FERNANDES KAMBU
NIM : 2014.02.5.0006
i|Proposal Penelitian
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Dan dinyatakan telah diterima oleh Program Studi Perikanan Fakutas Teknik dan
Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya.
Mengetahui: Menyetujui :
Ketua Program Studi Perikanan Pembimbing
ii | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini. Proposal ini
disusun untuk dapat melaksanakan penelitian dengan judul Pendugaan Umur
Simpan Menggunakan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (Aslt) Dengan
Pendekatan Arrhenius Pada Produk Selai Pedada (Sonneratia Caseolaris).
Penulisan Proposal Penelitian ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak yang telah menyumbangkan
tenaga, waktu, serta pikirannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun
secara materil sehingga penyusunan Proposal Penelitian ini berjalan dengan
lancar.
Titiek Indhira A. SPi.MP selaku dosen pembimbing
Ir. Hari Subagio, M.Si. selaku Ketua Jurusan Perikanan
Sahabat dan keluarga besar Perikanan Universitas Hang Tuah Surabaya.
Fernandes Kambu
iii | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............... i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR................ iii
DAFTAR ISI.. iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR.............. vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang. 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan...... 2
1.4. Manfaat.... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3
2.1. Pedada (Sonneratia Caseolaris) ... 3
2.1.1. Manfaat Buah Pedada.. 4
2.2. Selai 5
2.3. Pengemasan........................ 7
2.2.1. Kemasan Gelas Jar... 7
2.2.2. Kemasan Plastik Polypropilen. 8
2.4. Pendugaan Umur Simpan... 9
BAB III METODE PENELITIAN...... 13
3.1. Bahan dan Alat.... 13
3.2. Tahapan Pelaksanaan .. 13
3.2.1. Pembuatan Selai Pedada 13
3.2.2. Pengemasan Selai Pedada.............. 14
3.2.3. Penentuan Karakteristik Mutu Awal Selai Pedada 15
3.2.4. Penentuan Laju Penurunan Mutu Dan Perhitungan Umur
Simpan Selai Pedada.. 15
iv | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
BAB IV JADWAL DAN ANGGARAN BIAYA 18
4.1. Pelaksanaan.............. 18
4.1.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 18
4.3. Angaran Biaya.. 18
DAFTAR PUSTAKA................ 19
v|Proposal Penelitian
DAFTAR TABEL
Halaman
vi | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
BAB I
PENDAHULUAN
Umur simpan merupakan rentang waktu antara saat produk mulai dikemas
dengan mutu produk yang masih memenuhi syarat dikonsumsi. Dimana mutu
sangat berpengaruh pada suatu produk, semakin baik mutu suatu produk maka
semakin memuaskan konsumen.
Pencantuman informasi umur simpan menjadi sangat penting karena terkait
dengan keamanan produk pangan dan untuk memberikan jaminan mutu pada saat
produk sampai ke tangan konsumen. Informasi umur simpan produk sangat
penting bagi banyak pihak, baik produsen, konsumen, penjual, dan distributor.
Konsumen tidak hanya dapat mengetahui tingkat keamanan dan kelayakan produk
untuk dikonsumsi, tetapi juga dapat memberikan petunjuk terjadinya perubahan
citarasa, penampakan dan kandungan gizi produk tersebut. Perubahan-perubahan
tersebut secara langsung akan mempengaruhi mutu dari suatu produk. Untuk itu,
perlunya diketahui umur simpan dari setiap produk yang akan di produksi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan umur simpan
suatu produk ialah metode ASLT. Metode ASLT adalah metode pendugaan umur
simpan dengan mempercepat reaksi penurunan mutu melalui cara
mengkondisikan produk makanan diatas kondisi penyimpanan normal. Dalam
metode ASLT suhu berperan sebagai parameter kunci penentu kerusakan
makanan, karena semakin tinggi suhu, kerusakan makanan akan semakin cepat.
Hubungan antara suhu dengan kecepatan penurunan mutu dapat dilihat
menggunakan persamaan Arrhenius.
Selai pedada merupakan salah satu produk olahan mangrove dari jenis
(Sonneratia Caseolaris) yang belum memiliki umur simpan ilmiah pada
kemasannya, padahal dengan adanya umur simpan maka dapat memberikan
jaminan produk terhadap konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena
itu perlunya dilakukan penelitian ini sehingga diketahui produk simpan dari
1|Proposal Penelitian
produk selai pedada dengan menggunakan metode akselerasi dengan pendekatan
arrhenius.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
1. Memberikan informasi kepada konsumen mengenai umur simpan selai
pedada.
2. Menambah wawasan mahasiswa mengenai umur simpan produk selai pedada.
2|Proposal Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pedada
3|Proposal Penelitian
2.1.1. Manfaat Buah Pedada
4|Proposal Penelitian
tersebut dapat digunakan sebagai lalapan dan ekstrak buah juga bermanfaat dalam
menghambat pendarahan.
2.2. Selai
5|Proposal Penelitian
Pektin pada bahan pangan berguna untuk pembentukan gel yang tidak
merata dan tidak larut dalam media. Pektin terkandung dalam semua jenis buah
dalam jumlah bervariasi, dalam bentuk protopektin, pektin, dan asam pektat. Buah
yang belum matang banyak mengandung pektin dalam bentuk protopektin,
sedangkan buah matang banyak mengandung soluble pektin yang banyak
dimanfaatkan dalam pembuatan selai. Buah yang terlalu matang ataupun akibat
pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan perubahan pektin menjadi asam
pektat (Winarno 2008).
Selai dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat menentukan mutu akhir
produk seperti jenis buah, proses, warna, aroma, cita rasa, dan kadar gula.
Pembuatan selai dilakukan dengan pemasakan yang menggunakan suhu tinggi.
Javanmard dan Endan (2010) menyatakan bahwa suhu berpengaruh terhadap
mutu dari selai.
Menururt Suryani et al. (2004), selai yang bermutu baik mempunyai tanda
spesifik yaitu:
1. konsistensi kokoh,
2. warna cemerlang,
3. distribusi buah merata,
4. tekstur lembut,
5. flavor buah alami,
6. tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan
6|Proposal Penelitian
2.3. Pengemasan
Estetika
7|Proposal Penelitian
dikontrol dengan pengemasan yang digunakan, misalnya kerusakan mekanis,
perubahan kadar air bahan, absorbsi dan interaksi dengan oksigen, serta
kehilangan dan penambahan citarasa yang tidak diinginkan.
8|Proposal Penelitian
digunakan tergantung dari bahan yang dikemas. Pada umumnya berkisar antara 3% -
5%. Namun, untuk produk-produk yang menghasilkan gas seperti peroksida dan
hipoklorit digunakan head space sebesar 10% (Muchtadi, 1995).
Umur simpan adalah kurun waktu ketika suatu produk makanan akan tetap
aman, mempertahankan sifat sensori, kimia, fisik, dan mikrobiologi tertentu, serta
sesuai dengan keterangan pelabelan data nutrisi, ketika disimpan pada kondisi
tertentu. Keterangan mengenai umur simpan diinformasikan kepada konsumen
9|Proposal Penelitian
produk makanan dalam bentuk label supaya mereka dapat mengetahui waktu dan
kondisi antara waktu pembelian hingga konsumsi. Secara umum, ada tiga macam
komponen penting yang berhubungan dengan umur simpan, yaitu perubahan
mikrobiologis (terutama untuk produk dengan umur simpan yang pendek), serta
perubahan kimia dan sensori (terutama untuk produk dengan waktu simpan
menengah hingga lama (Anonim.,2017)
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah sifat
akhir dari produk jadi, yang meliputi aktivitas air (water activity, aw), pH dan
total asam, potensial redoks (Eh), ketersediaan oksigen, nutrisi, mikroflora alami,
komponen biokimia alami dalam produk (enzim, pereaksi kimia), dan penggunaan
pengawet. Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produk
akhir ketika terjadi rantai makanan atau distribusi makanan. Faktor-faktor
ekstrinsik selama proses produksi, penyimpanan, dan distribusi makanan terdiri
dari pengendalian suhu, kelembaban relatif, paparan cahaya (UV dan infra
merah), mikroba di lingkungan, komposisi udara dalam kemasan, perlakuan suhu
(contohnya pemanasan kembali atau pemasakan), dan penanganan konsumen
(Anonim., 2017).
Menurut Syarief et al. (1989), secara garis besar umur simpan dapat
ditentukan dengan menggunakan metode konvensional (extended storage studies,
ESS) dan metode akselerasi kondisi penyimpanan (ASS atau ASLT). Umur
simpan produk pangan dapat diduga kemudian ditetapkan waktu kedaluwarsanya
dengan menggunakan dua konsep studi penyimpanan produk pangan, yaitu ESS
dan ASS atau ASLT (Floros dan Gnanasekharan 1993).
10 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
penemuan dan penggunaan metode ini dianggap memerlukan waktu yang panjang
dan analisis parameter mutu yang relative banyak serta mahal. Dewasa ini metode
ESS sering digunakan untuk produk yang mempunyai masa kedaluwarsa kurang
dari 3 bulan.
Metode konvensional biasanya digunakan untuk mengukur umur simpan
produk pangan yang telah siap edar atau produk yang masih dalam tahap
penelitian. Pengukuran umur simpan dengan metode konvensional dilakukan
dengan cara menyimpan beberapa bungkusan produk yang memiliki berat serta
tanggal produksi yang sama pada beberapa desikator atau ruangan yang telah
dikondisikan dengan kelembapan yang seragam. Pengamatan dilakukan terhadap
parameter titik kritis dan atau kadar air.
Penentuan umur simpan produk dengan metode konvensional dapat
dilakukan dengan menganalisis kadar air suatu bahan, memplot kadar air tersebut
pada grafik kemudian menarik titik tersebut sesuai dengan kadar air kritis produk.
Perpotongan antara garis hasil pengukuran kadar air dan kadar air kritis ditarik
garis ke bawah sehingga dapat diketahui nilai umur simpan produk (Gambar 2).
Selain berdasarkan hasil analisis kadar air, kadar air kritis dapat ditentukan
berdasarkan mutu fisik produk.
Penentuan umur simpan produk dengan metode ASS atau sering disebut
dengan ASLT dilakukan dengan menggunakan parameter kondisi lingkungan
yang dapat mempercepat proses penurunan mutu (usable quality) produk pangan.
Salah satu keuntungan metode ASS yaitu waktu pengujian relatif singkat (3/4
bulan), namun ketepatan dan akurasinya tinggi. Kesempurnaan model secara
teoritis ditentukan oleh kedekatan hasil yang diperoleh (dari metode ASS) dengan
nilai ESS. Hal ini diterjemahkan dengan menetapkan asumsi-asumsi yang
mendukung model. Variasi hasil prediksi antara model yang satu dengan yang lain
pada produk yang sama dapat terjadi akibat ketidak ketidak-sempurnaan model
dalam mendiskripsikan sistem, yang terdiri atas produk, bahan pengemas, dan
lingkungan (Arpah 2001).
11 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
Penentuan umur simpan produk dengan metode akselerasi dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu: 1) pendekatan kadar air kritis dengan teori difusi
dengan menggunakan perubahan kadar air dan aktivitas air sebagai kriteria
kedaluwarsa, dan 2) pendekatan semiempiris dengan bantuan persamaan
Arrhenius, yaitu dengan teori kinetika yang pada umumnya menggunakan ordo
nol atau satu untuk produk pangan.
Tahapan penentuan umur simpan dengan ASS meliputi penetapan
parameter kriteria kedaluwarsa, pemilihan jenis dan tipe pengemas, penentuan
suhu untuk pengujian, prakiraan waktu dan frekuensi pengambilan contoh,
plotting data sesuai ordo reaksi, analisis sesuai suhu penyimpanan, dan analisis
pendugaan umur simpan sesuai batas akhir penurunan mutu yang dapat ditolerir.
Penentuan umur simpan dengan AAS perlu mempertimbangkan faktor teknis dan
ekonomis dalam distribusi produk yang di dalamnya mencakup keputusan
manajemen yang bertanggung jawab. Penggunaan suhu inkubasi untuk
mengetahui umur simpan produk.
12 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pedada, gula
dan pewarna alami daun pandan. Bahan kimia yang digunakan yaitu aquades,
indikator PP, NaOH 0.1 N, pepton, dan PCA (Plate Count Agar).
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan selai pedada adalah pisau,
parutan, kuali, kompor, sendok kayu, kukusan, oven, blender sedangkan alat yang
digunakan untuk penentuan masa simpan dan untuk analisis adalah incubator
dengan suhu 25C, 35C dan 45C, oven 105C, cawan aluminium, labu
Erlenmeyer, pH meter, neraca analitik, colorimeter, buret, pipet Mohr,
termometer, gelas piala, kapas, kertas saring dan labu ukur.
13 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
Buah Pedada
Dihaluskan
Disaring
Bubur Buah
Selai pedada
14 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
4. Setelah itu selai pedada dimasukan kedalam incubator dan dikondisikan
dalam tiga macam suhu yaitu, 25C, 35C dan 45C.
Selai pedada yang telah dikemas dalam kemasan gelas jar dan disimpan
pada suhu 25C, 35C dan 45 C. sebelum penyimpanan dilakukan analisa kadar
air, warna, ( L*, a*, b*), nilai pH, total asam dan uji skor (aroma selai pedada,
rasa asam, rasa manis, tekstur dan penampakan).
Selai pedada yang telah dikemas dalam gelas jar kemudian di simpan pada
suhu kritis yaitu 25C, 35C dan 45C. pengamatan dilakukan dengan tiga kali
ulangan dan diamati secara berkala setiap 10 hari sekali mulai hari ke-0 sampai
hari ke-90 sehingga didapatkan 10 titik pengamatan. Selama penyimpanan
Parameter yang dimati yaitu kadar air, perubahan warna (E), total mikroba, nilai
pH, dan total asam.
Data dari analisis setiap parameter diplotkan terhadap waktu (hari) dan
didapatkan persamaan regresi linearnya sehingga diperoleh tiga persamaaan untuk
tiga kondisi suhu penyimpanan produk y=bx+a. Dimana y=nilai karakteristik
produk, x=waktu penyimpanan (hari), b=laju perubahan karakteristik (slope=laju
penurunan mutu=k), dan a=nilai karakteristik awal produk. Pemilihan orde reaksi
untuk suatu parameter dilakukan dengan cara membandingkan koefisien
determinasi (R2) tiap persamaan regresi linear pada suhu yang sama). Orde reaksi
dengan nilai R2 yang lebih besar merupakan orde reaksi yang digunakan oleh
parameter tersebut.
Nilai ln k dan 1/T(K-1) yang merupakan parameter Arrhenius
ditabulasikan, selanjutnya nilai ln k diplotkan terhadap 1/T(K-1) dan didapatkan
nilai intersep dan slope dari persamaan regresi linier ln k=ln k0(Ea/R)(1/T)
dimana ln k0=intersep, Ea/R=slope, Ea=energi aktivasi, dan R=konstanta gas
15 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
ideal (1,986 kal/mol). Dari persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta k0 yang
merupakan faktor eksponensial dan nilai energi aktivasi (Ea) reaksi perubahan
karakteristik produk kemudian ditentukan model persamaan laju reaksi (k)
perubahan karakteristik produk siap pakai dengan k=k0.e-E/RT.
Penentuan parameter kunci dengan melihat parameter yang mempunyai energi
aktivasi terendah. Umur selai pedada dihitung dengan persamaan kinetika reaksi
berdasarkan orde reaksinya.
t=(A0-At)/k.....................................................................................(Pers. Orde Nol)
t=ln(A0-At)/k..................................................................................(Pers. Orde Satu)
dengan :
t=umur simpan produk (hari), A0=nilai atribut mutu di awal (hari ke-0), At=nilai
atribut mutu di akhir (hari ke-t), dan k=konstanta penurunan mutu.
Selai pedada
Pasteurisasi (63-82C), 15
Menit
16 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
Analisis Data
Pendugaan Umur
Simpan
Gambar 2. Diagram Alir Pengemasan Dan Pendugaan Umur Simpan Selai Pedada
17 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
BAB IV
4.1. Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2017 .
4.1.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Oktober sampai dengan bulan
Desember 2017 yang terhitung dari penyusunan proposal hingga laporan akhir.
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat di lihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Penyusunan
proposal penelitian
Pelakasanaan
penelitian
Penyusunan draft
laporan penelitian
18 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
DAFTAR PUSTAKA
Chen L, Zan Q, Li Mingguang, Shen J, Liao W. 2009. Litter dynamics and forest
structure of the introduced Sonneratia caseolaris mangrove forest
in Shenzhen, China. Estuarine, Coastal and Shelf Science
85(2):241-246.
Floros, J.D. and V. Gnanasekharan. 1993. Shelf life prediction of packaged foods:
chemichal, biological, physical, and nutritional aspects. G.
Chlaralambous (Ed.). Elsevier Publ., London
19 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
Karminarsih E. 2007. Pemanfaatan ekosistem mangrove bagi minimasi dampak
bencana di wilayah pesisir. Jurnal Manajemen Hutan 13(3):182-
187.
Manalu, Ruth Dwi Elsa. 2011. Kadar Beberapa Vitamin Pada Buah Pedada
(Sonneratia caseolaris) Dan Hasil Olahannya.(Skripsi).
Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: P.T
RinekaCipta, 1991.
Syarief, R., S. Santausa dan B. Isyana. 1989. Buku dan Monograf Teknologi
Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
20 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n
Wijaya A R. 2010. Proses Pengolahan Selai Nanas Organik Dan Pendugaan Umur
Simpannya (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brioo Press.
Yuliani HR. 2011. Karakterisasi selai tempurung kelapa muda. Prodiding Seminar
Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Yogyakarta, 22 Februari
2011.
21 | P r o p o s a l P e n e l i t i a n