Diare Akut Word
Diare Akut Word
TUGAS PENGAYAAN
Oleh : Adila Nurhadiya
Pembimbing : dr. Yudith Setiati Ermaya, Sp.A(K), M.Kes
Hari/tanggal : Kamis, 7 September 2017
DIARE AKUT
Pendahuluan
Sampai saat ini penyakit diare atau gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar
60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah
lima tahun. Penyakit diare pada anak merupakan 18% dari penyebab kematian pada anak di dunia
dengan estimasi 1,8 juta kematian setiap tahunnya. Di negara berkembang, diare merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak. Penyebab utama kematian karena diare adalah
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lain
yang penting adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi penyerta yang serius seperti pneumonia,
yang terutama terjadi pada pasien dengan malnutrisi.. Diare juga erat hubungannya dengan kejadian
kurang gizi. Setiap periode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia
dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya
berkepanjangan akan berdampak terhdadap pertumbuhan dan kesehatan anak.
Bila dibandingkan dengan angka kematian diare pada waktu 30 tahun yang lalu, saat ini
angka tersebut telah banyak menurun, misalnya angka kematian diare pada 30 tahun yang lalu
tersebut mencapai 40-50% dengan kata lain, saat itu 600.000 anak meninggal setiap tahunnya
karena diare akut. Setelah dicanangkannya program pemakaian Rehidrasi Oral, angka kematian
tersebut mulai menurun. Pada tahun 1980, angka kematian diare akut menurun menjadi 24% atau
350.000 anak meninggal setiap tahun. Kemudian tahun 1986 menurut survei rumah tangga, angka
kematian diare akut turun lagi menjadi 15%, dan tahun 1990 menjadi 12% dan tahun 1996 menjadi
9%.
Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (> 3
kali per hari) dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, serta dapat atau tidak disertai dengan
lendir dan darah. Yang lebih penting adalah konsistensi tinjanya daripada frekuensinya. Frekuensi
buang air besar yang sering dengan konsistensi biasa tidak disebut diare. Bayi yang diberikan ASI
eksklusif biasanya mengeluarkan tinja yang lunak atau seperti pasta, ini tidak disebut diare.
Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama
usia dibawah 5 tahun. Mortalitas kurang lebih 4-6 juta dari 1 miliar episode tiap tahun . Menurut
hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas tahun 2007) terdapat mortalitas diare yang masih tinggi, yaitu
42%, sedangkan hanya 24% yang disebabkan oleh pneumonia. Kematian oleh karena diare terjadi
pada golongan 1-4 tahun yaitu sebesar 25,2% .
A. Infeksi
1. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain Rotavirus,
Norwalk virus dan Adenovirus. Norwalk virus dan Adenovirus sering menyebabkan diare
akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia di
bawah 5 tahun, terutama usia dibawah 2 tahun.
Rotavirus bertama kali ditemukan oleh Bishop di Australia pada biopsi duodenum
penderita diare dengan menggunakan mikroskop elektron. Ternyata kemudian, Rotavirus
ditemukan di seluruh dunia sebagai penyebab diare akut yang paling sering. Di Indonesia,
pada beberapa penelitian di kota-kota besar di Jakarta, Bandung, angka kejadian yang
disebabkan oleh Rotavirus berkisar antara 40-60%.
Virus lainnya antara lain:
- Astrovirus
- Calcivirus
- Enteric adenovirus
- Coronavirus
- Rotavirus
- Norwalk virus
- Herpes simplex virus
- Cytomegalovirus
2. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak:
1. E. coli sp.
Ada 5 subtipe E. coli yang menimbulkan diare akut. E. coli ini merupakan penyebab
kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%, dan E. coli tersebut adalah:
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Entero Invasive E. coli (EIEC)
- Entero Invasive E. coli menimbulkan diare berdarah (dysentriform diarhhea)
- Entero Hemorrhagic E. coli (EHEC)
- Entero Adherent E. coli (EAEC)
2. Shigella sp.
Di negara berkembang, diperkirakan insidens Shigella sekitar 10% dari penyebab
diare akut, tapi di Indonesia hanya 1-2 % saja. Ada 4 spesies yang sering menyebabkan diare
akut, misalnya:
- Shigella flexneri
- Shigella sonnei
- Shigella dysentriae, dan
- Shigella boydii.
Shigella sp. menimbulkan diare berdarah (dysentriform diarhhea)
3. Campylobacter
Diare akut oleh Campylobacter pertama kali dilaporkan pada tahun 1972, akan tetapi
isolasi kumannya baru dapat dilakukan oleh Skirrow pada tahun 1977. Di negara
berkembang insidensinya berkisar antara 5-14%. Di RS Cipto, Suharyono menemukan 5%
penyebab diare akut pada tahun 1981, kemudian di Bandung oleh Myrna, dkk. 8,39%.
Campylobacter juga menyebabkan diare berdarah (dysentriform diarrhea).
4. Yersinia spp.
Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau dysentriform, di Indonesia
belum diketahui frekwensinya karena belum ada penelitian mengenai hal ini berhubung
susahnya media untuk perbenihannya.
5. Salmonella
Di klinik, golongan Salmonella yang menyebabkan diare akut disebut sebagai non
typhoidal Salmonellosis, dan paling sering disebabkan oleh Salmonella paratyphii. Lima
persen golongan Salmonella ini menimbulkan diare berdarah.
6. Vibrio.
Vibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut. Ada 2 biotipe, yaitu tipe
ELTOR dan Classic dengan 2 serotipe Ogawa dan Inaba. Insidennya berkisar 1-2% dari
diare akut.
3. Parasit, antara lain:
1. Entamoeba Hystolitica
Insidennya rendah sekali, kurang dari 1%.
2. Giardia Lamblia
Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun, terutama pada anak dengan KKP.
3. Crytosporidium
Di negara berkembang frekwensinya antara 4-11%. Di indonesia angkanya masih belum
diketahui. Sering terjadi pada penderita AIDS.
B. Malabsorpsi
Biasanya terjadi karena malabsorpsi Karbohidrat, jarang sekali diare akut yang terjadi
karena malabsorpsi lemak atau protein
C. Alergi
Misalnya alergi terhadap susu sapi atau CMPSE atau alergi karena makanan lain.
D. Keracunan makanan
Diare yang terjadi karena keracunan makan terjadi karena:
- Makanan tersebut mengandung zat kimia beracun.
- Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, misalnya :
- Clostridium spp.
- Staphylococcus spp.
E. Zat Kimia Beracun
F. Toksin Mikroorganisme
Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus
G. Imunodefisiensi
Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal seperti lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
tinja, warna, bau, ada atau tidak lender dan darah. Bila disertai dengan muntah, volume dan
frekuensi. Buang air kecil biasa, berkurang, jarang atau tidak ada buang air kecil selama 6-8 jam
terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Apakah ada panas atau penyakit
lain yang menyertai seperti batuk, pilek otitis media dan campak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah serta tanda-tanda dehidrasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada
keadaan tertentu diperlukan misalnya pada penyebab dasar tidak diketahui atau ada sebab-sebab
lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika
Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja : pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik
Komplikasi Diare
1. Dehidrasi
2. Gangguan sirkulasi
3. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
4. Gangguan gizi/hipoglikemi.
Penatalaksanaan Diare
Pada tahun 2011 oleh Kemkes-RI yang didukung pula oleh IDAI telah dibuat pedoman tatalaksana
pengobatan diare terbaru yang merujuk pada WHO. Kemkes RI telah menetapkan lima pilar
tatalaksana diare pada anak balita yang dirawat di rumah sakit atau di rumah. Lima pilar tatalaksana
diare disebut dengan istilah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri atas:
1. Rehidrasi dengan oralit baru
Kandungan: Kandungan:
Na: 90 mmol/L Na: 75 mmol/L
Kalium: 20 mmol/L
Kalium: 20 mmol/L Sitrat: 10 mmol/L
Sitrat: 10 mmol/L Klorida: 65 mmol/L
Klorida: 80 mmol/L Glukosa: 75 mmol/L
Glukosa: 111 mmol/L Total osmolaritas: 245
Total osmolaritas: 311 mmol/L
mmol/L
Sumber : World Health Organization. Diarrhea. Dalam: Pocket book of hospital care for
children. WHO,2005.h.110-19
2. Pemberian Zinc
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian zinc pada anak dengan
diare. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut.
Tujuan pemberian Zn ialah:
- Mengurangi lama dan beratnya diare
- Mencegah berulangnya diare selama 23 bulan
- Mengembalikan nafsu makan anak
Mekanisme zinc dalam mengurangi lama dan beratnya diare adalah :
Meningkatkan fungsi imun untuk mempercepat pembersihan patogen dari usus
Terhadap fungsi dan struktur gastrointestinal
Meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus
Meningkatkan kecepatan regenerasi sel sepitel usus
Meningkatkan jumlah brush border apical
Dosis pemberian zinc pada anak dengan diare adalah sebagai berikut :
Anak dengan usia < 6bl diberikan dosis sebanyak 10mg (1/2 tablet) per hari
Anak dengan usia > 6bl diberikan dosis sebanyak 20 mg (1 tablet) per hari
3. Pemberian Makanan
Penderita diare akut tidak boleh dipuasakan. Jenis makanan yang diberikan pada bayi dan
anak diare akut mengikuti pola pemberian makanan anak sehat. Pada anay yang masih disusui
secara eksklusif, ASI tetap diberikan dan berfungsi sebagai makanan tunggal. Sedangkan pada
anak yang mendapat susu formula dan didapatkan tanda-tanda intoleransi laktosa yang
memberikan gejala kembung sera diaper rash dapat diberikan susu yang bebas laktosa. Bila
intoleransi laktosa membaik, secara bertahap dapat kembali ke susu semula.
Pada anak yang sudah mendapat makanan, diet makanan lunak dan rendah serat diberikan
sedikit-sedikit, dengan porsi kecil dan sesering mungkin rendah serat.
4. Pemberian Antibiotika
Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat memperpanjang lama diare karena
terganggunya keseimbangan flora usus. Selain hal tersebut, pemberian antibiotik yang tidak
tepat dapat meningkatkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan menambah biaya
pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, WHO menganjurkan pemberian antibiotik pada diare
sebagai berikut :
Penyebab Antibiotik Pilihan Antibiotik Alternatif
Kolera Tetrasiklin Eritromisin
Dosis : 5 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis Dosis : 50 mg/kgBB/hari dibagi 4
selama 2-3 hari dosis selama 3 hari
Shigella Siprofloksasin Pivmecillinam
Dosis : 30 mg/kgBB/hari dibagi 2 Dosis : 20 mg/kgBB/hari dibagi 4
dysentriae
dosis selama 3 hari dosis selama 5 hari
Kotrimoxazol Sefiksim
Dosis : 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 Dosis : 10 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis selama 5 hari dosis selama 5 hari
Tiamfenikol
Dosis : 50 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis
Amebiasis Metronidazole
Dosis : 30-50 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis selama 5-10 hari
5. Edukasi Pada Orang Tua
Menerangkan pada orang tua bagaimana cara menangani di rumah dan cara-cara
pencegahan dehidrasi serta menjelaskan kepada orang tua untuk membawa penderita kembali ke
fasilitas kesehatan apabila didapatkan tanda-tanda :
Diare bertambah cair
Muntah-muntah
Panas badan
Anak tampak kehausan
Anak tidak mau makan dan minum
Diare berdarah
DAFTAR PUSTAKA