Anda di halaman 1dari 6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Amonia


Ammonia merupakan senyawaan anorganik yang diperlukan sebagai sumber
energi dalam proses nitrifikasi bakteri aerobik. Pada air, ammonia berada dalam
dua bentuk yaitu ammonia tidak terionisasi dan ammonia terionisasi. Amonia
yang tidak terionisasi bersifat racun dan akan mengganggu syaraf pada ikan
sedangkan amonia yang terionisasi memiliki kadar racun yang rendah. Daya racun
ammonia dalam air akan meningkat saat kelarutan oksigen rendah. Keberadaan
bakteri pengurai sangat berpengaruh terhadap persediaan oksigen yang secara
alami terlarut dalam air tambak (Komarawidjaja, 2003).

Ammonia (NH3) dan garam-garamnya merupakan senyawa yang bersifat mudah


larut dalam air. Ion ammonium merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain
terdapat dalam bentuk gas, ammonia juga dapat berbentuk kompleks dengan
beberapa ion logam. Ammonia banyak digunakan dalam proses produksi urea,
industry bahan kimia, serta industry bubur kertas dan kertas. Ammonia yang
terukur di perairan berupa ammonia total (NH3 dan NH4 + ). Ammonia yang
bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan ammonium (NH4 + ) dapat terionisasi
(Effendi, 2003).

Ammonia adalah salah satu indicator pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas
ammonia adalah gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat. Biasanya,
ammoniak berasal dari aktifitas mikroba, industry ammonia, perngolahan limbah
dan pengolahan batu bara. Di atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat
sehingga terbentuk garam ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2010).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Amonia
Kualitas air pemeliharaan dapat menurun dengan cepat karena sisa
pakan, feses dan buangan metabolit. Hal ini tampak dari menurunnya kualitas
air akibat peningkatan pH air yang terlalu cepat dan tingginya kadar amonia
selama pemeliharaan. Kualitas air tersebut menyebabkan keracunan atau
kekurangan oksigen serta mempercepat berkembangnya bibit penyakit. Penyakit
yang sering menyerang ikan mas antara lain penyakit yang disebabkan oleh
parasit maupun nonparasit (Silaban, et al ., 2012).

Amonia di perairan bersumber dari hasil metabolisme organisme akuatik. Selain


bersumber dari sisa metabolisme, amonia juga berasal dari dekomposisi bahan
organik oleh bakteri. Amonia juga dapat berasal dari nitrogen organik yang masuk
ke perairan melalui urea, respirasi bakteri, organisme mati, dan sel yang pecah.
Meskipun amonia bersumber dari hasil ekskresi hewan akuatik, namun
proporsinya terhitung kecil jika dibandingkan dengan pembentukan amonia dari
dekomposisi oleh bakteri (Wetzel 2001).

Amonia (NH3) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang dihasilkan
oleh ikan. Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam
perairan kandungan oksigen terlarut tinggi. Sehingga kandungan amonia dalam
perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan
kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding
perairan di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih
kecil (Setiawan, 2006).

2.3 Parameter Amonia yang Optimum bagi Budidaya

Semakinmeningkatnya pH air maka persentaseamoniadalamperairanakan semakin


tinggi. Padasaat pH tinggi ammonium yang
terbentuktidakterionisasidanbersifattoksikpadaikan.Peningkatannilai pH
diperairandisebabkankonsentrasi didalamperairanrendah. Gasyang
dihasilkanselamaprosesrespirasitidakdapat terhidrolisamenjadihidrogen yang
merupakanunsurasamdanbikarbonat yang merupakanunsur alkali
haltersebutmenyebabkan pH meningkat. amonia yang baik untuk pertumbuhan
dan perkembangan ikan mas yaitu kurang dari 0,1 mg/l (Silaban, 2012).

Kadar amonia bebas yang melebihi 0,2 mg/L bersifat racun bagi beberapa jenis
ikan. Selain itu kadar amonia yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikator.
Indikator yang diukur yaitu adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari
limbah domestik dan limpasan pupuk pertanian. Adapun sumber amonia di
perairan adalah hasil dari pemecahan nitrogen organik berupa tumbuhan dan biota
akuatik yang telah mati (Minggawati, dkk., 2012).

2.4 Dampak Amonia

Ammonia sangat berperan penting dalam pencemaran air. Ammonia merupakan


salah satu zat beracun serta bahan organic yang berbahaya. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Air yang
hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai
nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni. Tapi kemurnian air diragukan jika
nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih (Fardiaz, 1992).

Dampak terbesar pada manusia adalah penghirupan uap amonia dapat berefek
pada iritasi kulit, mata dan saluran pernafasan. Pada tingkat yang sangat tinggi,
penghirupan uap amonia sangat bersifat fatal. Jika terlarut di perairan akan
meningkatkan konsentrasi amonia sehingga dapat menyebabkan keracunan bagi
hampir semua organisme perairan. Amoniak dalam air amat beracun bagi ikan,
udang dan binatang air lainnya(Valupadas, 1999).

Akumulasi amoniak pada media budidaya merupakan salah satu penyebab


penurunan kualitas perairan yang dapat berakibat pada kegagalan produksi
budidaya kepiting. Hambatan yang sering terjadi pada usaha budidaya kepiting di
tambak adalah ketersediaan lahan dan air.Ketersediaan lahan dan air pada
budidaya kepiting semakin terbatas seiring dengan pertambahan penduduk dan
perkembangan pembangunan. Aktifitas budidaya kepiting juga tidak terlepas dari
limbah yang dihasilkan, terutama dari sisa pakan, feses dan hasil metabolisme
kepiting. Limbah yang dihasilkan seperti amoniak bersifat toksik sehingga dalam
konsentrasi tinggi dapat meracuni organisme budidaya ( Fauzzia, et al ., 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Komarawidjaja, Wage. 2003. Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi
Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak. No 2. P3TL-BPPT 4. Jurusan
Teknik Lingkungan.

Minggawati, Infa dan Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin
(Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya. Jurnal
Ilmu Hewan Tropika. Vol. 1 (1).

Silaban, Tio Fanta., Limin Santoso dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter
Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus
carpio). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56

Valupadas, P.1999. Wastewater Management Review for Fertilizer Manufacturing Sector.


\Environmental Service: Environmental Science Division.

Wetzel, R.G. 2001. Limnology. 4th. Philadelphia, Pensylvania: W. B. Saunders. Co.

Yuwono, Triwibowo. 2010. Biologi Molekule. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai