Bab 1-2
Bab 1-2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan
masyarakat, tuntutan masyarakat akan peningkatan kesehatan yang
berkualitas juga akan semakin meningkat. Tuntutan akan kebutuhan
pelayanan asuhan dimasa yang akan datang merupakan tantangan yang harus
di persiapkan secara benar dan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh
institusi pendidikan kesehatan (Hasan, 1997).
Tuntutan akan profesionalisme dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas mengakibatkan institusi pendidikan yang
mencetak tenaga kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan
sumber daya kesehatan yang mampu melaksanakan tugas tenaga kesehatan
yang berkualitas dan sesuai standar pelayanan kesehatan. Profesionalisme
tenaga kesehatan dapat dimulai saat pembelajaran di institusi pendidikan
kesehatan.
Dalam pendidikan kesehatan Schweek and Gebbie (1996) menyatakan
bahwa pembelajaran klinik adalah the heart of the total curriculum plan.
Maksudnya unsur yang paling utama dalam pendidikan kesehatan adalah
bagaimana proses pembelajaran klinik dikelola di lahan praktik. Oleh karena
itu manajemen pembelajaran di klinik perlu dikelola dengan baik di rumah
sakit.
Rumah sakit sebagai bagian integral dari keseluruhan sistem
pelayanan kesehatan, tidak hanya menjadi institusi pemberi jasa pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi memiliki fungsi lainnya yaitu sebagai
lahan tempat untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh pada saat
menempuh pendidikan kesehatan.
Proses pembelajaran klinik yang dilakukan untuk setiap program
pendidikan kesehatan akan memberikan manfaat yang optimal untuk
menghasilkan lulusan D III kesehatan yang berkualitas, khususnya pada hal
ini adalah D III Kebidanan. Manajemen pembelajaran klinik yang terorganisir
1
2
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Dapat menerapkan teori bimbingan klinik (CI) yang diperoleh di Institusi
Pendidikan ke lahan praktik
2.Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian terkait dengan proses bimbingan klinik (CI) di
Ruang Cempaka RSUD Ambarawa.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah terkait dengan proses
bimbingan klinik (CI) di Ruang Cempaka RSUD Ambarawa.
c. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah yang telah teridentifikasi.
d. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah.
e. Mengusulkan alternatif pemecahan dan penyelesaian masalah bagi
RSUD Ambarawa pada umumnya dan Ruang Cempaka pada khususnya.
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan (Mahasiswa D-IV Pembimbing Klinik)
Diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi
mahasiswa praktikan.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan klinik secara optimal.
3. Bagi Lahan Praktik (Ruang Cempaka RSUD Ambarawa)
Memberikan informasi tentang proses bimbingan klinik (CI) dengan baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan (STIKES Ngudi Waluyo Ungaran)
Diharapkan dapat meluluskan mahasiswa D-IV Pembimbing Klinik yang
mampu membimbing praktik klinik secara profesional.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Klinik
1. Pengertian
Pembelajaran klinik keperawatan adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam tatanan nyata. Sedangkan
pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam
melaksanankan praktek keperawatan profesional dalam tatanan nyata
(Nursalam, 2008).
Pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar
yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam
melaksanakan praktik keperawatan profesional dalam tatanan nyata.
Pembelajaran Klinik adalah bentuk kegiatan pendidikan/pengalaman
belajar untuk menumbuhkan serta membina sikap dan keterampilan
profesional keperawatan peserta didik dengan lingkuangan belajar pada
tatanan nyata. Bentuk program pendidikan untuk mempersiapkan tenaga
keperawatan profesional khususnya di lapangan (AkperPPNI, 2012).
Pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta
didik di klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan
cara mendidik yang sesuai dengan tujuan, dan karakteristik individual
peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam,
2002).
2. Prinsip Pembelajaran Klinik
Upaya untuk mendapatkan bimbingan di lapangan yang lebih
optimal waktu di dalam pelaksanaan bimbingan praktek lapangan
hendaknya memperhatikan hal-hal (Hidayat, 2000) :
a. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas dari
berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata.
5
6
b. Sasaran Bimbingan
Proses bimbingan diharapkan mempunyai sasaran yang maksimal
dalam membantu individu (Hidayat, 2002). Sasaran tersebut yaitu:
1) Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri.
Melalui proses bimbingan diharapkan dapat membantu
mahasiswa untuk mengenali dirinya baik dari segi kemampuan
maupun keterbatasan.
2) Pengenalan terhadap lingkungan.
Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya merupakan
lingkungan dengan iklim yang kondusif sehingga akan
memudahkan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada disekitarnya.
3) Pengambilan keputusan.
Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa
menentukan pilihan dan agar mahasiswa bertanggung jawab
terhadap konsekuensi yang dipilihnya.
12
4) Pengarahan diri
Individu atau mahasiswa yang dibimbing akan berani
melaksanakan keputusan yang ditetapkannya, dan berusaha
mengarahkan dirinya pada kegiatan yang menguntungkan.
5) Perwujudan diri
Perwujudan diri merupakan kemampuan merealisasikan diri
(mewujudkan diri) yang merupakan tujuan akhir dari usaha
bimbingan, individu mampu mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan minat dan bakatnya.
c. Soft Skill
SOFTSKILL (Kemampuan NON-TEKNIS) merupakan
kemampuan seseorang untuk bisa bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Sifatnya invisible.
Attribut dari softskill ini seperti : sikap baik seperti integritas,
inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan,
kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel,
komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, kemampuan beradaptasi,
pemecahan masalah dan lainnya. Softskill telah menjadi salah satu
faktor yang menentukan kesuksesan karir seseorang dan dapat turut
meningkatkan kinerja organisasi. Softskill juga terbagi menjadi dua
jenis. Pertama adalah kualitas personal, yang terdiri dari : dapat
bertanggung jawab, kepercayaan diri, mampu bersosialisasi, self-
management (mampu mengatur diri sendiri) dan integritas/kejujuran.
Yang kedua adalah interpersonal skill yang terdiri dari : leadership
(kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama
dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain
d. Metode bimbingan klinik
Menurut Priyanto (2008), metode pengajaran yang sesuai
untuk mengajar di lapangan klinik sangat relatif. Hal ini disebabkan
karena berbagai sifat dari lapangan klinik, bermacam-macam metode
dalam perawatan, perbedaan kompetensi perawat serta perbedaan
antara staf pengajar dan peserta didik. Staf pengajar sebaiknya
13
7) Penugasan klinik
a) Penempatan peserta didik pada lahan praktik
b) Tujuan : memberikan pengalaman praktik klinik yang nyata
sebagai tempat mengembangkan ketrampilan profesional
Pelaksanaan penugasan klinik :
a) Buat kontrak yang jelas dengan peserta didik :
(1) Lamanya waktu penugasan klinik
(2) Objektif dan kompetensi yang harus dicapai
(3) Metode bimbingan
(4) Metode evaluasi
b) Bagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan
maksimal
c) Setiap hari setiap kelompok dibimbing oleh satu orang
pembimbing
8) Diskusi kelompok
a) Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus
dan brainstorming
b) Tujuan : membahas masalah-masalah atau kebutuhan-
kebutuhan yang ditemukan dalam praktik klinik setiap hari.
Pelaksanaan diskusi kelompok :
a) Dilakukan dipertengahan proses klinik setiap hari
b) Dilakukan dalam satu kelompok praktek
c) Dipimpin oleh satu orang pembmbing yang berfungsi
sebagai fasilitator
d) Mendiskusikan kesulitandan keberhasilan dalam melakukan
askep maupu isu-isu terkait
e) Pembimbing menstimulus kelompok untuk mencari
penyelesaan masalahnya sendiri.
9) Metode mentoring
Peran pembimbing klinik sebagai mentor :
a) Siap untuk mengambil peran
16
B. ManajemenPembelajaranKlinik
Manajemen pembelajaran klinik adalah suatu cara pengelolaan proses
belajar mengajar dengan menerapkan teori-teori manajemen untuk
menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran klinik (Larasati, 2004).
Menurut Priyanto (2008), salah satu faktor yang memegang peranan
dalam keberhasilan pelaksanaan bimbingan praktik klinik keperawatan adalah
adanya pembimbing yang berkualitas. Tenaga pembimbing praktik klinik
dapat staf pengajar atau staf perawat dari lahan praktik. Staf pengajar biasanya
merupakan anggota tim dari pengajar dari mata ajaran yang akan dipraktikkan.
Dengan demikian tim tersebut yang akan menetapkan dan mengetahui dengan
jelas tujuan praktik klinik, alokasi waktu yang diperlukan, kegiatan belajar
mengajar yang dipilihnya serta system evaluasinya. Dalam mengelola
program bimbingan praktik klinik keperawatan meliputi langkah-langkah
yaitu :
1. Perencanaan program bimbingan
Praktik klinik keperawatan merupakan mata ajaran yang telah
ditentukan beban studinya.Sebagai kegiatan proses belajar mengajar,
program PKK ini perlu disiapkan dan dirancang (termasuk program
dalambimbingan) agar tujuannya tercapai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program
bimbingan praktik klinik keperawatan adalah :
18
a. Metode Delphi
Kelompok masalah yang akan diprioritaskan dengan cara
diskusi, masalah diambil dari stratifikasi. Metode ini diterapkan
terutama bila dihadapi masalah yang kompleks, semantara data
kwantitatif yang mendukung kejelasan masalah tersebut tidak dan
tersedia. Tiap orang anggota kelompok penilai diminta pendapatnya
untuk tiap masalah yang kemudian tiap penilai tadi menetapkan
kategori masalah tadi menjadi berat sekali (skor 5), berat ( skor 4),
sedang ( skor 3), ringan ( skor 2), ringan sekali ( skor 1). Kemudian
hasil penilaian untuk masalah tadi dikumpulkan untuk mendapatkan
skor total untuk setiap maslah. Skortotal inilah yang dipakai untik
menetapkan prioritas masalah.
b. Metode Delberg
1) Menentukan faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya nilai
permasalahan sehingga masalah yang satu dengan yang lain dapat
dibedakan.
2) Mngkaji apakah kriteria tersebut dapat dipakai untuk dapat menilai
suatu permasalahan
3) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.
4) Menentukan skala nilai misalnya 1-10
5) Menentukan proiritas masalah
Sebab Sebab
Sebab Sebab
Akibat
Sebab
Sebab
Sebab
Sebab
Sebab
Sebab
Sebab Sebab
Akibat
Sebab Sebab
Sebab Sebab
F. Analisis SWOT
1. Pengertian
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
2. Faktor- faktor analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
a. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
25
b. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
c. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.Hanlon kwantitatif.
d. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini
dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Matrik SWOT
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis
perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki.
26
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif
dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari
ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan
internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk
membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi:
Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-
Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT
(Weaknesses-Threats).
Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1) Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2) Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3) Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.
6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.
8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat