Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan
masyarakat, tuntutan masyarakat akan peningkatan kesehatan yang
berkualitas juga akan semakin meningkat. Tuntutan akan kebutuhan
pelayanan asuhan dimasa yang akan datang merupakan tantangan yang harus
di persiapkan secara benar dan ditangani dengan sungguh-sungguh oleh
institusi pendidikan kesehatan (Hasan, 1997).
Tuntutan akan profesionalisme dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas mengakibatkan institusi pendidikan yang
mencetak tenaga kesehatan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan
sumber daya kesehatan yang mampu melaksanakan tugas tenaga kesehatan
yang berkualitas dan sesuai standar pelayanan kesehatan. Profesionalisme
tenaga kesehatan dapat dimulai saat pembelajaran di institusi pendidikan
kesehatan.
Dalam pendidikan kesehatan Schweek and Gebbie (1996) menyatakan
bahwa pembelajaran klinik adalah the heart of the total curriculum plan.
Maksudnya unsur yang paling utama dalam pendidikan kesehatan adalah
bagaimana proses pembelajaran klinik dikelola di lahan praktik. Oleh karena
itu manajemen pembelajaran di klinik perlu dikelola dengan baik di rumah
sakit.
Rumah sakit sebagai bagian integral dari keseluruhan sistem
pelayanan kesehatan, tidak hanya menjadi institusi pemberi jasa pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi memiliki fungsi lainnya yaitu sebagai
lahan tempat untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh pada saat
menempuh pendidikan kesehatan.
Proses pembelajaran klinik yang dilakukan untuk setiap program
pendidikan kesehatan akan memberikan manfaat yang optimal untuk
menghasilkan lulusan D III kesehatan yang berkualitas, khususnya pada hal
ini adalah D III Kebidanan. Manajemen pembelajaran klinik yang terorganisir

1
2

memberikan dampak yang positif bagi lulusan-lulusan DIII Kebidanan yang


belajar secara nyata di lingkup pelayanan kesehatan.
Menurut Corkhill (1998) dikutip dari Syahreni dan Waluyanti (2007)
tujuan pembelajaran klinik adalah mengintegrasikan teori dengan praktik. Hal
senada yang di ungkapkan oleh Munthe (2009) pembelajaran klinik tidak
hanya memberikan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah
diperoleh dikelas sebelumnya. Selain itu, menurut Oermann (2007)
pembelajaran klinik juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Pembelajaran klinik harus ditata
sedemikian rupa sehingga mahasiswa mempunyai kemampuan untuk
berhubungan dengan masalah nyata tersebut (Syahreni & Waluyanti, 2007).
Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk
menerapkan teori yang dipelajari di saat proses belajar mengajar di institusi
kesehatan ke dalam praktik profesional. Melalui praktik klinik mahasiswa
diharapkan lebih aktif dan siap dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi
orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Sehingga baik secara
teori yang didapat pada saat pendidikan dapat sejalan dengan praktik yang
dilakukan secara nyata dan langsung di lahan pelayanan kesehatan.
Pada pembelajaran klinik, mahasiswa dituntut untuk mampu
pengambilan keputusan klinis yang mengintegrasikan teori, hukum,
pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan khusus. Tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan menerima klien sebagai
makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang tidak
dapat dipisahkan. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen
dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan
masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Reilly, 2002).
Seiring dengan berkembangnya pendidikan kesehatan di Indonesia
khususnya di bidang kebidanan. Pendidikan kebidanan mulai mengalami
perkembangan yang sangat pesat dengan lahirnya akademi-akademi
kebidanan baru baik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan maupun oleh
yayasan atau swasta dalam strata Diploma III.
3

Untuk mengetahui kebutuhan tenaga pendidik baik teori, praktik


laboratorium maupun praktik klinik dibutuhkan tenaga pendidik dengan latar
belakang pendidikan minimal satu jenjang diatasnya yaitu D-IV Kebidanan.
Untuk dapat memberikan bimbingan secara professional maka mahasiswa D-
IV Kebidanan dibekali dengan pengalaman membimbing mahasiswa D-III
Kebidanan di lahan praktik baik di Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA,
Bidan Praktik Swasta, dll. Dengan harapan nantinya bisa menerapkan ilmu
dan pengalaman yang didapatkan untuk institusi masing-masing.
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah problem
solving, yaitu mahasiswa mampu menganalisis potensi sekaligus kesulitan
praktik mahasiswa bimbingan, kemudian menetapkan tujuan dan pemecahan
masalah dalam bentuk bimbingan terintegrasi.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pengelolaan pembelajaran klinik mempunyai peranan yang besar dalam
menghasilkan lulusan mahasiswa kesehatan yang profesional. Selain itu
peranan clinical instruktur dalam proses pembelajaran klinik juga memiliki
peran penting untuk menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang profesional
dan ahli dalam bidangnya.
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran sebagai penyelenggara Program
Studi D-IV Pembimbing Klinik mempercayakan RSUD Ambarawa sebagai
lahan praktik bagi mahasiswa D-IV Pembimbing Klinik dalam melaksanakan
Praktik Bimbingan Klinik (CI) khususnya di Ruang Cempakayang berjumlah
6 orang.Di Ruang Cempaka terdapat 3 CI, namun hanya 2 CI yang
mendapatkan tugas untuk membimbing mahasiswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat diperlukan sarana/lahan
praktek pembelajaran klinik. Diharapkan dengan penerapan ilmu
pembelajaran kebidanan secara nyata di rumah sakit, mahasiswa mampu
mengembangkan kemampuan baik knowledge, skill maupun attitude dalam
memberikan bimbingan.
4

B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Dapat menerapkan teori bimbingan klinik (CI) yang diperoleh di Institusi
Pendidikan ke lahan praktik
2.Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian terkait dengan proses bimbingan klinik (CI) di
Ruang Cempaka RSUD Ambarawa.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah terkait dengan proses
bimbingan klinik (CI) di Ruang Cempaka RSUD Ambarawa.
c. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah yang telah teridentifikasi.
d. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah.
e. Mengusulkan alternatif pemecahan dan penyelesaian masalah bagi
RSUD Ambarawa pada umumnya dan Ruang Cempaka pada khususnya.

C. Manfaat
1. Bagi Praktikan (Mahasiswa D-IV Pembimbing Klinik)
Diharapkan bisa dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi
mahasiswa praktikan.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh bimbingan klinik secara optimal.
3. Bagi Lahan Praktik (Ruang Cempaka RSUD Ambarawa)
Memberikan informasi tentang proses bimbingan klinik (CI) dengan baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan (STIKES Ngudi Waluyo Ungaran)
Diharapkan dapat meluluskan mahasiswa D-IV Pembimbing Klinik yang
mampu membimbing praktik klinik secara profesional.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Klinik
1. Pengertian
Pembelajaran klinik keperawatan adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam tatanan nyata. Sedangkan
pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam
melaksanankan praktek keperawatan profesional dalam tatanan nyata
(Nursalam, 2008).
Pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar
yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam
melaksanakan praktik keperawatan profesional dalam tatanan nyata.
Pembelajaran Klinik adalah bentuk kegiatan pendidikan/pengalaman
belajar untuk menumbuhkan serta membina sikap dan keterampilan
profesional keperawatan peserta didik dengan lingkuangan belajar pada
tatanan nyata. Bentuk program pendidikan untuk mempersiapkan tenaga
keperawatan profesional khususnya di lapangan (AkperPPNI, 2012).
Pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta
didik di klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan
cara mendidik yang sesuai dengan tujuan, dan karakteristik individual
peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam,
2002).
2. Prinsip Pembelajaran Klinik
Upaya untuk mendapatkan bimbingan di lapangan yang lebih
optimal waktu di dalam pelaksanaan bimbingan praktek lapangan
hendaknya memperhatikan hal-hal (Hidayat, 2000) :
a. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas dari
berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata.

5
6

b. Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan


perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di
tempat pelayanan kesehatan.
c. Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik
bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses penyembuhan
pasien.
d. Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta
didik dunia kerja professional.
e. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang
ditemukan.
3. Perencanaan Pembelajaran Klinik
Menurut William H Newman dalam bukunya Administrative
Action Techniques of Organization and Management dalam Majid
(2005) dalam Satria (2010) menyatakan bahwa perencanaan adalah
menentukan apa yang akan dilakukan. Dalam konteks pembelajaran,
perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan materi,
penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran.
Sebelum membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih
dahulu. Melalui pengkajian akan didapatkan status kemampuan awal
peserta didik sehingga akan membantu menetapkan tujuan pembelajaran.
Tidak semua mahasiswa harus mendapatkan proses pembelajaran yang
sama walaupun tujuan akhir dari pembelajarannya sama. Sedangkan
untuk makna pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang menyatakan
bahwa pengajaran merupakan terjemahan dari instruction atau teaching.
Sedikit berbeda dengan Correy dalam bukunya Association for
Education Communication and Technology dalam Satria (2010)
mengatakan bahwa instruction merupakan bagian dari pendidikan yang
merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja
dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat belajar melakukan hal
tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu pula.
Berasumsi pada pendapat Correy, maka untuk dapat melaksanakan
pembelajaran, seorang dosen atau pengajar di lahan praktik yang sering
7

disebut instruktur klinik berperan sebagai perancang dan pengembang


model pembelajaran sekaligus sebagai pengelola atau pelaksana. Oleh
karena itu untuk melaksanakan tugas ini, instruktur klinik perlu memiliki
pengetahuan, sikap, keterampilan khusus dan hal-hal atau materi yang
akan disampaikan. Selain itu instruktur klinik pun sebaiknya memahami
tentang konsep perencanaan pembelajaran (Satria, 2010).
Menurut Hunt dalam Satria (2010) ada beberapa model persiapan
mengajar diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model
ROPES merupakan sebuah urutan tahap dari Review, Overview,
Presentation, Exercise dan Sumarry. Model ini cocok diadopsi untuk
pembelajaran klinik karena dimulai dari review atau pengulangan tentang
kegiatan yang akan dilakukan. Tahap kedua overview yaitu menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan. Kemudian tahap presentation dengan
kegiatan mendemontrasikan tindakan yang akan dilakukan. Keempat
adalah exercise atau latihan, pada tahap ini mahasiswa melakukan
tindakan keperawatan di bawah supervisi instruktur klinik. Model
terakhir yaitu summary atau membuat rangkuman dari pembelajaran
yang telah berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak
mencantumkan aspek evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur klinik
dapat mengetahui kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap
summary bisa dimodifikasi menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih
oleh kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga
bagian yaitu kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua
merupakan kegiatan inti yaitu penyampaian materi dan pemberian
bimbingan terhadap mahasiswa. Dan tahap terakhir merupakan kegiatan
penutup yang biasanya ditandai dengan cara membuat rangkuman atau
melaksanakan evaluasi untuk materi yang telah dipelajari.
8

4. Faktor Pendukung Pembelajaran Klinik


a. Pembimbing Klinik
PembimbingKlinik/ Clinic Instructure adalah perawat yang
terpilih, perawat yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk
membimbing dan mengarahkan peserta didik selama proses
pembelajaran di lahan praktik sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah dibuat (Widodo, 1999)
Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk
atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek.
Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing
agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan (Asyahadi, 2004).
1) Peran dan Fungsi Pembimbing
Menurut Widodo (1999) peran, fungsi dan tanggung jawab
pembimbing klinik antara lain :
a) Peran fungsi pembimbing klinik sebagai berikut :
(1) Sebagai agen pembaharu (Change Agent)
Seorang pembimbing klinik diharapkan mampu
mengadakan perubahan-perubahan yang mengarah
kepada pembaharuan dan peningkatan mutu bimbingan
terhadap peserta didik, yang pada akhirnya akan
memberi dampak pada mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan.
(2) Sebagai nara sumber
Pembimbing klinik senantiasa menjadi tempat bertanya
dan tempat menemukan jawaban bagi peserta didik saat
mengalami kesulitan selama proses pembelajaran
dilahan praktik.
9

(3) Sebagai manajer (pengelola)


Dalam perannya sebagai manajer, pembimbing klinik
hendaknya mampu mengelola lingkungan dan fasilitas
di lahan praktik yang dapat memfasilitasi peserta didik
melaksanakan praktik klinik sehingga dapat mencapai
pengalaman belajar klinik secara optimal sesua itujuan
yang telah ditetapkan. Selain itu pembimbing klinik
juga harus mampu membimbing dan member
pengarahan kepada peserta didik pada pembimbing
serta dapat belajar efektif dan efisien
(4) Sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, pembimbing klinik diharapkan dapat
menjadi perantara dalam hubungan antar
manusia.Untuk itu pembimbing klinik harus terampil
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomunikasi.
Sebagai fasilitator, pembimbing klinik hendaknya
mampu mengusahakan sumber belajar yang bermanfaat
serta dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran
di lahan praktik.
(5) Sebagai demonstrator
Pembimbing klinik hendaknya senantiasa menguasai
bahan/ materi, prosedur/ perasat yang akan diajarkan
kepada peserta didik, selain itu secara terus menerus
mengikuti perkembangan IPTEK terutama yang
berkaitan dengan kesehatan dan keperawatan.
(6) Sebagai evaluator
Pembimbing klinik diharapkan mampu memberikan
penilaian kepada peserta didik baik selama proses
pembelajaran klinik maupun pada akhir praktik.
Pembimbing klinik hendakny amengevaluasi apakah
tujuan praktik telah dicapai, apakah keterampilan yang
10

telah dilakukan benar-benar dikuasai, apakah metode


bimbingan telah sesuai. Informasi yang diperoleh
melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik
terhadap proses pembelajaran klinik selanjutnya.
Menurut Infante (1975), peran dan fungsi pembimbing
antara lain:
a) Pembimbing mengikuti dan memandu pre dan post
conference
b) Membimbing dan mendampingi mahasiswa selama
melaksanakan keterampilan
c) Mengevaluasi keterampilan mahasiswa
d) Mengoreksi laporan mahasiswa
e) Mengecek kehadiran mahasiswa
f) Memberi nilai bimbingan selama praktik
2) Kompetensi pembimbing klinik
Upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
suportif diperlukan pembimbing klinik yang mempunyai
pengetahuan yang kokoh, mempunyai kemampuan klinik,
trampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai
pembimbing klinik (Oermann, 1985).
Pembimbing harus mempunyai latar belakang pendidikan
keperawatan yang lebih tinggi dari pendidikan mahasiswa bila ia
sudah lulus, mempunyai kemampuan profesional dalam area
klinik tertentu sehingga dapat memberikan pelayanan atau
asuhan keperawatan berdasarkan prinsip saintifik. Hal ini sangat
esensial karena role model yang diciptakan oleh pengajar
klinik akan dengan mudah dipelajari oleh mahasiswa.
3) Kriteria Pembimbing Klinik
Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a) Profesional dalam ketrampilan yang diajarkan
b) Mendorong mahasiswa untuk mempelajari ketrampilan baru
11

c) Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)


d) Memberikan umpan balik segera
e) Mengatur stress para mahasiswa
f) Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada
kegagalan
g) Sabar dan mendukung
h) Memberi penghargaan dan dukungan positif
i) Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahan-
kan rasa harga diri
j) Mendengar aktif
k) Humor yang tepat
l) Memberi kesempatan untuk istirahat
m) Mengamati respon peserta didik
n) Memberi pujian

b. Sasaran Bimbingan
Proses bimbingan diharapkan mempunyai sasaran yang maksimal
dalam membantu individu (Hidayat, 2002). Sasaran tersebut yaitu:
1) Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri.
Melalui proses bimbingan diharapkan dapat membantu
mahasiswa untuk mengenali dirinya baik dari segi kemampuan
maupun keterbatasan.
2) Pengenalan terhadap lingkungan.
Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya merupakan
lingkungan dengan iklim yang kondusif sehingga akan
memudahkan mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada disekitarnya.
3) Pengambilan keputusan.
Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa
menentukan pilihan dan agar mahasiswa bertanggung jawab
terhadap konsekuensi yang dipilihnya.
12

4) Pengarahan diri
Individu atau mahasiswa yang dibimbing akan berani
melaksanakan keputusan yang ditetapkannya, dan berusaha
mengarahkan dirinya pada kegiatan yang menguntungkan.
5) Perwujudan diri
Perwujudan diri merupakan kemampuan merealisasikan diri
(mewujudkan diri) yang merupakan tujuan akhir dari usaha
bimbingan, individu mampu mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan minat dan bakatnya.
c. Soft Skill
SOFTSKILL (Kemampuan NON-TEKNIS) merupakan
kemampuan seseorang untuk bisa bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Sifatnya invisible.
Attribut dari softskill ini seperti : sikap baik seperti integritas,
inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan,
kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel,
komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, kemampuan beradaptasi,
pemecahan masalah dan lainnya. Softskill telah menjadi salah satu
faktor yang menentukan kesuksesan karir seseorang dan dapat turut
meningkatkan kinerja organisasi. Softskill juga terbagi menjadi dua
jenis. Pertama adalah kualitas personal, yang terdiri dari : dapat
bertanggung jawab, kepercayaan diri, mampu bersosialisasi, self-
management (mampu mengatur diri sendiri) dan integritas/kejujuran.
Yang kedua adalah interpersonal skill yang terdiri dari : leadership
(kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama
dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain
d. Metode bimbingan klinik
Menurut Priyanto (2008), metode pengajaran yang sesuai
untuk mengajar di lapangan klinik sangat relatif. Hal ini disebabkan
karena berbagai sifat dari lapangan klinik, bermacam-macam metode
dalam perawatan, perbedaan kompetensi perawat serta perbedaan
antara staf pengajar dan peserta didik. Staf pengajar sebaiknya
13

memilih metode berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik


peserta didik, kemampuan staf pengajar dan konsep kerangka kerja
proses belajarmengajar.
Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering
digunakan adalah sebagai berikut (Ngalim, 2002):
1) Metode Observasi
Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang
nyata dengan mengembangkan perilaku baru untuk
pembelajaran masa mendatang.
Metode ini meliputi :
a) Observasi lapangan
b) Field trip
c) Ronde keperawatan
d) Metode demonstrasi
2) Metode bedside teaching
Merupakan metode bimbingan yang dilakukan disamping
tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan
keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Metode bimbingan klinik untuk meningkatkan kemampuan
psikomotor peserta didik. Pelaksanaan bed-side
teaching/demonstrasi:
a) Sebelumnya diskusikan tindakan yang akan dilakukan oleh
peserta didik
b) Awalnya pembimbing dapat memberikan contoh langsung
pada peserta didik
c) Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan atau
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peserta didik
Setelah selesai pembimbing bersama peserta didik
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan memberikan
umpan balik.
14

3) Metode nursing clinic


Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien
dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih
sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat
memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip -
prinsip dan prosedur perawatan dari pasien.
4) Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis
(eksperensial)
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan
untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan
praktik.
5) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care study)
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian
secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang
mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap
tindakan yang dilakukan.
6) Konferensi
Diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah (turney, dkk. 1982).
Konferensi yang dianjurkan :
a) Konferensi awal (Pre-conference)
Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah
klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi
pelaksanaan tindakan
b) Konferensi akhir (Post-conference)
Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi
perkembangan klien, pengalaman praktik langsung.
15

7) Penugasan klinik
a) Penempatan peserta didik pada lahan praktik
b) Tujuan : memberikan pengalaman praktik klinik yang nyata
sebagai tempat mengembangkan ketrampilan profesional
Pelaksanaan penugasan klinik :
a) Buat kontrak yang jelas dengan peserta didik :
(1) Lamanya waktu penugasan klinik
(2) Objektif dan kompetensi yang harus dicapai
(3) Metode bimbingan
(4) Metode evaluasi
b) Bagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan
maksimal
c) Setiap hari setiap kelompok dibimbing oleh satu orang
pembimbing
8) Diskusi kelompok
a) Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus
dan brainstorming
b) Tujuan : membahas masalah-masalah atau kebutuhan-
kebutuhan yang ditemukan dalam praktik klinik setiap hari.
Pelaksanaan diskusi kelompok :
a) Dilakukan dipertengahan proses klinik setiap hari
b) Dilakukan dalam satu kelompok praktek
c) Dipimpin oleh satu orang pembmbing yang berfungsi
sebagai fasilitator
d) Mendiskusikan kesulitandan keberhasilan dalam melakukan
askep maupu isu-isu terkait
e) Pembimbing menstimulus kelompok untuk mencari
penyelesaan masalahnya sendiri.
9) Metode mentoring
Peran pembimbing klinik sebagai mentor :
a) Siap untuk mengambil peran
16

b) Membagi pengetahuan ttg perawatan pasien dan berlaku


sebagai positif role model
c) Familiar dengan programstudy mentee dan melakukan
dokumentasi pengkajian
d) Mengidentifikasi kesempatan belajar sepesifik dan
pengalaman belajar sebagai proses yg terencana
e) Mengobservasi mentee melakukan ketrampilan dalam
supervisi sesuai level yg sesuai
f) Menyediakan waktu untuk refleksi, feedback, monitoring dan
dokumentasi kemajuan mentee
g) Mengkaji kompetensi dan keamanan pasien, menjaga dalam
dokumentasi pengkajian
h) Membeerikan kpd mentee feedback membangun, dengan
menyarankan bagaimana meningkatkan untuk peningkatan
kemajuan mentee
i) Melaporkan setiap insiden yg tdk diinginkan atau hal penting
kepada manajer senior anda dan institusi pendidikan
j) Bekerja sama denga dosen dan staf pendidikan klinik bila
diperlukan
k) Memelihara pengetahuan profesional termasuk pertemuan
mentorship updates
l) Mencatat pengalaman mentoring anda sebagai bukti
pengembangan profesional
m) Ikut dalam supervisi klinik dan merfleksikan hubungan ini ke
dalam peran tersebut
e. Kriteria Pemilihan Metode
Perencanaan pengalaman belajar praktek klinik mencakup
keputusan pemilihan metode yang akan digunakan yang dapat
memungkinkan pencapaian tujuan belajar. Proses pemilihan metode
harus sesuai dengan tujuan belajar, Entry Behavior dan
karakteristik peserta didik, kualitas serta ketrampilan pengajar, yang
behubungan dengan rasio peserta didik, pengajar, karakteristik lahan
17

praktik serta kelemahan metode yang dipilih. Kriteria dan pemilihan


metode mengajar dan pengajaran klinik harus sesuai dengan
(Oermann, 1985):
1) Tujuan pengalaman praktek klinik.
2) Kemampuan, pengalaman, dan karakteristik peserta didik.
3) Kemampuan pembimbing, kerangka konsep proses
pembalajaran.
4) Sumber-sumber dan keterbatasan lahan praktek.
5) Filosofi keperawatan.
6) Kompetensi yang ada.

B. ManajemenPembelajaranKlinik
Manajemen pembelajaran klinik adalah suatu cara pengelolaan proses
belajar mengajar dengan menerapkan teori-teori manajemen untuk
menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran klinik (Larasati, 2004).
Menurut Priyanto (2008), salah satu faktor yang memegang peranan
dalam keberhasilan pelaksanaan bimbingan praktik klinik keperawatan adalah
adanya pembimbing yang berkualitas. Tenaga pembimbing praktik klinik
dapat staf pengajar atau staf perawat dari lahan praktik. Staf pengajar biasanya
merupakan anggota tim dari pengajar dari mata ajaran yang akan dipraktikkan.
Dengan demikian tim tersebut yang akan menetapkan dan mengetahui dengan
jelas tujuan praktik klinik, alokasi waktu yang diperlukan, kegiatan belajar
mengajar yang dipilihnya serta system evaluasinya. Dalam mengelola
program bimbingan praktik klinik keperawatan meliputi langkah-langkah
yaitu :
1. Perencanaan program bimbingan
Praktik klinik keperawatan merupakan mata ajaran yang telah
ditentukan beban studinya.Sebagai kegiatan proses belajar mengajar,
program PKK ini perlu disiapkan dan dirancang (termasuk program
dalambimbingan) agar tujuannya tercapai.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program
bimbingan praktik klinik keperawatan adalah :
18

a. Kesiapan peserta didik


b. Petunjuk praktik klinik
c. Spesifikasi lahan praktik
d. Strategi peraturan peserta didik untuk praktik
e. Kerja sama antara pembimbing klinik dengan staf keperawatan di
lahan praktik
2. Pelaksanaan
Pada dasarnya pelaksanaan bimbingan mengacu pada petunjuk praktik
dan rencana pengaturan yang telah disusun. Namun acuan ini tidak secara
kaku dijalankan oleh karena masih dimungkinkan adanya modifikasi
sewaktu waktu dengan mempertimbangkan kepentingan pelayanan
untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan juga kepentingan peserta
didik dalam mencapai tujuan.
3. Evaluasi
Evaluasi hasil dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi yang
telah disiapkan dan disepakati misal :ceklist keterampilan
Penetapan metode bimbingan juga tidak dipilih atas dasar keinginan
pembimbing saja, namun memerlukan beberapa pertimbangan sebagai
berikut :
a. Sifat obyektif
b. Karakteristik peserta didik
c. Kualitas dan keterampilan pembimbing
d. Rasio pengajar pesertadidik
e. Karateristik lingkungan klinik
Kriteria dalam menyeleksi metode bimbingan klinik yang biasa
digunakan sebagai berikut :
a. Kesesuaian obyektif dengan aspek yang terdapat pada metode tertentu
b. Kesesuaian antara keterampilan pengajar dengan kerangka konsep
proses belajar mengajar
c. Hambatan yang ditemukan di lahan praktik
Persyaratan tentang keragaman yang berhubungan dengan berbagai
kompetensi yang harus dicapai.
19

C. Strategi Pembelajaran Klinik


Pembelajaran klinik merupakan fokus pembelajaran dan pengajaran
yang melibatkan klien secara langsung. Pembelajaran klinik ini adalah inti
dari pengembangan profesional dan mengahntarkan peserta didik pada
tatanan dunia nyata. Tekhnik / Strategi Pembelajaran Praktek
1. Mahasiswa memperoleh informasi tentang target kegiatan yang harus
dicapai.
2. Mahasiswa memperoleh pembekalan sebelum praktek.
3. Pelaksanaan praktek klinik PKK1
4. Proses belajar praktek
a) Pre Conference
1) Informasi tentang pelaksananan praktek
2) Penjajagan tentang kesiapan praktek
3) Perencanaan praktek mahasiswa
b) Ronde
1) Penyeliaan pembimbing praktek dari pendidikan / lahan praktek
2) Problem solving masalah masalah praktek dan kasus kasus
yang ditemukan mahasiswa
3) Pembinaan mahasiswa dalam praktek
c) Post Conference
1) Evaluasi pelaksanaan praktek mahasiswa

D. Evaluasi Pembimbingan Klinik


Evaluasi merupakan salah satu fungsi dalam pelaksanaan proses
pembimbingan klinik di lahan praktik.
1. Tujuan Evaluasi
a. Memperoleh informasi kemajuan proses belajar dalam melaksanakan
praktik klinik.
b. Menentukan tingkat pencapaian tujuan praktik klinik yang telah
dirumuskan institusi.
c. Mengetahui kesulitan mahasiswa dalam pembimbingan praktik.
20

d. Memberikan nilai keterampilan kepada setiap mahasiswa.


e. Pertanggungjawaban pembimbing klinik kepada institusi terhadap
proses hasil bimbingan.
f. Untuk memperbaiki proses pembimbingan klinik yang akan datang.
2. Cara Evaluasi Praktik Klinik
Evaluasi praktik klinik menekankan pada pencapaian kompetensi
dan kualitas pencapaian pembelajaran setelah selesai melaksanakan
praktik dan evaluasi pencapaian kompetensi. Pembimbing klinik
mengadakan umpan balik tentang hasil yang telah dicapai, meminta
pendapat kepada mahasiswa mengenai proses pembimbingan dan segala
hal yang dihadapinya yang menyangkut faktor-faktor pendukung, faktor
penghambat serta kekurangan-kekurangan yang ditemukan (Ahnan, 2007).

E. Problem solving dalam manajemen bimbingan klinik


Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Chang dan Kelly (2003)
adalah sebagai berikut :
1. Definisikan masalah.
Ada dua hal untuk mendefinisikan masalah, antara lain :
a. Susun pernyataan masalah
Pernyataan masalah harus objektif dan ditulis dengan kalimat jelas
dan sederhana.
b. Identifikasi keadaan yang diinginkan / tujuan
Bila masalah telah teridentifikasi, maka akan memudahkan
mengidentifikasi masalah yang mereka inginkan sehingga bisa
memberikan fokus dan arahan. Tujuan yang terukur memungkinkan
untuk mengikuti perkembangan pada saaat masalah sedang
dipecahkan. Juga membuat evaluasi efektifitas solusi ajkan menjadi
lebih mudah.
2. Prioritas masalah
Dari berbagai maslah yang ditemukan tidak munkin seluruhnya
dapat ditanggulangi, untuk itu perlu adanya prioritasa masalah, metode
untuk penentuan prioritas maslah dapat menggunakan :
21

a. Metode Delphi
Kelompok masalah yang akan diprioritaskan dengan cara
diskusi, masalah diambil dari stratifikasi. Metode ini diterapkan
terutama bila dihadapi masalah yang kompleks, semantara data
kwantitatif yang mendukung kejelasan masalah tersebut tidak dan
tersedia. Tiap orang anggota kelompok penilai diminta pendapatnya
untuk tiap masalah yang kemudian tiap penilai tadi menetapkan
kategori masalah tadi menjadi berat sekali (skor 5), berat ( skor 4),
sedang ( skor 3), ringan ( skor 2), ringan sekali ( skor 1). Kemudian
hasil penilaian untuk masalah tadi dikumpulkan untuk mendapatkan
skor total untuk setiap maslah. Skortotal inilah yang dipakai untik
menetapkan prioritas masalah.
b. Metode Delberg
1) Menentukan faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya nilai
permasalahan sehingga masalah yang satu dengan yang lain dapat
dibedakan.
2) Mngkaji apakah kriteria tersebut dapat dipakai untuk dapat menilai
suatu permasalahan
3) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria.
4) Menentukan skala nilai misalnya 1-10
5) Menentukan proiritas masalah

3. Analisis sebab-sebab potensial.


Yaitu tahap pemecahan masalah ke tempat mana pernyataan perlu
diajukan dan informasi perlu dikumpulkan serta disaring. Analisis sebab-
sebab pemecahan masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah :
a. Identifikasi sebab potensial.
Sebab potensial bisa di kategorikan dengan berbagai cara misalnya
materials (bahan), methods (metode), machines (mesin), dan people
(orang) yang biasa dikenal dengan 3M dan 1P yaitu materials (bahan),
methods (metode), machine ( mesin) dan people ( orang) atau dengan
22

sistem 4S yaitu surroundings( lingkaran), suppliers(pemasok), systems


(sistem)dan skills(ketrampilan). Penggunaanya tegantung stituasi.
Diagram Sebab Akibat

Sebab Sebab

Sebab Sebab
Akibat
Sebab
Sebab

Sebab
Sebab

Dari diagaram kita bisa melihat bahwa kotak diujung panah


mencantumkan akibat, atau masalah aktualnya.Seluruh kategori dari
sebab-sebab potensial menyusuri garis mendatar atau tulang belakang
dari diagram tulang ikan.
Diagram Sebab Akibat

Sebab
Sebab

Sebab Sebab
Akibat
Sebab Sebab

Sebab Sebab

Diagram sebab akibat mungkin tidak membangkitkan jumlah gagasan


seperti sumbang saran tetapi pendekatannya lebih terstruktur.Dalam
menggunakan kategori akan membawa suatu tim menjadi lebih dekat
kepada klarifikasi sebab-sebab potensial.
b. Menentukan sebab-sebab kemungkinan
Gunakan perangkat semacam bagan pareto atau kesepakatan
tim untuk mengidentifikasi sebab-sebab mana yang paling
23

memungkinkan, sebab-sebab yang memberi andil paling besar pada


masalah. Bagan Pareto membantu menghindari jebakan yang
memusatkan pada bidang-bidang yang mudah dipersalahkan. Di
dalamnya juga menggunakan kaidah 80/20 (disebut juga Hukum
Pareto) yang menyatakan bahwa 80 % dari akibat biasanya dapat
didistribusikan kepada 20% penyebab. Untuk membantu
mengorganisasi sebab-sebab yang paling memungkinkan yang
merupakan langkah selanjutnya dalam proses menyelesaikan masalah.
c. Identifikasi akar penyebab.
Analisis kemali sebab-sebab yang paling memungkinkan untuk
mengidentifikasi akar penyebab dengan menanyakan mengapa?
beberapa kali. Tekhnik lain adalah membangun suatu aliran proses
kerja dibelakang sebab yang teridentifikasi. Teknik ini membantu
menentukan apa yang sedang terjadi.
4. Identifikasi kemungkinan solusi.
Bila sebab permasalahan telah teridentifikasi maka perlu membuat
gagasan dan alternatif untuk memecahkan masalah. Ini merupakan tahapan
dalam proses pemecahan masalah yang mensyaraktkan tingkat kreatifitas
maksimum. Identifikasi solusi merupakan proses yang terdiri dari dua
bagian:
a. Buatlah daftar kemungkinan solusi.
b. Tentukan solusi yang terbaik
c. Pilih solusi terbaik
Langkah-langkah untuk menyeleksi solusi terbaik bagi masalah:
a. Kembangkan dan beri bobot pada kriteria
b. Implementasikan kriteria
c. Pilihlah solusi terbaik
5. Susun rencana tindakan.
a. Bagilah solusi menjadi tugas berurutan.Catat orang yang bertanggung
jawab, jadwalkan untuk memulai dan menyelesaikan.
b. Susunlah rencana kemungkinan.Dengan rencana kemungkinan sebagai
cadangan, bisa menjaga semangat tetap berjalan.
24

6. Implementasi solusi dan mengevaluasi perkembangan.


Langkah-langkah untuk membuat tahapan masalah ini berhasil:
a. Kumpulkan data sesuai rencana tindakan
Melalui sistem pemantauan yang mapan, tentukan apakah tugas-tugas
khusus dilaksanakan atau tidak,target jangka pendek tercapai
sebagaimana direncanakan apa tidak. Tonggak penting yang sudah
diidentifikasi dan sustem kontrol yang disertai pemantauan target
seharusnya diikuti dan diperbaharui secara reguler.
b. Implementasikan rencana kemungkinan.
Sebagaimana kondisi berubah selama pemantauan dan evaluasi
rencana tindakan.Implemantasikan rencana kemungkinan yang
diperlukan untuk terus menggerakkan kita menuju ke keadaan yang
diinginkan.
c. Evaluasi hasil
Ulangi proses enam tahap tersebut untuk menunjukkan perhatian pada
berbagai masalah bilamana diperlukan.

F. Analisis SWOT
1. Pengertian
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk
akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
2. Faktor- faktor analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
a. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
25

b. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
c. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.Hanlon kwantitatif.
d. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini
dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Matrik SWOT
Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis
organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis
perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki.
26

Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif


strategis, seperti pada Tabel 1. berikut :
Tabel 1. Contoh Matrik SWOT

STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)


EFI
(Tentukan 5-10 faktor (Tentukan 5-10 faktor
EFE
kekuatan internal) kelemahan internal)

OPPORTUNITIES Strategi SO Strategi WO


(O) Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil
(Tentukan 5-10 faktor meraih keuntungan dari kelemahan dengan
peluang eksternal) peluang yang ada memanfaatkan keuntungan
dari peluang yang ada

THREATS (T) Strategi ST Strategi WT


(Tentukan 5-10 faktor Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil
ancaman eksternal) menghindari ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2006

Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah


strategi yaitu sebagai berikut :
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal.
b. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal.
27

c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif
dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari
ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan
internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk
membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi:
Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-
Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), dan Strategi WT
(Weaknesses-Threats).
Terdapat 8 langkah dalam menyusun matrik SWOT, yaitu:
1) Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
2) Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
3) Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
4) Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.
6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan
mencatat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.
7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.
8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan
mencatat resultan strategi WT dalam sel yang tepat

Anda mungkin juga menyukai