Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kista dermoid dan epidermoid adalah malformasi perkembangan kistik yang jarang
terjadi yang disebut kista dysontogenetic. Sebagian besar dokter dan peneliti percaya bahwa kista
dermoid dan epidermoid yang muncul di dalam mulut adalah hasil jaringan ektodermal yang
terperangkap pada branchial arches pertama dan kedua yang menyatu selama minggu ketiga dan
keempat in utero. Teori kedua menunjukkan bahwa kista dermoid dan epidermoid mungkin
merupakan varian dari kista duktus tirroglosal dengan elemen ektodermal yang mendominasi.1

Kista epidermoid dilapisi hanya oleh epitel skuamosa bertingkat dan tersusun oleh lapisan
ektodermik sedangkan kista dermoid dilapisi oleh epitel berlapis dengan adneksa kulit. Kista
epidermoid dan dermoid terjadi sekitar 1,6-6,9% dari semua kista terjadi di daerah kepala dan
leher. Lokasi umum munculnya kista adalah orbita, ruang diploik calvarial dan intrakranial.
Kejadian di dasar rongga mulut jarang terjadi dan mewakili kurang dari 0,01% dari semua kista
rongga mulut. Ruang sublingual, submaxillary dan submandibular adalah tempat umum di dasar
rongga mulut tempat munculnya kista. Tidak ada predileksi seks pada kista dermoid dan
epidermoid, umumnya menyerang orang berusia antara 15 dan 35 tahun. Selain itu, sering
ditemukan di tempat-tempat di mana bagian-bagian embrio bergabung bersama-sama. Mayoritas
kasus yang dilaporkan berada di midline tubuh, juga di ovarium, dan di testis.1,2,3

Kista epidermoid umumnya menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan progresif, dan
bahkan jika kista epidermoid ini kongenital, diagnosisnya biasanya mungkin terjadi pada dekade
kedua atau ketiga kehidupan. Kista epidermoid tidak menimbulkan rasa sakit, massa
asomptomatik yang biasanya membesar seiring waktu, terletak di midline, di atas atau di bawah
otot mylohyoid. Pengobatan kista epidermoid di dasar rongga mulut adalah operasi dan dapat
bersifat intraoral atau ekstraoral sesuai dengan letak dan ukuran lesi.1

Kista dermoid adalah lesi yang berkembang dari sel pluripoten yang terperangkap atau
melalui implantasi epitel yang awalnya terbentuk karena kongenital dan akhirnya menjadi
didapat. Saat ini, etiologi kista dermoid belum jelas dan dapat dikaitkan dengan sel yang terjebak
sebagai akibat kesalahan inklusi yang berpengaruh pada perkembangan jaringan ektoderm,

1
mesoderm, dan endoderm. Kondisi ini bisa menghasilkan rambut, otot, tulang, tulang rawan,
gigi, dan selaput lendir. Riwayat trauma, infeksi, dan pertumbuhan baru otonom spontan terkait
erat dengan lesi ini.2

Biasanya lesi ini asimtomatik namun pembesaran lambat kista tersebut dapat
menyebabkan obstruksi akibat disfagia, disfonia hingga dyspnea . Ukuran kista dermoid sangat
bervariasi (berdiameter hingga 10 cm) dan itu tergantung pada manifestasi klinik pertamanya.
Pengobatan pilihan adalah eksisi bedah. 2,3

Pada referat kali ini akan dibahas mengenai kista dermoid dan epidermoid di rongga
mulut, penyebab, diagnosis, penanganan hingga pendekatan bedahnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Rongga Mulut

Fungsi dari mulut dan struktur yang berasosiasi dengan mulut adalah sebagaii penerima
pertama makanan, yang memulai pencernaan melalui proses mastikasi, kemudian menelan.
Mulut, yang disebut juga oral cavity/rongga mulut dibentuk oleh pipi, bibir, palatum durum,
palatum molle, dan lidah.4
Mulut dibagi menjadi vestibulum oral dan cavitas oral propria. Bukaan dari rongga mulut
disebut juga orifisia oris (oral orifice).Cavitas oral propria merupakan ruang yang memanjang
dari gusi dan gigi ke fauces (lubang atau pintu masuk antara rongga mulut dengan orofaring).
Batas dari struktur ini yaitu bagian atap mulut, bagian anterior dibatasi palatum durum, posterior
dibatasi palatum molle; daerah lantai/dasar dibatasi 2 /3 lidah dan gusi; dasar mulut, frenulum
lidah.4
Bibir atau labia merupakan lipatan daging yang mengelilingi mulut. Bibir terdiri dari otot
orbicularis oris dan dilindungi dari luar oleh kulit dan dari dalam oleh membran mukosa.
Permukaan dalam setiap bibir berhubungan dengan gigi melalui suatu lipatan pada garis tengah
bibir yang disebut labial frenulum. Ketika mengunyah, kontraksi dari otot buccinator yang
terdapat di pipi bekerja sama dengan otot orbicularis yang terdapat pada bibir untuk
mempertahankan makanan agar tetap berada di antara gigi atas dan gigi bawah, yang juga
berperan ketika berbicara. Bukaan dari rongga mulut disebut juga orifisia oris (oral orifice).4
Pipi membentuk dinding lateral rongga mulut dari luar oleh kulit dan dilapisi dari dalam
oleh membran mukosa. Membran mukosa merupakan lapisan kulit tak berkeratin dan terdiri dari
epitel skuamosa. Otot-otot buccinator dan jaringan ikat berada di antara kulit dan membran
mukosa pipi. Bagian anterior pipi ini kemudian menjadi bibir.
Palatum merupakan dinding atau septum yang memisahkan rongga mulut dari rongga
memungkinkan
nasal yang kemudian membentuk atap mulut. Struktur ini sangat penting karena
pernapasan dan pengunyahan terjadi secara bersamaan. Palatum durum , yang merupakan bagian
anterior dari atap mulut terbentuk oleh tulang maksila dan palatin yang dilindungi oleh membran
mukosa. Struktur ini membentuk sekat dari tulang di antara rongga mulut dan nasal. Sedangkan

3
palatum halus, membentuk bagian posterior dari atap mulut, yang merupakan otot melengkung
yang membentuk sekat di antara orofaring dan nasofaring yang dilapisi membran mukosa.4
Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat mastikasi dan membantu dalam
proses menelan. Lidah berupa otot rangka yang diselubungi oleh membran mukosa. Otot
ekstrinsik lidah menggerakkan lidah dari sisi-ke-sisi dan keluar-masuk. Dua per tiga bagian lidah
berada di rongga mulut, sementara sepertiganya berada di faring, melekat dengan tulang hioid.
Tonsila lingualis berada pada permukaan superior dari pangkal lidah, dan bagian inferior lidah
berhubungan dengan garis tengah dari dasar mulut dengan frenulum lingualis. Pada permukaan
lidah terdapat papilla yang memberikan permukaan kasar pada lidah yang membantu pergerakan
makanan dan sebagian memiliki kuncup pengecap. 4
Lidah dipersarafi oleh n. trigeminus (n. maksila dan mandibula) yang berfungsi untuk
gerakan mengunyah , n. Fasilalis untuk mempersarafi 2/3 anterior lidah dengan fungsi sensoris
mengecap dan autonom berupa sekresi saliva, n. Glosofaringeus untuk 1/3 posterior lidah yang
berfungsii untuk sensoris mengecap dan mengangkat faring ketika menelan serta autonom
berupa sekresi saliva, n. Hipoglosus untuk pergerakan lidah. 4
Gigi, terdapat 4 jenis gigi, yaitu gigi seri/incisors, gigi taring/canines, dan gigi geraham
premolar dan molar. Gigi geraham memiliki permukaan buccal yang bersinggungan dengan pipi,
sementara gigi seri dan gigi taring memiliki permukaan labial yang bersinggungan dengan bibir.
Semua gigi memiliki permukaan lingual yang bersinggungan dengan lidah. 4
Kelenjar Saliva merupakan kelenjar pencernaan aksesoris yang menghasilkan saliva.
Banyak kelenjar-kelenjar saliva minor yang berlokasi di membran mukosa daerah palatum di
dalam rongga mulut, akan tetapi terdapat 3 pasang kelenjar saliva di luar rongga mulut yang
memproduksi sebagian besar dari saliva yang dialirkan ke rongga mulut melalui saluran tertentu.
Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar, yang berada di bagian depan-bawah dari
daun telinga, di antara kulit dan otot masseter. Saliva yang diproduksi kelenjar inii dialirkan
melalui duktus parotid(Stensens) yang keluar di rongga mulut berhadapan dengan gigi molar
atas kedua. Kelenjar submandibular berada di bawah mandibula, di sisi dalam dari rahang,
ditutupi otot mylohioid. Saliva dari kelenjar ini dialirkan melalui duktus submandibularis
(Whartons), yang keluar di dasar mulut di bagian lateral dari frenulum lingualis. Kelenjar
sublingualis berada di bawah membran mukosa dari bagian dasar mulut, dangan saliva yang

4
dikeluarkan melalui duktus sublingual (Rivinus duct) yang keluar di dasar mulut pada area
posterior dari papilla ductus submandibularis.4

Gambar 2.1 Anatomi rongga mulut dari sisi kanan5

Lubang mulut (rima oris) merupakan pintu masuk ke saluran cerna dan cavitas oris.
Cavitas oris dibagi menjadi vestibulum oris dan rongga mulut sebenarnya (cavitas oris propia).
Batas-batas vestibulum oris adalah apabila bibir dan pipi di bagian luar serta processus alveolaris
dan gigi bagian dalam. Jika gigi menutup, maka terdapat ruang di belakang gigi geraham/molar
terakhir di kedua sisi (spatium retromolare0 yang memungkinkan akses ke rongga mulut/cavitas
oris.di daerah isthmus faucium, cavitas oris menjadi pars oralis dari pharynx. Saluran-saluran
ekskretorik dari banyak kelenjar liur kecil dan saluran dari tiga pasang kelenjar liur besar
bermuara ke vestibulum oris dan cavitas oris propia. Corpus linguae mengisi sebagian besar
bagian dalam cavitas oris.5

5
2.2 Kista Dermoid dan epidermoid

Kista dermoids dan epidermoid adalah lesi yang berbeda yang memiliki beberapa temuan
yang tumpang tindih . Terjadi kontroversi terutama mengenai ciri-ciri umum, asal-usulnya dan
tentang ciri khas kista-kista tersebut dan menimbulkan miskonsepsi.6

Salah satu miskonsepsi tersebut adalah lesi kista epidermoid berisi jaringan yang berasal
dari salah satu tiga lapisan germinal embrionik (ektoderm), dermoid memiliki jaringan dari dua
germinal embrionik (ektoderm dan mesoderm). Namun, penggambaran ini tidak sepenuhnya
berlaku. Epidermoid berasal dari ektoderm, tapi inklusi kista hanya dilapisi oleh epitel skuamosa.
Sedangkan kista dermoid juga merupakan hasil dari inklusi ektoderm namun juga memiliki
semua jaringan yang berasal dari ektoderm.6,7

Berikut adalah tabel lapisan germinal embrionik beserta derivatnya:

Tabel 2.1 lapisan germinal beserta dervatnya6

6
Penyebab dari terjadinya kista dermoid dan epidermoid yaitu kegagalan permukaan
ektoderm untuk berpisah dari struktur yang mendasari, sekuestrasi permukaan ektoderm dan
implantasi permukaan ektoderm. Kebanyakan kista dermoid dan kista epidermoid yang bawaan
mungkin timbul karena adanya kelainan perkembangan pada tahap awal pembetukan embrio
yaitu saat usia 3 dan 5 minggu masa kehamilan. Penutupan kista ektodermal dapat terjadi bila
ektoderm permukaan gagal berpisah sepenuhnya dari neural tube yang mendasarinya. Kemudian,
kista tersebut mungkin berasal dari sekuestrasi abnormal atau invaginasi pada permukaan
ektoderm di sepanjang tempat fusi dermal embriologis yang membentuk mata, telinga, dan
wajah. Kista ini juga bisa muncul, pada usia berapapun, di jaringan subkutan dan kanal tulang
belakang akibat implantasi traumatis yang mendorong kulit dari permukaan menjadi jaringan
yang mendasari. Implantasi bisa berupa iatrogenik, disebabkan oleh punksi lumbal diagnostik
atau terapeutik yang dilakukan dengan jarum terbuka (tanpa stylet), atau diakibatkan oleh luka
punksi dan tusukan.6

Kista inklusi epidermoid diduga nantinya mucul saat perkembangan embriologis kista
dermoid dan biasanya letaknya di lateral. Kista ini dapat ekstradural, massa intradiploic dan
biasanya terjadi pada temporal atau parietal tulang. Kista epidermoid intrardural biasanya lesinya
ekstraaksial, paling sering ditemukan di cenebellopontine angle dan lebih jarang di fosa kranial
tengah. cenebellopontine angle epidermoid sering disebut Kolesteatoma kongenital karena
kandungan kolesterolnya. Namun, kolesteatoma ini sangat berbeda dari "kolesteatoma yang
didapat" akibat dari infeksi telinga tengah kronis yang menyebabkan retraksi kantong dari pars
flaccida dari membran timpani.6

Kista inklusi dermoid intrakranial diperkirakan timbul dari kejadian embriologis yang
terjadi lebih awal dari kejadian serupa yang mengakibatkan terjadinya kista epidermoid. Teori ini
menjelaskan kista dermoid yang konstan terjadi di daerah midline. Lesi ini lebih banyak terjadi
di fosa kranial posterior (sisterna magna, ventrikel keempat, sisterna pre-pontine)dan di dalam
sisterna suprasellar.6

7
Gambar 2.2 Skematik dua teori terbentuknya kista epidermoid dan dermoid6

Pada gambar 2.2 poin A tersebut terlihat kegagalan ektoderm permukaan untuk
memisahkan dari tabung saraf yang sedang berkembang. Permukaan ektoderm mungkin
"menempel" ke permukan neural tube tabung saraf yang mendasarinya pada masa perkembangan
awal. Permukaan ektoderm mungkin Kemudian ditarik ke dalam embrio, menciptakan sebuah
saluran fistula atau menjadi benar-benar tertutup sebagai kista yang tertutup. Kombinasi kista
dan fistula mungkin terjadi, dan kista mungkin berada di calvaria yang bersifat ekstraoral,
intradural namun ekstraaxial, intraaxial, atau occraventricular. Pada poin B, sekuestrasi
permukaan ektoderm pada garis fusi epithehial selama masa perkembangan embrio. Selama

8
proses pembentukan mata, orbit, telinga, dan hidung, ada invaginasi sekunder dari permukaan
ektoderm. Beberapa invaginasi ini berfusi denganpermukaan ektoderm dan ada yang menetap
(misalnya, kanal pendengaran eksternal, fisura palpebral). Kista inklusi dapat terbentuk di
sepanjang lokasi fusi tersebut, dan juga sepanjang jalannya invaginasi normal.6

2.2.1 Kista epidermoid

Kista epidermoid adalah kista yang sering muncul dari jaringan kutaneus yang dapat muncul
dimanapun pada tubuh. Kista epidermoid merupakan hasil implantasi dari komponen sel
epidermal dari sel kulit. Kebanyakan dari kista epidermoid berasal dari folikuler infundibulum.
Kista epidermoid merupakan lesi benigna atau lesi non kanker berupa tonjolan dibalik lapisan
mukosa.7,8,9

Kista Epidermoid biasanya merupakan akibat inflamasi atau akibat implantasi fragmen
epidermis karena trauma tusuk. Kista epidermoid paling sering muncul pada wajah, kulit kepala,
leher, dan dapat pula muncul di dalam rongga mulut. Insidensi kista epidermoid pada dasar
mulut jarang terjadi, dan biasanya hanya terjadi pada ruang sublingua, submaksilaris dan ruang
submandibular. Meskipun jarang, kemungkinan ditemukannya pasien dengan kista epidermoid
tetaplah ada.8,9

1. Gambaran Klinis

Kista epidermoid umumnya didiagnosa pada usia 15-50 tahun dengan usia rata-rata pada
usia 35 tahun dengan frekuenis kejadian yang sama antara laki-laki dan perempuan. Gambaran
klinis kista epidermoid pada dasar mulut adalah pasien mengeluhkan adanya benjolan dan
gangguan berbicara. Pada pemeriksaan ekstraoral, leher nampak pendek dan tebal, memberikan
penampilan dagu ganda. Biasanya tidak ditemukan limfadenopati servikal. Pemeriksaan intraoral
biasanya menunjukkan pembengkakan besar yang melibatkan submental, submandibula, dan
daerah sublingual, tanpa rasa sakit, dan lidah terdorong ke atas. Gejala klinis lainnya dapat
berupa gangguan menelan, bicara maupun mengunyah tergantung dari ukuran dan lokasi kista
tersebut. Jika lesi kista berkembang diatas otot mylohyoid seringkali mengakibatkan
pembengkakan submental atau submandibular dan dapat menyebabkan disfagia, disartria dan

9
dispnea. Jika massa berada pada bagian kanan atau kiri dasar mulut maka akan membuat lidah
terdorong ke arah berlawanan.10,11,12

Kista ini sering ditemukan pada daerah yang banyak kelenjar sebaseanya, seperti pada
wajah, leher, dada, punggung, kulitkepala. Lesi berupa nodul bentuk kubah dengan diameter
bervariasi, permukaannya licin, mudah digerakkan dari dasarnya, tetapi biasanya melekat
padakulit di atasnya. Kista epidermoid dapat tunggal atau multipel, konsistensinya keras, dan
hilang pada penekanan. Kulit diatasnya tampak normal, berwarna pucat atau kekuningan,
pertumbuhannya lambat, dan asimtomatik.13,14

Gambar 2.4 Gambaran klinis kista epidermoid, tampak pembengkakan pada leher1

Gambar 2.5 Gambaran kista epidermoid pada bagian dasar/lantai mulut15

10
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi kista epidermoid menunjukkandinding kista tersusun dari
epidermis dengan struktur yang sama dengan epidermis pada permukaan kulit dengan stratum
granulosum yang jelas. Lumen kista berisi bahan keratin yang tersusun berlapis-lapis. Kista
epidermoid juga memiliki lapisan skuamosa yang jarang berisi kalsifikasi. Kista ini berisi debris
dari deskuamasi dari lapisan epitel skuamosanya. Debris tersebut kebanyakan berisi keratin,
material protein dan beberapa kolesterol yang merupakan derivat dari lipid hasil pecahan dari
membran sel.kista epidermoid biasanya dideskripsikan dengan tumor permata (pearly tumor)
karena berkilauan, lembut dan penampakan dry keratinnya seperti lilin pada pemeriksaan
makroskopik.1,15,16

Gambar 2.5 Gambaran histopatologi kista epidermoid

3. Diagnosis banding

Ketika berhubungan dengan pembengkakan pada dasar bagian mulut dan leher, 4 grup
lesi utama yang patut untuk yaitu infeksi, tumor, fenomena ekstravasasi mukus dan abnormalitas
anatomik yang berkembang selama perkembangan embrionik. Dugaan adanya infeksi dipikirkan
jika ada tanda peradangan. Tumor malignan dipikirkan jika adanya limfadenopati, meskipun saat
ini limfadenpati tidak lagi dijadikan indikator asli malignansi.16

11
4. Penatalaksaan

Penatalaksanaan kista epidermoid pada dasar mulut tergantung manifestasi klinis dan
lokasi kista. Terdapat 2 jenis pendekatan operatif kista epidermoid yaitu ekstraoral/transkutaneus
dan intraoral, atau kombinasi keduanya. Pendekatan intraoral dilakukan pada kista epidermoid
sublingual berukuran kecil, dimana terdapat beberapa teknik operasi yaitu glossotomi medial,
glossotomi medial diperluas dan insisi midline. Sedangkan pendekatan ekstraoral dilakukan pada
kista epidermoid berukuran besar yang telah meluas ke submental dan submandibula.1,15,16

Selain penatalaksanaan dengan pendekatan enukleasi seperti yang telah dijelaskan di atas,
terdapat pula metode yang dapat digunakan yaitu marsupilasi. Marsupialisasi adalah membuat
suatu jendela pada dinding kista dalam pembedahan, mengambili kistanya dan memelihara
kontinuitas antara kista dengan rongga mulut, sinus maksilaris atau rongga hidung. Bagian kista
yang diambil hanyalah isi dari kista, batas dari dinding kista dengan oral mukosa dibiarkan pada
tempatnya. Proses ini dapat mengurangi tekanan intra kista dan membantu penyusutan dari kista
serta pengisian tulang. Marsupialisasi dapat digunakan sebagai suatu perawatan tunggal atau
sebagai suatu perawatan awal dan selanjutnya dilakukan tahap enukleasi.

Teknik marsupialisasi yaitu melakukan insisi kista dilakukan untuk membuang lapisan
window disekitar tepi lesi, ditempatkan rangkaian jahitan dengan menggunakan benang yang
dapat atau tidak dapat diabsorpsi, yang menyatukan mukosa perifer yang tidak terlibat dengan
mukosa lesi, dan juga jaringan dasar lesi. Karena jahitan yang dilakukan juga menembus rongga
mukosa, maka dilakukan juga drainase dengan penekanan lesi. Setelah eksisi lapisan atau atap
mukosa, jahitan tambahan diperlukan untuk menyatukan dasar lesi dengan mukosa perifer di
dekatnya. Daerah operasi ditutup dengan pembalut yang dilapisi salep antibiotik berupa kasa
ukuran 3/8 inci. Pembalut dilepas setelah 48 jam.

12
Gambar 2.6. perawatan kista dengan metode marsupialisasi

5. Prognosis

Prognosis kista epidermoid baik. Kista epidermoid yang tidak diobati kadang-kadang
dapat mengalami transformasi granulomatosa, dan mengalami resolusi dengan meninggalkan
parut dermal fokal yang kecil. Jarang sekali terjadi transformasi maligna. Jika kista epidermoid
kambuh kembali yang dapat dilakukan yaitu pembedahan.1,15

2.2.2 Kista dermoid

Kista dermoid adalah neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ektodermal dan
mesodermal. Kista dermoid terbentuk akibat terperangkapnya sel totipoten oleh proses

13
implantasi epithelium dengan bentuk terminasi kongenital atau acquired. Kista dermoid
merupakan bentuk sederhana dari teratoma. Biasanya ditemukan dalam bentuk unilobular atau
kadang multilobular.17

Secara histologi, kista ini dibatasi oleh epitel skuamosa isinya terdiri dari debris keratin
dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang terdiri dari folikel rambu, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea. Lesi kista sebaiknya dieksisi seawal mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi.
komplikasi tergantung daerah predileksi kista dermoid. Operasi enukleasi maupun eksisi komplit
dari massa kista dilakukan untuk mencegah terjadinya rekurensi.17

1. Gambaran klinik

diagnosis kista dermoid ditegakkan berdasakan gambaran klinis sesuai dengan tempat
munculnya lesi kista. Bila muncul dirongga mulut, lesi kista yang sering munculyaitu pada dasar
mulut. Elevasi unilateral dasar mulut diduga suatu kista yang berlokasi pada bagian lateral di atas
otot geniohioid atau mungkin di atas otot genioglossus dibawa mukosa. Kista dermoid dapat
berupa gambaran massa kista atau bentuk tumor solid. Ukuran kista biasanya bervariasi dari
beberapa milimeter sampai >12 cm.18

Gambar 2.7 Pembengkakan ekstra oral yang tampak seperti double chin pada pasien kista
dermoid18

14
Gambar 2.8 Penampakan intraoral kista dermoid18

2. Etiopatogenesis

Penyebab terjadinya kista dermoid masih kontroversi. Kista dermoid muncul selama
masa embrionik yang terhenti. Ada 3 teori mengenai patogenesisnya yaitu: teori sisa
totipotensial, disebut juga teratoma kongenital. Kista dermoid muncul dari sel totipotent yang
berasal dari sel germinal ektodermal dan mesodermal atau dari jaringan pluripotent yang
terperangkap selama proses penggabungan arkus brankhial pertama dan kedua. Teori kongenital
inklusi menyatakan masuknya lapisan germinal ke dalam jaringan yang lebih dalam da
bergabung dalam satu garis kemudian terjadi kegagalan penutupan yang lengkap selama massa
embrionik dan debris-debris epitel hidup yang terperangkap di dalamnya. Teori implantasi
dapatan yaitu adanya indikasi terjadinya kejadian traumatik sehingga terjadi mplantasi
komponen germinal ke dalam jaringan yang lebih dalam. Bisa juga kejadiannya iatrogenik
termasuk sel epitel atau berasal dari oklusi duktud glandula sebasea.2,3,17

Proses alamiah dari perkembangan kista dermoid biasanya lambat dan berlangsung
progresif. Kista dermoid dapat berkembang cepat jika ada proses infeksi. Peningkatan yang tiba-
tiba dalam ukuran terjadi pada masa pubertas oleh karena peningkatan jumlah produksi sebum
dari kelenjar sebasea secara berlebihan. Kista dermoid yang berasal dari perkembangan
embrionik dari ektodermal atau melalui kegagalan ektodermal berpisah dari mesodermal yang
biasanya terjadi pada minggu ketiga sampai kelima kehamilan.17

15
3. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan ultrasonografi biasanya ditemukan daerah kistik dengan bahan
echogenic dan gema internal. Pemeriksaaan USG dengan kontras menunjukan fokus echogenic
yang menggambarkan titik-titik perlemakandan keratin yang sangat kecil yang sering dideteksi
pada kista.17
CT menunjukan gambaran bervariasi dan homogen low density sampai pola heterogen.
Meskipun beberapa peneliti melaporkan bahwa CT dapat mengidentifikasi suau komponen
lemak yang karakteristik untuk suatu kista dermoid, modalitas itu tidak selalu digunakan pada
semua kasus. CT dapat menunjukan lokasi dan ukuran massa yang tepat dan menggambarkan
hubungan terhadap struktur yang berdekatan tetapi tidak memberikan suatu diagnosisdefenitif
preoperatif. CT untuk kista dermoid menyatakan suatu massa hipodense.17
MRI juga dapat digunakan untuk pemeriksaaan penunjang dalam mendukung diagnosa
preoperatif erhadap suatu massa kista. Kista selalu muncul dengan intensitas high signal pada
T2WI.intensitas signal pada T1WI dapat bervariasi tergantung pada lesi kista, dapat
intermediate, high, heteogen. Intensitas signal intermediate pada T1WI yang berisi cairan rendah
protein, suatu informasi yang sedikit digunakan untuk kista dermoid. MRI dari suatu kista
dermoid menunjukan suatu heterogenitas, lesi molekuler, kista dengan komponen bersama pada
intensitas lemak sebagai suatu hasil; sebum atau lemak pada kista.17,18

Gambar 2.9 Gambar kiri USG pada kista dermoid, gambar kanan MRI pada kista
dermoid18

16
Gambaran histologi kista dermoid secara umum dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis,
dapat muncul dalam bentuk kista atau solid. Disebut kista apabila berisi material keratin seperti
keju, sedangkan tumor soliddermoid secara umum bertangkai dan terdiri dari jaringan ikat dan
fibro-fatty yang tebal. Lapisan dinding kista biasanya terdiri dari epitel skuamosa keranitizing
yang secara khas muncul bersamaan dengan folikel rambut, otot polos, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea.18

Gambar 2.10 Gambaran histopatologi kista dermoid18

4. Diagnosis banding

Diagnosis banding berdasarkan lokasi dari lesi, antara lain yaitu kista celah rankhial, kista
duktus tiroglossus, plunging ranula, lipoma, aquamous cell carcinoma, kista retensi mukus,
blokade unilateral duktus parotid dan tumor mesenkimal benigna.17

5. Penatalaksanaan

Pilihan terapi adalah operasi eksisi (eksisi komplit), atau enuklesi melalui pendekatan
intraoral atau ekstraoral. Operasi dikerjakan untuk menegakan diagnosis patologis, memperbaiki

17
secara kosmetik deformitas akibat lesi dan untuk mencegah infeksi juga untuk mencegah
degenerasi malignansi dan mencegah rekurensi. Pendekatan intraoral direkomendasikan untuk
kista orofaring seperti kista sublingual maupun kista ditempat lain di orofaring dengan ukuran
diameter lesi yang masih kecil sampai sedang dan posisinya masih diatas otot milohioid.
Sedangkan insisi ekstraoral untuk kista yang berlokasi di ruang submandibula atau inferior
milohioid dan untuk lesi kista yang besar yang meluas ke milohioid. Selain cara enukleasi dapat
pula dilakukan dengan marsupilisasi.17

6. Komplikasi

Kista secara alamiah adalah jinak, tapi pada kebanyakan kasus sering mengalami
rekurensi bila dinding kista tidak dieksisi dengan sempurna. Selain itu komplikasi yang dapat
terjadi adalah terjadi akibat tindakan operatif seperti erdarahan, pembengkakan pada dasar mulut
dan lidah, distres pernafasan, obstruksi jalan napas akibat elevasi lidah.17

18
BAB III

KESIMPULAN

Kista dermoid dan epidermoid adalah malformasi perkembangan kistik akibat hasil
jaringan ektodermal yang terperangkap pada branchial arches pertama dan kedua yang menyatu
selama minggu ketiga dan keempat in utero, teori kongenital dan implantasi dapatan. Kista
epidermoid dilapisi hanya oleh epitel skuamosa bertingkat dan tersusun oleh lapisan ektodermik
sedangkan kista dermoid dilapisi oleh epitel berlapis dengan adneksa kulit.

Kista epidermoid umumnya menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan progresif, tidak
menimbulkan rasa sakit, massa asomptomatik yang biasanya membesar seiring waktu, terletak di
midline, di atas atau di bawah otot mylohyoid. Pengobatan kista epidermoid di dasar rongga
mulut adalah operasi dan dapat bersifat intraoral atau ekstraoral sesuai dengan letak dan ukuran
lesi.

Kista dermoid adalah lesi yang berkembang dari sel pluripoten yang terperangkap atau
melalui implantasi epitel yang awalnya terbentuk karena kongenital dan akhirnya menjadi
didapat. Biasanya lesi ini asimtomatik namun pembesaran lambat kista tersebut dapat
menyebabkan obstruksi akibat disfagia, disfonia hingga dyspnea . Ukuran kista dermoid sangat
bervariasi (berdiameter hingga 10 cm) dan itu tergantung pada manifestasi klinik pertamanya.
Pengobatan pilihan adalah eksisi bedah.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Tsirevelou P, Papamanthos M, Chlopsidis P., et.al. Epidermoid cyst of the floor of the
mouth: two case report. Case J. 2009. [ di unduh pada tanggal 16September 2017 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2804007/ ]
2. Vieira EV, Borges AH, Volpato LER., et.al. Unusual dermoid cyst in oral cavity. Case
Rep Pathol. 2014. [ di unduh pada tanggal 16September 2017 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4003773/]
3. Makos C, Noussios G, Peios M., et.al. Dermoid cyst of the floor of the mouth: Two case
report. Case reports in medicine. 2011. [ di unduh pada tanggal 16September 2017 dari
https://www.hindawi.com/journals/crim/2011/362170/]
4. Widjaja DS, Regar E, Ratnasari F. Tentir gastrointestinal 2011 Universitas Indonesia;
Jakarta, 2011.
5. Paulsen F dan Waschke J. Atlas anatomi manusia sobotta. Ed 22. Jilid 3. EGC:jakarta,
2012.
6. Smirnitopoulus JG and Chiechi MV. From the archives of the AFIP: teratoma, dermoids
and epidermoids of the head and neck. Armed Institute of pathology.
7. Tosios K, Rallis G, Vallianatou D, Vlachodimitropoulos D. Yellow-white tumor on the
floor of the mouth. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2006;101:701
4. [PubMed]
8. Mosier KM. Nononcologic imaging of the oral cavity and jaws.Otolaryngol Clin North
Am. 2008;41:10337. [PubMed]
9. Munir N, Bradley PJ. Diagnosis and management of neoplastic lesions of the
submandibular triangle. Oral Oncol. 2008;44:25160. [PubMed]
10. Burger MF, Holland P, Napier B. Submental midline dermoid cyst in a 25-year-old
man. Ear Nose Throat J. 2006;85:752753. [PubMed]
11. ontainment P. Medical-Encyclopedie chirurgicale-E-20-860-A-10. Paris: Elsevier; 2000.
Congenital fistulas and cysts of the neck.
12. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial pathology. 2nd
ed. Philadelphia: Saunders; 2012.
13. Meyer I. Dermoid cysts (dermoids) of the floor of the mouth. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol.1955;27:114964. [PubMed]
14. Longo F, Maremonti P, Mangone GM, De Maria G, Califano L. Midline (dermoid) cysts
of the floor of the mouth: Report of 16 cases and review of surgical techniques. Plast
Reconstr Surg. 2013;112:15605.[PubMed]
15. Daban RP, Diez EG, Navarro BG., et.al case report: epidermoid cyst in the floor of the
mouth of a 3 years old. Case report in dentistry. Vol 2015. 2015. [ di unduh pada tanggal
16September 2017 dari https://www.hindawi.com/journals/crid/2015/172457/]
16. Ellas LS, Oton-leite AF, Silva CM., et.al case report: epidermoid cyst:highlights on
diagnosis and magnetic resonance imaging features. 2009.
17. Irwan AG. Penatalaksanaan kista dermoid orofaring pada infant. RSUP dr. Mohammad
Hoesin. Palembang; 2014.
18. Baliga M, Shenoy N, Poojary D., et.al. Epidermoid cyst if the flooe of the mouth.
National journal of maxillofacial surgery. 2014. . [ di unduh pada tanggal 16September
2017 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4178364/]

20

Anda mungkin juga menyukai