FISIKA UMUM
A. Tujuan Praktikum
a. Memahami hukum Ohm
b. Menentukan suatu hubungan antara tegangan dan arus listrik suatu
kawat penghantar
c. Memahami penggunaan catu daya di berbagai tegangan
d. Memahami penggunaan berbagai resistor dan multimeter
e. Memahami cara perangkaian seri
B. Dasar Teori
Listrik adalah salah satu gaya pokok yang berada di alam. Listrik
dapat dianalogikan dengan gaya gravitasi. Jika gaya gravitasi itu terbentuk
diantara dua objek yang bergantuk dengan massa objeknya, sedangkan gaya
listrik adalah gaya yang berada diantara dua yang bergantung pada
muatannya. (http://www.file.upi.edu).
Arus dapat didefenisikan sebagai banyaknya jumlah elektron yang
mengalir pada sebuah konduktor tiap waktunya (atau satu detik). Jadi
jumlah elektron ini dapat dihitung disetiap detiknya dengan satuan Ampere
sehingga kiat dapat mengitung tiap-tiap arus yang mengalir pada suatu
konduktor. (Ishaq, Mohammad. 2007:73)
George Simon Ohm (1787-1854) menyatakan bahwa arus pada
kawat logam sebanding dengan beda potensial yang diberikan ke ujung-
ujungnya. Besaran aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada
tegangan, tetapi juga bergantung pada hambatan yang diberikan kawat
terhadap aliran elektron. Semakin tinggi hambatan yang diberikan, makan
semakin kecil pula arus yang pada suatu tegangan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tegangan akan berbanding lurus dengan arus pada suatu konduktor
dan berbanding terbalik dengan hambatannya, dan ini disebut dengan
hukum Ohm (Giacoli, DC. 2014: 74-75)
Beberapa bahan yang menaati hukum Ohm dapat dikatakan sebagai
bahan yang bersifat Ohmik dan bahan yang tidak menaati hukum Ohm
adalah bahan nonohmik. Hukum Ohm bukanlah sebuah hukum alam yang
bersifat fundamental, melainkan sebuah hubungan yang bersifat empiris
yang hanya berlaku dalam beberapa bahan tertentu (Serway, Raymond A.
Dan John W. Jewett, 2010:365)
Bahan ohmik tersebut kemudian tersusun dalam rangkaian listrik.
Rangkaian listrik merupakan sebuah kumpulan elemen atau komponen
listrik yang saling dihubungkan dengan berbagai cara tertentu. Rangkaian
ini dalam perangkaiannya diharuskan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup pada pemasangannya
(http://ymukhlis.staff.gunadarma.ac.id).
C. Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Jumlah Gambar
1. Catu Daya 1
2. Saklar 1
5. Multimeter digital 2
D. Langkah Percobaan
No. Langkah Percobaan Gambar
E. Data Percobaan
1. Pengukuran untuk tegangan 3 volt resistor 50
No. Tegangan (V) Kuat Arus (A) Hambatan Terukur ()
1. 3,18 0,06 53
4. 9,18 0,17 54
F. Pengolahan Data
Rumus = =
a) Pengukuran untuk tegangan 3 volt resistor 50
3,18
1. = = 53
0,06
3,34
2. = = 55,67
0,06
3,34
3. = = 55,67
0,06
3,28
4. = = 54,67
0,06
3,32
5. = = 54,33
0,06
1+2+3+4+5
Rata-rata = 54,868
5
Nilai error = 100%
54,86850
= 50
100%
= 9,736%
b) Pengukuran untuk tegangan 3 volt resistor 100
3,36
1. = = 112
0,03
3,37
2. = = 112,33
0,03
3,33
3. = = 111
0,03
3,29
4. = = 109,67
0,03
3,29
5. = = 109,67
0,03
1+2+3+4+5
Rata-rata = 110,934
5
Nilai error = 100%
110,934100
= 100%
100
= 10,934%
= 6.104%
104,334100
= 100%
100
= 4,334%
1+2+3+4+5
Rata-rata = 53,8112
5
Nilai error = 100%
53,811250
= 100%
50
= 7,6224%
113,55100
= 100%
100
= 13,55%
G. Pembahasan
Pada percobaan yang sudah dilakukan sebelumnya, telah diperoleh
berupa hasil data pecobaan hambatan pada masing-masing resistor yang
berbeda-beda. Dari hasil data tersebut, hambatan diperoleh dari persamaan
hukum Ohm, dimana tegangan berbanding lurus dengan arus dan
berbanding terbalik dengan hambatannya.
Dari data yang diperoleh, terlihat hasil hambatannya berbeda-beda,
seperti pada percobaan pertama pada tegangan 3 Volt dengan nilai resitor
sebesar 50 dan 100 dihasilkan perolehan pengukuran hambatan yang
tidak jauh dengan nilai resistornya, dengan rata-rata hambatan yang terukur
adalah 54,868 pada resitor 50 dan 110,934 pada resistor 100.
Pada percobaan yang kedua, terjadi hal yang sama, dimana nilai
hasil perghitungan pada hambatan ternyata berbeda dengan nilai resistor.
Ketika pengukuran dilakukan dengan tegangan sebesar 6 Volt dengan nilai
resistor sebesar 50 dan 100, didapat rata-rata pengukuran yang
dilakukan sebanyak 5 kali sebesar 53,052 pada hambatan 50 dan
104,334. Selisih yang didapat pada percobaan kedua ini tidak begitu jauh
dengan nilai resistornya dibanding dengan percobaan pertama.
Pada hasil dari percobaan ketiga dengan nilai tegangan sebesar 9
Volt dan masing-masing resistor sebesar 50 dan 100, dan hasil yang
didapat dari percobaan ini berbeda-beda dari setiap nilai hambatannya.
Dengan rata-rata hambatan yang didapat dari pengukuran 50 adalah
53,8112 dan pada penggunaan resistor 100 didapat hasil rata-rata
percobaan adalah 113,55, tentu saja ini masih berbeda jauh dibandingkan
dengan nilai dari resistor tersebut.
Dari tiap-tiap percobaan yang telah dilakukan, dapat dipastikan
bedanya hasil hambatan dengan nilai resistornya dikarenakan ketidak
telitian praktikan dalam melakukan percobaan, entah dalam pemasangan
kabel penghubung ataupun pengecekan pada tiap-tiap alatnya sebelum
melakukan percobaan, sehingga menuai hasil yang berbeda-beda dalam
percobaannya.
3.28
3.25
3.2
3.18
3.15
3.1
0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
ARUS
3.32
3.3
3.29 3.29
3.28
3.26
3.24
0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Arus
= 1- 0.09736 x 100%
= 90.0264%
Percobaan 2 :
Persentase nilai =1| | 100%
110,934100
=1| | 100%
100
= 1- 0.10934 x 100%
= 89.066%
Percobaan 3 :
Persentase nilai =1| | 100%
53,05250
=1| | 100%
50
= 1- 0.06104 x 100%
= 93.896%
Percobaan 4 :
Persentase nilai =1| | 100%
104,334100
=1| | 100%
100
= 1- 0.04334 x 100%
= 95.666%
Percobaan 5 :
Persentase nilai =1| | 100%
53,811250
=1| | 100%
50
= 1- 0.076224 x 100%
= 92.23776%
Percobaan 6 :
Persentase nilai =1| | 100%
113,55100
=1| | 100%
100
= 1- 0.1355 x 100%
= 86.65%
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya hambatan
suatu kawat penghantar!
Hal yang mempengaruhi besar kecilnya hambatan pada penghantar
adalah panjang kawat, luas penampang kawat, dan juga jenis hambatan
kawat.
(Sumber : https://gurupintar.com)
5. Apa perbedaan yang anda peroleh tersebut sesuai dengan teori yang
berlaku (Hukum Ohm)? Kemukakanlah pendapat anda tersebut!
Tidak ditemukan perbedaan, karena dalam teori yang berlaku (Hukum
Ohm) kuat arus listrik yang sedang mengalir pada suatu beban litrik
berbanding lurus dengan tegangannya dan berbanding terbalik dengan
hambatannya.
6. Bisakah arus dipasang paralel dan tegangan dipasang seri?
Tidak bisa, disini Ampremeter haruslah dirangkai secara seri karena alat
ukur ini mengukur arus listrik di suatu titik, jika alat ini dirangkai secara
paralel maka arus akan berbeda di setiap cabang dan arus litrik akan
terbagi menjadi beberapa bagian. Sedangkan voltmeter haruslah
dipasang secara paralel, tidak bisa dalam keadaan seri karena tidak akan
ada yang terukur, ini sebabkan alat tidak mendeteksi adanya perubahan
suatu tegangan. Hal ini dikarenakan voltmeter mengukur suatu tegangan
dan suatu perbedaan pada satu titik dan titik lainnya.
(http://www.bhataramedia.com)
I. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hukum Ohm adalah hukum yang menjelaskan bahwa tegangan akan
berbanding lurus dengan arus dan akan berbanding terbalik dengan
hambatannya.
2. Besar arus pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial.
3. Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh catu daya dapat diatur
sedemikian rupa dalam pemakaiannya, sesuai dengan kebutuhan.
4. Pada penggunakan Multimeter, terdapat pilihan untuk tegangan AC dan
DC dalam satuan pengukuran yaitu Volt dan arus listrik dalam satuan
Ampere dalam pengaturannya, sesuai dengan yang kita butuhkan.
5. Rangkaian seri dirangkai dengan rangkaian alat elektronik secara
berurutan pada setiap komponennya.