Ideologi salah satu kajian dalam sejarah ilmu pengetahuan yang mngundang
perdebatan yang cukup menarik dan polemik intlektual yang belum selesai sampai
saat ini. Sangat beragam pendapat-pendapat orang yang tertarik dan mencoba
dari ahli tentang konsep ideologi ini. Jorge Larrian memberikan komentar tentang ini.
Ideologi adalah satu dari banyak konsep yang paling eliepokal (meragukan) dan
elusif (sukar ditangkap) yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial. Tidak hanya karena
beragamnya pendekatan teoritis yang menunjuk arti dan fungsi yang berbeda-beda,
akan tetapi kerana ideologi adalah konsep yang sarat dengan konotasi politik dan
digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dengan makna yang beragam.1
Istilah ideologi mula-mula digunakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad
perenungan yang lebih dalam dengan beberapa persoalan yang dimunculkan oleh
pengertian ideologi telah dimulai jauh lebih awal.2 Kehadiran ideologi pada saat
merupakan anti-tesis terhadap hal-hal yang sifatnya mistis dan agamis. Walaupun
menyadarinya agak rumit, tetapi minimal sebagai studi awal untuk memasuki
1
Jorge Larrian, Konsep Ideologi, (Yogyakarta : LKPSM 1996) hal. 7
2
Jorge Larrian, Konsep Ideologi, (Yogyakarta : LKPSM 1996) hal 7
perdebatan ideologi. Bergamnya konsep-konsep tentang idelogi terkait dari sudut
mana mereka memandang dan kepentingan apa yang meraka bawa. Sebagai langka
Ideologi menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah (1) kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan
untuk kelangsungan hidup, (2) cara berpikir seseorang atau suatu golongan, (3)
paham teori, dan tujuan yang berpadu merupakan satu kesatuan program sosial
politik.3
konsep bersistem yang dijadikan azas pendapat yang memberikan arah dan tujuan
digunakan untuk memelihara status quo, atau sebagai pembenaran dari tindakan-
tindakan yang ingin mengubah status quo dan ideologi politik diartikan sebagai
polotik yang ada atau yang dicita-citakan dan memberikan strategi berupa prosedur,
kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang
menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang
3
Kamus besar Bahasa Indonesia (1995) hal 366
4
B.N. Marbun, SH, Kamus Politik, (Jakarta : Sinar Harapan 1996) hal. 254
Ideologi adalah kumpulan gagasan yang secara logis berkaitan (ideologikal)
keabsahan bagi institusi politik dan prilaku. Ideologi dapat digunakan untuk
membenarkan status quo atau membenarkan usaha mengubahnya (dengan atau tanpa
kekerasan).5
dogmatis, justru karena sifatnya sebagai alat perjuangan. Dengan demikian, urgensi
ideologi sulit dibantah. Selain itu ideologi juga dapat menjadi alat yang penuh daya
untuk membangun integrasi suatu bangsa, ini sangat tergantung bagaimana ideologi
disosialisasikan.6
Alfian mengartikan ideologi sebagai suatu pandangan atau sistem nilai yang
menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang suatu masyarakat tentang
bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secra moral dapat dianggap benar dan adil,
dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memperoduksi dan
meligitamasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat
5
Charltin Clymer Todee dkk. (ed) Pengantar Ilmu Politik, (jakarta : Grafindo persada 2000) hal 2000
6
Budiono Kusumohamidojo, Regenerasi Kepemimpinan dan Politk Asia Tenggara (Prisma :1986)
hal 9-10
7
Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik di Indonesia, )Jakarta : Gramedia 1991) hal 187
kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted.
Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana
produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan
benar. Ideologi dari kelompok dominan efektif jika didasrakan pada kenyataan bahwa
Menurut Vago, ideologi adalah a Complex belief system that explains social
Ali Shariati mengartikan ideologi sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita-cita yang
dianut oleh kelompok tertentu, kelas sosial tertentu atau suatu bangsa dan ras
tertentu.9
Dari mana akar persoalan yang berhubungan dengan konsep ideologi itu
bermula ? menurut Jorge Larrian, pada tahapan awal ini erat hubungannya dengan
perjuangan pembebasan borjuis dari belunggu feodal dan dengan sikap pikiran
modern baru yang kritis (oposisi kritis terhadap aristokrasi bertanah yang dibarengi
oleh kririk dari pembenaran-pembenaran skolastik; yang mencari sintetis akal budi
manusia dengan wahyu untuk menjalankan kekuasaan). Hal itu diperkuat dengan
lahirnya etika buru berjuis baru, yang menentang masyarakat abad pertengahan yang
pengamatan ketertiban inti (order of essences) ysng hirsrkis dan teosentris, yang
harus diterima secara pasif; diganti (lagi) dengan pendekatan kritis untuk mencari
sebab dari manusia sendiri dalam daerah alam kriterium kebenaran yang baru.10
kemerosotan makna yang seperti kata doctrine, kata bertahan sampai hari ini.
Penelaahan filosofis yang abstrak selalu berusaha untuk menghilanglan gairah, dan
pribadi, untuk merasionalisir semua ide. Bagi ideolog, kebenaran timbul dalam
penting dari ideologi adalah menyalurkan emosi. Selain agama (dan peran serta
penyaluran energi emosi dunia yang terbesar kepada litani, lituri, sakramen,
10
Nuswantoro, Daniel Bell Matinya Ideologi, (Magelang : Indonesiatera 2001) hal 3
11
David Apterhal. 238 dalam Bell, The End Of Ideology, hal 371
Persolan idelogi, sekali lagi, berkait erat tidak hanya dalam praktek politik.
Bagi Larrian, persoalan itu juga terkait dengan penemuan-penemuan manusia atas
eksplorasi ilmu pengetahuan. Saat manusia menemukan insight baru, maka akan
selalu ada negosiasi makna pada tingktan kognitif. Kesadaran baru yang muncul akan
dari prasangka pengetahuan lama, berkaitan dengan kesadaran relasitas dengan alam
dan manusia, pada akhirnya mendorong tumbuhnya satu kesadran baru; sebuah
kesadaran kolektif yang berubah struktur masyarakat antara kaum aristokrat pemilik
palsu senantiasa muncul dalam sejarah perdebatan intlektual. Kita harus menalaah
makna ideologi untuk memperoleh gagasan tentang ideologi. Kata ideologi tidak
mempunyai makna ontologis yang inheren; kata itu mencakup setiap keputusan yang
menyangkut nilai lingkup-lingkup kenyataan yang berbeda karena kata itu menurut
asal usulnya hanyalah berarti teori gagasan-gagasan. Kaum ideolog sebagaimana kita
ketahui , para anggota kelompok filosofis di francis yang dalam tradisi candillac
menolak metafisika dan mencari dasar ilmu-ilmu budaya pada dasar dasar
berkembang dewasa ini dalam dua pengertian, yaitu pertama, ideologi terbuka,
bahwa ideologi terbuka bersikap sangat luwes, terbuka (inklusif) terhadap adanya
Kedua, ideologi dalam arti penuh atau ideologi terutup, karena isinya
memang tidak bleh dipertanyakan lagi , kebenarannya tidak boleh dirakukan lagi.
Isinya di dogmatis dan a-priori bahwa ideologi tidak dapat dimodifikasi berdasarkan
pengalaman. Salah satu cirinya bahwa ia tidak diambil dari masyarakat, tapi
merupakan pikiran sebuah elite yang harus dipropagandakan dan disebarkan pada
masyarakat.12
sebagai dasar atau acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan kelompok
atau masyarakat, dan (3) memberikan motivasi bagi para individu mengenai pola-
sebagai pencerminan dari realita yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu
12
Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis (Yogyakarta : Kanisius 1993) hal 232-237
13
Vago, log. Cit. Hal
kepada berbagai komponen masyarakat untuk mempunyai kehidupan bersama secara
lebih baik dan untuk membangun masa depan lebih cerah. Dimensi ini bisa disebut
sebagai unsur idelisme dari ideologi. Dan ketiga, pencerminan dari suatu ideologi
pandangan yang konprehensip tentang manusia, dunia dan alam semesta dalam
perubahan berdasarkan paham dan rencana dari ideologi tersebut (4) usaha
keterlibatan para pengikutnya dan (5) usaha mobilisasi seluas mungkin para kader
hegemonik dapat diperoleh melalui ideologi. Di sini dominasi budaya berjalan secara
dijinakkan, sehingga secara sukarela menerima tatanan stutus quo dan hubungan
yang tudak adil tersebut. Dan proses hegemoni ini dilakukan melalui berbagai
macam cara. Berangkat dari pemahaman ini, Arief Budiman berpendapat bahwa
kumpulan ide yang merupakan : (1) refleksi atas kondisi sosial tertentu; (2) cita-cita
Raymonnd William bertutur bahwa tidak ada batasan pasti tentang istilah
ideologi. Bahkan dalam tradisi Marxis, suatu tradisi yang paling kaya mengenai
ideologi, kata ideologi tulisnya, memiliki tiga pengertian umum; sistem khas
ilmiah, proses umum produksi, makna dan gagasan atau dalam bahasa Volosinov
dimensi pengalaman sosial dimana makna dan nilai diproduksi, ideologis mangacu
Jorge larrian menulis, ideologi memiliki arti positif dan negatif. Ideologi
dalam pengertian positif berkaitan dengan sistem ide, nilai, pengetahuan yang
tertentu.19
16
Mamun Muod Al-Brebesy Menyingkap Pemikiran Politik Gus Dur dan Amien Rais tentang
Negara (Jakarta : Grafindo Persada 1999) hal 53
17
Ibid. hal 171
18
Muhammad Mustafied dalam buku Sosialisme Religius Merancang Ideologi Gerakan Islam
Progresif transformatif hal 170-171
19
Ibid. hal 172
sufra struktur menurutnya merupakan realitas obyektif tempat manusia menemukan
kesadaran, posisi dan tujuan hidup, sebab merupakan refleksi keseluruhan hubungan
produksi sosial. Dalam arti negatif ideologi merepukan pengetahuan yang diputar
Suatu ideologi merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaam yang diterima
sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi terdiri dari rangkaian
orang yang percaya suatu gambaran tentang dunia baik sebagaimana adanya maupun
yang telah dihasilkan pengalaman sosial suatu kelas sebagai sebuah ideologi. Bagi
menyebutnya konsepsi total tentang ideologi ciri-ciri dan komposisi struktur total
dari pikiran sosial dari suatu umu atau kelompok . Konsepsi khusus tentang ideologi
yang meyakini bahwa ide-ide para lawan kita adalah sutu penyamaran secara sadar
20
Ibid. hal 172
23
Lyman Tower Sargent, Ideologi Politik Kontemporer (Jakarta : Bina Aksara 1986) hal. 3
24
Ibid. hal 4-5
25
Ibid halk 5
Ideologi paling tidak harus memenuhi dua karekteristik mendasar. Pertama,
yang muncul dari pandangan hidup tadi. Pandangan hidup berkaitan dengan cara,
bagaimana memandang kehidupan ini, dari mana kehidupan ini berasal, serta akan
politik, sosial, pendidikan dan lain-lain ) serta beragam solusi yang dihadapi manusia
di dunia.26
mengatur masalah tindakan dan praktek individu atau anggota suatu kelmpok. Dalam
secara koheran bersifat sosial, tidak personal atau individual ia membutuhkan share
diantara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lain. Kedua,
kelompok atau komunitas. Oleh karena itu ideologi tidak hanya menyediakan fungsi
koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri kelompok. Ideologi disini
Menurut Key,28 kajian mengenai ideologi dapat didekati dengan empat cara.
Pertama, orang dapat melihat ideologi sebagai manifestasi populer filsafat atau
tradisi politik tertentu atau sekumpulan, pandangan, ide-ide atau dogma yang cukup
26
Muhammad Romzy dalam Buku Sosialisme Religius (Yogyakarta : Kreasi Wacana 2000) hal 94
27
Eryanto, op. cit., hal 13-14
28
David E. Apter, Pengantar Analisa Politik, Jakarta : LP3ES 1996 hal.
koheren yang dianut oleh suatu kelompok. Seperti liberalisme, marxisme, fasisme
dan nasionalisme. Ideologi dengan definisi terminologi terbaik adalah doktrin, yakni
menggariskan hal-hal yang dibolehkan dan yang dilarang. Kedua, untuk menelah
kedudukan sosial, afiliasi etnis atau agama. Menelah ideologi dengan cara ini adalah
menentukan nilai-nilai dan keyakinan orang itu. Ketiga, pengujian ideologi dengan
individu, idologi membantu membentuk rasa diri sendiri menjadi koheren. Menerima
suatu filsafat atau rangkaian keyakinan tertentu mengizinkan orang menolak yang
lain dan mengindintifikasi diri sendiri dengan orang-orang yang melihat seuatu hal
dengan cara yang sama. Jadi ideologi adalah cara menghubungkan diri dengan
masyarakat dan ego dengan lingkungan. Ideologi dalam bagian ketiga ini berkaitan
menjadi prinsip moral yang menjadi dasar pemakaian kekuasaan. Bila sebagian
individu beranggapan bahwa pemerintahan mereka tidak mengikuti prinsip-prinsip
itu, atau jika ingin mengubah prinsip-prinsip itu, maka legitimasi pemerintah itu
termasuk pilihan-pilihan moral dan filosofis yang relatif koheren. Bagaimana hal-hal
itu disalurkan dapat dinanalisa menurut kaitannya antara kedudukan sosial dan
pentingnya suatu ideologi bagi berbagai orang dapat dianalisa menurut kebutuhan
orang-orang untuk menjelaskan siapa mereka dalam kegiatan dengan orang lain
ranah. Pertama, sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompk atau kelas
tertentu. Kedua, sebuah sistem kepercayaan yang dibuat ide palsu atau kesadaran
palsu yang bisa dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ketiga, proses umum
koheren tertentu sebagai ide dan menetapkan prioritas moral tertentu, menetapkan
yang benar dan yang salah, dan menetapakn prinsip-prinsip mengenai kaidah dan
keadilan.6
suatu rangkaian sikap atau keyakinan khusus dari suatu daftar indikator kritis seperti
maka kita akan melihat bahwa semakin banyak isi nilai suatu sistem keyakinan,
6
David E. Apter op. cit., hal 230
6
Ibid. hal 231 Philip E. Converse, The Nature of Belief Systems in Mass Public,
7
Ibid. hal 232-233 Lihat Arnold M. Rose, penyunting: Human Behavior and social processes,
(Boston: Houghton Mifflin, 19623), hal 3-19
Semakin besar tingkat nilai ideologi yang dibentuk dan yang dianut, semakin
besar kemungkinan terjadinya konflik (c). semakin rendah kita menuruni skala
penengahan cita-cita yang bertentangan melalui partai politik, serikat buruh dan
organisasi lain yang tawar menawar dan mengubah konflik menjadi kompetisi (b).
akhirnaya, bila faktor-faktor ideologi hanya merupakan pilihan, maka orang menjalin
pada perpotongan antara prinsip atau tujuan filosofis, pilihan dan keyakinan
individual, serta nilai-nilai umum dan khusus. Hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Kepentingan
Nilai Pilihan
tidak. Pilihan dapat diubah menjadi kepentingan dan kepentingan menjadi nilai, atau
Penelaahan filosofis yang abstarak selalu berusaha untuk menghilanglan gairah, dan
8
Ibid. hal 236
pribadi, untuk merasionalisir semua ide. Bagi ideolog, kebenaran timbul dalam
penting dari ideologi adalah menyalurkan emosi. Selain agama (dan peran serta
Pada umumnya terdapat dua bpengertian yang berbeda dan terpisah dari
istilah ideologia yaitu arti partikuler dan arti Universal. Konsep partekuler dari
ideologi tampak bila istilah itu menunjukkan bahwa kita sangsi akan gagasan-
Sedangkan pada konsep Universal mengacu pada ideologi suatu zaman atau
ideologi suatu kelompok sosio-historis konkret, misalnya ideologi kelas, bila kita
memusatkan diri pda ciri-ciri dan susunan keseluruhan struktur pikiran zaman atau
kelompok lain.12
9
David Apterhal. 238 dalam Bell, The End Of Ideology, hal 371
12
Prof. Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia, (Yogyakarta : Kanisius 1991) hal59
Alamon dan Verba memperlakukan ideologi sebagai sebuah aspek
kebudayaan politik, yakni, sebagai sebuah Obyek Orientasi yang terdiri dari tiga
dimensi: (1) dimensi kognitif yaitu pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai
sistem politik; (2) dimensi afektif yaitu perasaan yang dimiliki orang-orang mengenai
tindakan tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi sistrem politik di mana
doktrin, maka kesenjangan antara tingkah laku dan ideologi dapat menjadi sebab
suatu tata pengalaman , kesatuan pengalaman yang dijamin dengan kesatuan subyek
dibuatlah suatu upaya untuk menggantinya dengan suatu kesatuan yang dibentik
10
Ibid hal 242
11
Ibid hal 245
yang oleh subyek yang mengetahui.Tahap kedua, perkembangan konsep total
ideologi dicapai pada saat pandangan total namun supra temporal tentang ideologi ini
dilihat dalam presfektif historis. Tahap ketiga, pembentukan konsep total tentang
ideologi ini dengan cara yang sama muncul keluar dari proses sasial-historis.13
Dua konsekuensi timbul dari konsep kesadaran ini; pertama dengan jelas kita
kurun sejarah hanya dapat diterangkan menurut maknanya, dan pada gilirannya
makna itu senantiasa mangacu pada makna lain. Kedua, sistem makna saling berganti
ini berbeda-beda baik dalam seluruh bagiannya maupun dalam totalitasnya dari suatu
palsu senantiasa muncul dalam sejarah perdebatan intlektual. Kita harus menalaah
makna ideologi untuk memperoleh gagasan tentang ideologi. Kata ideologi tidak
mempunyai makna ontologis yang inheren; kita itu mencakup setiap keputusan yang
menyangkut nilai lingkup-lingkup kenyataan yang berbeda karena kata itu menurut
asal usulnya hanyalah berarti teori gagasan-gagasan. Kaum ideolog sebagaimana kita
ketahui , para anggota kelompok filosofis di francis yang dalam tradisi candillac
menolak metafisika dan mencari dasar ilmu-ilmu budaya pada dasar dasar
13
Karl Mannheim, op. cit. hal69-73
14
Mannheim, op. cit., hal 71-72
Dengan munculnya perumusan general konsep total ideologi, teori ideologi
keterkaitan antara sudut pandang intlektual yang dilontarkan dan posisi sosial yang
dari sudut pendekatan ini ada dua pemecahan yang berbeda dan terpisah untuk
yang berbeda dari ciri relatif segala pengetahuan historis belaka harus ditolak dengan
memahami suatu kebenaran absolut yang independen dari nilai-nilai dan posisi
subyek dan yang tidak berkaitan dengan kontek sosial sedangakan relativisme
pendapat bahwa semua pemikiran historis terkait dengan posisi konkret dalam
kehidupan pemikirannya.15
sosial dan ideologi, yaitu teori kepentingan (the interest theory) dan teori ketegangan
(the Strain theory). Bagi yang pertama ideologi adalah sebuah keduk dan sebuah
senjata dan bagi kedua sebuah simtun dan sebuah obat. Dalam teori kepentingan
15
Mannhem, op. cit., hal 73-82
pernyataan-pernyataan ideologis dilihat dalam latar belakang sebuah perjuangan
universal untuk memperoleh keuntungan dan dalam teori ketegangan dan dalam latar
sosiopsikologisnya.16
Persolan ideologi, sekali lagi, berkait erat tidal hanya dalam praktek politik.
Bagi Larrian, persoalan itu juga terkait dengan penemuan-penemuan manusia atas
eksplorasi ilmu pengetahuan. Saat manusia menemukan insight baru, maka akan
selalu ada negosiasi makna pada tingktan kognitif. Kesadran baru yang muncul akan
dari prasangka pengetahuan lama, berkaitan dengan kesadaran relasitas dengan alam
dan manusia, pada akhirnya mendorong tumbuhnya satu kesadran baru; sebuah
kesadaran kolektif yang berubah struktur masyarakat antara kaum aristokrat pemilik
merumuskan bahwa akhirnya, hanya ada tiga cara pandang integral mengenai dunia;
agama, materialisme dan islam. Manusia tredispersi kedalam tiga jalan ini. Manusia
akan bebas hanya jika melaui jalan tengah, mewujudkan Civitas Solis (masyarakat
16
Clifford Geerts, Politik Kebudayaan, (Yogyakarta : Kanisius 1992) hal.
12
Nuswantoro, op. cit., hal 8
landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam
yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak. Keempat, bekal dan jalan bagi seorang untuk menemukan identitasnya.
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan. Keenam, pendidikan bagi seorang atau
dua cara, empiris dan filosofis. Penyelidikan empiris berkait dengan masalah-
koherensi dan posisi yang dimainkan suatu ideologi. Pernyataan filosofis berkait
dengan ideogi bisa berupa seberapa mungkin sebuah ideologi memiliki argumen
jelas.14
Ideologi bisa mempersatukan rakyat suatu negara atau pengikut suatu gerakan
membahu demi prinsip. Ideologi juga merupakan suatu pedoman untuk memilih
kebijakan dan prilaku politik dan ideologi memberikan cara kepada mereka yang
menginginkannya serta kepada yang yakin akan arti keberadaanya dan tujuan
Yudi latif dan ide Subandi Ibrahim Lewat hegomini makna ini, maka sebuah
ideologi negara bisa ditanamkan lewat kata-kata kunci yang bisa disampaikan secara
berulang kali oleh elit-elit penguasa dan ini secara langsung fungsional bagi upaya
preeferensi yang dimiliki bersama oleh komunitas sosial, mangatakan bahwa dalam
karenanya tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa ideologi membentuk dan dibentuk
oleh bahasa.14
Islam memandang kehidupan ini berasal dari Allah SWT, sehingga pencipta
atas amal-amal perbuatannya didunia sehingga manusia haus terikat pada hukum
17
Charltin Clymer Rodee Dkk (ed), Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Grafindo Persada 2000) hal 105
13
Yudi Latif dan Ide Subandi Ibrahim, Prolog : Bahasa dan Kekuasaan Politik Wacana di Panggung
politik Orde Baru, (Bandung : Mizan 1996) hal 27-28
14
Ibid. hal 50
Islam meandang negara sebagai wahana untuk menerapkan hukum-hukum
dari sistem masyarakat jahiliyah, kepada masyrakat Islam, dimana hukum Islam
dipeluk oleh kelompok atau kelas tertentu dengan setting sosial dan kultural tertentu.
Syariati juga menyebut bahwa ideog memiliki tiga tahap. Tahap pertama adalah tahap
cara melihat dan menangkap alam semesta, eksistensi dan manusia. Tahap kedua,
cara khusus kita memahami dan menilai semua benda, gagasan-gagasan, ide-ide yang
mengkonstruksi setting sosial dan kultur kita dan dengan demikian konstruksi
kesadaran kita. Tahap ketiga, adalah tahapan praksis yang mengcakup strategi, taktik,
cita-cita ideogisnya.22
religio-politik islam kita bisa memahami kecenderungan prilaku dan sikap yang
16
Ibid. Hal 94-95
22
Ibid hal 172
mendasari kekuatan politik Islam.1 Prilaku politik tidak terlepas dari nilai-nilai yang
agama yang bersangkutan. Dilingkunagn umat Islam dikenal Islamic Ideology yang
memiliki keterkaitan dengan karakter islam sebagai agama. 26 Menerut Hakim 27Islam
has the simlest and the most rational of all ideologies. Sehingga ideologi islam
kemanusiaan dan relasi-relasi sosial dalam ideologi Islam memliki basis pada
pandangan filosofis dalam teologi Islam, sehingga memiliki pijakan yang kokoh.
prinsip-prinsip Islami, yang menjadi titik tolak pembangunan bangsa. Dalam konteks
pemihakan yang berbeda dari ilmu pengetahuan dan Filsafat. Ideologi dan agama
23
Aminuddin, Kekuatan Islam dan pergulatan kekuasaan di indonesia, sebelum dan sesudah runtuhnya
soeharto pustaka pelajar hal. 42
26
Khalifa Abdul Hakim, Islamic Ideology, (Pakistan : Institute Of Islamiv Culture 1993 ) hal IV
27
Ibid. hal 285
28
Abu Ala Maududi, Sistem Politik Islam, (Bandung : Mizan 1995) hal 39
29
Ibid. loc. Cit. , hal 148
bahkan memiliki fungsi kritikterhadap status quo. Para nabi menurut Shariati
30
membangun ideologi, sehingga melahirkan pandangan agama sebgai ideologi yang
keyakinan keagamaann.
pada msa tertentu untuk menjadikan fakta sesuai dengan gagasan, gagasan sesuai
dengan fakta, dalam upya menciptakan citra dunia yang cukup meyakinkan untuk
cendikiawan secara sadar, namun juga dibarengi dengan kesadarn palsu. Ssi pelaku
sendiri tidak menegtahui moivasi apa yang mendorongnya, dan jika ia mengetahui
bearti ini sama sekali bukan prosesideologi. Jadi uang dia bayankan mengkin bisa
berupa motivasi yang samar maupun yang jelas. Karena ini merupakan proses
pemikiran,berarti dia mendapatkan bentuk dan isinya dari pemikiran murni, baik itu
singkat dan padat. Menurutnya, ideologi merupakan kumpulan gagasan dan teori
30
Ibid. loc. Cit., hal 154
#
Asghar Ali Engineer, Devolusi Negara Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2000) hal 241-242