Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN DESINFEKTAN

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,
ruangan, peralatan dan pakaian (Signaterdadie, 2009).

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik
dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena
adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat
tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu
proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan
dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara
kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan
kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu
senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol
dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.

Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan


glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen
yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol.
Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan
aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan
suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang
telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih
dapat tumbuh.
Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan
fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol
menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh
bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14
berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga
dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif
dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin,
glutaraldehid, iodium dan hipoklorit. (Signaterdadie, 2009).

PENGGUNAAN DESINFEKTAN

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu
mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis
yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh
penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat
(Imbang, 2009).

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Golongan pertama

Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).


2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).


2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang
terkena darah.

Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit

fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan
almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan kedua

Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.

a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium


tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium
hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.


2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)

PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI

a. Sterilisasi

1. Semua mikroba termasuk spora bakteri akan terbunuh.


2. Dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas
kering.
3. Dapat juga dilakukan dengan penjenuhan dengan glutaraldehid atau formaldehid
selama 10 jam.

b. Desinfeksi tingkat tinggi

1. Semua mikroba, sebagian dari spora bakteri terbunuh.


2. Dapat dilakukan dengan pendidihan selama 20 menit atau dengan penjenuhan dengan
jumlah besar disinfektan selama 30 menit misalnya dengan mengunakan glutaraldehid
atau H2O2

c. Desinfeksi tingkat rendah

Akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman
untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam
disinfektan(Signaterdadie, 2009)

DISINFEKSI DAN ANTISEPTIK

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan


kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
dalam membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme


pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat
pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari


debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses
disinfeksi. (Signaterdadie, 2009)

ANTISEPTIK

Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang
umumnya digunakan :
1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropil, atau methylated spirit).
2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane).
3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon).
4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur).
5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne).
6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi
(Dettol).
7. Triklosan 0,2-2% . (Syaifudin, 2005).

Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu diperhatikan karakteristik yang diinginkan


(misalnya absorpsi dan daya tahan), keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan
oleh staf dan yang terpenting biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala
1996). Larutan antiseptik yang dianjurkan, aktivitas mikrobiologinya dan potensi
penggunaannya. (sistem gradasi yang digunakan pada kolom adalah sangat baik, baik,
cukup dan tidak) (Syaifudin, 2005).

Tabel 2.1 Aktivitas mirkobiologis dan kegunaan potensial

AKTIVITAS MELAWAN BAKTERI (AKTIVITAS MIKROBIOLOGIS)

1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil)


2. Gram-positif: Sangat Baik
3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
4. TB: Sangat Baik
5. Virus: Sangat Baik
6. Jamur: Sangat Baik
7. Endospora: Nihil
8. Tindakan kecepatan relatif: Cepat

1. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub).


2. Gram-positif: Sangat Baik
3. Gram-negatif terbanyak: Baik
4. TB: Sedang
5. Virus: Sangat Baik
6. Jamur: Sedang
7. Endospora: Nihil
8. Tindakan kecepatan relatif: Sedikit

1. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)


2. Gram-positif: Sangat Baik
3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
4. TB: Sangat Baik
5. Virus: Sangat Baik
6. Jamur: Baik
7. Endospora: Sedang
8. Tindakan kecepatan relatif: Ditandai

1. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine)


2. Gram-positif: Sangat Baik
3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
4. TB: Sedang
5. Virus: Baik
6. Jamur: Baik
7. Endospora: Nihil
8. Tindakan kecepatan relatif: Sedang

1. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%)


2. Gram-positif: Baik
3. Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
4. TB: Sedang
5. Virus: Baik
6. Jamur: Tidak diketahui
7. Endospora: Tidak diketahui
8. Tindakan kecepatan relatif: Lambat

1. Kelompok: Triklosan (0,2-2%)


2. Gram-positif: Sangat Baik
3. Gram-negatif terbanyak: Baik
4. TB: Sedang
5. Virus: Sangat Baik
6. Jamur: Nihil
7. Endospora: Tidak diketahui
8. Tindakan kecepatan relatif: Minim

KEGUNAAN POTENSIAL

1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil)


2. Terinfeksi bahan organik: Cukup
3. Basuh operasi: Ya
4. Persiapan kulit : Ya
5. Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Tidak baik untuk pembersihan
kulit, tidak tertahan lama.

1. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub).


2. Terinfeksi bahan organik: Sedikit
3. Basuh operasi: Ya
4. Persiapan kulit : Ya
5. Keterangan: Punya daya tahan yang bagus beracun untuk mata dan telinga.

1. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)


2. Terinfeksi bahan organik: Ditandai
3. Basuh operasi: Tidak
4. Persiapan kulit : Ya
5. Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Bisa membakar kulit, hilang setelah
beberapa menit.

1. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine)


2. Terinfeksi bahan organik: Cukup
3. Basuh operasi: Ya
4. Persiapan kulit : Ya
5. Keterangan: Bisa digunakan pada selaput lendir.

1. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%)


2. Terinfeksi bahan organik: Minim
3. Basuh operasi: Tidak
4. Persiapan kulit : Ya
5. Keterangan: Menembus pada kulit, jangan digunakan pada bayi baru lahir.

1. Kelompok: Triklosan (0,2-2%)


2. Terinfeksi bahan organik: Minim
3. Basuh operasi: Ya
4. Persiapan kulit : Tidak
5. Keterangan: Penerimaan pada tangan bervariasi.

Sumber data : Diadaptasi dari Boyce dan Pittet 2002, Olmted 1996.

Keuntungan dan kerugian antiseptik, sebagai berikut :

a. Alkohol

Etil dan isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan mudah
diperoleh serta murah. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit.
Juga efektif terhadap virus hepatitis dan HIV, jangan dipakai untuk selaput lendir
(misalnya di vagina), karena alkohol mengeringkan dan mengiritasi selaput lendir dan
kemudian merangsang pertumbuhan mikroorganisme.
Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil
atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi
lebih tinggi, lebih murah dari yang konsentrasi lebih tinggi. Karena pengeringan pada
kulit kurang, etil alkohol lebih sering digunakan pada kulit.

1. Keuntungan :

1. Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol


membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh
semua jenis virus.
2. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan
cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di
bawah sarung tangan selama beberapa jam.
3. Relatif murah dan tersedia di mana-mana.

2. Kerugian :

1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah
pengeringan kulit.
2. Mudah pengeringan kulit.
3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
4. Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik.
5. Merusak karet atau lateks.
6. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. (Syaifudin, 2005)

b. Klorheksidin Glukonat (CHG)

Klorheksidin glukonat adalah antiseptik yang sangat baik. Ia tetap aktif terhadap
mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian dan aman bahkan untuk
bayi dan anak. Karena klorheksidin glukonat diinaktivasi oleh sabun, aktivitas
residualnya bergantung pada konsentrasinya. Konsentrasi 2-4% merupakan yang
dianjurkan. Formulasi baru 2% dalam air dan 1% klorheksidin tanpa air, dicampur
alkohol juga efektif.

1. Keuntungan :

1. Antimikrobial spektrum luas.


2. Secara kimiawi aktif paling sedikit 6 jam.
3. Perlindungan kimiawi (jumlah mikroorganisme terhalang) meningkat dengan
penggunaan ulang.
4. Pengaruh material organik minimal.
5. Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan
alkohol.

2. Kerugian :
1. Mahal dan tidak selalu tersedia.
2. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.
3. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
4. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.
5. Hindari kontak dengan mata, karena dapat mengakibatkan konjungtivitas. (Syaifudin,
2005)

c. Larutan Yodium dan Iodofor

Larutan yodium 3% sangat efektif dan tersedia dalam bentuk cair (lugol) dan tinktur
(yodium dalam alkohol 70%). Iodofor 7,5-10% adalah larutan yodium dicampur
dengan polivinil pirolidon (providon) yang mengeluarkan yodium jumlah kecil. PVI
adalah iodofor yang umum dan tersedia di mana-mana.

Sejumlah yodium bebas menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor


(misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil bebas
iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989). Iodofor mempunyai aktivitas spektrum
yang luas. Ia membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur. Namun, ia
memerlukan waktu 2 menit untuk mengeluarkan yodium bebas yang merupakan
bahan kimiawi aktif. Sejak mengeluarkan yodium bebas, ia mempunyai efek
membunuh yang cepat. Akhirnya, iodofor umumnya nontaksik dan non-iritaif pada
kulit dan selaput lendir, kecuali jika pasiennya alergi terhadap yodium.

1. Keuntungan

1. Efek antimokrobial spektrum luas.


2. Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana.
3. Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal.
4. Larutan 3% tidak menodai kulit.

2. Kerugian :

1. Efek antimikrobial lambat atau perlahan.


2. Iodofor mempunyai efek residual yang kecil.
3. Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak.
4. Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit
sesudah kering (pakai alkohol).
5. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan
hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman
1989).
6. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.
(Syaifudin, 2005)

d.Kloroheksilenol

Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari


silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan
mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman
yang beraktivitas rendah (Fevero, 1985) dibandingkan dengan alkohol, yodium,
iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada CHG atau iodofor
(Sheen dan Stiles, 1982). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan
pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun,
produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh
digunakan.

1. Keuntungan :

1. Aktivitas bersepektrum luas.


2. Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik.
3. Efek residu tahan sampai beberapa jam.
4. Minimal efek oleh bahan organik.

2.Kerugian :

1. Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), penggunaan untuk persiapan kulit


berkurang.
2. Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan
potensial meracuni. (Syaifudin, 2005)

e. Triklosan

Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai
antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang
terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram
negatif, khususnya P aeruginosa (Larson 1995). Meskipun perhatian ditujukan pada
resistensi terhadap bahan ini bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain,
resistensi pada flora kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saat ini.

1. Keuntungan :

1. Aktivitas berspektrum luas.


2. Persistensi sangat bagus.
3. Sedikit efeknya oleh bahan organik.

2. Kerugian :

1. Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain.
2. Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan). (Syaifudin, 2005)

EFEKTIFITAS DISINFEKTAN
Efektifitas disinfektan antiseptik berdasarkan keuntungan, kerugian dan hasil tabel 2.1
aktivitas mikrobiologi dan kegunaan potensial yang telah diuraikan di atas.

a. Alkohol

1. Efektif

1. Kecepatan membunuh bakteri 10-15 menit (Imbang Dwi, 2009).


2. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit, virus hepatitis dan HIV.
3. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil
atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi
lebih tinggi.

2. Tidak efektif

1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah
pengeringan kulit.
2. Mudah pengeringan kulit.
3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
4. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih.

b.Savlon (klorheksidin glukonat)

1.Efektif

1. Kecepatan membunuh bakteri 20-30 menit (Imbang Dwi, 2009).


2. Klorheksidin glukonat tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam
sesudah pemberian.
3. Aman untuk bayi dan anak.

2. Tidak efektif

1. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.
2. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
3. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.

e). Betadine (yodium dan iodofor)

1. Efektif

1. Kecepatan membunuh bakteri 10-20 menit (Imbang Dwi, 2009).


2. Sejumlah yodium bebas menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor
(misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil bebas
iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989).
3. Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas.
4. Membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur.
2. Tidak efektif

1. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan
hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman
1989).
2. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.

Maka perpaduan antiseptik antara alkohol-betadine dengan savlon-betadine lebih


efektif alkohol-betadine karena kedua antiseptik salvon dan betadine masih ada
keterkaitan dengan alkohol, misalnya :

1. Pada keuntungan salvon: Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur
dengan deterjen dan alkohol.
2. Pada kerugian betadine: Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus
dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol).

Sedangkan pada segi kecepatan membunuh bakteri :

a. Alkohol-Betadine

Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas
melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong cepat (alkohol)
dan sedang (betadine).

b.Salvon-Betadine

Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas
melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong sedang (salvon)
dan sedang (betadine).

Dari segi kecepatan membunuh bakteri dapat disimpulkan bahwa antiseptik alkohol-
betadine lebih cepat daripada salvon-betadine.
obic Bacteria (Bakteri Anaerob) : Tipe bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk
bertahan hidup

Aerobic Bacteria (Bakteri Aerob) : Tipe bakteri yang membutuhkan oksigen untuk bertahan
hidup

Anionic (Anion) : Tipe deterjen yang memiliki ion-ion negatif

Bacteria (Bakteri) : Tipe spesifik dari mikroorganisme yang terdisi dari sel tunggal dan tidak
dapat terlihat dengan mata telanjang

Binary Fission (Pembelahan Biner) : Metode reproduksi bakteri. Jaringan sel terbagi dan
sel tunggal membelah diri menjadi dua

Cationic (Kation) : Deterjen yang memiliki ion-ion positif

Chain of Infection (Rantai Penginfeksian) : Sebuah proses penyebaran mikroorganisme


dimana mereka menjadi melekat pada tangan dan menyebar melalui sentuhan kepada benda
atau manusia.

Cross-infection (Infeksi/penyebaran silang) : Proses dimana mikroorganisme menyebar


dari satu orang ke orang lainnya, mengakibatkan penyakit

Disinfectants (Disinfektan) : Zat yang digunakan untuk membunuh objek sehingga bisa
mengurangi mikroorganisme

Droplet Nuclei : Partikel mikroskopik yang menular yang disebarkan saat seseorang dengan
tuberkulosis batuk, tertawa, bersin atau bernyanyi

Endospores (Endospora) : Bakteri yang telah bertransformasi menjadi bentuk kering dan
mengeras sebagai reaksi dari kondisi lingkungan yang buruk agar tetap bisa bertahan

Facultative Anaerobes (Anaerob Fakultatif) : Bakteri yang beradaptasi untuk bertahan


hidup di lingkungan baik dengan atau tanpa oksigen

Gram-negative : Bakteri yang telah diuji dengan gram-negatif, atau menjadi berwarna merah,
dalam proses gram staining

Gram-positive : Bakteri yang telah diuji dengan gram-positif, atau menjadi berwarna biru,
dalam proses gram staining

Halogens : Sekumpulan disinfektan yang bahan dasarnya mengandung iodin dan klorin

Hepatitis : Peradangan liver. Hepatitis dapat disebabkan oleh bakteri, fungi, parasit atau
virus. Terdapat lima tipe hepatitis yang disebabkan oleh virus yaitu : A,B, C , D, dan E

HIV atau Human Immunodeficiency Virus : Infeksi yang disebabkan oleh virus yang
merusak sistem imun dan dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome)
Iodophors : Sekelompok disinfektan dengan iodin sebagai bahan dasar

Microbiology (Mikrobiologi) : Studi khusus terhadap organisme mikroskopik seperti bakteri,


virus, ragi, fungi, parasit dan jamur.

Nonionic (Nonion) : Tipe deterjen yang tidak bereaksi baik dengan ion positif maupun ion
negatif

Nosocomial Diseases (Penyakit Nosocomial) : Penyakit atau infeksi yang diderita oleh
pasien seteh masuk ke dalam fasilitas kesehatan, namun penyakit itu belum ada atau berada
dalam masa inkubasi pada pasien saat pasien masuk.

Obligate Parasites : Organisme yang bertahan hidup dengan bergantung pada sel inang.
Virus termasuk dalam obligate parasite.

Phenols : Sekelompok disinfektan dengan bahan dasar phenol yang apabila diformulasikan
dengan tepat sangat efektif dalam melawan mikroba tuberkulosis.

Quarternaries (Kuarterner) : Sekumpulan disinfektan yang berbahan dasar ammonia yang


efektif melawan bakteri, fungi dan virus.

Sanitization (Sanitisasi) : Pengurangan populasi mikroba hingga ke tingkat yang dianggap


aman dari sisi kesehatan masyarakat

Staphylococcus : Bakteri dengan bentuk bulat yangbertanggung jawab dalam infeksi luka
atau keracunan makanan

Steam Autoclaving : Metode sterilisasi yang paling efektif. Metode ini menggunakan uap
bertekanan untuk menghancurkan mikroorganisme.

Streptococcus : Bakteri dengan bentuk bulat yang bertanggung jawab terhadap penyakit
seperti radang tenggorokan

Surface Tension (Tegangan Permukaan) : Efek dari molekul air yang terikat magnetis di
atas permukaan. Unsur wetting dapat mengembalikan efek dari tegangan permukaan.

Tuberculosis (Tuberkulosis) : Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri bernama


Mycobacterium tuberculosis

Universal Precautions (Pencegahan universal) : Memperlakukan semua darah dan cairan


tubuh dengan anggapan mereka semua dapat menularkan penyakit

Virus : Partikel protein dengan kemampuan bereplikasi

retweet

Anda mungkin juga menyukai