1[1]Zainal Mukarom. Laksana Wijaya Muhibudin. 2015. Manajemen Public Relation (Panduan Efektif
Pengelolaan Hubungan Masyarakat). Bandung: CV Pustaka Setia.
Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program mengacu pada kaidah yang berlaku, dilakukan
secara sistematis, teridentifikasi sebagai penentu keberhasilan dan kegagalan program,
penggunaan tolak ukur baku, dan tindak lanjut atau pengambilan keputusan.
Evaluasi program merupakan peneltian evaluatif. Pada umumnya penelitian evaluative
dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari sebuah program kebijakan, mengetahui hasil akhir
dari adanya kebijakan dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan yang lalu, yang
pada tujuan akhirnya adalah menentukan kebijakan selanjutnya.
Evaluasi program memiliki ciri-ciri dan persyaratan berikut.
a. proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi peneliti
pada umumnya.
b. Dalam melaksanakan evaluasi peneliti harus berfikir secara sistematis, yaitu memandang
program yang di teliti sebagai kesatuan yang terdiri atas beberapa komponen atau unsur yang
saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang di
evaluasi.
c. Untuk mengetahui secara terperinci kondisi dari objek yng di evaluasi, diperlukan identifikasi
komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan
kondisi nyata dari data yang di peroleh untuk mengambil kesimpulan.
e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah
kebijakan atau rencana program yang telah di tentukan dengan kata lain, dalam melakukan
data evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar,
kriteria, tolak ukur.
f. Agar informasi yang di peroleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara terperinci untuk
mengetahui program yang belum terlaksana, diperlukan identifikasi komponen yang di
lanjutkan dengan identifikasi sub komponen, sampai pada indikator dari program yang di
evaluasi.
g. standar, kriteria, atau tolak ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling kecil dari
program agar dengan cermat dapat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan. Dari hasil
penelitian dapat disususn rekomendasi secara terperinci dan akurat sehingga dapat di tentukan
tinjak lanjut secara tepat.
4. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi program bertujuan mengumpulkan informasi berkenaan dengan implementasi
program yang di pergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan
keputusan.
Dalam konteks ini, evaluasi program di samakan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat,
supervisi di artikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan
maka evaluasi program adalah langkah awal dalama supervisi, yaitu mengumpulkan data yang
tepat agar dapat di lanjutkan dengan pemberian yang tepat pula.
Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan
keputusan dan kebijakan lanjutan dari program karena dari masukan hasil evaluasi program
para pengambil keputusan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah di
lakukan.
Menurut Arikunto, ada 4 kemungkinan kebijakan dapat di lakukan berdasarkan hasil dalam
pelaksanaan sebuah pogram keputusan, yaitu :
a. Menghentikan program karena program tersebut di pandang tidak bermanfaat atau tidak dapat
terlaksana sebagai mana di harapkan;
b. Merivisi program karena ada bagian bagian yang kurang sesuai dengan harapan ;
c. Melajutkan program karena pelaksanaan program menunjukan bahwa segala sesuatu sudah
berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat;
d. Menyebarluaskan program karena program tersebut berhasil dengan baik sehingga sangat baik
jika di laksanaka lagi di tempat dan pada waktu yang lain.
Pada dasarnya tidak semua orang dapet menjadi evaluator. Ada dua kemungkinan asal (dari
mana) orang untuk dapat menjadi evaluator program ditinjau dari program yang akan di
evaluasi. Untuk dapat menjadi evaluator program, seseorang harus memenuhi persyaratan
berikut.
a. Mampu melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik
b. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan di
evaluasi.
c. Objektif, tidak mudah di pengaruhi oleh keinginan pribadi, untuk mengumpulkan data sesuai
dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagai mana di atur oleh
ketentuan yang harus di ikut.
d. Sabar dan tekun. Untuk melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam
bentuk menusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data, menyusun laporan, tidak
gegabah dan tergesa gesa
e. Hati-hati dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan evaluasi dengan penuh
pertimbangan, tetapi apabila masih ada kekliruan yang di perbuat, evaluator berani
menanggung resiko atas segala kesalahannya.
5. Komponen, Subkomponen, dan Indikator Program
Program merupakan suatu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh system tersebut. Komponen tersebut
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tiap-tiap komponen terdiri atas beberapa
subkomponen dan tiap-tiap subkomponen terdapat beberapa indikator. Dalam kegiatan
evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau
kegagalan suatu kegiatan. Perlu diketahui bahwa kegagalan suatu kegiatan dapat juga
dipengaruhi oleh komponen atau subkomponen yang lain.
6. Tingkatan/Metode Evaluasi Program
Cutlip, Broom, dan Center mengemukakan beberapa tingkatan atau metode evaluasi
program yang dilakukan oleh praktisi public relations, yaitu evaluasi persiapan, evaluasi
implementasi, dan evaluasi dampak. Setiap tingkatan dalam evaluasi program memberikan
kontribusi pada meningkatnya pemahaman dan menambah informasi untuk menilai efektivitas
program. Setiap tingkatan evaluasi program tersebut juga menilai atau mengevaluasi untuk
kebutuhan atau aspek yang berbeda sehingga tingkatan tersebut bukan merupakan metodologi
yang terstruktur, melainkan tingkatan yang berbeda satu sama lain.
Evaluasi persiapan menilai kualitas dan kecukupan informasi dan perencanaan strategis.
Evaluasi implementasi mendokumentasikan kecukupan taktik dan upaya. Evaluasi dampak
memberikan umpan balik atau konskuensi program. Tidak ada evaluasi yang lenkap tanpa
adanya penenangan criteria pada setiap tingkatan. Ketiga jenis evaluasi tersebut memiliki
perbedaan satu sama lain, tetapi terutama bagi praktisi public relations yang juga memiliki
focus yang berbeda; Evaluasi means different things to different pracititioners.2[2]
7. Langkah-Langkah Evaluasi Program Humas
Langkah terakhir ini mencakup penilaian atau evaluasi atau persiapan, pelaksanaan, dan
hasil-hasil program. Langkah ini dapat dilanjutkan setelah ada penyesuaian dan perbaikan atas
tindakan komunikasi yang telah dilakukan berdasarkan umpan balik (feed back) yang di terima.
Menurut Morissan, suatu evaluasi tidak dapat dikatakan lengkap tanpa memberikan
penilaian atas tiap-tiap tingkatan. Untuk evaluasi program PR, diperlukan beberapa langkah
berikut.
a. Evaluasi tahap persiapan memberikan penilaian atas kualitas informasi dan kecukupan
informasi serta perencanaan yang telah dilakukan.
b. Evaluasi tahap pelaksanaan menilai kelengkapan taktik dan cukupan usaha yang telah
dilakukan.
2[2] Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
c. Evaluasi terhadap dampak memberikan penilaian atas efek yang dihasilkan dari suatu program
kehumasan yang telah dilaksanakan.3[3]
Dalam pelaksanaan program yang direncanakan oleh praktis public relations, kadang-
kadang, bahkan secara berkala, ada beberapa informasi yang cukup penting atau vital tidak
tersampaikan seperti yang telah dipersiapkan. Untuk itu, penilaian yang sistematis perlu
dilakukan untuk menentukan kecukupan informasi dasar yang akan disampaikan untuk
digunakan pada saat perencanaan program. Penilaian atau evaluasi juga menentukan serta
menilai kecukupan pengumpulan informasi dan langkah cerdas dalam fase persiapan program.
Evaluasi persiapan juga menilai ketepatan program serta strategi dan taktik pesan.
Praktisi mempelajari apakah informasi-informasi yang akan disampaikan sesuai dengan
masalah dan sasaran kasus. Setelah menilai ketepatan isi pesan dan aktifitas yang akan
dilaksanakan, praktisi public relations dapat menghasilkan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam pelaksanaan program.
Fase evaluasi ini memerlukan tinjauan mengenai langkah program memenuhi tuntutan-
tuntutan situasi, praktisi juga perlu menganalisi isi materi yang dibuat untuk digunakan pada
saat program berlangsung, seperti pidato, presentasi, kliping berita serta siaran untuk melihat
seberapa dekat upaya upaya program memnuhi rencana. Hasil analisis tersebut digunakan
untuk membuat perubahan-perubahan rencana ketika program sedang dilaksanakan serta untuk
melihat kembali stretegi dan taktik (persiapan).
Evaluasi terhadap tahap persiapan program humas (PR) mencakup penilaian yang
bersifat subjektif dan objektif, meliputi : (1) kecukupan dalam pengumpulan latar belakang
masalah; (2) pengaturan dan isi materi program; (3) pengemasan serta presentasi materi
program yang telah dibuat.
Kegiatan evaluasi persiapan, meliputi hal-hal berikut.
1. Evaluasi Kelengkapan Informasi Latar Belakang Yang Digunakan Untuk Mendesain
Program
Pada intinya, evaluasi tahap pertama ini untuk menilai kecukupan atau kelengkapan
informasi yang akan digunakan pada proses selanjutnya.
3[3] Ibid.
Langkah ini merupakan dokumentasi langsung dari banyaknya surat, siaran berita,
kisah fitur, publikasi, pengumuman layanan publik, dan komunikasi lainnya yang dibuat dan
didistribusikan. Untuk itu, diperlukan dokumentasi semua materi dan aktivitas yang dibuat dan
didistribusikan. Dokumentasi tersebut menyediakan bukti bahwa pelaksanaan program sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan Evaluasi tahap persiapan didasarkan pada temuan pada
saat praktisi humas merencanakan program. Akan tetapi, dalam laporan analisis situasi yang
dibuat terdapat informasi yang luput dari pengamatan. Akibatnya, praktisi humas tidak
mendapat cukup dukungan informasi latar belakang ketika merencanakan programnya, inilah
salah satu yang menjadi alasan yang mengharuskan adanya evaluasi terhadap kecukupan
informasi latar belakang. Menurut Morissan, kegiatan yang harus diteliti pada bagian ini, antara
lain :
a. Apakah khalayak sasaran yang luput dari perhatian atau belum terjangkau ?
b. Apakah terdapat asumsi yang keliru atas khalayak sasaran ?
c. Apakah untuk wartawan yang meminta keterangan telah ada keterangan dari materi yang
tersedia ?
d. Apakash seluruh pihak yang terlibat dengan masalah telah bias diidentifikasi ?
Hasil yang tidak memuaskan diidentifikasi dengan langkah-langkah selanjutnya yang dapat
menyusur balik jumlah program yang ditujukan kepada public tertentu atau penempatan
program, yang merupakan criteria selanjutnya.Dalam langkah ini, perlu juga diidentifikasi
efektivitas penempatan pesan di saluran komunikasi yang tepat dan yang dikehendaki.
2. Evaluasi Kesesuaian antara Isi Pesan dan Kegiatan yang Dilakukan
Kegiatan riset evaluasi adalah membahas kesesuaian program dan kesesuaian strategi pesan
dan taktik yang dilakukan. Pada tahap ini dilakukan tinjauan (review) mengenal;
a. Seberapa baik suatu program dapat memenuhi permintaan atau kebutuhan situasi;
b. Tinjauan kritis mengenal apa yang telah dikatakan dan apa yang dilakukan pada masa lalu
memberikan petunjuk bagi upaya perbaikan program humas pada masa depan, tetapi hal itu
hanya dapat dilakukan dengan motivasi untuk melaksanakan kritik yang konstruktif.
3. Evaluasi Kualitas Pesan dan Kegiatan Penyampaian Pesan
Kegiatan evaluasi riset analisis isi (content analysis) diawali dari kegiatann para konsultan
kampanye mempelajari reaksi media massa dan hasil jejak pendapat hasil kampanye atau debat
yang telah di laksanakan di televisi. Melalui reaksi media massa dan hasil jejak pendapat, para
konsultan kampanye mempelajari hal-hal berikut.
a. Apakah pernyataan atau pesan dikemukakan klien mereka sesuai dengan masalah, tujuan, serta
media yang menayangkannya ?
b. Apakah pesan yang disampaikan tepat dan dapat diterima oleh khalayak yang menonton
saluran televise yang menayangkan kampanye atau debat politik tersebut ?
c. Apakah terdapat sikap atau reaksi menolak terhadap pesan kampanye yang disajikan ?
d. Apakah berbagai kegiatan, tindakan, dan peran yang dilakukan serta kegiatan lainnya
mendukung program secara keseluruhan ?
e. Apakah komunikasi berjalan dengan baik dan melengkapi komponen tindakan program ?
f. Apakah jumlah anggaran dan staf yang tersedia mencukupi ?
Riset analisis isi (content analysis) terhadap materi yang sudah diproduksi dan disebarkan,
seperti pidato, klipimg berita media cetak dan bukti rekaman radio, dan televisi serta presentasi
lainnya menjadi bukti dalam riset televise untuk mengetahui seberapa tepat upaya telah
dilakukan dengan rencana atau tujuan yang sudah ditetapkan. Tujuannya, praktisi humas
menggunakan hasil analisis isi mendia massa untuk membuat perubahan program sekaligus
menilai kembali strategi dan taktik yang sudah dilakuikan pada persiapan. Dalam hal ini,
praktisi humas dituntut untuk melakukan penelitian analisis isi, yaitu hal-hal yang telah
dipublikasi atau disiarkan media massa mengenal perusahaan. Untuk melakukan riset analisis
isi (content analysis), terhadap materi yang sudah diproduksi dan disebarkan, praktisi humas
memerlukan unsur pendukung.
Salah satu pendukung tersebut menurut Morissan, adalah dengan tes keterbacaan. Manfaat
dan tes keterbacaan, antara lain sebagai berikut :
a. Menilai tingkat kemudahan suatu pesan yang ditulis praktisi humas sebelum dikirimkan
kepada khalayak sasaran
b. Menilai kemampuan praktisi humas dalam menulis pesan melalui media cetakan secara
objektif. Dalam hal ini tes keterbacaan harus mempertimbangkan kemudahan suatu materi
untuk dibaca, yaitu apakah materi bacaan itu mudah di baca atau mudah dipahami. Akan tetapi,
tes ini tidak mempertimbangkan isi bacaan, format bacaan, struktur isi bacaan, dan elemen
lainnya yang berkaitan dengan gaya penulisan. Singkatnya, tes ini hanya menilai tingkat
penerimaan pesan yang ditulis sumber melalui media cetakan, misalnya buku, artikel berita di
surat kabar, poster, spanduk, dan sebagainya.
c. Menjadi petunjuk yang berguna untuk membuat suatu teks bacaan menjadi lebih mudah dibaca
sehingga dapat meningkatkan pemahaman pembacanya.4[4]
Langkah akhir dari evaluasi persiapan adalah menilai kualitas presentasi pesan dan unsur
program lainnya. Langkah ini mempertimbangkan kualitas kinerja professional dari sudut
4[4] Colin Coulson. Thomas. 2002. Public Relation (Pedoman Praktis untuk PR). Jakarta: Bumi Aksara.
pandang kebijksanaan dan consensus yang konvensional di kalangan praktisi mengenai teknik
yang baik dan yang buruk.
Tiga metode biasa digunakan untuk mengukur kemudahan baca meliputi :
a. Rumus Flesch; Skor Kemudahan Baca Dr. Rudolf Flesch memberikan indikasi atas kesulitan
pembacaan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk membaca suatu materi.
b. Rumus Gunning; Indeks kesulitan dari Robert Gunning mengukur kesulitan membaca
berdasarkan rata-rata panjang kalimat dan presentase kata dengan tiga suku kata atau lebih, dan
c. Rumus fry; Grafik Edward B. Fry memberikan hasil-hasil yang mirip dengan skor kemudahan
Baca Flesch, yang juga didasarkan pada panjang kalimat dan jumlah suku kata.
Selain uji kemudahan baca, Rumus pendengaran mudah dari Irvin Fang juga memberikan
ukuran untuk mengistimasi kemudahan dengar naskah siaran, pidato, atau lain-lainnya. Akan
tetapi, skor kemudahan baca dan dengar hanya memberikan indikasi kasar tentang tingkat
kemudahan pesan dapat dimengerti oleh publik sasaran. Jargon, istilah teknis, bahkan dialek
dapat membuat materi tertulis sulit dipahami meskipun menurut Rumus Flesch, Gunning Fry,
dan fang menunjukan indikasi sebaliknya.
Pada tahap ini pengukuran efek mencatat sebeapa jauh hasil yang telah dicapai untuk tiap-
tiap target unuk khalayak atau keseluruhannya, sebagai mana yang diyatakan dalam tujuan
program. Tahap ini digunakan untuk mengukur berbagai variable pengetahuan, kesadaran dan
pemahaman khalayak sebelum program PR dimulai dibandingkan dengan hasil pengukuran
setelah program dilaksanakan.5[5]
5[5] Zainal Mukarom. Laksana Wijaya Muhibudin. 2015. Manajemen Public Relation (Panduan
Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat). Bandung: CV Pustaka Setia.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Evaluasi adalah alat manajeman yang berorietasi pada tindakan dan proses. Informasi yang
dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsentrasinya.
Evaluasi program adalah unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpullkan
informasi tentang reallisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yng melibatkan sekelompok orang
guna mengambil keputusan.
Pentingnya evaluasi terhadap program humas yang dijalankan sebuah perusahaan
disebabkan dua alasan. Pertama, dengan evaluasi program, praktisi humas perusahaan dapat
mempertahankakn progam humas dengan menunjukkan nilai program humas bagi perusahaan.
Kedua, adanya tuntuan manajemen perusahaan terhadap setiap bagian dalam perusahaan agar
setiap pengeluaran sumber daya perusahaan pada bidang apa pun harus dapat
dipertanggungjawabkan (accountable).
Evaluasi program bertujuan mengumpulkan informasi berkenaan dengan implementasi
program yang di pergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Coulson, Colin. Thomas. 2002. Public Relation (Pedoman Praktis untuk PR). Jakarta:
Bumi Aksara.
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mukarom, Zainal. Laksana Wijaya Muhibudin. 2015. Manajemen Public Relation
(Panduan Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat). Bandung: CV Pustaka Setia.
Uchjana, Onong Efendy. 1993. Human Relation dan Public Relation. Bandung:
Mandar Maju.