PENGANTAR
II. RINGKASAN
A. PENDAHULUAN
Itik Mojosari adalah itik lokal yang digemari konsumen karena telur dan
dagingnya. Itik lokal ini memiliki daya tahan tubuh yang jika dibandingkan
dengan jenis itik lainnya. Produktivitas itik dipengaruhi oleh kualitas ransum dan
kesehatan itik. Daya tahan tubuh itik terhadap penyakit dapat meningkat seiring
dengan kualitas ransum yang baik diberikan pada itik.
Ransum merupakan bahan pakan yang telah diramu dan biasanya terdiri
dari berbagai jenis bahan dengan komposisi tertentu. Ransum yang diberikan oleh
peternak biasanya dibuat berdasarkan usaha coba-coba sehingga kurang efisien
karena ada kemungkinan kandungan nutriennya kurang mencukupi atau bisa
kelebihan. Mendapatkan hasil yang optimal maka ransum untuk itik harus sesuai
dengan kebutuhannya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Dalam ransum
terdapat kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan
sistem imun tubuh, sehingga sistem imunitas tubuh dapat meningkat.
Kondisi darah dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam ransum yaitu
salah satunya protein karena hampir 50% dari berat kering suatu sel hewan adalah
protein. Kesehatan itik tergambar pada kondisi darah yang tercermin dengan
leukosit pada itik. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang
pemberian ransum dengan kandungan nutrien yang berbeda yang tepat untuk
melihat gambaran leukosit dalam menentukan kesehatan itik.
B. METODE
kandang yang terbuat dari besi dan jaring untuk membuat sekat-sekat;
tempat ransum dan tempat air minum dari bahan plastik sebanyak 16 buah
hand sprayer
spuit digunakan untuk mengambil darah itik dengan ukuran 5cc
tabung EDTA digunakan untuk menampung darah
thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan udara kandang
alat pembuat crumbleransum itik
mesin giling tepung peralatan analisis proksimat dan alat tulis dan kertas
untuk mencatat data yang diperoleh
timbangan analitik untuk mengukur jumlah pakan yang diberikan pada
itik.
C. HASIL
a. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit tertinggi berada pada perlakuan R3 yaitu 29.55 dan yang terendah
yaitu pada perlakuan R1 dan R4 yaitu 28.01.
b. Jumlah Limfosit
Jumlah limfosit tertinggi yaitu pada perlakuan R3 yaitu 45,50 16.11 lalu R1
(45.00 5.71). R2 (44.25 10.24), dan yang terendah yaitu pada R4 (43.25).
c. Jumlah esinofil
Jumlah esinofil tertinggi yaitu pada perlakuan R4 (14.00), lalu R1 (13.75), R2
(13.00) dan yang terendah yaitu pada perlakuan R3 (12.75).
d. Jumlah monosit
Jumlah monosit tertinggi yaitu pada perlakuan R4 (32.76 14.70) , lalu R3 (32.50
14.70), R1 (31.75 15.92), dan yang terendah yaitu pada perlakuan R2 (30.00
16.71).
e. Jumlah heterofil
Jumlah heterofil yang tertinggi yaitu pada perlakuan R2 (12.75 9.21), R3 (11.25
8.65), R4 (10.00 5.03) , dan yang terendah yaitu pada R1 (9.50 7.55).
D. PEMBAHASAN
a. Jumlah leukosit
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak, dan salah satu
yang berpengaruh pada kesehatan tersebut adalah leukosit. Rata rata jumlah
leukosit pada masing-masing perlakuan berada pada kisaranabnormal, hal ini
diduga karena nutrien yang tercerna pada ransum perlakuan diduga tidak
seimbang sehingga produksi antibodi dalam tubuh juga akan meningkat dan akan
berpengaruh terhadap jumlah leukosit yang dihasilkan.
b. Jumlah limfosit
Hasil rata rata yang didapat yaitu hasilnya diatas normal dilihat dari
masing-masing perlakuan, setelah dilakukan perlakuan dengan Ransum 1,
Ransum 2, Ransum 3, Ransum 4 terhadap jumlah limfosit.Tingginya presentase
lemak kasar, abu, dan serat kasar kemungkinan menyebabkan terhambatnya
penyerapan nutrien Fungsi utama limfosit adalah merespon adanya antigen
(benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi dalam darah atau
dalam pengembangan imunitas sehingga pembentukan sel-sel tubuh yakni
leukosit menjadi terhambat.
c. Jumlah esinosil
Eosinofil merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula berwarna
eosin. Iritasi mukus saluran pencernaan sehingga merangsang terbentuknya
eosinofil yang meningkat. Eosinofil berperan dalam reaksi alergi, serangan parasit
dan jumlahnya akan terus meningkat selama serangan alergi. Rataan jumlah
eosinofil pada itik jantan berada di atas normal yaitu 13,37 x 103/L, hal ini
dikarenakan jumlah eosinofil meningkat pada saat alergi dan infestasi parasit
tertentu seperti cacing.
d. Jumlah monosit
Rataan jumlah monosit yang dihasilkan diatas normal yaitu 31,75 x
103/L, hal ini disebabkan monosit berperan dalam mengatur tanggap kebal
dengan mengeluarkan glikoprotein pengatur monokin seperti interferon,
interleukin I, dan zat farmakologi aktif seperti prostaglandin dan lipoprotein.
kemungkinan disebabkan oleh komposisi dari ke-4 ransum yang kurang seimbang
sehingga tubuh kurang merespon dan penyerapan terganggu karena nutrien
meliputi serat kasar dan lemak kasar dalam presentasenya melewati batas
maksimal.
e. Jumlah heterofil
Rataan hasil yang didapat dalam perlakuan macam ransum yaitu 10,88 x
103 /L. Rata rata hasil jumlah heterofil diatas normal, hal ini disebabkan oleh
heterofil mengandung zat antimikroba yang dapat dilepaskan melalui degranulasi
untuk membunuh bakteri melalui proses fagositosis
III. KEUNGGULAN
A. KEGAYUTAN ANTAR ELEMEN
B. ORIGINALITAS
Jurnal ini telah dipublikasikan pada Agustus 2016 dengan Volume jurnal 4
, Nomor 3.
C. KEMUTAKHIRAN MASALAH
Masalah yang terdapat pada penelitian ini yaitu bahwa produktivitas itik
dipengaruhi oleh kualitas ransum yang mana biasanya pemberian ransum oleh
peternak biasanya kurang efisien karena kandungan nutriennya kurang mencukupi
ataupun berlebihan. Sementara itu kondisi darah yang mencerminkan kesehatan
itik sanagn dipengaruhi oleh kandungan nutrien ransum.
Penelitian ini memiliki koresi dan koherensi satu sama lain. Mulai dari
tujuan penelitian, latar belakang masalahnya, metode yang dilakukan dan juga
hasil dan pembahasan yang di dapat. Semua paparan adalah mengenai pengaruh
nutrien rasum yang berbeda pada itik terhadap jumlah leukosit.
IV. KELEMAHAN
A. KEGAYUTAN ANTAR ELEMEN
Tidak ada kekurangan mengenai hubungan antar elemen pada jurnal ini.
B. ORIGINALITAS
Tidak ada kekurangan dalam hal keoriginalitasan dalam jurnal ini karena
pada jurnal telah teretra bahwa jurnal telah dipublikasikan.
C. KEMUTAKHIRAN MASALAH
Tidak ada kekurangan dalam hal kemutakhiran masalah dalam jurnal ini.
Tidak ada kekurangan dalam hal Koresi dan Koherensi pada jurnal ini.
V. IMPLIKASI
DAFTAR PUSTAKA
Saputro, Eko Bayu. 2016. Pengaruh Ransum yang Berbeda pada Itik Jantan
Terhadap Jumlah Leukosit dan Diferensial Leukosit. Juenal Ilmiah
Peternakan Terpadu. Vol 4. No.3