Anda di halaman 1dari 11

Vaselin atau petroleum jelly merupakan hidrokarbon golongan alkana dengan 20

hingga 30 atom karbon yang berasal dari minyak bumi (Oxtoby, 2002). Vaselin
berfungsi sebagai penutup celah antara penutup dan wadah desikator sehingga tidak
ada aliran udara masuk atau keluar dari desikator. Vaselin juga berfungsi sebagai zat
anti mikroorganisme (Fitriana, 2009). Setelah dimasukkan kedua bahan tersebut tutup
tabung tersebut dengan penutupnya yang langsung menempel pada pipa kaca sebelum
menutup berilah vaselin pada bagian luar penutup yang bersentuhan dengan bagian
dalam tabung, setelah ditutup pada bagian yang terdapat celah antara penutup dengan
mulut tabung juga diberikan sedikit vaselin. Fungsi vaselin ini diharapkan agar udara
yang berada di dalalm tabung tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat
masuk melalui celah-celah antara mulut tabung dengan penutup. Vaselin sifatnya
Berbentuk gel putih. Titik leleh (48-52oC). Flash point (190oC). Non reaktif.
Penangananya Hindari kontak dengan mata dan mulut. Vaselin atau petrolatum adalah
campuran basis hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi. Vaselin suatu massa
yang bagus, berwarna kekuning-kuningan sampai kuning muda dan melebur pada temperatur
antara 38C dan 60C (Voigt, 1987). Vaselin terdiri dari vaselin putih dan vaselin kuning.
Nama lain dari vaselin adalah soft paraffin. Vaselin putih merupakan vaselin kuning yang
dipucatkan atau dimurnikan. Vaselin putih dimurnikan dengan menggunakan asam sulfat
sehingga tidak boleh digunakan sebagai basis untuk salep mata karena dapat mengiritasi mata
(Anief, 2000). Penggunaan vaselin putih tidak berbeda dengan vaselin kuning, perbedaan
hanya pada warna (Ansel, 1990). Vaselin putih berwarna putih, tidak berasa dan tidak berbau,
lebih disukai pada pembuatan kosmetik dan produk farmasi serta jarang terjadi
inkompatibilitas. Vaselin digunakan dalam formulasi sediaan topical karena bersifat tidak
mengiritasi dan tidak toksik (Lambert, 2005).

Medium tumbuh mikroorganisme adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan


mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Komposisi medium tumbuh bervariasi tergantung
mikrorganisme target yang diinginkan untuk tumbuh. Akan tetapi, secara umum ada
kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama yaitu air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
Medium sintetik tersusun atas bahan macam dan komposisinya diketahui dengan pasti.
Misalnya medium untuk menumbuhkan Escherichia coli berikut (gr/l): glukosa
MgSO4.7H2O (0,2); CaCl Medium dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan konsistensinya
yaitu medium cair, semipadat, dan padat. Medium cair ( mengandung nutrienContoh medium
cair adalah Nutrient Broth (NB), glukosa broth, dan lain Medium ini dapat digunakan untuk
perbanyakan (propagasi) mikroorganisme dalam jumlah besar, uji fermentasi, dan berbgai uji
lain. Gambar 3 menampakkan media cair dala perbanyakan mikroorganisme. Gambar 4
memperlihatkan medium cair yang digunakan untuk uji fermentasi gula. Gambar 2. Medium
Nutrien B Penyiapan media mikroorganisme kompleks adalah Nutrien Agar (NA) yang
mengandung beef extract dan pepton. Medium sintetik tersusun atas bahan-bahan kimia
murni denga macam dan komposisinya diketahui dengan pasti. Misalnya medium untuk
Escherichia coli mengandung komponen-komponen sebagai : glukosa (1,0); Na2HPO4
(16,4); KH2PO4 (1,5); (NH O (0,2); CaCl2 (0,01); dan FeSO4.7H2O (0,0005). selektif,
diferensial, dan pengayaan. Medium selektif merupakan medium yang ditambah zat kimia
tertentu bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain sehingga hanya
mikroorganisme tertentu yang dapat tumbuh contohnya medium diferensial merupakan
medium yang dapat digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme yang satu dengan
yang lain ditandai dengan adanya suatu reaksi atau ciri khas misalnya Blood Agar. Medium
diperkaya ( medium) merupakan medium yang ditambah zat Penyiapan media
mikroorganisme Medium semipadat (semisolid) sama dengan medium padat tetapi
konsentrasi bahan pemadat (agar atau gelatin) lebih sedikit sehingga konsistensinya seperti
jeli. Medium semisolid terutama digunakan untuk eksperimen motilitas mikroorganisme
ataupun hidrolisis gelatin. Gambar 5. Isolasi mikroorganisme pada medium Nutrien Agar
Gambar 6. Uji aktivitas amilolitik pada medium Starch Agar Medium menurut kegunaannya
dibedakan menjadi erensial, dan pengayaan. Medium selektif merupakan medium yang
ditambah zat kimia tertentu bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
lain sehingga hanya mikroorganisme tertentu yang dapat tumbuh contohnya medium
MacConkey Agar untuk mendeteksi diferensial merupakan medium yang dapat digunakan
untuk membedakan jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lain ditandai dengan
adanya suatu reaksi atau ciri khas misalnya Blood Agar. Medium diperkaya ( ) merupakan
medium yang ditambah zat-zat tertentu (serum, darah, 5 ) sama dengan medium padat tetapi
konsentrasi bahan pemadat (agar atau gelatin) lebih sedikit sehingga rutama digunakan untuk
eksperimen motilitas mikroorganisme ataupun hidrolisis gelatin. Nutrien Agar Gambar 6. Uji
aktivitas amilolitik pada medium Starch Agar adi 3 yaitu media erensial, dan pengayaan.
Medium selektif merupakan medium yang ditambah zat kimia tertentu bersifat selektif untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain sehingga hanya mikroorganisme tertentu yang
dapat ey Agar untuk mendeteksi E. coli. Medium diferensial merupakan medium yang dapat
digunakan untuk membedakan jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lain ditandai
dengan adanya suatu reaksi atau ciri khas misalnya Blood Agar. Medium diperkaya
(enrichment zat tertentu (serum, darah, Penyiapan media mikroorganisme 6 ekstrak tumbuh-
tumbuhan, dll) sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu.

Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) merupakan uji makroskopik yang memiliki nilai
diagnosa yang tinggi karena pemeriksaan tersebut dapat memangkas isolasi bakteri yang akan
memakan waktu sampai 8 minggu. Pewarnaan tahan asam Mewarnai genus mycobacterium,
spesies spesies tertentu dari genus nocardia Prinsip : zat lipoid dinding sel bakteri-bakteri di
atas tebal , sulit ditembus zat warna, tetapi sudah terwarnai sulit dicuci dengan etanol.
pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) merupakan pemeriksaan yang sederhana, cepat, murah,
dan cukup sensitif untuk mendukung diagnosis penyakit tuberkulosis serta untuk menilai
kemajuan pengobatan. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap
penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil
tahan asam. Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya
pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan
reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadapa pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan
asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa tuberkulosis. Pewarnaan tahan
asam menggunakan larutan ziehl-Neelsen A (cat karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B (alkohol
asam :HCL 3% dalam metanol 95%) dan ziehl neelsen C (cat biru metilen). Hasil
pewarnaan maka bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam akan
berwarna biru.

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat
mengamati
obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Kaki
Kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop. Pada kaki
melekat lengan dengan semacam engsel, pada mikroskop sederhana (model student).
b. LenganDengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat ditegakkan atau
direbahkan. Lengan dipergunakan juga untuk memegang mikroskop pada saat
memindah mikroskop.
c. Cermin.
Cermin mempunyai dua sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin cekung, berfungsi
untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar digunakan bila sumber
sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila sumber sinar kurang. Cermin
dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar dari lampu. Pada mikroskop model baru, sudah
tidak lagi dipasang cermin, karena sudah ada sumber cahaya yang terpasang
pada bagian bawah (kaki).
d. Kondensor
Kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi mengumpulkan sinar.
e. Diafragma
Diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk dengan mengatur
bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma di bagian bawah. Pada
mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.
f. Meja preparat
Meja preparat merupakan tempat meletakkan objek (preparat) yang akan dilihat.
Objek diletakkan di meja dengan dijepit dengan oleh penjepit. Dibagian tengah meja
terdapat lengan untuk dilewat sinar. Pada jenis mikroskop tertentu,kedudukan meja
tidak dapat dinaik atau diturunkan. Pada beberapa mikroskop, terutama modelterbaru, meja
preparat dapat dinaik-turunkan.
g. Tabung.
Di bagian atas tabung melekat lensa okuler, dengan perbesaran tertentu (15X,
10X, dan 15 X). Dibagian bawah tabung terdapat alat yang disebut revolver. Pada
revolver tersebut terdapat lensa objektif.
h. Lensa obyektif
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur
dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Ciri
penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek dengan perbesaran
beraneka macam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya, misalnya 10X, 40X, dan
100X dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga
mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang
terpisah.
i. Lensa Okuler
Lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung, berdekatan dengan
mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
j. Pengatur Kasar dan Halus
Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur
kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat. Pada mikroskop dengan mata
pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
j. Pengatur Kasar dan Halus
Komponen ini letaknya pada bagian lengan dan berfungsi untuk mengatur
kedudukan lensa objektif terhadap objek yang akan dilihat. Pada mikroskop dengan
tabung lurus/tegak, pengatur kasar dan halus untuk menaikturunkan tabung sekaligus
lensa onbjektif. Pada mikroskop dengan tabung miring, pengatur kasar dan halus
untuk menaikturunkan meja preparat.

Bioreaktor memberikan lingkungan fisik sehingga sel/biokatalis


dapat melakukan interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya.
Bioreaktor sebagai wahana bioproses memegang peranan penting untuk mendayagunakan
reaksi-reaksi biokimiawi yang dilakukan oleh enzim atau sel (mikroba, tanaman, dan
hewan). Pemilihan bioreaktor sangat ditentukan oleh jenis makhluk hidup yang
digunakan, sifat media tumbuh makhluk hidup tersebut, parameter bioproses yang akan
dicapai, dan faktor-faktor produksi. Optimasi bioproses dalam bioreaktor dapat dicapai
dengan memasok:
Sumber energi
Nutrisi
Inokulum sel atau makhluk hidup yang unggul
Kondisi fisikokimiawi yang optimal

Fungsi utama bioreaktor adalah dapat memberi kondisi lingkungan optimal dan
terkendali dengan baik bagi biokatalis. Dengan demikian ada beberapa hal yang
dipertimbangkan dalam perancangan bioreaktor, yaitu:
Bentuk bioreaktor mudah untuk dioperasikan dan mudah pula dalam
pemeliharaan.
Aerasi dan agitasi harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan biokatalis untuk
melakukan metabolisme secara optimal.
Konsumsi energi untuk pengoperasian dibuat seminimal mungkin.
Pengendalian suhu, pH, dan faktor fisikokimia lain merupakan bagian
perlengkapan bioreaktor.
Fasilitas pengambilan contoh sangat diperlukan untuk pengukuran parameter yang
berguna dalam pemantauan kinerja bioreaktor.
Proses evaporasi diupayakan tidak berlebihan.
Bentuk geometri serupa pada penggandaan skala, karena umumnya bioreaktor
diuji terlebih dahulu dalam skala kecil.

Autoklaf (Autoclave)
Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang sering digunakan. Alat ini bekerja dengan sistem
sterilisasi basah. Secara prinsip, cara kerja alat ini adalah sterilsasi dengan menggunakan uap
air pada suhu 1210C selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Atau lebih tergantung ketinggian
tempat terhadap permukaan air laut. Sterilisasi uap ini tergantung pada ; (1) sifat bahan atau
alat, harus dapat ditembus atau terkena uap secara merata tanpa mengalami kerusakan agar
prosessterilisasi berlangsung efektif, (2) kondisi sterilisasi harus bebas udara (vacuum), (3)
suhu yang terukur harus mencapai 1210C dan dipertahankan selama 15 menit.

Pembuatan medium agar tegak dilakukan dengan memposisikan tabung secara tegak
secepatnya setelah sterilisasi. Sedangkan pembuatan medium agar miring dengan meletakkan
tabung miring dengan kemiringan tertentu dan dibiarkan sampai medium memadat.
Kemiringan medium dapat kita atur sesuai tujuan misalnya untuk penyimpanan (stock
culture) atau pembuatan suspensi. Pembuatan medium Nutrien Agar (NA) menggunakan
bahan utama beef ekstrak 5 g, peptom 3 g dan agar 3 g. Pada awal pengamatan medium
Nutrien Agar, sebelum proses sterilisasi berwarna kuning, setelah sterilisasi warna medium
menjadi agak coklat. Pada pembuatan medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba
cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan
dalam proses ini untuk mengentalkan medium sama halnya dengan yang digunakan pada
medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel
1993) Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang merupakan
perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient Agar (NA)
merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat
digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air,
limbah, kotoran dan bahan lainnya. Komposisi Nutrient Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging
sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram. Formula ini tergolong relatif simpel untuk
menyediakan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme Prosedur
pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient agar ke dalam 1 L air kemudian
dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan ke dalam tabung dan disterilkan selama 15
menit pada suhu 1210 C. Kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 80 C dan
terlindung dari sinar secara langsung. Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan
peptone digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin,
serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembang. Ekstrak daging sapi mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air
termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber
utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino dan peptida rantai
panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya yang mudah
membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media berwarna coklat muda
yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari sintetik dan memiliki
kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri.41,42 Di Indonesia sendiri, Nutrient
Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya industri produk susu dan juga di
pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua bakteri dapat dibiakkan pada media ini
karena media ini hanya mengisolasi bakteri antraks dan stafilokokus. MediumNutrientAgar
(NA) Komposisi (g/L) :Peptone from meat(5), Meat extract (3), Agar-agar (12). Cara
Pembuatan : Melarutkan 20 gr Nutrient agar dalam 1 L aquadest, mendidihkan menggunakan
hot plate, dan menghomogenkan menggunakan magnetic stirrer. Mensterilisasi menggunakan
autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit. Sterilisasi adalah penghancuran atau
pemusnahan terhadap semua mikroorganisme (Schwartz, 2000). Asepsis adalah prinsip bedah
untuk mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak
dalam tindakan bedah. Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
keadaan bebas kuman patogen (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004). Sterilisasi dilakukan di dalam
praktikum mikrobiologi bertujuan agar sebelum melakukan praktikum, alat-alat yang
digunakan telah ter-sterilisasi agar tidak ada mikroba yang mengkontaminasi dalam
praktikum yang akan dilakukan, karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil praktikum
yang akan dikerjakan. Sterilisasi medium Sterilisasi medium dapat dilakukan dengan
berbagai cara tergantung macamnya medium. Salah satu cara yang paling sering digunakan
menggunakan otoklaf. Prinsip kerja otoklaf adalah uap panas bertekanan (tekanan 1 atm;
suhu 121 pasteurisasi untuk medium yang mengndung bahan tahan panas tinggi. Pengecekan
apakah medium ya terkontaminasi maka medium didiamkan semalam sebelum digunakan.
Medium yang telah terkontaminasi tidak boleh disteril 2 x karena akan merusak medium
tersebut. Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran zat makanan (nutrient)
yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikrobia. Selain untuk menumbuhkan mikrobia,
medium dapat digunakan juga untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifatsifat fisiologi,
dan perhitungan jumlah mikrobia. Syarat-syarat suatu medium harus memenuhi hal-hal
sebagai berikut: mengandung nutrisi yang diperlukan mikrobia, memiliki tekanan osmosis,
pH, tegangan permukaan yang sesuai, tidak mengandung zat penghambat (inhibitor), dan
steril. Pembuatan Nutrient Agar (NA) 1) Timbang komponen medium dengan menggunakan
timbangan analitis 2) Aquades sebanyak 1000 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk
melarutkan beef extract dan peptone dan sebagian lagi untuk melarutkan agar. Sebaiknya air
untuk melarutkan agar lebih banyak 3) Larutkan agar pada sebagian air tersebut dengan
mengaduk secara konstan dan diberi panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot plate
stirrer (jangan sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga tumpah).
4) Sementara itu sebagian aquades digunakan untuk melarutkan peptone dan beef extract,
cukup dengan pengadukan. 5) Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan
diaduk sampai homogen. 6) Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan
disterilisasi dengan autoklaf. 7) Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis. Jika
diinginkan media tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang ke tabung
kemudian disterilisasi.

larutan pengencer yang terdiri dari madu dalam NaCl fisiologis terhadap kualitas sperma
dalam penyimpanan yang meliputi motilitas dan viabilitas spermatozoa ikan patin dan untuk
menentukan larutan pengencer terbaik terhadap proses penyimpanan sperma ikan patin
(Pangasius pangasius)Penggunaan larutan pengencer yang terbuat dari campuran madu dan
NaCl fisiologis sebagai dalam penyimpanan sperma ikan patin (Pangasius pangasius)
berpengaruh terhadap pergerakan (motilitas) dan ketahanan hidup (viabilitas) JURNAL
SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X E-63 spermatozoa ikan
patin tetapi tidak bisa digunakan untuk inseminasi buatan karena persentase motilitas yang
masih layak dipakai untuk inseminasi buatan hanya hingga 18 jam (T3) pada perlakuan D3,
karena standar motilitas yang banyak digunakan dalam program inseminasi buatan harus
memiliki persentase motilitas paling sedikit 40%.

Oxtoby, D.W. (2002), Principles of Modern Chemistry, Fifth Edition, Thompson Learning,
Inc, New York

Fitriana, M. 2009. Skripsi: Formulasi dan Uji


Aktivitas Antijamur Secara In Vitro
Salep Minyak Atsiri Rimpang Temu
Giring (Curcuma heyneana val.)
dengan Basis Vaselin. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah:
Surakarta.

Anonim, 2005. Media of microorganism. http://www. biology.clc.uc.edu 3 Maret 2005, 15.00


WIB Atlas, R.M., A.E. Brown, K.W.Debra, and L.Miller. 1984. Experimental Microbiology:
fundamental and applications. Macmillan publishing company, New York Benson, H.J. 1998.
Microbiogical applications: laboratory manual in general Microbiology, 7th edition, WCB
McGraw-Hill, Boston USA Cappucino, J.E and N. Sherman. 1987. Microbiology, a
Laboratory Manual. The Benjamin Cummings Publishing company, Inc, California, USA
Claus, G.W. 1989. Understanding microbes, a laboratory textbook for Microbiology, W.H.
Freeman and Company, USA Hudson, B.K. and L.Sherwood. 1997. Explorations in
Microbiology, a discoverybased approach, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey,
USA

Jutono, dkk. (1980). Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. [25 Oktober 2012]

Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada. [25
Oktober 2012]

anonim. (2012). pewarnaan bakteri tahan asam. [online]. tersedia :


http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html. [ 15
januari 2013].

Cappuccino, J. G. & Natalie. S 2007. Microbiology A Laboratory Manual. Addison-Wesley


Publishing Company. New York. Dwijoseputro, D 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Djambatan. Malang. Hogg S. 2005. Essential microbiology. England: John Wiley and Son
Inc. Michael J. Pelczar 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Morello JA, Paul AG, Helen EM 2002. Laboratory manual and workbook in microbiology
applications to patient care. New York: The McGrawHill Companies. Schlegel, H.G. 1994.
Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Schlegel, Hans 1994.
Mikrobiologi Umum edisi keenam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Volk 1993.
Microbiology: an introduction. (edisi ke-8th ed,). Benjamin Cummings. Francisco.

Anonim, 2005. Media of microorganism. http://www. biology.clc.uc.edu 3 Maret 2005, 15.00


WIB Atlas, R.M., A.E. Brown, K.W.Debra, and L.Miller. 1984. Experimental Microbiology:
fundamental and applications. Macmillan publishing company, New York Benson, H.J. 1998.
Microbiogical applications: laboratory manual in general Microbiology, 7th edition, WCB
McGraw-Hill, Boston USA Cappucino, J.E and N. Sherman. 1987. Microbiology, a
Laboratory Manual. The Benjamin Cummings Publishing company, Inc, California, USA
Claus, G.W. 1989. Understanding microbes, a laboratory textbook for Microbiology, W.H.
Freeman and Company, USA Hudson, B.K. and L.Sherwood. 1997. Explorations in
Microbiology, a discoverybased approach, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey,
USA
Basak B, Md. Ahsan HP, Muhammad SR, Sharif UT, Bimol CR. 2002. Azolla (Azolla
pinnata) as a feed ingredient in broiler ration. Poultry Science 1(1): 29-34. URL:
http://www.pjbs.org/ijps Chatterjee T, Pradeep KS,Shilipi C. 2012. Diversity of arbuscular
mycorrhizal fungi associated with the rhizosphere of some existing plants in iron ore mines of
Chhattisgarh, India. Mycorrhiza News 24(2): 7-10. /fin9.pdf. Finlay RD. 2008. Ecological
Aspects of Mycorrhizal Symbiosis: with Special Emphasis on The Functional Diversity of
Interactions Involving The Extraradical Mycelium. Experimental Botany 59(5): 11151126.
DOI: ISSN : 0970-69X. Hadioetomo RS. 1985. Mikrobiologi dasar dalam praktek: Teknik
dan prosedur dasar laboratorium. Jakarta: Gramedia. 10.1093/jxb/ern059. Iskandar,
Muhammad Z, Sri M, Umi F, Indah S, Juchairawati. 2010. Pembuatan film selulosa dari nata
de pina. J Rekayasa Kimia dan Lingkungan 7(3): 105-111. ISSN 1412-5064. Kismiyati, Sri S,
R. Wahid NY, Rahayu K. 2009. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Luka
Ikan Maskoki (Carassius auratus) Akibat Infestasi Ektoparasit Argulus sp. J Ilmiah Perikanan
dan Kelautan 1(2): 129-134. URL: https://www.scribd.com/doc Nadiyah, Krisdianto, Aulia.
2005. Kemampuan Bakteri Acetobacter xylinum Mengubah Karbohidrat pada Limbah Padi
(Bekatul) Menjadi Selulosa. J Bioscientiae 2(2): 37-47. URL: /190172905/isolasi-bkteri-pdf.
http://digilib.unimus.ac.id/files Nurjanna. 2001. Isolasi, identifikasi, dan penentuan jumlah
bakteri asal tambak tanah gambut. J Buletin Teknik Pertanian 6(2): 77-80. ISSN: 0853-8379.
/disk1/129/jhptunimus-gdlindahputri-6442-5-daftarp-a.pdf. Parwanayomi NMS. 2008.
Pergantian populasi bakteri heterotrof, algae, dan protozoa di Lagoon BTDC unit penangan
limbah Nusa Dua Bali. J Bumi Lestari 8(2): 180-185. URL: http://ojs.unud.ac.id/index.php
Pelczar M. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
/blje/article/download/2446/1674. Proborini MW, Made S, Wayan S, Ristiati NP. 2013.
Indigenous Vesicular Arbuskular Mycorrhizal (VAM) Fungi in Cashew Nut (Anacardium
occidentale L.) Plantation of North East Bali Island Indonesia. Biology, Agriculture and
Healthcare 3(3): 114-122. URL: http://ebscohost.com/c/articles Purnomo H, Sri A, Aulia A.
2009. Perbandingan kualitas nata de soya antara limbah pembaceman dan limbah pewarnaan
dari limbah tempe. J Wahana Bio 2(2): 40-51. URL: /89002706.
http://ejournal.unlam.ac.id/index.php/wbio/article/view/23. Puspitasari FD, Maya S, Nengah
DK. 2012. Isolasi dan karekteristik bakteri aerob proteolitik dari tangki septik. J Sains dan
Seni ITS 1(1): 1-4. ISSN: 2301-928X. Singleton, Sainsbury. 2006. Dictionary of
microbiology and molecular biology. 3rEd. England: John Wiley and Sons Inc. Sussex. Smith
SE, Read DJ. 2008. Mycorrhizal symbiosis. 3rdEd. USA: Elsevier Ltd. Sumarsih S. 2003.
Mikrobiologi dasar. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Negeri. Susilawati L, Mubarik
NR. 2002. Pembuatan nata de coco dan nata de radia. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai