Anda di halaman 1dari 13

DIVISI GASTROHEPATOLOGI ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG

TUGAS PENGAYAAN
Oleh : Adila Nurhadiya
Pembimbing : dr. Yudith Setiati Ermaya, Sp.A(K), M.Kes
Hari/tanggal : Kamis, 7 September 2017

DIARE AKUT
Pendahuluan
Sampai saat ini penyakit diare atau gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar
60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah
lima tahun. Penyakit diare pada anak merupakan 18% dari penyebab kematian pada anak di dunia
dengan estimasi 1,8 juta kematian setiap tahunnya. Di negara berkembang, diare merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak. Penyebab utama kematian karena diare adalah
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lain
yang penting adalah disentri, kekurangan gizi, dan infeksi penyerta yang serius seperti pneumonia,
yang terutama terjadi pada pasien dengan malnutrisi.. Diare juga erat hubungannya dengan kejadian
kurang gizi. Setiap periode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia
dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya
berkepanjangan akan berdampak terhdadap pertumbuhan dan kesehatan anak.
Bila dibandingkan dengan angka kematian diare pada waktu 30 tahun yang lalu, saat ini
angka tersebut telah banyak menurun, misalnya angka kematian diare pada 30 tahun yang lalu
tersebut mencapai 40-50% dengan kata lain, saat itu 600.000 anak meninggal setiap tahunnya
karena diare akut. Setelah dicanangkannya program pemakaian Rehidrasi Oral, angka kematian
tersebut mulai menurun. Pada tahun 1980, angka kematian diare akut menurun menjadi 24% atau
350.000 anak meninggal setiap tahun. Kemudian tahun 1986 menurut survei rumah tangga, angka
kematian diare akut turun lagi menjadi 15%, dan tahun 1990 menjadi 12% dan tahun 1996 menjadi
9%.

Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (> 3
kali per hari) dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, serta dapat atau tidak disertai dengan
lendir dan darah. Yang lebih penting adalah konsistensi tinjanya daripada frekuensinya. Frekuensi
buang air besar yang sering dengan konsistensi biasa tidak disebut diare. Bayi yang diberikan ASI
eksklusif biasanya mengeluarkan tinja yang lunak atau seperti pasta, ini tidak disebut diare.

Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama
usia dibawah 5 tahun. Mortalitas kurang lebih 4-6 juta dari 1 miliar episode tiap tahun . Menurut
hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas tahun 2007) terdapat mortalitas diare yang masih tinggi, yaitu
42%, sedangkan hanya 24% yang disebabkan oleh pneumonia. Kematian oleh karena diare terjadi
pada golongan 1-4 tahun yaitu sebesar 25,2% .

Tipe Klinis dari Diare


Dalam praktik klinis penentuan terapi dapat didasarkan pada tipe klinis diare. Empat tipe
klinis diare dapat dikenali, dimana masing-masing menggambarkan penyebab dasar patologis dan
terganggunya proses fisiologis
1. Acute Watery Diarrhoea (cholera), yang terjadi selama beberapa jam atau hari, bahaya yang
utama adalah dehidrasi; kehilangan berat badan dapat terjadi apabila pemberian makan tidak
dilanjutkan
2. Acute Bloody Diarrhoea (dysentry), bahaya yang utama adalah kerusakan mukosa usus
halus, sepsis dan malnutrisi, dehidrasi dapat juga terjadi
3. Persistent Diarrhoea, yang berlangsung lebih dari 14 hari, bahaya yang utama adalah
malnutrisi, infeksi serius non intestinal
4. Diarrhoea dengan malnutrisi berat (marasmus or kwashiokor), bahaya yang utama adalah
infeski sistemik yang berat, dehidrasi, gagal jantung, defisiensi vitamin dan mineral

Cara Penularan Dan Faktor Resiko


Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi
2. Tidak memadainya penyediaan air bersih
3. Pencemaran air oleh tinja
4. Kurangnya sarana kebersihan
5. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
6. Penyiapan dan persiapan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik
7. Gizi buruk
8. Imunodefisiensi
9. Berkurangnya keasaman lambung
10. Menurunnya motilitas usus
11. Menderita campak dalam 4 minggu terakhir
12. Faktor genetik

Etiologi Diare Akut


Sebelum dekade 1970-an, hanya 20% penyebab diare akut yang bisa diketahui. Saat ini
dengan bertambah majunya ilmu kedokteran, telah lebih dari 80% penyebab diare akut yang telah
diidentifikasi dimana 50% kasus ringan di masyarakat. Penyebab infeksi utama timbulnya diare
akut adalah golongan virus, bakteri, dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi
adalah non inflamatori dan inflamatori.
Enteropatogen menimbulkan non inflamatori diare malalui produksi eneterotoksin oleh
bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan / atau
translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflamatori diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang
menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin. Adapun penyebab diare akut
tersebut adalah:

A. Infeksi
1. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain Rotavirus,
Norwalk virus dan Adenovirus. Norwalk virus dan Adenovirus sering menyebabkan diare
akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia di
bawah 5 tahun, terutama usia dibawah 2 tahun.
Rotavirus bertama kali ditemukan oleh Bishop di Australia pada biopsi duodenum
penderita diare dengan menggunakan mikroskop elektron. Ternyata kemudian, Rotavirus
ditemukan di seluruh dunia sebagai penyebab diare akut yang paling sering. Di Indonesia,
pada beberapa penelitian di kota-kota besar di Jakarta, Bandung, angka kejadian yang
disebabkan oleh Rotavirus berkisar antara 40-60%.
Virus lainnya antara lain:
- Astrovirus
- Calcivirus
- Enteric adenovirus
- Coronavirus
- Rotavirus
- Norwalk virus
- Herpes simplex virus
- Cytomegalovirus
2. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak:
1. E. coli sp.
Ada 5 subtipe E. coli yang menimbulkan diare akut. E. coli ini merupakan penyebab
kedua diare akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30%, dan E. coli tersebut adalah:
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Entero Invasive E. coli (EIEC)
- Entero Invasive E. coli menimbulkan diare berdarah (dysentriform diarhhea)
- Entero Hemorrhagic E. coli (EHEC)
- Entero Adherent E. coli (EAEC)
2. Shigella sp.
Di negara berkembang, diperkirakan insidens Shigella sekitar 10% dari penyebab
diare akut, tapi di Indonesia hanya 1-2 % saja. Ada 4 spesies yang sering menyebabkan diare
akut, misalnya:
- Shigella flexneri
- Shigella sonnei
- Shigella dysentriae, dan
- Shigella boydii.
Shigella sp. menimbulkan diare berdarah (dysentriform diarhhea)
3. Campylobacter
Diare akut oleh Campylobacter pertama kali dilaporkan pada tahun 1972, akan tetapi
isolasi kumannya baru dapat dilakukan oleh Skirrow pada tahun 1977. Di negara
berkembang insidensinya berkisar antara 5-14%. Di RS Cipto, Suharyono menemukan 5%
penyebab diare akut pada tahun 1981, kemudian di Bandung oleh Myrna, dkk. 8,39%.
Campylobacter juga menyebabkan diare berdarah (dysentriform diarrhea).

4. Yersinia spp.
Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau dysentriform, di Indonesia
belum diketahui frekwensinya karena belum ada penelitian mengenai hal ini berhubung
susahnya media untuk perbenihannya.
5. Salmonella
Di klinik, golongan Salmonella yang menyebabkan diare akut disebut sebagai non
typhoidal Salmonellosis, dan paling sering disebabkan oleh Salmonella paratyphii. Lima
persen golongan Salmonella ini menimbulkan diare berdarah.
6. Vibrio.
Vibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut. Ada 2 biotipe, yaitu tipe
ELTOR dan Classic dengan 2 serotipe Ogawa dan Inaba. Insidennya berkisar 1-2% dari
diare akut.
3. Parasit, antara lain:
1. Entamoeba Hystolitica
Insidennya rendah sekali, kurang dari 1%.
2. Giardia Lamblia
Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun, terutama pada anak dengan KKP.
3. Crytosporidium
Di negara berkembang frekwensinya antara 4-11%. Di indonesia angkanya masih belum
diketahui. Sering terjadi pada penderita AIDS.
B. Malabsorpsi
Biasanya terjadi karena malabsorpsi Karbohidrat, jarang sekali diare akut yang terjadi
karena malabsorpsi lemak atau protein
C. Alergi
Misalnya alergi terhadap susu sapi atau CMPSE atau alergi karena makanan lain.
D. Keracunan makanan
Diare yang terjadi karena keracunan makan terjadi karena:
- Makanan tersebut mengandung zat kimia beracun.
- Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, misalnya :
- Clostridium spp.
- Staphylococcus spp.
E. Zat Kimia Beracun
F. Toksin Mikroorganisme
Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus
G. Imunodefisiensi

Patofisiologi Diare Akut


1. Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibatnya aktifnya enzym adenil siklase.
Enzim ini akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan
sekresi aktif air, ion Cl-, Na+, K+ dan HCO3- ke dalam lumen usus. Toksin yang paling kuat
aktifitasnya mengaktifkan Adenilsiklase adalah toksin dari Vibrio.
Adenilsiklase ini diaktifkan atau dirangsang oleh toksin dari mikroorganisme sebagai berikut:
- Vibrio
- ETEC (labile toxin)
- Shigella
- Clostridium
- Salmonella, dan
- Campylobacter
2. Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam mukosa
usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh:
- Rotavirus (diarenya tidak berdarah)
- Bakteri : Shigella
Salmonella
Campylobacter diare berdarah
EIEC
Yersinia
- Parasit : Amoeba
Khusus pada Shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung, kuman masuk ke
dalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin. Enterotoksin ini
akan merangsang enzim adenil siklase merubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare
sekretorik (tidak berdarah). Bakteri ini dengan adanya peristaltik usus sampai di colon. Di
colon, bakteri ini akan melakukan invasi, membentuk mikro-mikro ulkus yang disertai dengan
serbuan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja yang berlendir dan berdarah.
Pada Rotavirus, setelah masuk ke dalam traktus digestivus, berkembang biak dan masuk
ke dalam apikal usus halus, kemudian bagian apikal dari villi tersebut akan rusak dan diganti
dengan bagian kripta yang belum matang (immatur, berbentuk kuboid atau gepeng). Karena sel
ini masih immatur, sel ini tidak dapat berfungsi normal sehingga menimbulkan diare dan tidak
bisa menghasilkan enzim laktase (disakaridase). Bila daerah usus halus yang terkena cukup luas,
maka akan terjadi defisiensi enzim laktase atau disakaridase tersebut sehingga akan timbul diare
osmotik. Biasanya, diare rotavirus ini paling sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun, diare
cair, low grade fever, batuk pilek dan muntah.
3. Diare Osmotik
Diare Osmotik adalah diare yang terjadi karena tingginya tekanan osmotik di lumen
usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen, sehingga menimbulkan watery
diarhhea. Paling sering disebabkan oleh malabsorpsi Karbohidrat.
Disakarida/Polisakarida tidak bisa diabsorpsi oleh usus halus, harus dirubah dulu
menjadi Monosakarida dengan bantuan enzim disakaridase. Apabila terjadi defisiensi enzim
disakaridase tersebut, maka akumulasi karbohidrat/diskarida/polisakarida pada lumen usus akan
menimbulkan osmotic pressure pada lumen usus yang tinggi sehingga terjadi diare.
Karbohidrat tersebut oleh mikroorganisme akan difermentasi oleh mikroorganisme usus
menjadi asam laktat, gas hidrogen, dan asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid).
Dari hal tersebut di atas, maka pada penderita diare osmotik, terdapat tanda-tanda
sebagai berikut:
- Tinjanya cair dan asam
- Distensi abdomen karena adanya gas hidrogen
- Diaper rash
- Klinites positif
Dilaporkan 25-30% diare akut yang disebabkan oleh Rotavirus akan menyebabkan
defisiensi enzim laktase sehingga terjadi diare osmotik. Jarang sekali malabsorpsi protein dan
lemak terjadi pada diare akut karena tidak ada gangguan produksi enzim pencernaan lemak dan
protein.

Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal seperti lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
tinja, warna, bau, ada atau tidak lender dan darah. Bila disertai dengan muntah, volume dan
frekuensi. Buang air kecil biasa, berkurang, jarang atau tidak ada buang air kecil selama 6-8 jam
terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Apakah ada panas atau penyakit
lain yang menyertai seperti batuk, pilek otitis media dan campak.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung, pernapasan dan tekanan darah serta tanda-tanda dehidrasi.

Gejala & A (Tanpa Dehidrasi) B (Dehidrasi Ringan- C (Dehidrasi Berat)


Tanda Sedang)
KU Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai, tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Basah Kering Sangat kering
Mulut/Lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum normal, tidak *Tampak kehausan *Sulit, tidak dapat
haus minum
Kulit Turgor kembali cepat *Turgor kembali lambat*Turgor kembali
sangat lambat
Derajat Tanpa dehidrasi Ringan/Sedang Berat
Dehidrasi (bila ada 1 tanda * + (bila ada 1 tanda * +
1/lebih tanda lain) 1/lebih tanda lain)
Terapi Rencana terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Defisit Cairan <5% atau 5-10% atau 50-100 >10% atau >100
<50ml/kgBB ml/kgBB ml/kgBB
Sumber : WHO 2005

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare pada umumnya tidak diperlukan, hanya pada
keadaan tertentu diperlukan misalnya pada penyebab dasar tidak diketahui atau ada sebab-sebab
lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika
Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja : pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik

Komplikasi Diare
1. Dehidrasi
2. Gangguan sirkulasi
3. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
4. Gangguan gizi/hipoglikemi.

Penatalaksanaan Diare
Pada tahun 2011 oleh Kemkes-RI yang didukung pula oleh IDAI telah dibuat pedoman tatalaksana
pengobatan diare terbaru yang merujuk pada WHO. Kemkes RI telah menetapkan lima pilar
tatalaksana diare pada anak balita yang dirawat di rumah sakit atau di rumah. Lima pilar tatalaksana
diare disebut dengan istilah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang terdiri atas:
1. Rehidrasi dengan oralit baru

Perbedaan Oralit Lama Oralit Baru

- Untuk kolera - Untuk kolera dan


- Risiko hipernatremia nonkolera
pada nonkolera - Dibuat karena banyak
- Osmolaritas lebih tinggi laporan hipernatremia
- Osmolaritas lebih rendah

Kandungan: Kandungan:
Na: 90 mmol/L Na: 75 mmol/L
Kalium: 20 mmol/L
Kalium: 20 mmol/L Sitrat: 10 mmol/L
Sitrat: 10 mmol/L Klorida: 65 mmol/L
Klorida: 80 mmol/L Glukosa: 75 mmol/L
Glukosa: 111 mmol/L Total osmolaritas: 245
Total osmolaritas: 311 mmol/L
mmol/L

Ketentuan pemberian oralit formula baru:


- Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
- Larutkan 1 bungkus dalam 1 liter air matang untuk persediaan 24 jam
- Beri larutan oralit pada anak setiap kali b.a.b.
- Dalam 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.

Ada 3 cara rehidrasi, tergantung dari derajat dehidrasi :


a. Rencana terapi A (Terapi Rehidrasi Oral)
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
Beri cairan tambahan, beri tablet zinc, lanjutkan pemberian makan dan apan harus kembali
1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Jelaskan kepada ibu:
Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama.
Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:
Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan di rumah.
Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :
< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
2 tahun 100 sampai 200 ml setiap kali BAB
Edukasi kepada ibu :
Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas.
Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Beri tablet zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan dosis:
Umur < 6 bulan: tablet (10 mg) per hari
Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
3. Lanjutkan pemberian makan/asi
4. Kapan harus kembali

b. Rencana terapi B (Terapi Rehidrasi Oral)


1. Rehidrasi selama 46 jam
Pemberian ORS (oral rehydration solution) berdasarkan usia dan atau berat badan.
Usia 4 bulan 412 bulan 12 bln2 2 thn5
thn thn
Berat <6 kg 610 kg 10<12 kg 1219 kg
badan
Jumlah 200400 400700 700900 9001.400
dalam mL
Sumber : World Health Organization. The Treatment of Diarrhea. WHO,2005
Apabila oleh karena suatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan secara peroral, oralit
dapat diberikan melalui nasogastric denganvolume yang sama dengan kecepatan 20
ml/kgBB/jam.
2. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan
yang tidak menyusu, beri juga 100 - 200 ml air matang selama periode ini.
3. Untuk anak berusia < 2 tahun , berikan cairan satu sendok makan setiap 1-2 menit
4. Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan. Lanjutkan pemberian ASI.
5. Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan Oralit dengan mengajarkan pemberian
minum sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas.
6. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat yaitu
satu sendok makan setiap 2-3 menit
7. Lanjutkan ASI selama anak mau
8. Berikan tablet Zinc selama 10 hari.
9. Setelah 4 jam:
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
10. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
- Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah.
- Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi sesuai yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A.
- Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah:
a. Beri cairan tambahan lihat rencana terapi a: mengenai
b. Lanjutkan pemberian makan jumlah cairan dan lihat bagan
c. Beri tablet zinc selama 10 hari kartu nasihat ibu
d. Kapan harus kembali
c. Rencana terapi C (Terapi Rehidrasi Parenteral)

Sumber : World Health Organization. Diarrhea. Dalam: Pocket book of hospital care for
children. WHO,2005.h.110-19

2. Pemberian Zinc
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian zinc pada anak dengan
diare. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut.
Tujuan pemberian Zn ialah:
- Mengurangi lama dan beratnya diare
- Mencegah berulangnya diare selama 23 bulan
- Mengembalikan nafsu makan anak
Mekanisme zinc dalam mengurangi lama dan beratnya diare adalah :
Meningkatkan fungsi imun untuk mempercepat pembersihan patogen dari usus
Terhadap fungsi dan struktur gastrointestinal
Meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus
Meningkatkan kecepatan regenerasi sel sepitel usus
Meningkatkan jumlah brush border apical
Dosis pemberian zinc pada anak dengan diare adalah sebagai berikut :
Anak dengan usia < 6bl diberikan dosis sebanyak 10mg (1/2 tablet) per hari
Anak dengan usia > 6bl diberikan dosis sebanyak 20 mg (1 tablet) per hari
3. Pemberian Makanan
Penderita diare akut tidak boleh dipuasakan. Jenis makanan yang diberikan pada bayi dan
anak diare akut mengikuti pola pemberian makanan anak sehat. Pada anay yang masih disusui
secara eksklusif, ASI tetap diberikan dan berfungsi sebagai makanan tunggal. Sedangkan pada
anak yang mendapat susu formula dan didapatkan tanda-tanda intoleransi laktosa yang
memberikan gejala kembung sera diaper rash dapat diberikan susu yang bebas laktosa. Bila
intoleransi laktosa membaik, secara bertahap dapat kembali ke susu semula.
Pada anak yang sudah mendapat makanan, diet makanan lunak dan rendah serat diberikan
sedikit-sedikit, dengan porsi kecil dan sesering mungkin rendah serat.
4. Pemberian Antibiotika
Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat memperpanjang lama diare karena
terganggunya keseimbangan flora usus. Selain hal tersebut, pemberian antibiotik yang tidak
tepat dapat meningkatkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan menambah biaya
pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, WHO menganjurkan pemberian antibiotik pada diare
sebagai berikut :
Penyebab Antibiotik Pilihan Antibiotik Alternatif
Kolera Tetrasiklin Eritromisin
Dosis : 5 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis Dosis : 50 mg/kgBB/hari dibagi 4
selama 2-3 hari dosis selama 3 hari
Shigella Siprofloksasin Pivmecillinam
Dosis : 30 mg/kgBB/hari dibagi 2 Dosis : 20 mg/kgBB/hari dibagi 4
dysentriae
dosis selama 3 hari dosis selama 5 hari
Kotrimoxazol Sefiksim
Dosis : 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 Dosis : 10 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis selama 5 hari dosis selama 5 hari
Tiamfenikol
Dosis : 50 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis

Amebiasis Metronidazole
Dosis : 30-50 mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis selama 5-10 hari
5. Edukasi Pada Orang Tua
Menerangkan pada orang tua bagaimana cara menangani di rumah dan cara-cara
pencegahan dehidrasi serta menjelaskan kepada orang tua untuk membawa penderita kembali ke
fasilitas kesehatan apabila didapatkan tanda-tanda :
Diare bertambah cair
Muntah-muntah
Panas badan
Anak tampak kehausan
Anak tidak mau makan dan minum
Diare berdarah

Perananan Probiotik Pada Diare Akut.


Probiotik adalah mikroorganisme nonpatogen yang hidup normal di dalam usus, yang bila
diberikan akan memberikan efek positif yang dapat mencegah/mengobati beberapa penyakit.
Macam-macam mikroorganisme probiotik:
- Lactobacillus GG (LGG)
- Lactobacillus acidophilus
- Bifidobacterium bifidum
- Enterococcus faecium (SF 68)
- Bifidobacterium longum
- Lactobacillus plantorium (LP299V)
- Streptococcus thermophilus
- Saccharomyces boulardii
Mekanisme kerja Probiotik pada saluran cerna
1. Kompetitif inhibisi perlekatan/adhesi dengan bakteri patogen pada mukosa usus.
2. Kompetitif nutrisi dengan mikroorganisme patogen.
3. Menghasilkan produk atau komponen yang dapat menghambat pertumbuhan atau
menghancurkan mikroorganisme patogen.
4. Merangsang secretory IgA dari mukosa ke dalam lumen usus.
5. Beberapa mikroorganisme probiotik dapat menghasilkan enzim laktase.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suraatmaja Sudaryat. Diare Akut. Dalam: Suraatmaja Sudaryat, Penyunting. Gastroenterologi


Anak. Jakarta: CV Sagung Seto, 2005. h.1-21
2. Alfa Yasmar, Martiza Iesye, Prasetyo Dwi. Gastrohepatologi. Garna Herry, Melinda
Heda,Penyunting. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi kelima.
Bandung: Bag IKA FK UNPAD, 2014. h.286-295
3. World Health Organization. Diarrhoea. Dalam: Pocket book of hospital care for children.
WHO,2005.h.110-19
4. World Health Organization. The Treatment of Diarrhoea. Dalam : A Manual Physician and
Other Senior Worker. WH),2005
5. Sudarmo, SM. Peranan probiotik dan prebiotik dalam upaya pencegahan dan pengobatan diare
pada anak. Dalam: Kumpulan Makalah Kongres Nasional II BKGAI, 2003.h.115-30

Anda mungkin juga menyukai