Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DIRUANG RAJAWALI III B RSUP DR KARIADI SEMARANG

Di susun Oleh :

1. Rizki Alfarikaini (P1337420615001)


2. Iffah Hanifah (P1337420615004)
3. Vindy Adestya Putri (P1337420615005)
4. Eka Ratna Sari (P1337420615008)
5. Lina Nur Lathifah (P1337420615027)
6. Diah Ayu Ratnasari (P1337420615035)
7. Yuniar Dewi Atapsari (P1337420615036)

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN CHRONIC


KIDNEY DISEASE (CKD) DIRUANG RAJAWALI III B RSUP DR KARIADI
SEMARANG di sahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :

Mengetahui

Pembimbing Akademik,

Pembimbing Klinik,
Mahasiswa

Vindy Adestya Putri


Asri Herawati, S.Kep
NIM P1337420615005
NIP. 197803192006042018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Chronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga
tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai
sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit
Cronic Kidney Disease (CKD). (Data survey, 2011)
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data
dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan ada 70
ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.
Di Provinnsi Sulawesi Utara sendiri kenaikannya mencapai 32% dari tahun 2009 lalu
akibat banyaknya jumlah wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang dating
berwisata, wisatawan-wasatawan tersebut banyak mengidap penyakit penyakit Cronic
Kidney Disease (CKD) itu yang menjadi salah satu faktor banyaknya penderita gagal
ginjal akut di Kota Pariwisata itu (Manado Kidney Care center, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan
kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-
hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 2004).
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.H
dengan Chronic Kidney Desease (CKD) di ruang Rajawali 3B RSUP Dr.Karyadi
Semarang.
2. Tujuan Khusus :
a. Dilakukan pengkajian pada klien Tn.H dengan Chronic Kidney Desease (CKD)
di ruang Rajawali 3B RSUP Dr.Karyadi Semarang.
b. Ditentukan diagnosa keperawatan pada klien Tn.H dengan Chronic Kidney
Desease (CKD) di ruang Rajawali 3B RSUP Dr.Karyadi Semarang.
c. Dibuat rencana tindakan keperawatan pada klien Tn.H dengan Chronic Kidney
Desease (CKD) di ruang Rajawali 3B RSUP Dr.Karyadi Semarang
d. Dilakukan tindakan keparawatan pada klien Tn.H dengan Chronic Kidney
Desease (CKD) di ruang Rajawali 3B RSUP Dr.Karyadi Semarang.
e. Di lakukan evaluasi keperawatan pada klien Tn.H dengan Chronic Kidney
Desease (CKD) di ruang Rajawali 3B RSUP Dr.Karyadi Semarang.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan khususnya penerapan asuhan keperawatan
pada klien Mengetahui Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Desease (CKD).
2. Institusi Pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur / referensi untuk
kelengkapan perkuliahan.
3. Klien dan keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
Mengetahui Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Desease (CKD), terutama tentang
cara pencegahan dan penanggulangannya.
4. Penulis
Menjadi bahan acuan untuk menambah pengetahuan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Chronic Kidney Disease (CKD)


A. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

C. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap
proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi
yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau
nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang
tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21
%. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis
menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes
melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%,
dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006).

D. Patofisiologi
Terlampirkan

E. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta
Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises,
dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa
fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik

H. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau
mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak
dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena
yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi
ginjal.
Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :
1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses
penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan)
dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-
hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme)
2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan
hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;
4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga
diiperlukan bila :
Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.

Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:

I. Pengkajian Fokus Keperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan
frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
K. Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Kode NIC Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan Tujuan: 4130 Fluid Management :
b.d penurunan haluaran urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan
dan retensi cairan dan selama 3x24 jam volume cairan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema
natrium. seimbang. 2. Batasi masukan cairan
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi sumber potensial cairan
NOC : Fluid Balance 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
Terbebas dari edema, efusi, cairan
anasarka 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
Bunyi nafas bersih,tidak adanya
dipsnea 2100 Hemodialysis therapy
Memilihara tekanan vena sentral, 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia darah
tekanan kapiler paru, output (misalnya BUN, kreatinin, natrium, pottasium, tingkat
jantung dan vital sign normal. phospor) sebelum perawatan untuk mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur
cairan dan elektrolit pergeseran antara pengobatan
2 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1100 Nutritional Management
dari kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam nutrisi seimbang dan 1. Monitor adanya mual dan muntah

anoreksia mual muntah. adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan perubahan

Kriteria Hasil: status nutrisi.

NOC : Nutritional Status 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin, dan

Nafsu makan meningkat hematocrit level yang menindikasikan status nutrisi dan
untuk perencanaan treatment selanjutnya.
Tidak terjadi penurunan BB
4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
Masukan nutrisi adekuat
5. Berikan makanan sedikit tapi sering
Menghabiskan porsi makan
6. Berikan perawatan mulut sering
Hasil lab normal (albumin, kalium)
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet sesuai
terapi

3 Perubahan pola napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3350 Respiratory Monitoring
berhubungan dengan selama 1x24 jam pola nafas adekuat. 1. Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
penurunan tekanan inspirasi Kriteria Hasil: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
/ ekspirasi NOC : Respiratory Status otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
Peningkatan ventilasi dan intercostal
oksigenasi yang adekuat 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
Bebas dari tanda tanda distress hiperventilasi, cheyne stokes
pernafasan 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
Suara nafas yang bersih, tidak ada adanya ventilasi dan suara tambahan
sianosis dan dyspneu (mampu 3320 Oxygen Therapy
mengeluarkan sputum, mampu 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
bernafas dengan mudah, tidak ada 2. Ajarkan pasien nafas dalam
pursed lips) 3. Atur posisi senyaman mungkin
Tanda tanda vital dalam rentang 4. Batasi untuk beraktivitas
normal 5. Kolaborasi pemberian oksigen

4 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 4066 Circulatory Care
berhubungan dengan selama 3x24 jam perfusi jaringan 1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi
penurunan suplai O2 dan adekuat. periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur
nutrisi ke jaringan sekunder. Kriteria Hasil: ekstremitas).
NOC: Circulation Status 2. Kaji nyeri
Membran mukosa merah muda 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
Conjunctiva tidak anemis 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk
Akral hangat memperbaiki sirkulasi.

TTV dalam batas normal. 5. Monitor status cairan intake dan output

Tidak ada edema 6. Evaluasi nadi, oedema


7. Berikan therapi antikoagulan.
PATHWAY
PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

RUANG : RAJAWALI III B NO RM : C654745

BAGIAN : NON BEDAH NON INFEKSI PRIA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pasien masuk RS pada hari : Sabtu, 16 September 2017 Jam : 12.30 WIB

Pengkajian dilakukan pada hari : Senin, 18 September 2017 Jam : 11.00 WIB

1. IDENTITAS
Nama : Tn.H

Pekerjaan : Buruh

Umur : 53 tahun

Pendidikan : SMA

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Diagnosa medis : CKD STAGE V

Nomor register : 9168546

Cara Masuk : JKN NON PBI

2. PENANGGUNG JAWAB TN.H


1. Penanggung Pasien : Keluarga
2. Nama Penanggung Pasien : Ny X
3. RIWAYAT KESEHATAN
1. Data diperoleh dari : Pasien dan Keluarga
2. Keluhan Utama : Sesak Nafas
3. Riwayat Keperawatan Sekarang :
Kurang lebih satu bulan yang lalu, pasien mulai merasakan sesak nafas. Sesak
nafas tersebut dirasakan oleh pasien pada malam hari dan saat pasien sedang
beraktifitas. Sesak nafas semakin memberat setelah dua minggu terakhir. Pasien tidak
mengalami batuk, demam, mual dan muntah. Pasien dirawat di RS Roemani selama 1
minggu, lalu sesak berkurang. Setelah pasien sembuh dan beraktifitas dirumah, pasien
mengalami sesak yang memberat lagi, lalu dibawa ke Rumah Sakit Panti Wilasa.
Kemudian dirujuk di RSDK. Pasien sempat mengalami penurunan kesadaran, dan berat
badan pasien mulai menurun.
4. Alat bantu yang digunakan : Nasal Kanul 3LPM, Dower Cateter
5. Diagnosa Medis : CKD STAGE V
6. Riwayat Keperawatan Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita TB paru
7. Pernah dirawat di RS : Ya
8. Operasi : Tidak
9. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Dari keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit yang sama dengan klien,
namun dari ibu dan nenek pasien pernah ada yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
Klien tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Jantung.

4. PEMERIKSAAN FISIK DAN POLA FUNGSIONAL


1. GCS = E4 M6 V5=15 (normal)
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Perilaku : gelisah
4. Gangguan Orientasi : tidak
5. Pandangan terhadap diri sendiri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari
penyakitnya dan bisa berkumpul dengan keluarga.
5. TORAKS KARDIO RESPIRATORI
1. TTV
Nadi : 92 x/menit, regular
RR : 24 x/menit
TD : 140/90 mmHg
2. Batuk : tidak
3. Jenis pernafasan : teratur
4. Suara nafas : vesikuler
5. Hipersekresi pada : tidak
6. Perkusi : sonor
7. Palpasi : fremitus focal
8. Tidak ada benjolan pada klien
9. Tidak ada luka pada klien
10. Nyeri dada : tidak
11. Sakit Kepala : tidak
12. Suara jantung tambahan : tidak ada
13. Inspeksi denyut jantung : denyut normal

6. POLA NUTRISI DAN CAIRAN


1. Sebelum masuk RS : TB = 160 cm, BB = 54 kg
2. Keadaan sekarang : TB = 160 cm, BB = 48 kg
a. Keluhan : klien tidak mual dan muntah, nafsu makan menurun dari sebelum sakit.
b. Kuantitas konsumsi makan : 3 kali sehari dengan lauk, buah, sayur dan susu.
c. Jenis lauk hewani : kadang-kadang
d. Kuantitas minum perhari 600 ml, air putih.
e. Kebiasaan yang kurang baik untuk kesehatan : Pasien pernah merokok dahulu,
namun sekarang sudah berhenti merokok. Pasien suka minum kopi.
f. Makanan pantang : Tidak ada pantangan makanan
g. Alergi makanan./ bahan makanan/obat/zat kimia : Tidak ada alergi makanan

Lain-lain : Pasien saat dirawat di RS Roemani hanya boleh minum 2 gelas per
hari. Pasien dahulu pernah minum extrajoss, kukubima dan hemaviton, namun tidak
sering.
7. ELIMINASI
Keluhan : Setelah dirawat di RS, Konsistensi BAB menjadi keras dan berwarna coklat tua.
BAB selama sakit
1. Frekuensi : 2 kali dalam seminggu, Bau : khas
2. Konsistensi : Keras
3. Warna : Coklat

BAB sebelum sakit

1. Frekuensi : 2 kali/ hari, Bau : khas


2. Konsistensi : lembek
3. Warna : kuning
4. Kebiasaan menggunakan pencahar : tidak

BAK selama sakit

1. Keluhan : Pasien mengatakan sering BAK


2. Kateter uretra : Ya
3. Frekuensi : Sering, warna : kuning
4. Jumlah kencing : 2000 ml

BAK sebelum sakit

1. Keluhan : Tidak ada


2. Kateter uretra : Tidak
3. Frekuensi : 8x/hari, warna : Kuning bening
4. Jumlah kencing selama 24 jam : 1800 ml
Pernah operasi saluran kencing : Tidak
Macam operasi : -

8. INTEGRITAS KULIT

1. Penampilan : bersih
2. Kondisi kulit : utuh
3. Klien tampak pucat
4. Luka : Tidak ada
5. Lokasi luka pada : -
6. Ukuran luka :-
7. Eksudat : Tidak ada
8. Granulasi : Tidak ada
9. Turgor kulit : 2 detik
10. Rambut : normal

9. KEMAMPUAN MOBILISASI DAN KONDISI MUSKULO-SKELETAL


1. Keluhan : Pasien mengatakan mengalami keterbatasan bergerak
2. Keadaan tulang : tidak ada kerusakan tulang
3. Lokasi diskontinyuitas : tidak ada
4. Tangan dominan : kanan
5. Gaya berjalan : normal
6. Duduk : stabil
7. Bahu : simetris
8. Bentuk tulang belakang : normal
9. Ekstremitas atas : normal dan mandiri
10. Ekstremitas Bawah : Terjadi Oedem

10.AKTIVITAS, ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Jenis aktifitas fisik ketika belum sakit : Sedang


2. Kondisi kuku : Pendek bersih
3. Kemampuan merawat diri :
Gosok gigi : Dibantu Sebagian
Mandi : Dibantu Sebagian
Berpakaian : Dibantu Sebagian
Bersolek : Dibantu Sebagian

11.SENSORI DAN MOTOR

1. Keluhan mata : Tidak ada keluhan


2. Tajam Penglihatan : OD : Normal OS : Normal
3. Kondisi mata kanan : Normal
4. Kondisi mata kiri : Normal
5. Pendengaran : Normal
6. Kondisi telinga kanan : Bersih
7. Telinga kiri : Tidak ada gangguan, bersih
8. Penghidungan : Normal
9. Gangguan sensori raba : Tidak ada
10. Gangguan sensori nyeri : Tidak ada

12.PERILAKU DAN HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA

1. Tempat tinggal : Dirumah sendiri


2. Sikap : Kooperatif
3. Kebiasaan :Dulu pernah merokok, namun sekarang sudah berhenti
merokok.
4. Hubungan Dalam Keluarga : Harmonis
5. Hubungan Sosial Masyarakat: Baik

13.EKONOMI

1. Tempat tinggal : Rumah sendiri


2. Status Domisili : Penduduk tetap
3. Kondisi bangunan rumah tinggal : Permanen
4. Kondisi lantai : Keramik
5. Sumber air minum : PAM
6. Ada ventilasi di : Seluruh bagian ruangan
7. MCK : Septi tank/ Kamar Mandi
8. Pencahayaan Rumah : Cukup baik
9. Pencahayaan lampu : Listrik
10. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
11. Penghasilan keluarga : Rp 500.000,00-1.500.000,00
14.PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT, PENATALAKSANAAN DAN
HARAPANNYA

1. Pengelolaan kesehatan bila ada anggota keluarga atau diri sendiri menderita sakit :
Diobati sendiri terlebih dahulu setelah itu jika tidak ada perubahan dibawa ke Rumah
Sakit
2. Pengetahuan tentang penggunaan obat, dosis dan efek samping obat : Jelas

15. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laborat
Pemeriksaan Laboratorium Rabu, 18 September

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


NORMAL
Hematologi
Hematologi Paket
Hemoglobin 9.2 g/dL 13 16
Leukosit 8.4 10^3/uL 3.8-10.6
HITUNG JENIS SEL
Hematokrit 28,7 % 40-54
Trombosit 257 10^3/uL 150-400
Eritrosit 3,32 10^6/uL 4.4 5.9
MCH 27,7 Pg 27-32
MCV 86,4 fL 76-96
MCHC 32,1 g/dL 29-36
RDW 12,7 % 11,60-14,80
MPV 10,4 fL 4-11
KIMIA
Ureum 125 mg/dL 15-39
Creatinin 6.8 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 143 MmoL/L 136-145
Kalium 4.6 MmoL/L 3.5-5.1
Klorida 103 MmoL/L 98-107

2. Program Terapi
Infus NaCl 0,9 % 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 2 gr/ 24 jam
Inj. Furosemid 20 mg/ 12 jam
P.o Asam folat 1 mg/12 jam
P.o Natrium Bikarbonat 500 mg/ 8 jam

16. ANALISIS DAN SINTESIS DATA


No Tanggal/jam Data Fokus Masalah Tanggal Ttd
Keperawatan teratasi
1. Senin, 18 DS : Ketidakefektifan
September -Pasien merasa sesak nafas pola nafas b.d
2017 Pukul -Sesak nafas terasa penurunan tekanan
12.00 WIB semakin berat saat inspirasi / ekspirasi
beraktifitas
DO :
-Terpasang nasal kanul
dengan ukuran 3 Lpm,
Namun pada saat masuk
pasien menggunakan
masker oksigen 8 Lpm
-Jumlah RR 24x per menit
-Dilakukan pemeriksaan
BGA
-Hemoglobin rendah 9,2
gr/dL(Normal :13-16
gr/dL)
-Eritrosit rendah 3,32
(Normal : 4,4,-5,9)
2. Senin, 18 DS : Kelebihan Volume
September -Pasien merasa kakinya Cairan b.d kelebihan
2017 Pukul bengkak asupan natrium
12.00 WIB -Pasien merasa lemas
-Pasien merasa gelisah
DO :
-Kaki pasien terlihat
oedem
- Ureum tinggi yaitu 125
(Normal : 15-39)
- Kreatinin tinggi yaitu 6,8
(Normal : 0,60-1,30)
-Tekanan darah 140/90
mmHg

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR MASALAH)


1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
2. Kelebihan Volume Cairan b.d kelebihan asupan natrium
INTERVENSI / RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/jam No Diagnosa Tujuan Intervensi Ttd


Keperawatan
Senin, 18 1 Ketidakefektifan Setelah 1. Kaji Tanda-tanda vital
September pola nafas b.d dilakukan klien
2017 Pukul penurunan tindakan 2. Posisikan semi flower
16.00 WIB tekanan inspirasi / keperawatan untuk memaksimalkan
ekspirasi selama 3 x 24 ventilasi
jam, diharapkan 3. Pasang alat bantu nafas
pola nafas dan monitor pemberian
kembali efektif therapy O2
dengan kriteria 4. Monitor adanya
hasil : perubahan tekanan
- TD dibatas darah
normal 5. Monitor adanya
-Tidak merasa dispneu
sesak nafas 6. Anjurkan Tn. H untuk
-Peningkatan menurunkan stress.
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
-Bebas dari
tanda tanda
distress
pernafasan
-Suara nafas
yang bersih,
tidak ada
sianosis dan
dyspneu
Senin, 18 2 Kelebihan Setelah 6. Kaji status cairan ;
September Volume Cairan dilakukan timbang berat
2017 Pukul b.d kelebihan asuhan badan,keseimbangan
16.00 WIB asupan natrium keperawatan masukan dan
selama 3x24 jam haluaran, turgor kulit
volume cairan dan adanya edema
seimbang. 7. Batasi masukan cairan
Kriteria Hasil: 8. Jelaskan pada pasien
Terbebas dan keluarga rasional
dari edema, pembatasan cairan
efusi, 9. Kolaborasi pemberian
anasarka cairan sesuai terapi
Vital sign
normal.
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/J Kode Dx Tindakan Keperawatan Respon TTD


am Kep. Perawat
Senin, 18 1
September Nadi : 92 x/menit, regular
1. Mengkaji Tanda-tanda
2017
RR : 24 x/menit
18.00 vital klien
TD : 140/90 mmHg

2. Mengubah posisi Tn.H


18.10 Sesak berkurang
semi flower untuk
memaksimalkan ventilasi

Sesak berkurang dengan


18.15 3. Memasang alat bantu
memberikan O2 Nasal
nafas dan monitor
Kanul 3 Lpm
pemberian therapy O2
18.20
Tidak adanya tanda
4. Memonitor adanya dispneu
18.30 dispneu

5. Menganjurkan Tn. H Pasien tenang &rileks


untuk menurunkan stress.
Senin, 18 2
September
1. Mengkaji status cairan ;
2017 TB = 160 cm,
18.45 timbang berat
BB = 48 kg
badan,keseimbangan
IMT : 18,75
masukan dan haluaran,
Turgor kulit kembali dalam
turgor kulit dan adanya
2 detik (Abnormal)
edema
2. Membatasi masukan
Adanya oedem pada kaki
cairan
pasien

3. Menjelaskan pada pasien


Klien memahami bahwa
dan keluarga rasional
pembatasan cairan penting
pembatasan cairan
untuk kesembuhan Tn.H
4. Melakukan kolaborasi
pemberian cairan sesuai Klien mematuhi terapi
terapi carian yang diberikan oleh
perawat
Selasa, 19 1
september
1. Mengkaji Tanda-tanda Nadi : 90 x/menit, regular
2017
11.00 vital klien RR : 22 x/menit
TD : 135/90 mmHg
2. Mengubah posisi Tn.H
semi flower untuk Sesak berkurang
memaksimalkan ventilasi

3. Memasang alat bantu Sesak berkurang dengan


nafas dan monitor memberikan O2 Nasal
pemberian therapy O2 Kanul 2 Lpm

4. Memonitor adanya Tidak adanya tanda

dispneu dispneu

5. menganjurkan Tn. H untuk Pasien tenang &rileks


menurunkan stress.
Selasa, 19 2
september
1. Mengkaji status cairan ; TB = 160 cm,
2017
11.00 timbang berat BB = 48 kg
badan,keseimbangan IMT : 18.75
masukan dan haluaran, Turgor kulit kembali dalam
turgor kulit dan adanya 1 detik (normal)
edema Adanya oedem pada kaki
pasien
2. Membatasi masukan
cairan Klien memahami bahwa
3. Menjelaskan pada pasien pembatasan cairan penting
dan keluarga rasional untuk kesembuhan Tn.H
pembatasan cairan

4. Melakukan kolaborasi Klien mematuhi terapi


pemberian cairan sesuai carian yang diberikan oleh
terapi perawat

Rabu, 20 1
september
1. Mengkaji Tanda-tanda Nadi : 94 x/menit, regular
2017
11.00 vital klien RR : 23 x/menit
TD : 125/80 mmHg
2. Mengubah posisi Tn.H Sesak berkurang
semi flower untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Memasang alat bantu Sesak berkurang dengan
nafas dan monitor memberikan O2 Nasal
pemberian therapy O2 Kanul 2 Lpm
4. Memonitor adanya Tidak adanya tanda
dispneu dispneu
5. menganjurkan Tn. H Pasien tenang &rileks
untuk menurunkan stress.
Rabu, 20 2
september
1. Mengkaji status cairan ; TB = 160 cm,
2017
11.00 timbang berat BB = 48 kg
badan,keseimbangan IMT : 18.75
masukan dan haluaran, Turgor kulit kembali dalam
turgor kulit dan adanya 1 detik (normal)
edema Adanya oedem pada kaki
pasien

2. Membatasi masukan Klien memahami bahwa


cairan pembatasan cairan penting
untuk kesembuhan Tn.H
3. Menjelaskan pada pasien Pasien dan keluarga
dan keluarga rasional memahami penjelasan dari
pembatasan cairan perawat mengenai
pembatasan cairan

4. Melakukan kolaborasi Klien mematuhi terapi


pemberian cairan sesuai carian yang diberikan oleh
terapi perawat
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/jam Kode Dx SOAP Nama


Keperawatan Perawat
Rabu, 20 1 S:
September 2017
-Pasien mengatakan sesak berkurang
Pukul 16.00 WIB
-Pasien merasa tenang dan rileks
O:
- TTV dalam batas normal yaitu : Nadi : 94
x/menit, regular
RR : 23 x/menit
TD : 125/80 mmHg
-Pasien mengalami peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
-Bebas dari tanda tanda distress pernafasan
-Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 20 2 S:
September 2017
- Klien merasa oedem pada kaki
Pukul 16.00 WIB
berkurang
- Pasien merasa lemas berkurang
O:
- IMT dalam rentang normal
TB = 160 cm,
BB = 48 kg
IMT : 18.75
- Turgor kulit kembali dalam 1 detik
(normal)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

1. PEMBAHASAN

CKD (chronic kidney disease) atau gagal ginjal kronis merupakan kondisi dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Beberapa fungsi penting dari ginjal antara
lain:

Pengatur keseimbangan cairan tubuh.


Pengatur keseimbangan elektrolit.
Membuang sisa metabolisme tubuh
Membantu proses pembentukan sel darah merah (eritrosit).

Setelah dilakukan pengkajian dalam waktu tiga hari, didapatkan dua diagnosa yaitu
Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan inspirasi dan ekspirasi karena adanya oedem
pulmo, hal tersebut terjadi karena pulmo tidak dapat mengembang dengan sempurna, hal
tersebut terjadi karena ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga cairan yang
seharusnya keluar jadi menumpuk di paru-paru.

Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu kelebihan volume cairan terjadi karena Fungsi
ginjal abnormal, penurunan ekskresi Na akan menyebabkan retensi air sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan oedem, hipertensi. Penyebab spesifik kelebihan cairan antara
lain:

- Asupan natrium yang berlebihan


- Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan, salah satunya yaitu CKD.

2. SIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dapat disimpulkan bahwa
untuk diagnosis pertama yaitu Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan inspirasi dan
ekspirasi didapatkan bahwa sesak nafas yang terjadi pada Tn.H mulai berkurang, akan
tetapi Tn. H masih menggunakan nasal kanul 2 lpm. Masalah untuk diagnosis pertama
teratasi sebagian. Sedangkan untuk diagnosis kedua yaitu Kelebihan Volume Cairan b.d
kelebihan asupan natrium didapatkan bahwa oedem berkurang, TD dalam batas normal
125/80. Masalah untuk diagnosis kedua teratasi sebagian.

Untuk pemeriksaan thoraks, dapat disimpulkan bahwa :

1. Ukuran kedua ginjal normal, tetapi terdapat peningkatan ekogenitas korteks dengan
batas kortikomedular tak jelas cenderung proses kronis

2. Simple cyst pada interpole ginjal kanan ( Ukuran kurang lebih 0,94x0,75 cm)

3. Cystitis

4. Efusi pleura dupleks

5. Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intraabdomen di atas.


DAFTAR PUTAKA

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006

Anda mungkin juga menyukai