Disusun oleh:
Kelompok 5
Wiji Prabowo 230110164017
Fadillah Ahmad 230110164022
Galih Dewi Andini 230110164023
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PANGANDARAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjakatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul Pemberian Tanda Pada Ikan. Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Perikanan.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penandaan pada ikan
2. Untuk mengetahui jenis penandaan pada ikan
3. Untuk mengetahui syarat pemberian tanda pada ikan
4. Untuk mengetahui metode pemberian tanda pada ikan
1
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
2.2.2 Tagging
Tagging ialah pemberian tanda pada tubuh ikan dengan
membubuhkan benda asing. Benda-benda yang digunakan ialah ,benda-
benda yang tidak mudah berkarat seperti perak, alumunium, nikel, plastik,
ebonit, selluloid, dll.
Pada tag ini dapat diberi tanggal, nomor seri atau kode lainnya
yang dapat memberi keterangan atau pesanan kepada yang menemukan
ikan yang mempunyai tag tersebut. Hal ini merupakan satu keuntungan
dibanding dengan marking ehingga memudahkan identifikasi individu
yang telah diberi tag.
2
Bagian tubuh ikan yang biasa diberi tag ialah:
a. Bagian kepala : operculum dan tulang rahang bawah
b. Bagian tubuh : bagian depan sirip punggung, bagian belakang sirip
punggung, bagian dalam tubuh, bagian sirip lemak, batang ekor.
2.2.3 Chipping
Chiping merupakan pemberian tanda pada tubuh ikan dengan
menanamkan microchip kedalam tubuh ikan. Microchip biasanya
berisikan informasi bahwa ikan tersebut merupakan hasil dari budidaya.
3
1. Electric shocker akan menghilangkan ikan tangkapan dalam kondisi
baik jika arus listrik yang dipakai tidak terlalu besar untuk membuat
kejutan.
2. Bubu, Bubu akan menghasilkan ikan dalam kondisi baik bila frekuensi
pengangkatan bubu sering dilakukan.
3. Gill net menghasilkan tangkapan ikan yang kurang baik karena akan
merusak bagian tubuh ikan bahkan sering ditemukan ikan yang mati
bergantungan pada jaring.
4. Purse Seine, hasilnya bervariasi mulai dari kehilangan pada ikan-ikan
tertentu sampai rusaknya ikan berukuran kecil.
4
ikan lele, setelah selesai penandaan celupkan ikan lele pada larutan iodine
kemudian masukan kembali ikan pada bak pemeliharaan.
Setiap metoda penelitian tentu mempunyai kelemahan-kelemahan
dan keterbatasan-keterbatasan tertentu. Hal tersebut hendaknya disadari,
sebab pada dasarnya tiada satupun metoda yang sempurna. Dengan
disadarinya kelemahan-kelemahan dan keterbatasan tersebut, maka kita
menjadi lebih hati-hati dalam pelaksanaannya maupun dalam analisanya.
Beberapa kelemahan tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1. Perbedaan mortalitas.
Suatu pengaruh yang sering terjadi akibat penandaan adalah
mortalitas ekstra di antara ikan-ikan bertanda, baik sebagai akibat
langsung dari penandaan maupun tidak langsung dari kecelakaan
karena handling atau operasi penandaan. Dalam dua kejadian
tersebut jumlah penangkapan kembali akan menjadi terlalu rendah.
Jadi pendugaan populasi yang dilakukan dari kejadian ini akan terlalu
besar.
2. Perbedaan kepekaan dari ikan bertanda dan tidak bertanda.
Sumber kesalahan yang lebih buruk ialah kecenderungan ikan
bertanda lebih atau kurang peka terhadap penangkapan daripada ikan
yang tidak bertanda. Kecenderungan ini mungkin disebabkan
beberapa hal:
a. Tag yang dipakai membuat ikan menjadi dapat peka atau tidak
peka terhadap penangkapan. Pada Ikan Bluegill yang diberi tanda
pada rahangnya kurang peka terhadap pancing daripada yang tidak
bertanda. Contoh lain, ikan salmon yang diberi tanda dengan
lempeng ganda yang dihubungkan dengan kawat melalui tubuhnya
lebih peka terhadap gillnet daripada yang tidak bertanda, karena
tanda lebih mudah tersangkut pada gillnet.
b. Suatu hal yang paling umum adalah perbedaan kelakuan sebagai
hasil dari penandaan (tagging atau marking). Menangkap dan
memberi tanda terhadap ikan adalah suatu stress fisiologis dan
mungkin juga merupakan gangguan psikologis. Maka tidak
mengherankan apabila didapatkan perilaku yang berbeda setelah
itu, baik dalam jangka lama maupun singkat. Contoh: ikan
Centrarchid yang diberi tanda ketika dilepaskan pertama kali
biasanya berenang kebawah dan menyelinap kedalam tumbuhan
akustik. Kecenderungan yang sama, sebagai suatu perlawanan,
mungkin membuat ikan tersebut cenderung memasuki mulut
perangkap daripada ikan tidak bertanda. Setiap jenis ikan setelah
diberi tanda menghindari makanan dan lebih sedikit tertangkap
dengan pancing. Apabila penandaan membuat ikan lebih sulit
berbelok, maka ikan tersebut cenderung berkurang
5
kemungkinannya untuk tertangkap dengan alat penangkap pasif
seperti bubu dan gill net, tetapi lebih mudah tertangkap dengan alat
penangkap aktif seperti seine dan trawl. Pada jenis-jenis ikan
tertentu, tag mungkin merangsang ikan bergerak lebih banyak
dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah penandaan.
3. Hilangnya tanda.
Sumber kesalahan lain dalam perkiraan populasi disebabkan
oleh hilangnya tag atau mark, pada pengikatan tag, cara pengikatan
harus permanen, kalau tidak akan mudah terlepas, cara pengikatan
yang tidak baik kadang-kadang ditemukan apabila diadakan
pengamatan contoh dengan melihat lebih dekat dan teliti.
Apabila digunakan marking, hilangnya marking mungkin saja
terjadi. Cara mutilasi ada juga kelemahannya yaitu apabila sifat
regenerasi ikan sedemikian rupa sehingga anggota tubuh yang
dipotong atau dilubangi dapat pulih seperti sediakala. Pada
kebanyakan ikan, sirip perut beregenerasi tidak sempurna sehingga
dapat dibedakan dengan pengamatan yang cepat.
4. Ikan tidak berbaur secara acak.
Di alam, biota cenderung tersebar secara tidak acak. Apabila
demikian, harus ditentukan pola penyebarannya. Misalkan di suatu
danau, pada suatu bagiannya sejenis ikan densitasnya lebih tinggi
daripada bagian danau yang lain. Maka pengambilan contoh juga
harus dilakukan acak pada kedua bagian danau dan dihitung masing-
masing populasinya. Hasil kedua perhitungan dijumlahkan untuk
mendapatkan perkiraan populasi total. Apabila tidak dilakukan
demikian akan terjadi hasil perhitungan yang biasa. Hal tersebut
umum terjadi di alam dan jarang ada biota yang tersebar secara acak.
5. Ikan bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan.
Apabila peneliti bukan sebagai agen untuk melakukan
penangkapan kembali, maka ada kemungkinan penangkapan ikan
bertanda yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan. Peristiwa ini
sangat relevan dengan keadaan Indonesia mengingat tingkat
pendidikan nelayan yang masih rendah.
6. Jumlah rekrutmen tidak dapat diabaikan.
Persyaratan bahwa rekrutmen harus demikian kecil
dibandingkan dengan populasi pada saat penangkapan kembali sering
tidak dapat dipenuhi, apabila tidak dapat dipenuhi, dugaan populasi
menjadi terlalu besar. Untuk menghindari hal tersebut maka waktu
penandaan dan waktu penandaan dan penangkapan kembali jaraknya
harus demikian sempit sehingga tidak memungkinkan terjadinya
rekrutmen atau rekrutmen terjadi juga belum dapat tertangkap dengan
6
alat tangkap yang dipakai, atau ukuran rekrut dapat dipisahkan dari
populasi semula.
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penandaan pada ikan adalah Penandaan pada ikan adalah memberikan
tanda (mark) pada sejumlah ikan dan dalam jangka waktu tertentu,
menangkapnya kembali (recapture).
2. Jenis pemberian tanda pada ikan terdiri dari marking, tagging dan
chipping.
3. Syarat pemberian tanda pada ikan diantaranya tanda tidak berubah
selama ikan hidup, tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga
mudah ditangkap oleh pemangsa, tidak mudah
menyebabkan tersangkut pada tanaman akustik, tanda itu murah dan
mudah diperoleh, dll.
4. Metode pemberian tanda pada ikan terdiri dari prosedur tagging dan
chipping pada ikan.
7. Ada beberapa kelemahan dalam metode pemberian tanda pada ikan
yaitu perbedaan mortalitas dan perbedaan kepekaan dari ikan bertanda
dan tidak bertanda.
8
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M.I., 1978. Biologi Perikanan Bag. II: Dinamika Populasi Ikan. Fakultas
Perikanan IPB : 58 pp.