Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN TERKINI

Constraint-Induced Movement and Task Specific Training

Dosen Pengampu : Eska Dwi Prajayanti, S. Kep, Ns, M. Kep

Nama Kelompok :

1. Ani Wijaya (C2013010)


2. Ayodya Restu Pratiska (C2013022)
3. Desi listiyani (C2013035)
4. Endah Permatasari (C2013043)
5. Erma Rahmawati (C2013046)
6. Feri Indah R (C2013052)
7. Ika Putri R (C2013065)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AISYIYAH

SURAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang saat ini. Di dunia


penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke
menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Diperkirakan 700.000 kasus stroke, bertanggung jawab atas 165.000 kematian yang
terjadi setiap tahun. Di seluruh dunia, stroke adalah penyebab utama kematian nomer
2 (Timothy, 2004).

Di Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh survey ASNA


(Asean Neurologic Association) di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan
profil usia di bawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah
54,7% dan di atas usia 65 tahun sebanyak 33,5% (Misbach, 2007).

Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan kemampuan fungsional, dimana


20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di institusi
kesehatan setelah 3 bulan dan 15 %-30% penderitanya mengalami cacat permanen.
Stroke merupakan kejadian yang mengubah kehidupan dan tidak hanya
mempengaruhi penderitanya namun juga seluruh keluarga dan pengasuh. Akibat
gangguan kemampuan fungsional ini menyebabkan penderita stroke harus
mengeluarkan biaya yang besar untuk perawatan rehabilitasi disamping juga
kehilangan produktivitasnya (Goldstein et al., 2006).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui terapi atau latihan bagi pasien pasca stroke
2. Untuk mengetahui pengertian dari CIMT dan TST
3. Untuk mengetahui proses dan cara untuk melakukan terapi CIMT dan TST
C. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan baru tentang terapi atau latihan bagi pasien pasca stroke
2. Menjelaskan pengertian dari CIMT dan TST
3. Menjelaskan proses dan cara untuk melakukan terapi CIMT dan TST
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Definisi Stroke
Stroke didefinisikan kondisi dimana terjadinya kerusakan pada sebagian
otak disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat sehingga oksigen
tidak terpenuhi dengan baik. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian
utama di dunia dan dapat menyebabkan kematian, kelumpuhan, gangguan
bicara, menurunkan kesadaran dan banyak akibat lainnya. Penyakit stroke ini
dapat terjadi karena gangguan penyakit seperti jantung, diabetes mellitus dan
hipertensi.
Menurut Prof. S. M. Lumbantobing, ahli saraf pada Fakultas Kedokteran
UI (2001) menyatakan bahwa secara umum stroke dapat terbagi atas dua
bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke Iskemik secara patofisiologis adalah kematian jaringan otak karena
pasokan darah yang tidak mencukupi. Stroke iskemik disebabkan
penggumpalan darah, penyebabnya adalah aterosklerosis pembuluh darah
dileher dan kepala. Stroke iskemik terdiri dari :
1. Stroke Iskemik Trombotik: stroke jenis ini terjadi karena adanya
penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2. Stroke Iskemik Embolik: terjadi tidak dipembuluh darah otak, terjadi
dijantung sehingga darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke
otak.
3. TIA (Transient Ishemic Attact): serangan iskemik sementara.
Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam beberapa menit.
b. Stroke Hemoragik merupakan jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah di otak atau pembuluh darah otak bocor. Ini bisa terjadi
karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga menekan pembuluh
darah.Stroke Hemoragik terdiri dari :
1. Stroke Hemoragik Intraserebral: pendarahan terjadi didalam otak.
Biasanya mengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak dan otak
besar. Jika yang terkena didaerah talamus, sering penderitanya sulit
dapat ditolong meskipun dilakukan tindakan operatif untuk
mengevakuasi perdarahannya.
2. Stroke Hemoragik Subaraknoid: memiliki kesamaan dengan stroke
hemoragik intraserebral. Yang membedakannya, stroke ini
dipembuluh darah diluar otak, tapi masih didaerah kepala, seperti di
selaput otak bagian bawah otak.

2. Pengertian Constraint Induced Movement Therapy dan Task Spesific


Training
a) Constraint Induced Movement Therapy
Pelatihan CIMT merupakan salah satu pendekatan yang
menggabungkan pelatihan imtensif pada AGA (Alat Gerak Atas)
yang terkena sakit atau kelemahan dengan cara memberi tahanan pada
sisi bagian lengan yang tidak sakit atau kelemahan. Alasannya adalah
dengan menggabungkan kedua unsur tersebut diharapkan akan
terwujud peningkatan potesi secara penuh pada sisi lengan yang sakit
atau kelemahan dengan program pemulihan AGA secara fungsional
berkelanjutan (Nadler, 2007).
Menurut Sullivan (2007), tentang inovasi dalam pemulihan
fisik bahwa pelatihan CIMT dan penggunaan latihan treadmill dengan
dukungan berat badan merupakan contoh inovasi dalam pemulihan
fisik yang berasal dari dasar ilmu pengetahuan tentang
neuroplastisitas dan neurorecovery dan memasukkan prinsip-prinsip
pembelajaran motorik dan latihan ke dalam intervensi terapeutik dan
tujuan dari masing program pemulihan tersebut adalah untuk
meningkatkan keterampilan dalam melakukan tugas-tugas secara
fungsional. Pelatihan CIMT merupakan intervensi latihan dimana
penggunaan perangkat tahanan dan praktik penggunaan atau
pemberian tugas secara intensif dalam rangka pemulihan AGA pada
individu dengan kondisi hemiparese.
Tujuan Constraint Induced Movement Therapy
Pelatihan CIMT merupakan salah satu teknik dalam neurorehabilitasi
yang bertujuan meningkatkan fungsi motorik dan meningkatkan
penggunaan ekstremitas atas hemiparetik dalam kegiatan sehari-hari
(Wittenberg dan Schaechter, 2009). Selain itu Constrain Induced
Therapy juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan aktifitas pada
hemisper yang tidak dominan dan menurunkan aktifitas pada
hemisper yang dominan. Hal ini mungkin dapat dilihat sebagai bentuk
CIMT yang terpusat yaitu memaksa kenaikan rangsangan dalam
hemisper yang kurang digunakan (dalam kasus ini, dalam hemisper
yang tidak dominan) dimana terjadi induksi perubahan rangsangan
kortikal melalui modulasi perifer (Williams dkk., 2010).
b. Pengertian Task spesific therapy
Task Specific Training adalah latihan motorik pada pasien stroke
hendaknya ditujukan pada gerakan bertujuan, terutama untuk pemulihan
fungsional. Latuhan berbasis task-specific merupakan prinsip utama
rehabilitasi stroke.
Tujuan Task spciific therapy
a) Medapatkan kembali kemampuan untuk meregangkan tangan
b) memicu pembentukan sinaps baru yang lebih permanen dan
dikaitkan dengan re organisasi kortikal
c) reorganisasi kortrikal dan memperbaiki fungsi motorik.
c. Cara kerja Constraint Induced Movement Therapy dan Task Specific
Therapy
1. Constraint Induced Movement Therapy
Fokus dari CIMT pada tangan hemiplegi dimana pada
sisi tangan yang kurang terpengaruh diberi tahanan
terkendali sedangkan pada sisi tangan yang lebih
terpengaruh diberikan latihan secara terstruktur. Intervensi
dilakukan selama dua jam perhari, tujuh hari selama
seminggu sampai dengan dua bulan dan umpan balik
pengukuran fungsi motorik tangan dievaluasi dengan
menggunakan WMFT sebagai alat ukur primer sedangkan
Motor Activity Log (MAL) dan Fugl-Meyer Assessment
(FMA) digunakan sebagai alat ukur sekunder.
Pada CIMT dilakukan latihan secara intensif pada bagian
tangan yang lemah disaat yang bersamaan memberi tahanan untuk
tidak menggunakan sisi tangan yang kuat. Sisi tangan yang kuat
biasanya dapat dibungkus atau diselimuti oleh kain lunak atau
menggunakan gendongan lengan (arm-sling) selama sebagian atau
sepanjang hari, guna mendorong agar penderita tersebut
menggunakan sisi tangan yang lemah dalam menyelesaikan aktifitas
sehari-hari dan suatu tugas pekerjaan menyiapkan makan dan
minum, aktifitas bermain seperti melempar bola, menulis, dan
berjalan. Umumnya CIMT ini pula perlu dilakukan secara intensif,
latihan yang dilakukan secara berulang-ulang pada bagian sisi tangan
yang lemah dan biasanya diberikan selama 90% waktu bangun dalam
sehari (sekitar tiga belas jam sehari) periode selama dua minggu, hal
ini dapat dilakukan di klinik, di rumah, dan dimanapun saja ia ingin
berada.
2. Cara kerja task Specific Therapy
Latihan motorik pada pasien stroke ditujukan pada gerakan
bertujuan terutama untuk pemulihan fungsional. Latihan
berbasis task-specific merupakan prinsip utama rehabilitasi
penderita stroke. Pendekatan ini dapat berupa latihan
motorik dasar harian, latihan gerakan lengan atas, gerakan
tungkai bawah, gerakan duduk berdiri, dan latihan jalan
yang dikerjakan berulang, di mana latihan-latihan ini dapat
meningkatkan pemulihan pasca-stroke secara efektif.
Pendekatan latihan berulang yang bersifat task specific
dapat memicu pembentukan sinaps baru yang lebih
permanen dan dikaitkan dengan re organisasi kortikal
(h.widjaya,2015)
B. Tinjauan Kasus
Ny. T usia 65 th pekerjaan ibu karyawan pabrik masuk rumah sakit dengan
diagnosa pasca stroke iskemik dengan hemiparese kanan sehingga mengalami
kelemahan otot pada alat gerak seperti tangan kanan dan kaki kanan . Alat gerak
sebelah kiri terlihat aktif dan tangan kiri sering digunakan untuk beraktifitas, klien
menjalani perawatan di rumah. Pada saat pemeriksaan fisik ditemukan : kesadaran
compos mentis GCS (E4 V4 M5) tampak lemah, TD 160/100 mmHg, HR 95x/menit,
RR 27x/menit, S 36oC, kekuatan otot 5/3/5/3. Lakukan intervensi untuk memulihkan
kekuatan otot pada ekstremitas yang mengalami hemiparese kanan pada Ny. R!
Pada kasus ini dapat diberikan intervensi menggunakan Constraint Induced
Movement Therapy atau Task Spesifik Training. diantaranya dengan aktivitas sehari-
hari seperti latihan untuk lengan, latihan untuk kaki, cara berdiri dan berjalan.
Menurut Koes Irianto (2015), berikut proses/cara terapi :
a. Latihan untuk lengan
Latihan 1
1. Ganggamlah kedua lengan ke depan dengan ibu jari lengan yang mengalami
kelumpuhan terletak di atas (pada kasus ini adalah jempol kanan).
2. Angkat lengan ke atas, lalu ke tempat semula. Dapat dibantu bila belum mampu
melakukan sendiri.
3. Gerakkan lengan ke kiri lalu ke kanan. Ulangi langkah di atas perlahan-lahan
dengan 10 kali pengulangan.
Latihan 2
1. Luruskan lengan.
2. Tekuk lengan dengan tumpuan siku secara perlahan, lalu kembali ke posisi
semula. Ulangi langkah tersebut 10 kali.
Latihan 3
1. Luruskan lengan dengan telapak lengan menghadap ke bawah.
2. Angkatlah lengan keatas perlahan dan kembali ke posisi semula. Ulangi sebanyak
10 kali.

Latihan 4

1. Luruskan lengan dan pegang telapak lengan seperti bersalaman.


2. Buka lengan ke samping dan kembali ke posisi semula secara perlahan. Ulangi
sebanyak 10 kali.

Latihan 5

1. Peganglah ujung jari dan tahan lengan dengan menggunakan lengan penolong
satunya
2. Tekuk pergelangan tangan ke atas dan kembali ke posisi semula. Ulangi sebanyak
10 kali.
b. Latihan untuk kaki
Latihan 1
1. Pada posisi duduk, tumpukkan kaki yang mengalami kelemahan diatas kaki yang
normal.
2. Lalu usahakan untuk mengangkat kaki yang lemah keatas dengan sedikit bantuan
dari kaki yang normal. Kembalilah ke posisi awal. Lakukan dengan pengulangan
10 kali secara perlahan-lahan.
Latihan 2
1. Tekuk kaki seperti posisi pada gambar.
2. Angkat ujung kaki dengan bertumpu pada lutut (perhatikan posisi tangan kiri
penolong), lalu kembali tekuklah ke posisi semula. Ulangi sebanyak 10 kali.
Latihan 3
1. Luruskan kaki
2. Angkat kaki keatas dengan bertumpu pada paha dan lutut, lalu kembali ke posisi
lurus. Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali.
Latihan 4
1. Luruskan kaki. Pegang seperti pada gambar.
2. Tarik kaki ke arah samping sampai maksimal. Kembalilah keposisi semula.
Lakukan pengulangan sebanyak 10 kali.
Latihan 5
1. Peganglah ujung jari kaki dengan menggunakan tangan.
2. Gerakkan keatas kebawah dengan bertumpu pada pergelangan kaki. Lakukan
pengulangan sebanyak 10 kali.
c. Cara berdiri dan berjalan
1. Tangan yang sehat (kiri) memegang tongkat tiga kaki, dan usahakan berdiri
tegak.
2. Proses berjalan akan dimulai. Penolong mencoba menahan badan dengan
memegang belakang celana penderita stroke. Mintalah pasien untuk
menggerakkan tungkai yang lumpuh terlebih dahulu ke arah depan.
3. Pandangan tetap kedepan, setelah tungkai kanan melangkah kedepan, lalu
pindahkan tongkat kedepan dan bebankan badan di tangan kiri yang memegang
tongkat.
4. Lalu terakhir, pindahkan tungkai kiri kedepan. Ulangi langkah-langkah diatas
untuk berjalan.
5. Perhatikan cara penolong memegang celana penderita dari belakang sewaktu
membantu berjalan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke didefinisikan kondisi dimana terjadinya kerusakan pada sebagian otak


disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat sehingga oksigen tidak
terpenuhi dengan baik.

Pelatihan CIMT merupakan salah satu pendekatan yang menggabungkan


pelatihan imtensif pada AGA (Alat Gerak Atas) yang terkena sakit atau
kelemahan dengan cara memberi tahanan pada sisi bagian lengan yang tidak sakit
atau kelemahan. Alasannya adalah dengan menggabungkan kedua unsur tersebut
diharapkan akan terwujud peningkatan potesi secara penuh pada sisi lengan yang
sakit atau kelemahan dengan program pemulihan AGA secara fungsional
berkelanjutan ,

Task spesific therapy adalah terapi yang digunakan secara biasa, menggunakan
tugas sehari hari dengan dasar lengan dan terapi tangan. Berfokus pada tugas
tugas yang penting bagi penderita, atau kegiatan yang dapat memuaskan pribadi,
dan melakukan kegiatan yang dianggap hampir bisa dan menekankan pada
kegiatan yang belum bisa dilakukan. menggunakan tugas sehari-hari, dalam
konteks sehari-hari. Di mana penderita biasanya melakukan tugas-tugas yang
dipilih dan di posisi apa? Mencoba untuk memastikan bahwa penderita kembali
belajar untuk melakukannya, dan praktek di tempat yang biasa mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. H.widjaja, 2015. Neurorestorasi Pasca-stroke: Harapan Baru Penderita


Stroke. Volume 42 No 4. Kalbemed.com. Tahun 2015
2. Kurniawan Iwan, 2013. Penggunaan metode contrains induced Movement
Therapy (CIMT) dengan peralaran sehari hari untuk meningkatkan
kemmapuan fungsional dan kemandirian pada Eksremitas Atas untuk
pasien Stroke . Surakarta
3. Setiawan. 2011. Counstrain-Induced Movement Therapy (CIMT) materi
kulian Fisotereapi Neuromuskuler. Halaman 24-25. Fakultas ilmu
kesehatan UMS. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai