Anda di halaman 1dari 2

MEKNISME INHIBITOR

Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi
kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu
lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam.

Pada prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu maupun periodik
menurut suatu selang waktu tertentu.

Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :

(1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis dengan ketebalan
beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya.

(2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap dan selanjutnya
teradsopsi pada permukaan logam serta melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup
banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.

(3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia yang kemudian melalui
peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.

(4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

Inhibitor Organik

Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa-senyawa yang mampu
membentuk senyawa kompleks baik kompleks yang terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk
itu diperlukan adanya gugus gugus fungsi yang mengandung atom atom yang mampu membentuk
ikatan kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu senyawa tertentu.

Ikatan antara logam dengan ion logam yang cukup kuat terjadi pada beberapa jenis senyawa kompleks
khelat (kompleks sepit). Suatu contoh adalah studi yang dilakukan oleh D.J. Gardiner (Corros.Sci., 25
(1985) p. (1019) mengenai inhibitor yang membentuk kompleks pada permukaan tembaga diamati
dengan mikroskop Raman.

Inhibitor organik diklasifikasikan dalamdua jenis, yaitu sintetik dan alami. Inhibitor sintetikseringkali
digunakan dalam menghambat laju korosilogam, namun inhibitor ini selain mahal jugaternyata
berbahaya bagi manusia dan lingkungankarena bersifat toksik. Oleh karena itu saat inisedang
dikembangkan green inhibitor (inhibitoryang ramah lingkungan) yang bersifat non-toksik, murah, sudah
tersedia di alam, mudah diperbaharuidan tidak merusak lingkungan (El-Etre, 2000; El-Etre dan Abdallah,
2000).

Beberapa penelitian tentang penggunaan green inhibitor dalam studi inhibisi korosi telah dilakukan,
contohnya penelitian yang dilakukan oleh Von Fraunhofer dkk (2001) dengan menggunakan ekstrak
tembakau sebagai inhibitor pada logam aluminium dan baja yang dilapisi dengan tembaga (galvanis)
dalam media NaCl 3,5 %. Ekstrak tembakau dengan konsentrasi 100 ppm mampu menghambat korosi
sebesar 90 % pada baja yang dilapisi tembaga, sedangkan untuk Aluminium yang berlapis tembaga
efisiensi dihasilkan sebesar 79%. Ekstrak Azadirachta indica digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja
lunak dalam media NaCl 3 %, dan memberikan hasil yang efektif yaitu efisiensinya sebesar 98 %
(Quraishi dkk, 1999). Ekstrak Lawsonia, yang digunakan sebagai inhibitor pada baja karbon dalam media
NaCl 3,5 % memberikan efisiensi sebesar 91,01 % pada konsentrasi 800 ppm (El-Etre dkk, 2005).
Pemakaian asam-asam lemak yang terkandung di dalam kacang kedelai, seperti asam stearat, asam
palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan linoleulat, dalam menghambat laju korosi baja paduan rendah
menghasilkan efisiensi sebesar 98 % dalam media yang mengandung klorida pada konsentrasi yang
digunakan sebesar 10-2 mmol dm-3 (Osman dan Shalaby, 2002). Minyak kelapa juga pernah digunakan
sebagai inhibitor korosi untuk baja lunak dalam media asam. Minyak kelapa mengandung sejumlah
asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak tak jenuh yang terkandung didalamnya adalah asam oleat
dan asam linoleat. Efisiensi yang diberikan oleh inhibitor ini mencapai 100 % pada konsentrasi yang
digunakan sebesar 50 % volume (Jai dan Wan Ali, 2008). Kemudian pemakaian minyak biji kapuk (kapok
seed oil) sebagai inhibitor korosi pada baja tahan karat dalam media NaCl Karena dalam minyak biji
kapuk mengandung beberapa asam lemak yang salah satu diantaranya adalah asam linoleat. Asam-asam
lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk dapat digunakan sebagai inhibitor pada studi korosi baja
austenitik 304 di dalam larutan NaCl 3%. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian, bahwa
asam-asam lemak ini dapat memperkecil laju korosi baja austenitik 304 dalam larutan NaCl 3% dengan
nilai efisiensi inhibisi paling besar pada konsentrasi 0,05 ml/L baik pada metode pengurangan berat
maupun metode polarisasi potensiodinamik. Untuk metode pengurangan berat nilai efisiensi terbesar
adalah 68,75 % sedangkan untuk metode polarisasi potensiodinamik nilai efisiensi terbesar adalah 40,01
%. Berdasarkan hasil nilai efisiensi kedua metode tersebut diketahui bahwa asam-asam lemak hasil
hidrolisis minyak biji kapuk kurang efisien jika digunakan sebagai inhibitor pada korosi baja austenitik
304 di dalam media NaCl 3 %, karena efisiensinya kurang dari 90 %.

Anda mungkin juga menyukai