan pada Persalinan: Preeklamsia. Jakarta:


EGC

Cunningham F.G. (2005). Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam Obstetri Williams.


Edisi 18. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Depkes. (2005). Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Depkes. (2007). Angka Kematian Ibu Melahirkan.

Dinda, (2011). Ibu Hamil dengan Obesitas.


www.diendambem.wordprees.com/2011/ibu_hamil_dengan_obesitas.html

Ernawati, Y.H. (2005). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Preeklamsi/Eklamisia pada Ibu Hamil yang Hipertensi di Kamar Bersalin
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2002-2003. Tesis.

Gafur, A dkk. (2012). Hubungan antara Primigravida dengan Preeklamsia.

Hanifa, W. (2005). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Harefa dan Sudarta Yabesman. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan


kejadian preeklampsia di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2003-2004.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31947/3/Chapter%20II I-
VI.pdf

Indriani. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Preeklamsia/Eklamsia pada Ibu Bersalin di RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2011.

Laporan RSUD Tjut Nyak Dhien. (2013).


41

Manuaba, (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter dan Perry. (2009). Funamental or Nursing: Konsep Proses dan Praktis.
Jakarta: Salemba

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan Ed. 4. Jakarta: P.T. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Profil Kesehatan Provinsi Aceh. (2012).

Saifuddin, A.B. (2005). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Shety, (2011). Ibu Hamil dalam Kondisi Preeklamsi.


www.blogger.com/2011/ibu-hamil-dalam.html

Soekirman, dkk. (2006). Hidup Sehat, Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan
Manusia. Jakarta: PT Primamedia Pustaka

Sukma. (2012). Diit pada Ibu Hamil dengan Obesitas.


http://www.vegimelatisukma.wordpress.com/2012/06/diit-pada-ibu.html

Ulziana, C. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan.


http://midwifemala.blogspot.com/2013/02/faktor-faktor-yang
mempengaruhi.html

Wibowo B., Rachimhadi T. (2006). Preeklampsia dan Eklampsia, dalam : Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka.
42

Lampiran 1

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan :

Nama :

Pekerjaan :

Alamat :

Bahwa saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswi STIKes UBudiyah Banda Aceh disebutkan di bawah

ini :

Nama : Ade Irna Nurhasanah

NIM : 121010210140

Judul KTI : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kejadian

Preeklamsia di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat

Saya mengetahui bahwa informasi yang diberikan ini sangat besar

manfaatnya bagi perkembangan ilmu kebidanan di Aceh pada umumnya.

Meulaboh, Februari 2014

Responden

()
43

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

I. Identitas Responden
1. Kode Responden : ..(diisi oleh peneliti )
2. Pendidikan : .
3. Pekerjaan : .
4. Paritas/anak ke :......................

II. Quesioner Penelitian


A. Kejadian Preeklamsi
1. TD :. mmHg
Hipertensi Tidak Hipertensi
2. Apakah pada bagian kaki anda mengalami pembengkakan?
1) Ya b. Tidak

B. Umur
a. Umur : Tahun
b. Pada umur berapa kehamilan pertama anda?
20 Tahun
20-34 Tahun
35 Tahun

C. Riwayat Kehamilan
1. Apakah ini merupakan kehamilan anda yang pertama?
a. Ya b. Bukan
2. Jika bukan apakah pada kehamilan sebelumnya ibu ada mengalami
preeklamsi?
2) Ada b. Tidak Ada
3. Apakah dalam keluarga ibu ada kejadian preeklamsi pada saat
kehamilan?
a. Ada b. Tidak Ada
44

4. Apakah ada riwayat kehamilan kembar dalam keluarga ibu?


a. Ada b. Tidak Ada
5. Apakah ibu ada memiliki riwayat penyakit darah tinggi?
a. Ada b. Tidak Ada
6. Apakah ibu ada memiliki riwayat penyakit gagal ginjal?
a. Ada b. Tidak Ada
7. Apakah ibu ada memiliki riwayat penyakit diabetes?
a. Ada b. Tidak Ada

D. Obesitas
BB :. kg
TB : cm
IMT : Obesitas
Tidak Obesitas
45

Lampiran 3

MASTER TABEL PENELITIAN

Ko Riwayat Kehamilan
Kejadian Preeklamsi Umur Hasil Jlh Hasil Obesitas/ IMT Hasil
Res 1 2 3 4 5 6 7
1 Tidak Preeklamsi 20 Beresiko 0 0 1 0 1 0 0 2 Tidak Ada 18,5 Tidak Obesitas
2 Tidak Preeklamsi 25 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak Ada 23,0 Tidak Obesitas
3 Tidak Preeklamsi 27 Tidak Beresiko 1 0 0 0 1 1 0 3 Tidak Ada 25,5 Tidak Obesitas
4 Tidak Preeklamsi 25 Tidak Beresiko 0 0 0 0 0 0 1 1 Tidak Ada 18,0 Tidak Obesitas
5 Preeklamsi 34 Beresiko 0 1 1 0 1 1 1 5 Ada 17,0 Tidak Obesitas
6 Tidak Preeklamsi 39 Beresiko 1 0 1 0 1 0 1 4 Ada 23,0 Tidak Obesitas
7 Tidak Preeklamsi 28 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak Ada 23,0 Tidak Obesitas
8 Tidak Preeklamsi 36 Beresiko 0 0 0 1 1 0 0 2 Tidak Ada 24,0 Tidak Obesitas
9 Tidak Preeklamsi 20 Beresiko 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak Ada 18,5 Tidak Obesitas
10 Tidak Preeklamsi 29 Tidak Beresiko 1 0 1 0 1 0 1 4 Ada 19,0 Tidak Obesitas
11 Preeklamsi 32 Beresiko 0 1 1 0 1 0 1 4 Ada 17,5 Tidak Obesitas
12 Preeklamsi 34 Beresiko 0 1 1 0 1 1 1 5 Ada 28,5 Obesitas
13 Tidak Preeklamsi 24 Tidak Beresiko 1 0 0 0 1 0 0 2 Tidak Ada 20,0 Tidak Obesitas
14 Tidak Preeklamsi 27 Tidak Beresiko 1 0 1 0 1 1 0 4 Ada 27,5 Obesitas
15 Preeklamsi 29 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 1 2 Tidak Ada 27,0 Obesitas
16 Tidak Preeklamsi 19 Beresiko 0 0 1 0 1 1 1 4 Ada 29,0 Obesitas
17 Tidak Preeklamsi 21 Tidak Beresiko 1 0 0 0 1 0 0 2 Tidak Ada 22,5 Tidak Obesitas
18 Tidak Preeklamsi 28 Tidak Beresiko 0 1 0 0 0 0 0 1 Tidak Ada 28,0 Obesitas
19 Tidak Preeklamsi 25 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak Ada 21,0 Tidak Obesitas
20 Preeklamsi 34 Beresiko 0 1 1 0 1 1 0 4 Ada 18,0 Tidak Obesitas
21 Tidak Preeklamsi 25 Tidak Beresiko 1 0 0 0 1 1 1 4 Ada 27,5 Obesitas
22 Tidak Preeklamsi 25 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 1 2 Tidak Ada 17,0 Tidak Obesitas
23 Tidak Preeklamsi 33 Beresiko 0 0 1 0 1 1 1 4 Ada 21,0 Tidak Obesitas
46

24 Tidak Preeklamsi 27 Tidak Beresiko 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak Ada 18,5 Tidak Obesitas


25 Preeklamsi 38 Beresiko 0 0 1 0 1 0 0 2 Tidak Ada 18,5 Tidak Obesitas
26 Tidak Preeklamsi 26 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak Ada 19,0 Tidak Obesitas
27 Preeklamsi 34 Beresiko 0 1 1 0 1 0 1 4 Ada 28,0 Obesitas
28 Tidak Preeklamsi 23 Tidak Beresiko 1 0 0 0 1 0 0 2 Tidak Ada 23,0 Tidak Obesitas
29 Tidak Preeklamsi 29 Tidak Beresiko 0 0 0 0 1 0 1 2 Tidak Ada 18,0 Tidak Obesitas
30 Tidak Preeklamsi 32 Beresiko 0 1 1 0 1 0 1 4 Ada 29,0 Obesitas
31 Tidak Preeklamsi 30 Beresiko 0 0 0 1 1 0 0 2 Tidak Ada 17,0 Tidak Obesitas
32 Tidak Preeklamsi 26 Tidak Beresiko 1 0 0 0 0 0 1 2 Tidak Ada 24,0 Tidak Obesitas

Preeklamsi =7 Beresiko = 14 Ada = 12 Obesitas =8


Tidak Preeklamsi = 25 Tidak Beresiko = 18 Tidak Ada = 20 Tidak Obesitas = 24
47

Lampiran 4

HASIL PENGOLAHAN SPSS

Frequency Table

Kejadian Preeklamsi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Preeklamsi 7 21.9 21.9 21.9
Tidak Preeklamsi 25 78.1 78.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Beresiko 14 43.8 43.8 43.8
Tidak Beresiko 18 56.3 56.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Riwayat Kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 12 37.5 37.5 37.5
Tidak Ada 20 62.5 62.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas 8 25.0 25.0 25.0
Tidak Obesitas 24 75.0 75.0 100.0
Total 32 100.0 100.0
48

Crosstabs

Umur * Kejadian Preeklamsi

Crosstab
Kejadian Preeklamsi
Preeklamsi Tidak Preeklamsi Total
Umur Beresiko Count 6 8 14
Expected Count 3.1 10.9 14.0
% within Umur 42.9% 57.1% 100.0%
Tidak Beresiko Count 1 17 18
Expected Count 3.9 14.1 18.0
% within Umur 5.6% 94.4% 100.0%
Total Count 7 25 32
Expected Count 7.0 25.0 32.0
% within Umur 21.9% 78.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value Df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.412 1 .011
b
Continuity Correction 4.415 1 .036
Likelihood Ratio 6.775 1 .009
Fisher's Exact Test .027 .017
Linear-by-Linear Association 6.211 1 .013
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.06.
b. Computed only for a 2x2 table
49

Riwayat Kehamilan * Kejadian Preeklamsi

Crosstab
Kejadian Preeklamsi
Preeklamsi Tidak Preeklamsi Total
Riwayat Ada Count 5 7 12
Kehamilan Expected Count 2.6 9.4 12.0
% within Riwayat 41.7% 58.3% 100.0%
Kehamilan
Tidak Ada Count 2 18 20
Expected Count 4.4 15.6 20.0
% within Riwayat 10.0% 90.0% 100.0%
Kehamilan
Total Count 7 25 32
Expected Count 7.0 25.0 32.0
% within Riwayat 21.9% 78.1% 100.0%
Kehamilan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.401 1 .036
b
Continuity Correction 2.743 1 .098
Likelihood Ratio 4.317 1 .038
Fisher's Exact Test .073 .050
Linear-by-Linear Association 4.263 1 .039
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.63.
b. Computed only for a 2x2 table
50

Obesitas * Kejadian Preeklamsi

Crosstab
Kejadian Preeklamsi
Preeklamsi Tidak Preeklamsi Total
Obesitas Obesitas Count 3 5 8
Expected Count 1.8 6.3 8.0
% within Obesitas 37.5% 62.5% 100.0%
Tidak Obesitas Count 4 20 24
Expected Count 5.3 18.8 24.0
% within Obesitas 16.7% 83.3% 100.0%
Total Count 7 25 32
Expected Count 7.0 25.0 32.0
% within Obesitas 21.9% 78.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.524 1 .217
b
Continuity Correction .549 1 .459
Likelihood Ratio 1.409 1 .235
Fisher's Exact Test .327 .224
Linear-by-Linear Association 1.476 1 .224
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.75.
b. Computed only for a 2x2 table
51

YAYASAN PENDIDIKAN UBUDIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BANDA ACEH
Jalan Alue Naga Desa Tibang Banda Aceh Telepon (0651) 7555566

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI


T.A 2012/2013

Nama Mahasiswa : Ade Irna Nurhasanah


NIM : 121010210140
Prodi : D-IV Kebidanan
Judul Skripsi :Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil
terhadap Kejadian Preeklamsia di RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Pembimbing : Hj. Afifah, SKM., M.Kes

Kegiatan Bimbingan SKRIPSI


No Tgl Bimbingan Masukan/Saran Paraf
1 16-12-2013 Konsul Judul ACC Judul dan lanjut
BAB I
2 23-12-2013 Konsul BAB I Perbaiki BAB I
3 02-01-2014 Konsul perbaikan BAB I Lanjut BAB II
4 10-01-2014 Konsul BAB II Perbaiki BAB II dan
Lanjut BAB III
5 18-01-2014 Konsul Perbaikan BAB Perbaiki pengetikan
II dan konsul BAB III pada BAB III
6 22-01-2014 Konsul perbaiki ketikan Lanjut kuesioner
pada BAB III
7 27-01-2014 Konsul kuesioner Perbaiki kuesioner dan
daftar pustaka
8 04-02-2014 Konsul perbaikan ACC Seminar
kuesioner dan daftar
pustaka
9 02-03-2014 Konsul BAB IV dan ACC Sidang
BAB V

Anda mungkin juga menyukai