SKRIPSI
RAHMAT DARMAWAN
20.12.03.1.072
i
STIKes Faletehan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan
SKRIPSI
RAHMAT DARMAWAN
20.12.03.1.072
ii
STIKes Faletehan
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Penguji III : ( )
Ditetapkan di : Serang
Tanggal : 21 Agustus
ii
STIKes Faletehan
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui
Pembimbing I
Pembimbing II
Mukhlasin, SKM.,MKM
NIK : 10. 98. 029
iii
STIKes Faletehan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil alamiin.
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan ridha serta petunjuk-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Gejala ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017 ucapan terima kasih saya haturkan
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bentuk dukungan, bantuan,
bimbingan, motivasi, serta doa yang memacu dan membantu saya dalam
pembuatan skripsi ini:
1. Bapak Maman Sutisna, S.KM, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Faletehan;
2. Bapak Fauzul Hayat, S.KM, M.KM, selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKes Faletehan;
3. Bapak Andiko, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan
dan masukan untuk terselesaikannya laporan ini.
4. Bapak Mukhlasin, SKM., MKM, selaku Pembimbing Teori yang telah
memberikan bimbingan dan masukan untuk terselesaikannya laporan ini.
5. Bapak Ahmad Jubaedi, SKM.,M.Kes, selaku Penguji Ahli yang telah
memberikan masukan dan mengarahkan untuk terselesaikannya laporan ini.
6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKes Faletehan yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi
ini;
7. Rekan-rekan seperjuangan seluruh mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIKes Faletehan angkatan 2013, atas kebersamaannya.
iv
STIKes Faletehan
8. Keluargaku
9. Seluruh pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam proses penyusunan
skripsi ini, yang tidak dapat saya jabarkan satu per satu.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saya selaku penyusun, membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun sebagai bahan pembelajaran saya agar lebih di masa mendatang.
Semoga Allah SWT, senantiasa meridhai dan membarakahi setiap langkah kita.
Amin.
Rahmat Darmawan
v STIKes Faletehan
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademis STIKes Faletehan, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Rahmat Darmawan
NIM : 2012031072
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi
Dibuat di : Serang
Pada Tanggal : 21 Agustus
Yang Menyatakan
Rahmat Darmawan
vi STIKes Faletehan
SURAT PERNYATAAN
Rahmat Darmawan
NIM. 2012031072
Tabel 5.1 Hubungan Riwayat ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita ...... 32
Tabel 5.1 Hubungan Ventilasi dengan kejadian ISPA pada Balita ................ 33
Tabel 5.1 Hubungan Kepadatan Hunian dengan kejadian ISPA pada Balita . 34
DAFTAR BAGAN
A. Latar Belakang
Masyarakat yang rentan terhadap ISPA adalah balita karena kekebalan tubuhnya
masih rendah. Balita dapat mengalami serangan ISPA 5-8 kali setiap tahun
terutama mereka yang tinggal di daerah urban. Jumlah penderita ISPA pada balita
antara 25-40% yang dirawat jalan dan 12-35% yang dirawat di rumah sakit.
Prevalensi ISPA pada balita yaitu >35% diikuti dengan usia 5-14 tahun sebesar
29% (Depkes RI, 2008).
Balita lebih banyak mengalami ISPA dibandingkan dengan penyakit lain seperti
AIDS, malaria dan campak. Setiap tahun di dunia diperkirakan lebih dari 2 juta
balita meninggal karena pneumonia atau dengan kata lain terdapat 1 balita yang
meninggal karena ISPA tiap 15 detik dari 9 juta total kematian balita. Bahkan
karena besarnya kematian ISPA, maka ISPA atau pneumonia disebut sebagai
pandemik yang terlupakan atau The Forgotten Killer of Children (Pramayu,
2012).
1
STIKes Faletehan
2
sehari, atau 17 bayi atau balita tiap 1 jam, atau seorang bayi atau balita tiap lima
menit (Putri, 2012).
Berdasarkan data penyakit dari Dinas Kesehatan Kota Serang tahun 2016
menunjukkan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama terbanyak pada
kelompok balita atau pneumonia yaitu sebesar 2.128 kasus atau 82,85%. Dan
untuk di Puskesmas Unyur Penyakirt ISPA menduduki peringkat ke dua dari
sepuluh penyakit di Puskesmas Unyur dengan jumlah kasus sebanyak 102 atau
41,62% kasus. Studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa banyak balita yang
mengalami batuk, pilek, dan sakit tenggorokan yang merupakan gejala dari ISPA
(Dinkes Kota Serang dan Puskesmas Unyur, 2016).
Berbagai faktor yang menyebabkan ISPA adalah lingkungan dan host. Anggota
keluarga yang mengalami ISPA mempunyai peran terhadap penularan ISPA pada
balita. Hal ini dikarenakan balita masih mempunyai daya tahan tubuh yang
rendah. Cara penularan ISPA melalui udara yaitu jika penderita batuk atau bersin
dan tidak ditutup menggunakan tangan atau sapu tangan maka akan menyebabkan
virus menyebar di dalam ruangan (Gertrudis, 2010).
Selain itu, rumah yang luas ventilasinya tidak memenuhi syarat kesehatan akan
mempengaruhi kesehatan penghuni rumah, hal ini disebabkan karena proses
pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, sehingga bakteri
penyebab penyakit ISPA yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi
juga menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan
STIKes Faletehan
3
Sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannya dengan angka kejadian penyakit
menular, terutama ISPA. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kejadian
penyakit ISPA pada balita adalah kondisi fisik rumah, kebersihan rumah,
kepadatan penghuni dan pencemaran udara dalam rumah (Iswarini, 2006).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas, maka perumusan masalah yaitu ingin mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan gejala ISPA pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Unyur Tahun 2017 dimana angka kejadian ISPA di Puskesmas Unyur
masih menempati uratan dua dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Unyur.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
STIKes Faletehan
4
D. Manfaaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
STIKes Faletehan
5
STIKes Faletehan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus/rongga di sekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah dan
pleura (Kementerian Kesehatan, 2009).
Pengertian lain dari ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari. ISPA meliputi struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan
penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau
berurutan (Muttaqin, 2008).
2. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
6
STIKes Faletehan
7
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau nafas cepat. Napas cepat untuk golongan umur kurang dari
2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan,
yaitu:
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas.
2) Pneumonia Sedang
a) Untuk usia 2 bulan -12 bulan= 50 kali per menit atau lebih.
b) Untuk usia 1-4 tahun= 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun
yaitu:
STIKes Faletehan
8
a. ISPA ringan
Tanda dan gejala ISPA ringan yaitu batuk, pilek, demam, tidak ada nafas
cepat 40 kali per menit tidak ada tarikan dinding ke dada dalam. Seseorang
dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala-gejala: batuk,
serak (bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara), pilek
(mengeluarkan lendir dari hidung), panas atau demam (suhu badan lebih
dari 30oC). Penderita ISPA ringan cukup dibawa ke puskesmas atau diberi
obat penurun panas di rumah.
b. ISPA sedang
Tanda dan gejala ISPA sedang yaitu sesak nafas, suhu lebih dari 39oC, bila
bernafas mengeluarkan suara seperti mendengkur. Seseorang dinyatakan
menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan disertai gejala:
suhu lebih dari 39oC, tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak
pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan
nanah dari telinga, pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
c. ISPA berat
Tanda dan gejala ISPA berat yaitu kesadaran menurun, nadi cepat atau
tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung jari membiru
(sianosis). Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan
gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala yaitu: bibir
atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis pada waktu bernafas,
tidak sadar atau kesadarannya menurun, pernafasan berbunyi mendengkur
atau tampak gelisah, pernafasan menciut, sela iga tertarik ke dalam pada
STIKes Faletehan
9
waktu bernafas , nadi cepat lebih dari 60 kali per menit atau tidak teraba,
tenggorokan berwarna merah
3. Gejala ISPA
a. Anak umur 2 bulan sampai umur kurang dari 5 tahun ditandai dengan:
1) Batuk atau juga disetai dengan kesulitan bernapas.
2) Napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severe chest indrawing). Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet.
Pada kelompok ini dikenal dengan Pneumonia atau ISPA sangat berat
dengan gejala batuk dan kesulitan bernapas karena tidak ada ruang tersisa
untuk oksigen di paru-paru.
Jika bayi bernapas dengan bantuan ventilator maka akan tampak bahwa
jumlah lendir meningkat, kadang-kadang disertai dengan naik dan
turunnya suhu tubuh.
4. Penyebab ISPA
Patogen yang paling sering menyebabkan ISPA adalah virus. Menurut Dirjen
P2PL (2009) dan Depkes (2004), dalam Sinaga (2012), penyebab ISPA terdiri
dari 300 jenis bakteri dan virus. Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus
STIKes Faletehan
10
Salah satu penyebab ISPA adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang
biasanya digunakan untuk memasak. Timbulnya asap dari bahan bakar kayu
ini menyebabkan batuk, sesak napas dan sulit untuk bernapas. Polusi dari
bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash,
Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen, dan Oxigen yang sangat berbahaya bagi
kesehatan (Depkes RI, 2002).
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. Oleh karena itu penyakit
ISPA termasuk golongan air borne disease. Penularan melalui udara yang
dimaksud adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui
udara dapat juga menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghirup udara
yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab ISPA.
Saluran pernafasan selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien
(Alsagaff dan Mukty, 2010).
6. Diagnosa ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan atas dapat didiagnosis melalui gejala seperti batuk
yang disertai atau tanpa demam, hidung yang mampet atau berlendir, sakit
tenggorokan, dan/atau gangguan telinga. Sedangkan gejala klinis dari infeksi
saluran pernapasan bawah sama seperti gejala pada saluran pernapasan atas
tetapi ditambah dengan gejala bernapas cepat dan berat (Ambrose, 2005 dalam
Sakti, 2010). Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang
STIKes Faletehan
11
7. Pencegahan ISPA
Upaya pencegahan ISPA tidak mudah namun tetap harus dilakukan. Beberapa
upaya pencegahannya adalah:
STIKes Faletehan
12
1. Karakteristik Balita
a. Umur
ISPA dapat ditemukan pada 50 persen anak berusia di bawah 5 tahun dan
30 persen anak berusia 5 sampai 12 tahun (Rahajoe dkk, 2008). Untuk
keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian umur
menurut tingkat kedewasaan, interval lima tahun dan untuk mempelajari
penyakit anak (Notoatmodjo, 2003).
b. Jenis kelamin
Faktor resiko penyebab ISPA adalah jenis kelamin. Balita yang berjenis
kelamin laki-laki mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami ISPA
daripada balita dengan jenis kelamin perempuan (Irianto, 2006)
STIKes Faletehan
13
1) Ventilasi alamiah
2) Ventilasi buatan
Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai berikut:
1) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai
ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan
ditutup) minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah keduanya
menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau
pabrik, knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain.
3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan
lubang ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan
sampai terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding,
sekat, dan lain-lain.
STIKes Faletehan
14
b. Lantai rumah
Lantai rumah yang tidak kedap air dan sulit dibersihkan akan menjadi
wahana untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme di dalam
rumah dan juga dapat mengeluarkan debu. Untuk melindungi penghuni
rumah terutama balita yang mempunyai daya tahan tubuh rendah dari
penyakit berbasis lingkungan maka diperlukan jenis lantai yang kedap air
dan mudah dibersihkan (Depkes RI, 2002)
c. Dinding rumah
STIKes Faletehan
15
d. Kepadatan hunian
e. Suhu Ruangan
f. Kelembaban
3. Pencemaran Udara
STIKes Faletehan
16
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk
ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Adanya bibit penyakit di udara
umumnya berbentuk aerosol yaitu suspensi yang melayang di udara
(Gertrudis, 2010). Menurut Roe (1994) dalam Gertrudis (2010),
keberadaan penderita ISPA serumah menyebutkan bahwa adanya anggota
keluarga lain yang terkena infeksi pernafasan merupakan faktor resiko
batuk pilek pada balita.
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif.
Penelitian yang dilakukan oleh Gertrudis (2010) dan memberikan hasil
bahwa asap rokok mempunyai hubungan dengan resiko ISPA. Anak-anak
yang keluarganya terdapat perokok lebih rentan terkena penyakit
gangguang pernafasan dibanding dengan anak-anak yang bukan keluarga
perokok.
STIKes Faletehan
17
STIKes Faletehan
18
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Karakteristik Balita
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Pendidikan Orang Tua
d. Status Gizi
e. BBLR
f. ASI Eksklusif
g. Imunisasi
STIKes Faletehan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang akan diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian
(Notoadmojo, 2007). Berdasarkan pembatasan masalah yang dilakukan maka
kerangka konsep yang diambil dalam penelitian ini adalah :
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
1. Riwayat Penyakit
2. Kepadatan Hunian
ISPA Pada Balita
Rumah
3. Ventilasi Rumah
19
STIKes Faletehan
20
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Alat
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil ukur Skala
Ukur
1 ISPA pada balita Balita yang mengalami gangguan Kuesioner Wawancara 0. ISPA Ordinal
penyakit infeksi saluran 1. Tidak ISPA
pernafasan akut pada anak berusia
1-5 tahun (Depkes RI, 2007)
2 Riwayat Adanya anggota keluarga lain Kuesioner Wawancara 0. Beresiko, jika ada anggota Ordinal
Penyakit yang terkena infeksi pernafasan yang terinfeksi pernafasan
1. Tidak Beresiko, jika tidak
ada anggota yang terinfeksi
pernafasan
3 Kepadatan Perbandingan luas lantai kamar Kuesioner Observasi 0. Tidak memenuhi syarat, Ordinal
Hunian (m2) dengan jumlah orang & jika < 8m2/2orang
penghuni kamar. (Kepmenkes, Wawancara 1. Memenuhi syarat, jika
1999) 8m2/2orang
4 Ventilasi Perbandingan luas lantai kamar Kuesioner Observasi 0. Tidak memenuhi syarat, Ordinal
dengan luas jendela dan lubang & jika < 10% luas kamar/
angin kamar balita dan lubang Wawancara lantai
angina yang dapat 1. Memenuhi syarat, jika
menghubungkan udara dalam 10% luas kamar/ lantai
rumah dengan udara luar di
ruangan tidur balita. (Kepmenkes
1999)
STIKes Faletehan
21
C. Hipotesis Penelitian
Ha1 Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan gejala ispa pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017.
Ha2 Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan gejala ispa pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017.
Ha3 Ada hubungan antara ventilasi dengan gejala ispa pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017.
STIKes Faletehan
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah faktor atau komponen yang berhubungan satu sama lain dan telah
diinventarisasi lebih dulu dalam variabel penelitian. Variabel tersebut dapat
bersifat variabel independen (bebas) atau variabel dependen (terikat) serta dapat
berupa variabel lain yang ikut mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat, seperti variabel penghubung, variabel pra-kondisi, dan pendahulu
(Hidayat, 2011).
STIKes Faletehan
23
atau event. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah gejala ISPA pada
Balita.
1. Populasi
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam menghitung besarnya
sampel untuk mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan
statistik yang bermakna (significance) dengan menggunakan formula yang
sederhana, karena populasi lebih kecil dari 10.000, dapat menggunakan
formula sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).
=
1+ (2 )
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 10%.
n = 2.429 / (1 + 2.429.(10%)2)
n = 2.429 / (1 + 2.429.(0,1)2)
n = 2.429 / (1 + 2.429.(0,01))
n = 2.429 / (1 + 24.29)
n = 2.429 / 25.29
STIKes Faletehan
24
3. Teknik Sampling
Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan
populasi yang ada (Alimul,2007).
Tabel 4.1
Tabel Pengambilan Sampel
RW RT JUMLAH HASIL
X 96
BALITA
RW 2 1-2 248 248 45
X 96
528
RW 9 1-2 147 147 27
X 96
528
RW 17 1-2 133 133 24
X 96
528
TOTAL 528 96
Sumber: Data Primer 2017
1. Data Primer
STIKes Faletehan
25
2. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari instansi-instansi terkait yaitu profil kesehatan, data
penduduk, dan lainnya.
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh
karena itu, dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses pengolahan
data menurut (Hastono, 2007) ada 4 (empat) tahapan dalam pengolahan data yang
harus dilalui yaitu :
1. Editing
2. Coding
3. Processing
Setelah isian kuesioner terisi penuh, benar dan juga sudah melewati
pengcodingan maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat
STIKes Faletehan
26
4. Cleaning
1. Analisis Univariat
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
STIKes Faletehan
27
Untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (riwayat
penyakit, kepadatan hunian, dan ventilasi) dengan variabel terikat (gejala
ISPA pada Balita) secara bersamaan dengan menggunakan analisa statistik
chi-square (X2) dengan derajat kepercayaan 95 % = 0,05, data dianalisa
dengan cara memasukan data ke komputer.
X2
O E
E
Keterangan :
X2 : Kai kuadrat / Chi Square
O : Observational (frekuensi teramati dari sel baris dan
kolom)
E : Espected (frekuensi harapan dari baris dan kolom)
Uji kemaknaan hubungan digunakan tingkat kepercayaan 0,05 dimana nilai P
(P value) adalah:
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5,
maka yang digunakan adalah Fisher Exact Test.
b. Bila tabel 2x2, dan tidak ada nilai Expected (harapan), atau lebih dari 5,
maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction(a).
c. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3, dan sebagainya maka
digunakan uji Pearson Chi Square.
STIKes Faletehan
28
terikat. Odds Ratio (OR) untuk mengestimasi tingkat resiko antar variabel
dependen dengan variabel independen. Bila :
STIKes Faletehan
29
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
Dalam analisis ini dijelaskan secara deskriptif mengenai variabel yang diteliti,
yaitu ventilasi, Riwayat ISPA, kepadatan hunian, kelembaban dan letak dapur
dengan kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Unyur Puskesmas Unyur
Kota Serang Tahun 2017.
Pada penelitian ini, kejadian ISPA pada Balita adalah balita yang
mengalami keluhan penyakit infeksi saluran pernafasan akut pada pada
anak berusia 1-5 tahun. Kejadian ISPA dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu kategori ya jika balita mengalami ISPA dalam satu blan
terakhir dan kategori tidak juka balita tidak mengalami ISPA dalam atu
bulan terakhir.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan Unyur
Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017
ISPA Frekuensi %
Ya 30 31,3
Tidak 66 68,8
Total 96 100
Sumber: Data Primer 2017
STIKes Faletehan
30
Riwayat Ispa adalah adanya anggota keluarga lain yang terkena infeksi
pernafasan, riwayat ISPA dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
kategori Beresiko, jika ada anggota yang terinfeksi pernafasan dan tidak
Beresiko, jika tidak ada anggota yang terinfeksi pernafasan yang disajikan
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Riwayat ISPA di Kelurahan Unyur Puskesmas
Unyur Kota SerangTahun 2017
Ventilasi Frekuensi %
Beresiko 16 16,7
Tidak Beresiko 80 83,3
Total 96 100
Sumber: Data Primer 2017
STIKes Faletehan
31
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Ventilasi di Kelurahan Unyur Puskesmas Unyur
Kota SerangTahun 2017
Ventilasi Frekuensi %
Tidak Memenuhi
62 64,6
Syarat
Memenuhi Syarat 34 35,4
Total 96 100
Sumber: Data Primer 2017
STIKes Faletehan
32
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian di Kelurahan Unyur
Puskesmas Unyur Kota Serang
B. Analisis Bivariat
STIKes Faletehan
33
STIKes Faletehan
34
Tabel 5.6
Hubungan Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Kelurahan
Unyur Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017
STIKes Faletehan
35
Tabel 5.7
Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di
Kelurahan Unyur Puskesmas Unyur Kota Serang Tahun 2017
STIKes Faletehan
36
Unyur Kota Serang Tahun 2017. Selanjutnya berdasarkan hasil uji Risk
Estimate diperoleh nilai odd ratio (OR) sebesar 7.429 artinya responden
yang kepadatan hunian tidak memenuhi syarat memiliki kecenderungan
sebesar 7 kali untuk mengalami ISPA pada balita dibandingkan dengan
responden yang memenuhi syarat.
STIKes Faletehan
37
BAB VI
PEMBAHASAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus/rongga di sekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah dan
pleura (Kementerian Kesehatan, 2009). Anak umur 2 bulan sampai umur
kurang dari 5 tahun ditandai dengan:
3) Batuk atau juga disetai dengan kesulitan bernapas.
4) Napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe
chest indrawing). Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet.
Pada kelompok ini dikenal dengan Pneumonia atau ISPA sangat berat dengan
gejala batuk dan kesulitan bernapas karena tidak ada ruang tersisa untuk
oksigen di paru-paru.
Jika bayi bernapas dengan bantuan ventilator maka akan tampak bahwa
jumlah lendir meningkat, kadang-kadang disertai dengan naik dan turunnya
suhu tubuh.
STIKes Faletehan
38
1. Sebanyak 22.9% responden mengalami gejala batuk lebih dari lima kali
per hari dan lebih dari 14 hari.
2. Sebanyak 8.3% responden mengalami gejala tidak mau atau tidak bisa
minum.
3. Sebanyak 20.8% responden mengalami gejala batuk dahak atau batuk
lendir.
4. Sebanyak 2.1% responden mengalami gejala sesak nafas atau nafas cepat
atau napas terputus.
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia (Kepmenkes No.1407/MENKES/SK/XI/ 2002 Tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara). Pencemaran udara
adalah kontaminasi pada lingkungan dalam ruangan (indoor) atau luar ruangan
(outdoor) oleh bahan-bahan kimia, fisik, ataupun biologi yang dapat
mengubah karakteristik alamiah dari atmosfer.
Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Adanya bibit penyakit di udara
umumnya berbentuk aerosol yaitu suspensi yang melayang di udara
(Gertrudis, 2010). Menurut Roe (1994) dalam Gertrudis (2010), keberadaan
STIKes Faletehan
39
STIKes Faletehan
40
4) Ventilasi buatan
Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai berikut:
4) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai ruangan,
sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari
luas lantai ruangan.
5) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau
pabrik, knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain.
6) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai
terhalang oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat, dan
lain-lain.
STIKes Faletehan
41
Hasil analisis didapat dari 62 responden yang ventilasi tidak memenuhi syarat
sebanyak 26 responden (41.9%) mengalami ISPA pada Balita dan 36
responden (58.1%) tidak mengalami ISPA. Sedangkan dari 34 responden
STIKes Faletehan
42
Menurut Slamet (2002) dalam Chahaya (2004) ruangan dengan ventilasi tidak
baik jika dihuni seseorang akan mengalami kenaikan kelembaban yang
disebabkan penguapan cairan tubuh dari kulit karena uap pernapasan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Marvin (2002) dalam Chahaya (2004)
yang menyatakan ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA.
Hasil yang sama pada penelitian Sinaga (2011) dalam penelitiannya di Jakarta
Utara menemukan bahwa kepadatan hunian mempunyai hubungan dengan
resiko ISPA. Penelitian yang mendukung lainnya adalah berdasarkan hasil
STIKes Faletehan
43
STIKes Faletehan
BAB VII
A. Kesimpulan
44
STIKes Faletehan
45
B. Saran
STIKes Faletehan
DAFTAR REFERENSI
Afandi, Ade Irawan. 2012. Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian
ISPA Akut pada Anak Balita di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2012. Tesis. UI. Depok
Ariknto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Kota Serang. 2016. Profil Kesehatan Kota Serang 2016. Serang:
Dinkes Kota Serang.
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Banten 2015.
Serang: Dinkes Banten.
Evi. 2012. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Kelurahan Maricaya Selatan
Wilyah Kerja Puskesmas Mamajang Kota Makassar. FKM Unhas.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Parameter Pencemaran Udara
dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik, dan Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Selamba Medika
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakart. PT. Rineka
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Cipta.
Puskesmas Unyur. 2015. Laporan Bulanan Program P2 ISPA Puskesmas Unyur
Kota Serang Tahun 2015. Kota Serang: Puskesmas Unyur.
Puskesmas Unyur. 2016. Laporan Bulanan Program P2 ISPA Puskesmas Unyur
Kota Serang Tahun 2016. Kota Serang: Puskesmas Unyur.
46
STIKes Faletehan
47
STIKes Faletehan
Batuk lebih dari 5x/hari dan lebih dari 14 hari
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 22 22,9 22,9 22,9
Tidak 74 77,1 77,1 100,0
Total 96 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 8 8,3 8,3 8,3
Tidak 88 91,7 91,7 100,0
Total 96 100,0 100,0
Batuk dahak/lendir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 20 20,8 20,8 20,8
Tidak 76 79,2 79,2 100,0
Total 96 100,0 100,0
tarikan dinding dada kedalam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 96 100,0 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 2 2,1 2,1 2,1
Tidak 94 97,9 97,9 100,0
Total 96 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Puskesmas 79 82,3 82,3 82,3
Klinik Swasta 9 9,4 9,4 91,7
Rumah Sakit 8 8,3 8,3 100,0
Total 96 100,0 100,0
ANALISISUNIVARIAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 30 31,3 31,3 31,3
Tidak 66 68,8 68,8 100,0
Total 96 100,0 100,0
48
STIKes Faletehan
49
Riwayat ISPA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Beresiko 16 16,7 16,7 16,7
Tidak Beresiko 80 83,3 83,3 100,0
Total 96 100,0 100,0
Ventilasi Kamar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 62 64,6 64,6 64,6
Memenuhi Syarat 34 35,4 35,4 100,0
Total 96 100,0 100,0
Kepadatan Hunian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 34 35,4 35,4 35,4
Memenuhi Syarat 62 64,6 64,6 100,0
Total 96 100,0 100,0
ANALISISBIVARIAT
Crosstab
STIKes Faletehan
50
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat
ISPA (Beres iko / Tidak 3,612 1,195 10,919
Beresiko)
For cohort Gejala
2,143 1,215 3,778
Pneumonia = Ya
For cohort Gejala
,593 ,335 1,050
Pneumonia = Tidak
N of Valid Cases 96
Crosstab
STIKes Faletehan
51
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ventilasi
Kamar (Tidak Memenuhi 5,417 1,700 17,258
Syarat / Memenuhi Syarat)
For cohort Gejala
3,565 1,357 9,366
Pneumonia = Ya
For cohort Gejala
,658 ,515 ,840
Pneumonia = Tidak
N of Valid Cases 96
Crosstab
STIKes Faletehan
52
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kepadatan
Hunian (Tidak Memenuhi 7,429 2,840 19,430
Syarat / Memenuhi Syarat)
For cohort Gejala
3,647 1,936 6,872
Pneumonia = Ya
For cohort Gejala
,491 ,324 ,744
Pneumonia = Tidak
N of Valid Cases 96
STIKes Faletehan