Anda di halaman 1dari 10

Manusia sebagai mahluk yang hidup berkelompok

Manusia sebagai mahluk yang hidup berkelompok

1. Pengertian manusia sebagai mahluk yang hidup berkelompok

Manusia adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia, secara asasi merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia
berada dalam kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan bahwa sociability
manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang lainnya untuk
memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia sebagai human social animal yang dapat
berkembang sebagai peribadi dalam kelompok masyarakat.
Dan bahkan kita dapat menggarisbawahi kenyataan ini, bahwa tidak seorangpun manusia
berada diluar kelompok sosial.
Seorang individu akan lahir dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini merupakan salah satu
bentuk dari kelompok sosial. Mungkin saja ada kenyataan bahwa ada individu yang lahir,
namun dibuang oleh ibunya yang melahirkan. Peristiwa seperti ini tidak membuktikan bahwa
manusia tidak selalu lahir dalam konteks sosial, tetapi mengafirmasi kenyataan bahwa
individu yang akan berkembang di luar konteks keluarga tidak akan pernah berkembang
sebagaimana mestinya manusia. Bahkan dalam kenyataan bayi atau individu yang dibuang itu
pasti akan menemukan kelurganya yang baru yang bersedia memeliharanya.

Kenyataan bahwa setiap perisitiwa pembuangan seorang individu akan selalu mendapat
reaksi negatif dari masyarakat luas, membuktikan sosialitas manusia itu sendiri.
Kelompok sosial (Macionis, 1989:174) pada umumnya didefenisikan sebagai dua atau lebih
orang yang memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi secara regular. Apapun
bentuknya, kelompok Sosial terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan
yang sama yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama.
Singkatnya mereka sadar tentang individualitas mereka, sebagai anggota dari Kelompok
Sosial yang secara spesifik disadari sebagai kita.

Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur
tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada
unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu
sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita
melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial
yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan
perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia
menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seeorang.
Manusia sebagai individu, keluarga dan masyarakat
Manusia sebagai makhluk individu, keluarga, dan masyarakat oleh karenanya manusia dapat
dikatakan sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan
membutuhkan orang lain. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu-individu
yang hidup secara sosial, masyarakat terdiri dari Saya, Anda dan Mereka yang memiliki
kehendak dan keinginan Kita tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan
makhluk sosial serta memahami tugas dan kewajibannya dalam stiap tatanan kehidupan
berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada. Para sosiolog mengartikan
masyarakat sebagai sebagai kelompok di dalamnya terdapat orang-orang yang menjalankan
kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang diikat melalui kerjasama dan nilai-nilai
tertentu yang permanent.

2. Macam-macam kelompok sosial

Ciri-Ciri Kelompok Sosial (Soekanto, 2006:101)

Adanya kesadaran pada tiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah
erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
ideologi politik yang sama dan lain-lain. Memiliki musuh bersama dapat juga menjadi faktor
pemersatu kelompok.
Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Bersistem dan berproses.
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt
kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial
dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah
kecamatan.
Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh:
Kelompok pertemuan, kerabat.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada
persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para
anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal. Contoh: negara, sekolah.

Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Charles Horton Cooley menggambarkan distingsi antara dua jenis kelompok sosial yakni
kelompok sosial primer dan sekunder
Kelompok Sosial Primer
Kelompok Sosial primer memiliki hubungan yang bersifat personal dan akrab antara
anggotanya.
Dalam kelompok ini orang melakukan aktivitas dan memiliki waktu secara bersama,
sehingga mereka dapat saling mengenal antara satu sama lain secara personal dan akrab.
Mereka saling memperhatikan kesejahteraan satu sama lainnya.
Selain karena relasi yang akrab antara anggota, kelompok sosial primer merupakan tempat
dimana seorang individu berjumpa dengan pengalaman-pengalaman sosial yang pertama.
Dalam kelompok sosial primer ini seorang individu mengalami hidup untuk pertama
kalinya. Kekuatan dan hubungan utama ini memberikan individu-individu rasa aman dan
damai.
Anggota-anggota dalam kelompok utama ini menyediakan pendapatan pribadi bagi yang
lainnya, termasuk keuangan dan dukungan emosional

Kelompok Sosial Sekunder


Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan sebagai Kelompok Sosial yang bersifat
impersonal dan besar.
Kelompok Sosial Sekunder didasarkan atas minat, kepentingan atau aktivitas-aktivitas
khsusus
Organisasi-organisasi politik biasanya disebut Kelompok Sosial Sekunder.
Dalam Kelompok Sosial Sekunder ini setiap anggota tidak saling mengenal secara lebih
baik dan hubungan diantara mereka sangat longgar.
Kelompok Sosial Sekunder sering dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
khusus.
Kelompok Sosial Sekunder biasanya selalu bersifat formal dan tidak emosional dan
memiliki orientasi cita-cita (goal oreintation) bukan personal

In-Group dan Out-Group


Kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai
kami atau kamu, kita atau mereka. In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang
individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kita atau kami. Sedangkan Out-Group
adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu
adalah mereka. Misalnya kami adalah mahasiswa Marketing Komunikasi, sedangkan mereka
adalah mahasiswa teknik komputer, kami adalah mahasiswa Bina Nusantara, mereka adalah
mahasiswa Atma Jaya.
Anggota-Anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit banyak akan mempunyai
kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-
kebiasaan dengan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan
dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok-kelompok lainnya. Kecenderungan ini biasa disebut
dengan etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan
mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau
diajarkan kepada setiap anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan
nilai-nilai kebudayaan lain.

Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan
dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara
anggota-anggotanya. Contoh dari organisasi formal adalah organisasi. Menurut Max Weber
salah satu bentuk dari organisasi formal itu adalah birokrasi.
Ciri-ciri dari birokrasi adalah :
Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa tugas jabatan. Atau dapat dikatakan
adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi.
Posisi-posisi dalam organisasi terdiri hierarki struktur wewenang. Hierarki berwujud
sebagai piramida di mana setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai
keputusan dan pelaksanaan.
Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanan.
Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya
keteraturan komunikasi.
Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi
impersonal.
Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.

Kelompok formal melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan militer yang
bersifat formal, mengharapkan peranan yang lebih teratur dan bertanggung jawab terhadap
penyampaian cara-cara bertindak dan berpikiran yang diterima oleh masyarakat.

Kelompok informal tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu dan pasti. Kelompok-
kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan
itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama.
Dalam kelompok informal, sosialisasi melalui interaksi dalam pergaulan informal seperti
teman, sahabat, anggota klub, dan kelompok sosial yang ada dimasyarakat.

3. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur

Kelompok-kelompok yang tidak teratur nampak dalam kerumunan masa. Kerumunan


merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara, kerumunan tidak terorganisasi.
Kerumunan dapat saja memiliki pemimpin, namun tidak mempunyai sistem pembagian kerja
mapun sistem pelapisan sosial. Interaksinya bersifat spontan dan tidak terduga. Individu-
individu yang merupakan kerumunan, berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, dan juga
pada waktu yang bersamaan.

4. Masyarakat pedesaan & masyarakat perkotaan

Masyarakat Pedesaan
a) Warga pedesaan mempunyai hubungan erat dan mendalam ketimbang hubungan mereka
dengan warga pedesaan lainnya.
b) Sistem kehidupan biasanya berkelompok berdasar kekeluargaan.
c) Warga pedesaan umumnya mengandalkan hidupnya dari pertanian.
d) Sistem gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan keahlian.
e) Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena belum mengenal mekanisasi dalam
pertanian. Mereka bertani semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan untuk
bisnis.
f) Golongan orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang peranan penting

Masyarakat Perkotaan
a) Kehidupan keagamaan berkurang dibanding kehidupan agama di desa.
b) Orang kota lebih individual, dan kurang bergantung pada orang lain.
c) Pembagian kerja lebih tegas dan ada batas-batasnya.
d) Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak.
e) Interaksi-interaksi berjalan berdasarkan kepentingan dan lebih rasional.
f) Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
g) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Manusia sebagai mahluk yang hidup berkelompok

Pengertian manusia sebagai mahluk yang hidup berkelompok

Manusia adalah mahluk sosial. Sosialitas manusia, secara asasi merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditolak. Manusia hanya dapat berkembangan sebagai manusia seutuhnya hanya bila ia
berada dalam kelompok. Karl Marx (Perdue, 1986:312) menyatakan bahwa sociability
manusia lebih dari sekedar pengertian bahwa manusia membutuhkan yang lainnya untuk
memenuhi kebutuhannya. Marx melihat manusia sebagai human social animal yang dapat
berkembang sebagai peribadi dalam kelompok masyarakat.

Macam-macam kelompok sosial

Ciri-Ciri Kelompok Sosial (Soekanto, 2006:101)

1. Adanya kesadaran pada tiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama,
tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Memiliki musuh bersama
dapat juga menjadi faktor pemersatu kelompok.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt
kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:

1. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan
sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15
tahun di sebuah kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi.
Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan
ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi,
para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki
ikatan organisasi formal. Contoh: negara, sekolah.

Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Charles Horton Cooley menggambarkan distingsi antara dua jenis kelompok sosial yakni
kelompok sosial primer dan sekunder

Kelompok Sosial Primer

Kelompok Sosial primer memiliki hubungan yang bersifat personal dan akrab antara
anggotanya.
Dalam kelompok ini orang melakukan aktivitas dan memiliki waktu secara bersama,
sehingga mereka dapat saling mengenal antara satu sama lain secara personal dan
akrab.
Mereka saling memperhatikan kesejahteraan satu sama lainnya.
Selain karena relasi yang akrab antara anggota, kelompok sosial primer merupakan
tempat dimana seorang individu berjumpa dengan pengalaman-pengalaman sosial
yang pertama.
Dalam kelompok sosial primer ini seorang individu mengalami hidup untuk pertama
kalinya. Kekuatan dan hubungan utama ini memberikan individu-individu rasa aman
dan damai.
Anggota-anggota dalam kelompok utama ini menyediakan pendapatan pribadi bagi
yang lainnya, termasuk keuangan dan dukungan emosional

Kelompok Sosial Sekunder

Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan sebagai Kelompok Sosial yang bersifat


impersonal dan besar.
Kelompok Sosial Sekunder didasarkan atas minat, kepentingan atau aktivitas-aktivitas
khsusus.
Organisasi-organisasi politik biasanya disebut Kelompok Sosial Sekunder.
Dalam Kelompok Sosial Sekunder ini setiap anggota tidak saling mengenal secara
lebih baik dan hubungan diantara mereka sangat longgar.
Kelompok Sosial Sekunder sering dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
khusus.
Kelompok Sosial Sekunder biasanya selalu bersifat formal dan tidak emosional dan
memiliki orientasi cita-cita (goal oreintation) bukan personal

In-Group dan Out-Group

Kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai


kami atau kamu, kita atau mereka. In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang
individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kita atau kami. Sedangkan Out-Group
adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu
adalah mereka. Misalnya kami adalah mahasiswa Marketing Komunikasi, sedangkan mereka
adalah mahasiswa teknik komputer, kami adalah mahasiswa Bina Nusantara, mereka adalah
mahasiswa Atma Jaya.

Anggota-Anggota suatu kelompok sosial tertentu sedikit banyak akan mempunyai


kecenderungan untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-
kebiasaan dengan kelompoknya sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan
dengan kebiasaan-kebiasaan kelompok-kelompok lainnya. Kecenderungan ini biasa disebut
dengan etnosentrisme.

Etnosentrisme adalah suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan
mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau
diajarkan kepada setiap anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak dengan
nilai-nilai kebudayaan lain.

Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang tegas dan
dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara
anggota-anggotanya. Contoh dari organisasi formal adalah organisasi. Menurut Max Weber
salah satu bentuk dari organisasi formal itu adalah birokrasi.

Ciri-ciri dari birokrasi adalah :

Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa tugas jabatan. Atau dapat


dikatakan adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi.
Posisi-posisi dalam organisasi terdiri hierarki struktur wewenang. Hierarki berwujud
sebagai piramida di mana setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan
mengenai keputusan dan pelaksanaan.
Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanan.
Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya
keteraturan komunikasi.
Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat
orientasi impersonal.
Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.

Kelompok formal melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan militer yang
bersifat formal, mengharapkan peranan yang lebih teratur dan bertanggung jawab terhadap
penyampaian cara-cara bertindak dan berpikiran yang diterima oleh masyarakat.

Kelompok informal tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu dan pasti. Kelompok-
kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan
itu menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama.
Dalam kelompok informal, sosialisasi melalui interaksi dalam pergaulan informal seperti
teman, sahabat, anggota klub, dan kelompok sosial yang ada dimasyarakat.

#Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur


Kelompok-kelompok yang tidak teratur nampak dalam kerumunan masa. Kerumunan
merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara, kerumunan tidak terorganisasi.
Kerumunan dapat saja memiliki pemimpin, namun tidak mempunyai sistem pembagian kerja
mapun sistem pelapisan sosial. Interaksinya bersifat spontan dan tidak terduga. Individu-
individu yang merupakan kerumunan, berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, dan juga
pada waktu yang bersamaan.

1. Kerumunan (Crowd)

Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat
pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang
secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan
selama telingan dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah orang-
orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat
sementara (temporer).

Secara garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:

a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial

Kerumunan ini dapat dibedakan menjadi:

Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiences


Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group).

b. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowd)

Kerumunan ini dibedakan menjadi:

Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations).


Kumpulan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds ).
Kerumunan penonton (spectator crowds).

c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)

Kerumunan ini dibedakan menjadi:

Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs).


Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds).

2. Publik

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti
pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya.
Alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai pengikut-
pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena jumlahnya yang sangat besar,
tidak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tidak ada.

Masyarakat pedesaan & masyarakat perkotaan


Masyarakat Pedesaan

Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartohadi Kusuma mengemukakan sebagai
berikut :Desa adalah suatu kesatuan hokum di masa hokum di mana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan sendiri.

Ciri-ciri:

Warga pedesaan mempunyai hubungan erat dan mendalam ketimbang hubungan


mereka dengan warga pedesaan lainnya.
Sistem kehidupan biasanya berkelompok berdasar kekeluargaan.
Warga pedesaan umumnya mengandalkan hidupnya dari pertanian.
Sistem gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan keahlian.
Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien karena belum mengenal mekanisasi
dalam pertanian. Mereka bertani semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup,
bukan untuk bisnis.
Golongan orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang peranan penting

Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan

Seperti di kemukakan para ahli atau sumber bahwa masyarakat Indonesia lebih dari 80%
tinggal di pedesaan denga mata pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang
agraris biasanya di pandang antara sepintas kilas di nilai oleh orang-orang kota sebagai
masyarakat tentang damai. Tapi sebetulnnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah
terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies di istilahkan dengan
masyarakat gemeinschaft (paguyuban). Dalam hal ini kita jumpai gejala-gejala social yang
sering di istilahkan:

1. Konflik (pertengkaran)
2. Kontraversi (pertentangan)
3. Kompetisi (persiapan)

Masyarakat Perkotaan

Kota menurut definisi universal adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun
kampong berdasarkan ukuranya,kepadatan penduduk,kepentingan atau status hukum.

Beberapa definisi (secara etimologis) kotadalam bahasa lain yang agak tepat dengan
pengertian ini,seperti dalam bahasa Cina,kota artinya dinding dan dalam bahasa Belanda
kuno,tuiin,bisa berarti pagar.Jadi dengan demikian kota adalah batas.Selanjutnya masyarakat
perkotaan sering disebut juga urban community,Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan
pada sifat-sifat kehidupanya serta cirri-ciri kehidupanya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan.

Ciri-ciri:

Kehidupan keagamaan berkurang dibanding kehidupan agama di desa.


Orang kota lebih individual, dan kurang bergantung pada orang lain.
Pembagian kerja lebih tegas dan ada batas-batasnya.
Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak
interaksi-interaksi berjalan berdasarkan kepentingan dan lebih rasional.
Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Anda mungkin juga menyukai