Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pratikum........................................................................ 1

1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum MPI .................................................................................. 4

2.2 Klasifikasi Metode MPI ...................................................................... 10

2.2.1 MPI Dry Visible

2.2.2 MPI Wet Visible

2.2.3 MPI Wet Fluorescent

BAB III METODE PENGUJIAN

3.1 Instalasi Pengujian .............................................................................. 14

3.2 Prosedur Pengujian.............................................................................. 15

3.2.1 Prosedur Pengujian MPI Dry Visible

3.2.2 Prosedur Pengujian MPI Wet Visible

3.2.3 Prosedur Pengujian MPI Wet Fluorescent

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

4.1 Sketsa Hasil Pengujian ........................................................................ 19

4.2 Analisa Jenis Cacat. ......................................................................... 20


BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan. ...................................................................................... 21

5.2 Saran. ................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Sket Benda Kerja


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.

karena dengan rahmat serta hidayahNYA, saya dapat menyelesaikan laporan

pratikum Non Destructive Testing (NDT) dengan metode Magnetic Particle

Inspection(MPI).

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membimbing dan membantu, terutama kepada asistan laboratorium Non

Destructive Testing (NDT) yang telah memberikan saran, bimbingan, dan bantuan

baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Saya berharap laporan ini dapat berguna bagi semua pihak. Saya sangat

berharap dalam laporan ini adanya kritik serta saran guna memperbaiki laporan

dimasa yang akan datang.

Cilegon, Mei 2013

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum

Sekarang ini kebutuhan akan logam yang berkualitas pada Industri-industri


permesinan sangat di butuhkan untuk pembuatan alat-alat penunjang yang di
butuhkan oleh manusia. Hampir dari semua hal ciptaan manusia di dominasi oleh
logam, mulai dari mobil, sepeda, sepeda motor, jembatan dan lain sebagainya.
Tentu saja logam yang di gunakan bukanlah satu jenis logam saja melainkan dari
banyak jenis logam.

Selain pemilihan jenis logam yang di gunakan, produsen-produsen pengguna


logam juga harus memikirkan bagaimana kualitas dari logam tersebut, apakah
logam itu akan mampu menahan beban yang akan diberikan. Oleh karena itu
sebuah logam pasti melalui proses Quality Control (QC) atau uji kelayakan
sebelum di pasarkan. Dalam pengujian sebuah logam kita harus memahami
metode-motode yang di gunakan, salah satunya dengan cara Non destructive test
(pengujian tak merusak ) yang didalamnya terdapat metode Magnetic particle
inspection. Pengujian ini akan mengetahui cacat atau tidaknya sebuah logam.
Logam akan di uji dengan menggunakan tiga metode dari metode Magnetic
particle yaitu metode Dry particle, Wet particle, dan Wet Fluorescent.

Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah


permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetic dapat
diketahui. Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji.
Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran
medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada
material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan
magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetic dipermukaan. Partikel-
partikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet.
Kelemahan metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetik. Selain
itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah
retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi.
1.2 Tujuan Praktikum

Untuk mendeteksi cacat pada suatu benda kerja dengan menggunakan metode
Magnetic Particle Inspection (MPI).

1.3 Batasan Masalah

Seperti kita ketahui bersama untuk mengetahui cacat tidaknya sebuah benda
kerja kita harus melakukan pengujian terhadap benda kerja tersebut. Banyak
metode yang bisa di gunakan dalam pengujian sebuah benda kerja, salah satunya
dengan metode Magnetic particle inspection.

Pada laporan ini akan dibahas mengenai metode Magnetic Particle Inspection
(MPI). Dimana pada metode MPI terdapat tiga metode pengujian, diantaranya :

a. Metode Wet Visible

b. Metode Dry Visible

c. Metode Wet Fluorescent

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk penulisan laporan Praktikum Magnetic Particle Inspection (MPI) ini


penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang penulisan, waktu dan tempat
dilaksanakan Praktikum Magnetic Particle Inspection, tujuan praktikum, ruang
lingkup atau batasan permasalahan dalam penulisan laporan Praktikum, metodde
pengumpulan data dalam menyusun laporan praktikum dan sistematika penulisan
laporan praktikum.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas tentang pengertian umum, prinsip kerja dari magnetic
particle inspection (MPI), jenis-jenis magnet, magnetisasi, dan demagnetisasi.
BAB III METODE PENGUJIAN

Pada bab ini membahas tentang instalasi pengujian, alat dan bahan yang
digunakan, prosedur pengujian MPI dry visible, prosedur pengujian MPI wet
visible, dan prosedur pengujian MPI wet fluorescent.

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sketsa hasil pengujian dan hasil
analisa jenis cacat setelah praktikum berlangsung.

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini adalah bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran
yang diangkat penulis selama melakukan Praktikum Magnetic Particle
Inspection(MPI) di Laboratorium Non Destructive Testing (NDT).
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

Pengujian terhadap sebuah benda kerja dengan menggunakan metode MPI


adalah dengan meggunakan prinsip dasar magnet. Sebuah medan magnet selalu
menunjukan gejala yang sama yaitu arah medan magnet selalu bergerak dari kutub
utara menuju kutub selatan ( diluar magnet ). Dengan prinsip dasar inilah kita bisa
gunakan untuk menguji logam yang bersifat ferromagnet.

Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu
memiliiki dua kutub yaitu kutub selatan dan kutub utara. Dimana arah medan
magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah
dari kutub selatan ke kutub utara didalam magnet.

Prinsip kerja dari Magnetic Particle Inspection ( MPI ) adalah dengan


memagnetisasi benda yang di inspeksi yaidu dengan cara mengalirkan arus listrik
dalam bahan yang di inspeksi. Ketika terdapat cacat peda benda uji maka arah
medan magnet akan berbelok sehingga terjadi kebocoran dalam flux magnetic.
Bocoran flux magnetic akan menarik butir-butir ferromagnetic di permukaan
sehingga lokasi cacat dapat di tunjukan.

Gambar.2.1 Arah medan magnet terpotong oleh retakan


Jenis-jenis magnet

Magnet mendapat nama dari suatu tempat di Yunani yang bernama


Magnesia. Mineral yang ditambang di kawasan ini dinamakan Magnetite. Oleh
karena itu, nama itu diturunkan menjadi magnet. Orang Yunani
menyebutnya Magnetic, atau Magnetos. Orang Inggris menyebutnya Lodestone
karena sifatnya yang selalu menujuk ke arah Utara dan oleh karena itu dapat
dipakai sebagai pedoman arah. Orang Prancis menyebutnya Ament atau Batu
yang Bercinta, sementara orangIndia menyebutnya Chumbak, batu yang
berciuman. Orang Tionghoa juga mengartikan Chu She. Nama-nama ini
menunjukan pada sifat gaya tarik-menarik dari batu ini.

Batu magnet yang ditemukan dalam bahan tambang adalah Feri Oksida
(FeO). Dari bahan ini, disiapkan magnet buatan. Magnet buatan ini disiapkan
dengan tiga macam metode.

Magnet alam digosok pada bahan magnet, sebagai hasilnya-bahan itu


bersifat magnet namun dengan daya yang lemah.

Dalam metode membuat magnet dengan menggunakan listrik, kawat yang


terbungkus isolasi digulungkan mengelilingi sebuah bahan magnet dan
arus listrik dialirkan melewati kumparan ini. untuk periode waktu yang
berbeda guna memperoleh kekuatan berbeda. Proses ini menghasilkan
magnet yang lebih kuat.

Ilmuwan merancang mesin yang disebut Magnetiser. yang mengubah


bahan magnet menjadi magnet tanpa menggunakan kawat. Mesin ini
umum digunakan dewasa ini untuk membuat magnet buatan dan magnet
untuk menyembuhkan.

A. Magnet permanen

Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika di magnetisasi maka bahan


logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka
waktu yang lama ( permanen)
Secara umum magnet permanent terbagi atas 4 jenis, yaitu:

1. Ceramic or Ferrite
Jenis magnet ini dapat ditemukan dimana saja khususnya dalam bentuk
aksesoris rumah tangga, seperti magnet aksesoris kulkas, mainan anak-anak, white
board, jam dinding,dan lain-lain. Magnet ini kekuatannya relatif kecil dan
kemampuan terapinya sangat lemah dan tidak dianjurkan untuk digunakan dalam
terapi magnet. Harganya murah dan warnanya hitam. magnet ini adalah magnet
paling rendah tingkatannya.

2. Alnico
Jenis magnet ini dapat ditemukan di dalam alat-alat motor (kipas angin,
speaker, mesin motor), juga sering dijumpai dalam perkakas rumah tangga,
mainan anak-anak,dan lain-lain. Magnet ini juga sering dijumpai dalam lab
sekolahan bahkan juga dapat ditemukan pada sepatu kuda yang berfungsi untuk
meningkatkan daya lari kuda. Magnet ini kekuatannya relatif sedang dan
kemampuan terapinya sangat lemah dan tidak dianjurkan untuk digunakan dalam
terapi magnet. Harganya murah, magnet ini adalah magnet yang masih termasuk
kategori berenergi rendah.

3. Samarium Cobalt (SmCo)


Jenis magnet ini dapat ditemukan di dalam alat-alat elektronik seperti
VCD, DVD, VCR Player, Handphone, dan banyak lagi. Magnet ini kekuatannya
relatif kuat dan kemampuan terapinya biasa saja, jarang digunakan dalam terapi
magnet pada umumnya. Harganya cukup mahal. magnet ini adalah magnet yang
termasuk kategori berenergi sedang.

4. Neodymium Iron Boron (NdFeB or NIB)


Jenis magnet ini dikenal juga dengan sebutan King Of Magnet yaitu raja
dari segala magnet permanent yang kita sebut tadi baik dari segi kekuatan magnet,
daya terapi, harga, dan manfaat dalam membantu memulihkan kesehatan tubuh
manusia. Magnet ini sangat terkenal diberbagai bidang kesehatan baik secara
fisiotherapy dan pengobatan alternatif, juga digunakan oleh rumah sakit-rumah
sakit (seperti MRI), dan terapi magnet dalam pakar fisiotherapy. Magnet ini
sangat dianjurkan untuk kebutuhan terapi karena memiliki energi yang sangat
kuat.

B. Elektromagnet

Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferromagnetik yang jika


diberikn arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika
pemberian arus listrik di hentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan
hilang

Elektromagnet adalah prinsip pembangkitan magnet dengan menggunakan


arus listrik. Aplikasi praktisnya kita temukan pada motor listrik, speaker, relay
dsb. Sebatang kawat yang diberikan listrik DC arahnya meninggalkan kita (tanda
silang), maka disekeliling kawat timbul garis gaya magnet melingkar, lihat
gambar 1.2 Sedangkan gambar visual garis gaya magnet didapatkan dari serbuk
besi yang ditaburkan disekeliling kawat beraliran listrik, seperti gambar di bawah
ini.

Gambar.2.2 Sifat elektromagnetik

Sebatang kawat pada posisi vertikal diberikan arus listrik DC searah


panah, maka arus menuju keatas arah pandang (tanda titik). Garis gaya magnet
yang membentuk selubung berlapis lapis terbentuk sepanjang kawat. Garis gaya
magnet ini tidak tampak oleh mata kita, cara melihatnya dengan serbuk halus besi
atau kompas yang didekatkan dengan kawat penghantar tsb. Kompas
menunjukkan bahwa arah garis gaya sekitar kawat melingkar. Arah medan magnet
disekitar penghantar sesuai arah putaran sekrup (James Clerk Maxwell, 1831-
1879). arah arus kedepan (meninggalkan kita) maka arah medan magnet searah
putaran sekrup kekanan. Sedangkan bila arah arus kebelakang (menuju kita) maka
arah medan magnet adalah kekiri.

Gambar.2.3 Garis magnet membentuk selubung seputar kawat berarus.

Gambar. 2.4 Prinsip putaran sekrup

Aturan sekrup mirip dengan hukum tangan kanan yang menggenggam,


dimana arah ibu jari menyatakan arah arus listrik mengalir pada kawat. Maka
keempat arah jari menyatakan arah dari garis gaya elektromagnet yang
ditimbulkan.
Arah aliran arus listrik DC pada kawat penghantar menentukan arah garis
gaya elektromagnet. Arah arus listrik DC menuju kita (tanda titik pada
penampang kawat), arah garis gaya elektromagnet melingkar berlawanan arah
jarum jam. Ketika arah arus listrik DC meninggalkan kita (tanda silang
penampang kawat),
garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan melingkar searah dengan jarum jam
(sesuai dengan model mengencangkan sekrup). Makin besar intensitas arus yang
mengalir semakin kuat medan elektro-magnet yang mengelilingi sepanjang kawat
tersebut.

Magnetic Testing (MT) / Magnetic Particle Inspection (MPI) digunakan


untuk mendeteksi cacat / diskontinuitas las-lasan yang berada di permukaan
(suface) dan di bawah permukaan (sub-surface) dengan kedalaman plus minus 2
mm. Cara kerjanya dengan menggunakan alat yang disebut Yoke yang
didalamnya berisi kumparan / coil yang apabila dialiri arus listrik akan
menghasilkan medan magnet yang fungsinya nanti menarik keluar magnetic
flux pada benda uji. Dimana flux line yang berada pada cacat benda uji akan
berpendar (stray) dan menjadi magnetic attractive poles North dan South.
Sehingga menimbulkan medan magnet dan keberadaan cacat pun bisa terbaca dari
sini.

Dalam beberapa kasus, MPI dapat meninggalkan sisa bidang yang


kemudian mengganggu perbaikan pengelasan. Ini dapat dihilangkan dengan
perlahan menyeka permukaan dengan AC yoke energi.

MPI sering digunakan untuk mencari keretakan pada sambungan las dan di
daerah-daerah yang diidentifikasi sebagai rentan terhadap lingkungan retak
(misalnya korosi retak tegang atau hidrogen induced cracking), kelelahan retak
atau creep retak. Basah neon MPI menemukan digunakan secara luas dalam
mencari kerusakan lingkungan di bagian dalam kapal.

Aplikasi inspeksi partikel magnetik.

Metode inspeksi partikel magnetik banyak digunakan untuk pemeriksaan


tahap akhir dari suatu komponen di industri. Biasanya digunakan sebagai
proses kontrol kualitas, pemeliharaan dan perbaikan di pabrik industri
transportasi, pemeliharaan mesin, dan pemeriksaan komponen besar.
Meskipun proses inspeksi partikel magnetik digunakan untuk mendeteksi
diskontinuitas dan ketidaksempurnaan pada material/ komponen sedini
mungkin dalam urutan operasi atau pemeriksaan akhir yang diperlukan untuk
memastikan bahwa diskontinuitas suatu material/ komponen dapat ditolak.
Hal ini untuk menghindari kerugian dalam penggunaan atau fungsi dari bagian
yang belum dikembangkan selama pemrosesan. Selama menerima inspeksi,
bagian-bagian setengah jadi dan bahan baku diperiksa untuk mendeteksi
adanya cacat awal pada material. Inspeksi partikel magnetik secara luas
digunakan pada komponen rod dan bar stock, forging blanks, dan rough
casting.

Magnetisasi

Magnetisasi adalah proses yang di lakukan untuk membangkitkan medan


magnet pada benda yang akan di inspeksi. Ada beberapa matode dalam
magnetisasi suatu benda kerja yaitu :

1. Magnetisasi Longitudinal
Dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil .
2. Magnetisasi Yoke
Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki yoke
ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.
3. Magnetisasi sirkular
Magnetik sirkular terdiri dari :
a. Magnetik tak langsung, arus listrik di alirkan ke konduktor sentral.
Medan magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya.
b. Magnetisasi langsung, arus listrik di alirkan pada bahan yang akan
dimagnetisasi.
c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti dengan
logam tembaga kemudian dialiri arus listrik.

Demagnetisasi

Demagnetisasi adalah penghilangan magnet sisa pada benda uji setelah


dilakukan pengujian. Tujuan dilakukan demagnetisasi adalah agar setelah
pengujian benda yang di uji tidak mengganggu atau mempengaruhi proses
berikutnya. Demagnetisasi dapat dilakukan menggunakan arus AC atau DC.

Pada metode Magnetic Particle Inspection (MPI) terdapat tiga metode


pengujian :

1. Metode Wet Visible


2. Metode Dry Visible
3. Metode Wet Fluorescent
Ketiga metode tersebut pada prinsipnya sama, namun serbuk magnet yang di
gunakan pada setiap pengujian yang berbeda.

2.2 Klasifikasi Metode MPI

2.2.1 MPI Dry Visible

Magnetik Particle Inspection Dry Visible atau Partikel magnetik kering


biasanya dapat dibeli dalam banyak warna yaitu merah, hitam, abu-abu, kuning
dan banyak lagi sehingga tingkat tinggi kontras antara partikel dan bagian yang
sedang diperiksa dapat dicapai. Ukuran partikel magnetik juga sangat penting.
Produk Partikel magnetik kering diproduksi untuk menyertakan berbagai ukuran
partikel. Partikel halus adalah sekitar 50 mm (0,002 inci) dalam ukuran, dan
sekitar tiga kali lebih kecil dengan diameter lebih dari 20 kali lebih ringan dari
partikel kasar (150 mm atau 0.006 inci). Ini membuat mereka lebih sensitif
terhadap bidang kebocoran dari diskontinuitas yang sangat kecil. Namun,
pengujian partikel kering tidak bisa dibuat secara eksklusif dari partikel-partikel
halus. Partikel kasar yang diperlukan untuk menjembatani diskontinuitas besar
dan untuk mengurangi sifat berdebu bubuk itu. Selain itu, partikel kecil mudah
melekat ke permukaan kontaminasi, seperti sisa-sisa kotoran atau uap air, dan
terjebak dalam fitur kekasaran permukaan. Ini juga harus diakui bahwa partikel
halus akan lebih mudah terpesona oleh angin, karena itu, kondisi berangin dapat
mengurangi sensitivitas inspeksi. Selain itu, reklamasi partikel-partikel kering
tidak dianjurkan karena partikel kecil cenderung ditangkap kembali dan "pernah
digunakan" campuran akan menghasilkan inspeksi yang kurang sensitif.
Salah satu keuntungan dari inspeksi partikel magnetik ini adalah memiliki
beberapa metode evaluasi yaitu indikasi cacat umumnya menyerupai cacat
sebenarnya. Ini tidak terjadi dengan metode NDT seperti inspeksi saat ultrasonik
dan eddy, di mana sebuah sinyal elektronik harus ditafsirkan. Ketika pemeriksaan
partikel magnetik digunakan, retak pada permukaan bagian muncul sebagai garis
tajam yang mengikuti jalan retak. Cacat yang ada di bawah permukaan bagian
yang kurang didefinisikan dan lebih sulit untuk dideteksi. Berikut adalah beberapa
contoh indikasi partikel magnetik diproduksi menggunakan dry particle (partikel
kering).

2.2.2 MPI Wet Visible.

Partikel magnetik juga disertakan dalam suspensi basah seperti air atau
minyak (Magnetik Particle Inspection Wet Visible). Metode pengujian partikel
magnetik basah umumnya lebih sensitif daripada kering karena suspensi
menyediakan partikel dengan mobilitas lebih banyak dan memungkinkan partikel
yang lebih kecil untuk digunakan karena debu dan kepatuhan ke permukaan
kontaminasi dikurangi atau dihilangkan. Metode basah juga membuatnya mudah
untuk menerapkan partikel merata ke daerah yang relatif besar.

Metode magnetik partikel basah memiliki produk berbeda dari produk


serbuk kering dalam beberapa cara. Salah satu cara adalah bahwa baik partikel
terlihat dan neon yang tersedia. Kebanyakan nonfluorescent partikel oksida besi
feromagnetik, yang hitam atau cokelat warna. Fluorescent partikel yang dilapisi
dengan pigmen yang berpendar bila terkena sinar ultraviolet. Partikel yang
berpendar hijau-kuning, yang paling umum untuk mengambil keuntungan dari
puncak sensitivitas warna mata tetapi warna neon lainnya juga tersedia.

Partikel digunakan dengan metode basah lebih kecil dalam ukuran daripada
yang digunakan dalam metode kering karena alasan yang disebutkan di atas.
Partikel biasanya 10 mm (0,0004 inci) dan lebih kecil dan oksida besi sintetis
memiliki diameter partikel sekitar 0,1 mm (0,000004 inci). Ukuran sangat kecil
merupakan hasil dari proses yang digunakan untuk membentuk partikel dan tidak
terlalu diinginkan, karena partikel hampir terlalu halus untuk menyelesaikan
keluar dari suspensi. Namun, karena magnetisme sisa sedikit, partikel oksida yang
hadir sebagian besar dalam kelompok yang menyelesaikan keluar dari suspensi
jauh lebih cepat dibandingkan dengan partikel individu. Hal ini memungkinkan
untuk melihat dan mengukur konsentrasi partikel untuk tujuan pengendalian
proses. partikel basah juga merupakan campuran ramping panjang dan partikel
bulat.

Solusi pembawa dapat air atau berbasis minyak. pembawa air berbasis
bentuk indikasi lebih cepat, umumnya lebih murah, hadiah kecil atau tidak ada
bahaya kebakaran, tidak mengeluarkan asap petrokimia, dan lebih mudah untuk
membersihkan dari bagian tersebut. solusi berbasis air biasanya dirumuskan
dengan inhibitor korosi untuk menawarkan beberapa perlindungan korosi. Namun,
solusi carrier berbasis minyak menawarkan perlindungan embrittlement unggul
korosi dan hidrogen untuk bahan-bahan yang rentan terhadap serangan oleh
mekanisme ini.

2.2.3 MPI Wet Fluorescent

Indikasi diproduksi menggunakan partikel magnetik basah lebih


tajam dari indikasi partikel kering terbentuk di cacat serupa. Ketika partikel
fluorescent digunakan, visibilitas indikasi sangat ditingkatkan karena mata ditarik
ke "bersinar" daerah dalam pengaturan gelap.
BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Intalasi Pengujian

Sebelum pengujian dengan menggunakan metode MPI ada beberapa hal


yang perlu di persiapkan yaitu menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (power
Lifting of Yoke ) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2), yaitu untuk
arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4.5 kg (10 lb ) pada
maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih dapat mengangkat beban yang
disyaratkan maka yoke tersebut masih layak untuk di gunakan.

i. Alat Praktikum:

a. Sikat Kawat berfungsi untuk membersihkan atau menghilangkan karat


pada benda uji sebelum dilakukan pengujian.

Gambar 3.1 sikat kawat

b. Majun berfungsi untuk mengelap benda uji yang telah diberi cleaner.

Gambar 3.2 Majun


c. Yoke berfungsi untuk membangkitkan medan magnet pada benda uji yang
akan di inspeksi.

Gambar 3.3 yoke

d. Black light berfungsi untuk melihat cacat hasil inspeksi yang telah
dilakukan menggunakan metode wet fluorescent.

Gambar 3.4 black light

e. Penggaris berfungsi untuk mengukur hasil cacat yang telah dilakukan


inspeksi dan mengukur benda uji.

Gambar 3.5 penggaris


ii. Bahan bahan Pratikum :

a. Benda uji

Gambar 3.6 benda uji

b. Cleaner berfungsi untuk untuk menghilangkan noda-noda yang berada di


benda uji agar proses magnetisasi mendapatkan hasil yang maksimal.

Gambar 3.7 cleaner

c. White kontras paint (WCP) berfungsi untuk memudahkan mendeteksi


adanya cacat. Karena warna dari WCP lebih kontras.

Gambar 3.8 White Contras Paint (WCP)


d. Wet Particle berfungsi untuk memudahkan mendeteksi adanya cacat,
digunakan pada metode wet visible ( serbuk magnet tipe basah).

Gambar 3.9 wet particle ( serbuk magnet tipe basah)

e. Wet particle for fluorescent berfungi untuk memudahkan mendeteksi


adanya cacat pada metode wet fluorescent.

Gambar 3.10 wet particle for fluorescent

f. Dry particle, berfungsi untuk memudahkan mendeteksi adanya cacat pada


metode dry visible (magnet tipe kering).

Gambar 3.11 Dry Visible (serbuk magnet tipe kering)


3.2 Prosedur Pengujian
1. Persiapan pengujian
Sebelum pengujian dengan menggunakan metode MPI ada beberapa
hal yang perlu dipersiapkan yaitu menguji kekuatan yoke terlebih
dahulu (Power Lifting of Yoke) bedasarkan ASME section V Article 6
(T-773, 2), yaitu untuk arus AC yoke harus mampu mengangkat beban
seberat 4,5 Kg (10 lb) pada maximum pole spacing-nya. Apabila yoke
masih dapat mengangkat beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut
masih layak untuk digunakan.

2. Langkah Pengujian
3.2.1 Metode Wet Visible
1. Cleaning
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering
dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat
mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
2. Apply WCP-2
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka dilakukan
penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan mendeteksi adanya cacat. Karena warna dari WCP 2
lebih kontras dari pada serbuk feromagnetik.
3. Apply AC/DC yoke
Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai dimagnetisasi.
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik
serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut
akan mendeteksi adanya cacat pada benda uji tersebut.
4. Aplikasi Serbuk Magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan
pada benda uji. Serbuk yang digunakan type basah.
5. Inspection
Dimaksudkan untuk meneliti bentuk cacat yang terdapat pada
benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat
menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.
6. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan
sisa sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji
tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang
nantinya akan menyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau
DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam
koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika
menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang.
7. Post Cleaning
Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari
sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

3.2.2 Metode Dry Visible


1. Cleaning
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering
dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat
mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
2. Apply AC/DC yoke
Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai dimagnetisasi.
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik
serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut
akan mendeteksi adanya cacat pada benda uji tersebut.
3. Aplikasi Serbuk Magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan
pada benda uji. Serbuk yang digunakan type kering.
4. Inspection
Dimaksudkan untuk meneliti bentuk cacat yang terdapat pada
benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat
menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.
5. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan
sisa sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji
tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang
nantinya akan menyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau
DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam
koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika
menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang.
6. Post Cleaning
Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari
sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

3.2.3 Metode Wet Fluorescent


1. Cleaning
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering
dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat
mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
2. Menyalakan Black Light
3. Setting Penerangan
Atur intensitas uv light (20 lux) dan black light (1000 lux)
4. Apply AC/DC yoke
Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai dimagnetisasi.
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik
serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut
akan mendeteksi adanya cacat pada benda uji tersebut.
5. Aplikasi Serbuk Magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan
pada benda uji. Serbuk yang digunakan type basah.
6. Inspection
Dimaksudkan untuk meneliti bentuk cacat yang terdapat pada
benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat
menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.
7. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan
sisa sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji
tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang
nantinya akan menyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau
DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam
koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika
menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang.
8. Post Cleaning
Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari
sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

4.2 Analisa Jenis Cacat

Cacat merupakan suatu keretakan yang nampak pada benda kerja. Cacat
tersebut dapat terlihat setelah dilakukan pengujian tanpa merusak benda tersebut
dengan tiga metode, yaitu dry visible, wet visible, dan wet flourecnt. Dari ketiga
metode tersebut, wet flourecnt adalah metode yang paling baik dari metode
lainnya karena cacat dapat terlihat jelas dengan bantuan sinar black light dan juga
dapat memperjelas bentuk retakan atau cacat yang ada pada benda yang diujikan.

Adapun panjang dari cacat yang telah dilakukan pada pratikum dari tiap-
tiap metode adalah sebagai berikut:

a. Metode wet visible

Diperoleh panjang retakan sepanjang :

15 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 5 mm

17 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 90 mm


10 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 190 mm

b. Metode dry visible

Diperoleh panjang retakan sepanjang :

13 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 25 mm

12 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 82 mm

14 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 161 mm

c. Metode wet flourecnt

Diperoleh panjang retakan sepanjang

4 mm dengan jarak dari titik acuan sepanjang 32 mm


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktek Magnetic Particle Inspection (MPI) yang telah dilakukan


dapat disimpulkan dari beberapa metode diantaranya :

a. Metode Wet Visible

b. Metode Dry Visible

c. Metode Wet Fluorescent

Dari masing masing metode telah didapat tiga cacat atau retakan, hanya pada
metode wet fluoresent hanya didapat satu cacat atau retakan, karena insepeksi wet
fluorescent dilakukan pada siang hari. Mungkin karena faktor cahaya yang
mempengaruhi inspeksinya maka didapat hanya satu retakan.

5.2 Saran

Pada saat praktikum sebaiknya pergunaan yoke ke benda kerja lebih lama
agar benda kerja mendapatkan magnetisasi yang maksimal.

Agar mendapatkan cacat yang maksimal sebaiknya waktu praktek di


lakukan pada malam hari karena Faktor cahaya dalam metode MPI sangat
mempengaruhi hasil dari pengujian benda kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Asisten.2013. Modul Praktikum Non Destructive Testing (NDT).Cilegon :


Fakultas
Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
www.google.com/magneticparticleinspection

www.google.com/Dunia Mekanikal/magneticparticleinspection

www.google.com/my binder/magneticparticleinspection

www.google.com/wendisukma/magneticparticleinspection

Anda mungkin juga menyukai