Anda di halaman 1dari 5

2. Apa makna klinis dari keluhan Nn.ZS yang diderita pertama kali 2 tahun yang lalu?

Makna klinisnya adalah Nn.ZS menderita gangguan somatoform tipe somatisasi berdasarkan
kriteria sebagai berikut:

a. adanya banyak keluhan keluhan fisik yang bermacam macam yang tidak dapat di
jelaskan atas dasar adanya kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun

b. tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan
fisik yang dapat menjelaskan keluhan keluhannya.

c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan
sifat keluhan keluhannya dan dampak dari perilakunya.

Kriteria Diagnostik DSM IV-TR : GANGGUAN SOMATISASI


A. Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama suatu
periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau hendaya fungsi sosial,
pekerjaan, atau area fungsi penting lain yang signifikan.
B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi, dengan setiap gejala terjadi pada
waktu kapanpun selama perjalanan gangguan :
(1) empat gejala nyeri : riwayat nyeri yang berkaitan dengan sedikitnya empat tempat
atau fungsi yag berbeda (cnt : kepala, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada,
rectum, selama menstruasi, selama hubungan sekdual, atau selama berkemih)
(2) dua gejala gastrointestinal : riwayat sedikitnya dua gejala gastrointestinal selain
nyeri (cnt: mual, kembung, muntah selain selama hamil, diare, atau intoleransi terhadap
beberapa makanan yang berbeda)
(3) satu gejala seksual : riwayat sedikitnya satu gejala seksual atau reproduksi selain
nyeri(cnt: ketidakpedulian terhadap seks, disfungsiereksi atau ejakulasi, menstruasi
tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang hamil)
(4) satu gejala pseudoneurologis : riwayat sedikitnya satu gejala atau deficit yang
mengesankan keadaan neurologis tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti
gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, atau kelemahan lokal, kesulitan
menela, atau benjolan di tenggorok, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi
raba atau nyeri, penglihatan ganda, buta, tuli, kejang, gejala disosiatif seperti amnesia,
atau hilang kesadaran selain pingsan)
C. Baik (1) atau (2) :
(1) Setelah penelitian yang sesuai, setiap gejala Kriteria B tidak dapat dijelaskan
secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau efek langsung suatu zat
(cnt : penyalahgunaan obat, pengobatan)
(2) Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau
pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat seperti pada gangguan buatan
atau malingering.

3. Apa ada hubungan Nn. ZS dating berobat beberapa kali ke dokter penyakit dalam dan dokter
kandungan padahal tidak ditemukan kelainan apapun dengan preokupasi?

Iya, Pada kasus ini, Nn. ZS sudah mengalami gangguan kepribadian Histrionic Personality
Disorder, dilihat dari perilakunya yang beberapa kali mengunjungi dokter penyakit dalam dan
dokter kandungan untuk melakukan pemeriksaan (doctor shopping). Dia merasa tidak puas jika
tidak memenuhi keinginannya bahwa memang terdapat gangguan fisik pada keluhan yang
dialaminya.

Template

A. Diagnosis multiaksial
1. Aksis I : F45.0 gangguan somatisasi

DD/ F45.2 gangguan hypochondriasis

Konversi
2. Axis II : gangguan kepribadian histrionic
3. Axis III : tidak ada diagnosis
4. Axis IV : gagal menikah
5. Axis V :

B. Konseling,Informasi, dan edukasi


i. Berikan reassurance (dukungan) secara lambat dan berhati-hati. Pasien
seringkali tidak suka dan menolak (resisten) dengan pernyataan-pernyataan
bahwa dirinya tidak sakit, bahwa gejalanya bersumber dari emosi/psikis.
ii. Hindari dikotomi tubuh-pikiran dalam menginterpretasikan gejala
iii. Tunjukkan kepedulian pada distress pasien dan tunjukkan keinginan untuk
menolong
iv. Hindari penjelasan prematur mengenai hubungan antara gejala fisik dan
fenomena psikologis. Lakukan penjelasan secara bertahap yang membuat
pasien mengerti dan menganggapnya serius. Hindari saran-saran yang
menyatakan bahwa segala masalah terletak dalam kepala pasien
v. Targetkan optimalisasi fungsi

Usahakan untuk mengerti sumber stres dan sarana coping, serta


tetapkan target untuk perilaku adaptasi yang lebih baik

Tanamkan agar pola perilaku dan komunikasi pasien jangan seperti


orang sakit terus menerus. Kapan saja bila memungkinkan, bicarakan
hal-hal lain dan diskusikanlah selain daripada gejala fisik

Ajarkan bahwa adanya relasi erat antara tubuh, otak, dan pikiran
dengan menggunakan contoh-contoh sederhana yang bisa diterima
pasien (muka memerah bila merasa malu, mulut kering bila berbicara
di depan umum, sesak dan jantung berdegup cepat bila cemas, sakit
kepala bila tegang)
a. Buat jadwal pertemuan terencana, misalnya 1 bulan sekali
b. Batasi penggunaan alat diagnostik dan obat-obatan. Beberapa pemeriksaan fisik
yang terfokus dan pemeriksaan lab yang kadang-kadang saja sifatnya. Tanda
(sign) harus lebih diandalkan daripada gejala (symptoms)
c. Terapi kelompok dan terapi kognitif-perilaku dapat bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai