Anda di halaman 1dari 8

PERAN MEDIA MASSA DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Media Massa


Media merupakan unsur pokok dalam proses komunikasi. Media menjadi perantara
komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Media pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang merupakan saluran dengan mana seseorang menyatakan gagasan, isi jiwa
atau kesadarannya. Atau dengan kata lain, media adalah alat untuk mewujudkan gagasan
manusia (dalam Arifin, 2010: 116).
Media massa merupakan salah satu alat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk memperoleh sejumlah informasi. Media massa itu sendiri terdiri dari berbagai jenis
yaitu media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan media yang melalui
proses pencetakan lainnya dan media elektronik seperti televisi, radio dan internet.
Sebagaimana diketahui, salah satu media massa yang sarat dengan informasi adalah pers.
Pers merupakan cermin realitas, karena pers pada dasarnya merupakan media massa yang
lebih menekankan fungsinya sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita
dan berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena memiliki nilai yang
layak untuk disebarkan kepada masyarakat.

2.2. Sistem Politik Indonesia


2.2.1 Pengertian Sistem
Secara etimologi kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema yang berarti suatu
keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode dan Voich, 1974: 115). Atau
dapat juga diartikan sebagai hubungan yang berlangsung antara satuan-satuan atau komponen
secara teratur (Awad, 1979:4). Berikut definisi sistem menurut para ahli:
a. Campbell (1879: 3)
Himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan.
b. Awad (1979: 4)
Sehimpunan komponen atau sub sistem yang terorganisir dan berkaitan sesuai dengan rencana
untuk mencapai suatu tujuan.
c. Miriam Budihardjo
Istilah ilmu biologi yang diadopsi oleh sarjana politik dengan makna sebagai bagian-bagian atau
komponen-komponen yang saling bergantung satu dengan yang lain dan saling mengadakan
interaksi.
Jadi sistem adalah sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara
teratur dan merupakan satu keseluruhan. Sehingga sistem dalam politik berarti konsep sistem
yang diterapkan dalam situasi yang konkret, misalnya negara.
2.2.2 Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani polis (negara kota) yang berarti kegiatan dalam
rangka mengurus kepentingan masyarakat. Sehingga politik merupakan alokasi nilai-nilai
yang bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
2.2.3 Sistem Politik Indonesia
Sejak awal berdirinya, Indonesia sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem
politiknya. Isi dan mekanisme sistem poltik demokrasi Indonesia dirumuskan pada batang tubuh
UUD 1945, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa kedaulatan ada di
tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD.
Adapun sendi-sendi pokok dari sistem poltik demokrasi di Indonesia sebagai berikut :
a. Ide kedaulatan rakyat
Bahwa yang berdaulat di negara demokrasi adalah rakyat. Ini menjadi gagasan pokok dari
demokrasi yang tercermin pada pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi kedaulatan di tangan
rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD.
b. Negara berdasar atas hukum
Negara demokrasi juga negara hukum. Negara hukum Indonesia menganut hukum dalam arti
material (luas) untuk mencapai tujuan nasional. Ini tercermin dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945
yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.
c. Berbentuk Republik
Negara dibentuk untuk memeperjuangkan realisasi kepentingan umum (republika). Negara
Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan kepentingan umum. Tercermin pada pasal
1 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik.
d. Pemerintah berdasar konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlandaskan konstitusi atau undang-undang dasar yang demokratis. Ini tercermin pada pasal 4
ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.
e. Pemerintahan yang bertanggungjawab
Pemerintah selaku penyelenggara negara bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Berdasarkan demokrasi Pancasila, pemerintah ke bawah bertanggung jawab kepada rakyat dan
ke atas bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Sistem perwakilan
Pada dasarnya, pemerintah menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Demokrasi yang dijalankan adal demokrasiperwakilan atau demokrasi tidak
langsung. Para wakil rakyat dipilh melalui pemilu.
g. Sistem pemerintahan presidensial
Presiden adalah penyelenggara negara tertunggi. Presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.

Sedangkan pokok-pokok dalam sistem poltik Indonesia sebagai berikut :


a. Negara berbentuk kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Disamping adanya pemerintah
pusat, terdapat pemerintah daerah yang memiliki hak otonom;
b. Pemerintah berbentuk republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial;
c. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun;
d. Kabinet dan menteri diangkat oleh presiden dan bertanggungjawab kepada presiden. Presiden
tidak bertanggungjawab kepada MPR dan DPR. Disamping cabinet. Presiden dibantu oleh suat
dewan pertimbangan;
e. Parlemen terdiri dari dua (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD);
f. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, anggota
DPD, anggota DPRD Provinsi, dan anggota DPRD Kabupaten/Kota;
g. Sistem multipartai. Banyak sekali partai politik yang bermunculan di Indonesia terlebih setelah
berakhir Orde Baru;
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya yaitu
pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah Konstitusi;
i. Lembaga negara lainnya adalah Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Yudisial

2.3. Peran Media Massa Dalam Sistem Politik Indonesia


2.3.1. Peranan Media Massa dalam Politik
Dunia politik juga ditandai dengan keterlibatan media dalam hiruk-pikuk berpolitik.
Media dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu segala sarana yang terkait dengan
penyampaian pesan, baik yang bersifat riil maupun simbolik, dari institusi politik kepada
masyarakat yang lebih luas.
Media dalam hal ini dapat berupa TV, radio, majalah, dan koran. Digunakannya media
massa sebagai instrumen untuk mengkomunikasikan ide, pesan, dan program kerja politik
adalah karena kenyataan bahwa media dapat dipakai untuk menyampaikan pesan kepada
masyarakat luas dengan biaya orang yang relatif sangat murah.
Keefektifan media massa dalam menyampaikan pesan politik telah menjadikannya
sebagai ajang baru pertempuran politik. Dengan dicanangkannya deklarasi bahwa abad ini
adalah Abad Informasi membuat siapa pun yang memiliki akses kepada media massa
memiliki kemampuan untuk mengai'ahkan dan membentuk opini publik sesuai dengan yang
diharapkannya. Perang media merupakan suatu keniscayaan dengan adanya kemajuan
teknologi. Konsekuensi logisnya, dunia politik tidak dapat dipisahkan dari media massa.
Persaingan pun muncul untuk mencari aliansi. dengan suatu media massa guna menjamin
lancarnya pesan politik yang ingin disampaikan.
a. Media dan opini publik
Dengan kemampuannya untuk menjangkau massa dalam jumlah yang cukup besar,
informasi dari media massa akan dapat menembus populasi yang besar pula. Sementara ini
penelitian dalam komunikasi, psikologi, dan sosiologi menyatakan bahwa, cara pandang
manusia akan sangat ditentukan oleh jenis dan volume informasi yang mereka terima adalah
bahwa kita dapat informasi yang mereka terima. Implisit dari penelitian-penelitian ini adalah
bahwa kita dapat membentuk opini publik melalui informasi yang kita berikan. Ketika
kekuatan politik ingin mendiskreditkan image politik lawan, yang perlu dilakukan sudah
cukup dengan membanjiri informasi di media massa dengan hal-hal buruk yang dilakukan
lawan politik. Begitu juga sebaliknya, ketika ingin membentuk image positif dari publik,
cukup dengan membanjiri media massa dengan hal-hal positif dari suatu partai atau kandidat.
Sebuah kasus perbuatan mesum seorang anggota DPR beberapa waktu yang lalu tidak
akan menjadi berita yang begitu ramai dibicarakan kalau kita tidak hidup di era kebebasan
pers dan media. Sulit sekali untuk menyembunyikan kebobrokan perilaku dewasa ini.
Informasi dan berita tidak mengenakkan akan dapat dengan mudah tersebar melalui SMS,
internet, dan bentuk-bentuk pemberitaan lainnya. Di mana pemberitaan media massa ini
sangatlah efektif dalam membentuk opini publik akan suatu hal. Sehingga media massa
memainkan peran yang sangat penting dalam berpolitik dewasa ini. Peningkatan posisi tawar-
menawar akan sangat tergantung kepada seberapa besar kita dapat memengaruhi opini publik
untuk dapat berpihak kepada kita.
Memang, pada kenyataannya, hubungan itu tidak akan se-sederhana dan selinier ini.
Terdapat banyak sekali gangguan (noise) yang dapat menjauhkan dari tujuan semula.
Beberapa gangguan dapat disebabkan oleh usaha yang dilakukan partai/calon untuk
mengklarifikasi informasi, menyatakan image positifnya, dan menolak tuduhan yang
diberikan lawan politik. Selain itu juga terdapat bias persepsi dari setiap individu. Informasi
yang diberikan tidak selalu diartikan sama seperti yang dimaksudkan oleh si pengirim
informasi.
Gangguan juga dapat berasal dari media itu sendiri, di mana informasi yang diberikan
oleh `sender' bisa diartikan berbeda oleh jurnalis yang meliput.
b. Media dan kekuasaan politik
Kemampuan untuk membentuk opini publik ini membuat media massa memiliki
kekuasaan politik. Paling tidak, media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan
membentuk opini publik. Kemampuan ini dapat dijadikan sumber bagi media massa untuk
proses tawar-menawar dengan institusi politik. Kesulitan untuk bernegosiasi dengan media
massa seringkali terjadi karena ideologi politik tertentu memiliki media sendiri, tidak jarang
juga media massa mengambil sikap independen dan menjadi kekuatan politik penyeimbang
dari kekuatan politik. Dalam hal ini, media massa menjadi kekuatan kritis clan alternatif.
Karena itu, tidak mengherankan kalau kemunculan media massa di Indonesia juga tidak dapat
dijelaskan oleh rasionalitas ekonomis saja. Hal ini juga terkait erat dengan keinginan untuk
berkuasa. Ide, gagasan, dan isu politik akan dapat dengan mudah ditransfer dan
dikomunikasikan melalui media massa. Hal ini membuat kekuasaan politik tidak hanya ada di
tangan partai politik, tetapi juga siapa pun yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi
kebijakan publik.
Kenyataan tentang pentingnya media massa bagi partai politik rupanya telah lama
disadari. Bahkan koran Kompas yang saat ini bersikap independen, kelahirannya tidak bisa
dilepaskan dari eksistensi Partai Katolik. Harian paling besar di Indonesia dan saat ini
bisnisnya telah meraksasa sehingga memasuki banyak bidang ini digagas oleh para tokoh
Partai Katolik. Pada saat ini niscaya Kompas memiliki posisi runding yang kuat dalam bidang
politik Tentu saja tidak berarti bahwa para pemimpinnya lalu menjadi tokoh politik yang
kuat, tapi suaranya niscaya didengarkan atau dibungkam seperti pada masa Orde Baru oleh
para penguasa politik. Sebagai koran, Kompas telah `melahirkan' banyak tokoh berbagai
bidang, termasuk politik.
Demikian pula yang terjadi dengan koran Republika. Koran ini didirikan oleh ICMI
(Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Terlepas keterkaitan antara ICMI dengan Golkar
pada masa didirikannya Republika, koran ini mengangkut suatu ideologi tertentu, setidak-
tidaknya ideologi dari suatu kelompok Muslim. Sinar Harapan pada awalnya dikenal sebagai
korannya orang Kristen. Ketika dibredel pada masa Orde Baru, koran ini berganti nama
menjadi Suara Pembaruan. Setelah era reformasi, salah satu kelompok di koran ini
membentuk kembali Sinar Harapan, sehingga sekarang ini ada dua koran yang sebetulnya
satu itu. Salah satu koran besar di Indonesia, Media Indonesia-yang satu kelompok
perusahaan dengan Metro TV bisa dikatakan koran yang independen. Tetapi, pemilik koran
ini, Surya Paloh adalah salah satu mantan petinggi Golkar yang sekarang mendirikan Partai
Nasional Demokrat. Tidaklah mudah untuk menjaga independensi antara pemilik stasiun TV
dengan menjabat sebagai salah satu ketua partai politik. Hal ini ditunjukkan bagaimana Metro
TV yang secara penuh menyiarkan jalannya pertemuan antara PDI-P dan Golkar yang terjadi
di Medan dan Palembang.
c. Media dan Bias Persepsi
Informasi yang disampaikan dalam media tidak selamanya objektif atau apa adanya.
Seringkali terdapat bias informasi. Beberapa sumber bias informasi dapat terjadi baik dari sisi
media maupun Masyarakat. Media adalah salah satu sumber bias informasi. Media sebagai
identitas terdiri dari beberapa unit seperti jurnalis editor. Jurnalis seringkali
menginterpretasikan secara berbeda informasi yang diterima dari sumber informasi.
Interpretasi jurnalis mempunyai peran yang lebih besar ketimbang informasi dari sumber
yang ditulis dan dipublikasikannya. Hal ini membuat pemberitaan bisa melenceng
(umpamanya dipolitisasi, diplesetkan) apa yang sesungguhnya terjadi atau dikatakan.
Informasi yang diterima dari sumber begitu beragam, dan kalau sumbernya lebih dari satu,
bisa jadi informasi yang muncul menjadi beragam dan terkadang kontradiktif satu dengan
yang lain.
Pemilihan informasi mana yang akan dipublikasikan akan sangat tergantung pada nilai,
paham, ideologi, dan sistem moral yang dianut oleh media dan editor. Bias persepsi juga
dapat terjadi dari sisi masyarakat. Dalam diri setiap individu terdapat kerangka acuan (frame
of reference) yang akan menentukan cara mereka dalam berpikir dan bersikap terhadap suatu
hal. Biasanya hal ini dapat bersumber dari latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan,
suku, dan keluarga yang ikut membentuk cara berpikir mereka. Karenanya informasi yang
sama dapat diartikan berbeda oleh setiap individu
Akibat berikutnya, informasi yang diberitakan oleh media massa akan diterjemahkan
dan disikapi dengan cara beragam pula. Hal ini juga dapat semakin menjauhkan jarak
informasi yang sebenarnya dengan interpretasi yang dibangun dalam masyarakat.
d. Media dan komunikasi politik
Arti penting media massa dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat
menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam interaksi politik. Partai politik
membutuhkan media yang memfasilitasi komunikasi politik. Dengan kemampuannya dalam
menyebarkan informasi secara luas membuat pesan politik disalurkan melalui media massa.
Apalagi utama, dari komunikasi pesan, program kerja partai, pencitraan adalah pembentukan
opini publik. Semakin besar massa yang dapat disentuh oleh media massa, semakin
strategis arti media massa tersebut.
Partai politik jelas sangat membutuhkan media massa. Melalui merekalah pesan politik
akan disalurkan. Secara implisit hal ini menganjurkan bahwa politik sebaiknya membangun
hubungan jangka panjang dengan media massa. Antara keduanya terdapat hubungan yang
saling membutuhkan. Media massa membutuhkan sumber informasi-dan barangkali juga
sumber dana--sementara partai politik membutuhkan media yang dapat membantu mereka
dalam menyampaikan pesan politiknya. Bermusuhan dengan media massa adalah hal yang
paling tragis, karena partai politik akan kehilangan mitra strategis yang dapat membantu
mereka dalam komunikasi politik.
e. Media sebagai medan pertempuran
Arti penting media massa dalam komunikasi politik membuat medan pertempuran dan
persaingan politik untuk membentuk opini publik terfokus pada media. Masing-masing partai
politik akan berusaha tampil dan diliput oleh media massa. Setiap aktivitas partai pasti akan
melibatkan media massa. Hal ini dilakukan agar aktivitas mereka dapat disaksikan dan
dimengerti oleh masyarakat luas. Masing-masing partai politik akan berusaha mendekati
media massa tertentu yang memiliki jangkauan luas dalam masyarakat.
Wilayah pertempuran politik tidak hanya terjadi dari image-image politik yang
ditampilkan, tetapi juga lobi-lobi politik dengan media massa. Tentunya hal ini juga mesti
diperhatikan oleh media massa. Keberpihakan mereka terhadap suatu partai politik bisa
menguntungkan dan merugikan image di mata masyarakat. nguntungkan, karena masyarakat
dapat dengan mudah mengidentifikasi ideologi yang dikeluarkan oleh media massatersebut.
Merugikan karena hal ini bisa mengurangi pangsa pasar eka. Sementara itu, media massa
juga dapat bersikap netral. Dalam aliran ini, mereka menerima dan mempublikasikan siapa
yang dianggap layak dipublikasikan.
2.3.2. Media Massa Sebagai Subsistem Dari Sistem Politik
Sebagaimana telah dibahas di atas bahwa begitu besarnya peran media massa dalam
kehidupan masyarakat, yang mampu mempengaruhi dan merubah cara berpikir suatu
kelompok masyarakat. Kekuatan media massa ini juga digunakan oleh pemerintah maupun
suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu pemerintahan untuk mempengaruhi opini
publik. Dalam dunia politik pun media massa digunakan sebagai alat penyampaian informasi
dan pesan yang sangat efektif dan efisien.
Sebagaimana juga dijelaskan oleh Lasswell (1972), bahwa the study of politics is the
study of influence and the influential (ilmu tentang politk adalah ilmu tentang pengaruh dan
kekuatan pengaruh).
Tampilan media massa akan mengemban beberapa fungsi yang menggambarkan
kedemokrasian dalam pemberitaannya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan subsistem dari
sistem politik yang ada.
Menurut Gurevitch dan Blumer (1990:270) fungsi-fungsi media massa adalah:
1. Sebagai pengamat lingkungan dari kondisi sosial politik yang ada.
Media massa berfungsi sebagai alat kontrol sosial politik yang dapat memberikan
berbagai informasi mengenai penyimpangan sosial itu sendiri, yang dilakukan baik oleh
pihak pemerintah, swasta, maupun oleh pihak masyarakat. Contoh penyimpangan-
penyimpangan seperti praktik KKN oleh pemerintah, penjualan pasir ke Singapura yang
mengakibatkan tujuh pulau hilang dan tenggelam (suatu kerugian yang lebih besar dari
sekadar perebutan pulau Sipadan dan Ligitan), perilaku masyarakat yang tidak tertib
hukum/anarkis, polemik Susno-Polri, dan lain-lain. Berbagai permasalahan sosial tersebut
akan membuka mata kita bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang
ada.
2. Sebagai pembentuk agenda (agenda setting) yang penting dalam isi pemberitaannya.
Pembentukan opini dengan cara pembentukan agenda atau pengkondisian
politik sehingga masyarakat terpengaruh untuk mengikuti dan mendukung rencana rencana
pemerintah. Contohnya: wacana pembatasan subsidi BBM untuk sepeda motor, SKPP Bibit-
Candra, dan lain-lain.
3. Media massa merupakan platform (batasan) dari mereka yang punya advokasi dengan bukti-
bukti yang jelas bagi para politisi, jurubicara, dan kelompok kepentingan.
Ada pembagian lain dari komunikator politik, yaitu yang disebut dengan komunikator
profesional (Carey, 1969). Pembagian ini muncul karena kemajuan-kemajuan dalam dunia
teknologi komunikasi. Sehingga ada batasan/pembagian tugas dan peranan penyampaian
pesan politik.
4. Media massa mampu menjadi tempat berdialog tentang perbedaan pandangan yang ada
dalam masyarakat atau diantara pemegang kekuasaan (yang sekarang maupun yang akan
datang).
Media massa sebagai sarana untuk menampung berbagai pendapat, pandangan, dan
paradigma dari masyarakat yang ingin ikut andil dalam membangun sistem politik yang lebih
baik.
5. Media massa merupakan bagian dari mekanisme penguasa untuk mempertahankan
kedudukannya melalui keterangan-keterangan yang diungkapkan dalam media massa.
Hal ini kerap terjadi pada masa Orba, ketika masa Presiden Soeharto berkuasa yang
selalu menyampaikan keberhasilan-keberhasilan dengan maksud agar masyarakat mengetahui
bahwa pemerintahan tersebut harus dipertahankan apabila ingin mengalami kemajuan yang
berkesinambungan.
6. Media massa bisa merupakan insentif untuk publik tentang bagaimana belajar, memilih, dan
menjadi terlibat daripada ikut campur dalam proses politik.
Keikutsertaan masyarakat dalam menentukan kebijakan politik bisa disampaikan melalui
media massa dengan partisipasi dalam poling jajak pendapat dan dialog interaktif. Hasil dari
poling atau jajak pendapat tersebut akan merefleksikan arah kebijakan para politisi. Seperti
hasil poling akhir-akhir ini dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat pemilih pada pemilu
2009, mengharapkan pemerintah hasil Pemilu dapat memprioritaskan perbaikan ekonomi.
Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memilih untuk prioritas pemberantasan korupsi.
Hal ini yang menjadi kekhawatiran para aktivis anti korupsi bahwa hasil itu akan
mempengatuhi arah kebijakan pemerintah sebagai kecenderungan sebagian besar kelompok
masyarakat.
7. Media massa bisa menjadi penentang utama terhadap semua upaya dari kekuatan-kekuatan
yang datang dari luar media massa dan menyusup ke dalam kebebasannya, integritasnya, dan
kemampuannya di dalam melayani masyarakat.
Fakta-fakta kebenaran yang diungkapkan oleh media massa dapat menyadarkan
masyarakat tentang adanya kekuatan-kekuatan berupa terorisme atau premanisme, maupun
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mencoba mengkaburkan suatu permasalahan.
8. Media massa punya rasa hormat kepada anggota khalayak masyarakat, sebagai kelompok
yang punya potensi untuk peduli dan membuat sesuatu menjadi masuk akal dari lingkungan
politiknya.
Adanya kecenderungan dalam menilai para politisi, komunikator politik, aktivis adalah
sebagai pihak yang selalu bicara dengan publik. Oleh karena itu Bryce (1900) menyatakan
bahwa khalayak komunikasi (khususnya dalam komunikasi politik) pada umumnya akan
terpusat pada masalah opini publik.
Dari gambaran di atas mengenai fungsi media massa dalam kaitannya sebagai alat
politik, maka semakin jelas bahwa peran media massa sangat besar dalam kekuasaan
pemerintahan. Pendapat ini juga dipertegas dengan pernyataan Harold Lasswell, bahwa
Politik tidak bisa dipisahkan dari pengertian kekuasaan dan manipulasi yang dilakukan oleh
para elit penguasa atau counter elite

Anda mungkin juga menyukai