Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN CHILD ABUSE


Dosen : Setianingsih S.Kep.Ns.MPH

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Mayang Praditha (1502066)
2. Mita Sari Yulandani (1502067)
3. Muchammad Mustaqim (1502068)
4. Nanda Tri Ardianto (1502069)
5. Novia Ayu Ristyawati (1502070)
6. Nurjannah (1502071)
7. Ovilia Putri Widiarti (1502072)
8. Putri mawar Puspita (1502073)
9. Risma Novi Astuti (1502074)
10. Risma setyowati (1502075)
11. Risna Saraswati (1502076)
2B/D3 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat ALLAH SWT, dengan rahmat serta
karuniaNya sehingga makalah tentang Asuhan Keperawatan Anak Syndrom
Nefrotik ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telahmemberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah karya tulis ilmiah ini
masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang
digunakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah karya tulis ilmiah ini.

Klaten, Desember 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak-anak memiliki kebutuhan yang harus dipuaskan agar dapat
tumbuh secara normal bahkan sejak mereka masih bayi. Kebutuhankebutuhan
tersebut meliputi kebutuhan fisik sampai psikologis yang pada umumnya
dipenuhi oleh care giver (orang tua, kakek/nenek, pengasuh, atau orang
dewasa yang bertanggung jawab atas pengasuhan dan kesejahteraan anak).
Dengan demikian, anak akan merasakan pengalaman cinta yang murni dan
disiplin yang sehat. Kondisi tersebut memberikan mereka perasaan aman dan
puas sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan real self mereka.
Orang tua, sebagai caregiver utama, memiliki kontribusi yang sangat
besar dalam memberikan cinta dan perhatian pada anak untuk mendukung
perkembangan anak sehingga menjadi orang dewasa yang kompeten.
Memang, kebanyakan orang tua mencintai dan memelihara anak-anak mereka
dengan baik, namun pada kenyataannya, beberapa orang tua tidak mampu
atau tidak mau peduli dan ada pula yang dengan sengaja menyakiti atau
membunuh anak-anak mereka.
Bahkan, ada juga orang tua yang mengaku menyayangi anaknya
namun tetap tega menyakiti anak atas nama disiplin dan kasih sayang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini kita diharapkan mempunyai wawasan
yang mantap mengenai apa yang dimaksud dengan asuhan keperawatan
Child Abuse, apa saja hal-hal yang terkait dengan Child Abuse.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Child Abuse
b. Mengetahui etiologi Child Abuse
c. Mengetahui tanda dan gejala Child Abuse
d. Mengetahui penatalaksanaan Child Abuse
e. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang
mengalami Child Abuse.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Child Abuse


Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani
yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian
suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut.
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak
sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik
berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah
oleh orang tuanya / pengasuh.
Child abuse adalah setiap tindakan yang mempengaruhi perkembangan
anak sehingga tidak optimal lagi.Child Abuse adalah tindakan yang
mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi
Child abuse yaitu trauma fisik atau mental, penganiayaan seksual,
kelalaian pengobatan terhadap anak di bawah usia 18 tahun oleh orang yang
seharusnya memberikan kesejahteraan baginya.
B. Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3
faktor penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak,
yaitu:
1. Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse
antara lain :
a. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak
b. Orangtua yang agresif dan impulsive
c. Keluarga dengan hanya satu orangtua
d. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap
secara emosional dan ekonomi
e. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan
f. Tidak mempunyai pekerjaan
g. Jumlah anak yang banyak
h. Adanya konflik dengan hukum
i. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa
j. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak
mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah :
a. Anak yang tidak diinginkan
b. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi
neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang
membutuhkan perawatan yang berkepanjangan
c. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu
d. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak
e. Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat
nakal
f. Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.
3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban
terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak
dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang
hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan penyiksaan fisik terhadap
anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena :
a. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja
atau hidup yang berdesakan)
b. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis
c. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan
orang tua tunggal (single parent).
(Hidayat,2008)
C. Klasifikasi Child Abuse
Perlakuan salah terhadap anak , dibagi menjadi 2 golongan besar , yaitu :
1. Dalam keluarga :
a. Penganiayaan fisik
b. Kelalaian / penelantaran anak
c. Penganiayaan emosional
d. Penganiayaan seksual
e. Sindrom Munchausen
2. Diluar keluarga
a. Dalam institusi / lembaga
b. Ditempat kerja
c. Dijalan
d. Dimedan perang
Bukan tidak mungkin anak anak ini mendapat perlakuan salah lebih
dari satu macam perlakuan tersebut diatas.demikian pula , perlakuan salah ini
dapat diperoleh dalam keluarga dan diluar keluarga . Misalnya anak yang
ditelantarkan dirumah , kemudian menjadi anak gelandangan dijalan-jalan,
ditempat baru inipun ada kemungkinan mendapat perlakuan penganiayaan
fisik, seksual, dan lain sebagainya. Bentuk perlakuan salah pada anak tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Penganiayaan fisik
Yaitu cedera fisik sebagai akibat hukuman badan diluar batas , kekejaman
atau pemberian racun.
2. Kelalaian
Kelalaian ini selain tidak disengaja, juga akibat dari ketidaktahuan atau
kesulitan ekonomi. Bentuk kelalaian ini antara lain yaitu :
a. Pemeliharaan yang kurang memadahi yang dapat mengakibatkan
gagal tumbuh (failure tu thrive), anak merasa kurang kasih saying,
gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan .
b. Pengawasan yang kurang , dapat menyebabkan anak mengalami
resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa
c. Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan meliputi : kegagalan
merawat anak dengan baik misanya imunisasi, atau kelalaian dalam
mencapai pengobatan sehingga memperburuk penyakit anak.
d. Kelalaian dalam pendidikan meliputi kegagalan dalam mendidik anak
unuk mampu berinteraksi dengan lingkunganya, gagal
menyekolahkannya atau menyuruh anak mencari nafkah untuk
keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
3. Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman kata kata yang merendahkan anak, atau
tidak mengakui sebagai anak. Keadaan ini sering kali berlanjut dengan
kelalaian anak, mengisolasikan anak dari lingkungannya/hubungan
sosialnya, atau menyalahkan anak secara terus menerus. Penganiayaan
emosi seperti ini umunya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.
4. Penganiayaan seksual
Mengajak anak untuk melakukan seksual yang melanggar norma-
norma sosial yang berlaku dimasyarakat, dimana anak tidak memahami/
tidak bersedia, aktifitas seksual dapat berupa semua bentuk oral genital,
genital, anak, atau sodomi penganiayaan seksual ini juga termasuk incest
yaitu penganiyaan seksual oleh orang yang masih ada hubungan keluarga.
5. Sindrom Munchausen
Sindrom ini merupakan permintaan pengobatan terhadap penyakit
yang dibuat-buat dan pemberian ketergantungan palsu untuk menyokong
tuntutan.
D. Patofisiologi
Lebih dari 2,5 juta kasus child abuse anak dan pengabaian (neglect)
dilaporkan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. 35% diantaranya
melibatkan penganiayaan fisik, 15% melibatkan penganiayaan seksual, dan
50% melibatkan neglect. Berdasarkan dari hasil studi satu dari 20 anak anak
secara umum mengalami penganiayaan fisik physical abuse setiap tahun.
Penganiayaan fisik melibatkan melukai/ merusak badan anak dengan
membakar, memukul dan mematahkan tulang anak. Adanya suatu memar
menunjukkan ada jaringan tubuh yang rusak dan pembuluh darah sudah
memerah. Penerapan metode disiplin dari orang tua ke anak dengan cara
kekerasan seperti menjewer, menampar, dan mencubit hingga meninggalkan
luka atau tanda memar adalah cara yang tidak tepat.
E. Tanda dan Gejala
1. Penganiayaan fisik, tanda dan gejalanya antara lain :
a. Luka bakar, luka teriris, memar atau jejas di kulit anak yang sulit
dijelaskan berbentuk suatu benda
b. Patah tulang/cedera dilokasi yang tidak biasa, missal pada tulang iga
c. Banyak bekas gigitan atau cubitan
d. Perilaku antisosial
e. Masalah di sekolah
f. Takut pada orang dewasa
g. Penyalahgunaan obat-obatan atau alcohol
h. Mencederai diri atau percobaan bunuh diri
i. Depresi atau rendah diri
2. Penganiayaan emosional, antara lain :
a. Apatis
b. Depresi
c. Permusuhan
d. Kurang konsentrasi
e. Kesulitan makan
3. Penganiayaan seksual, antara lain :
a. Perhatian/pengetahuan yang tidak sesuia dengan perilaku seksual
b. Menghindara suatu benda yang ada hubungannya dengan seksualitas
atau menolak/benci terhadap alat kelaminnya/tubuhnya sendiri
c. Mimpi buruk atau ngompol
d. Terlalu patuh atau sangat agresif
e. Merasa ketakutan kepada orang tertentu atau anggota keluarga
f. Mengurung diri, penuh rahasia, atau depresi
g. Perilaku bunuh diri
h. Kesulitan makan
i. Mencederai diri sendiri
j. Penyakit menular seksual (PMS) pada anak atau dewasa, walaupun dia
menyangkal telah melakukan hubungan seksual
k. Kehamilan pada korban dewasa
4. Penelantaran anak, antara lain :
a. Pakaian yang kotor dan tidak layak
b. Kulit kotor atau jarang mandi
c. Gagal tumbuh/gizi buruk
d. Kurang mendapat perhatian
e. Putus sekolah atau tidak sekolah

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan :
a. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam
setelah penganiayaan seksual
b. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus
c. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
d. Analisa rambut pubis.
2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah
pada anak, yaitu untuk :
a. Identifikasi fokus dari bekas
b. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun
sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di
atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang,
keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya
fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda,
merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan
fisik.Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi
viseral. CTscan lebih sensitive dan spesifik untuk lesi serebral akut dan
kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi
yang mengalami trauma kepala yang berat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang
subakut
d. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.

G. Penatalaksanaan
Karena penyebab perlakuan yang salah ini kompleks, diperlukan penanganan
tim multidisiplin yang terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog, pekerja
sosial, ahli hokum, pendidik dll.
Dibawah ini cara menangani perlakuan salah terhadap anak menurut
Newberger yang terdiri dari 3 aspek pokok yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Tahap-tahap dalam mengelola perlakuan salah terhadap anak
2. Pertimbangan utama
3. Intervensi untuk melindungi anak dan menolong keluarga
Tabel : Tatalaksana Perlakuan Salah pada Anak
Tahap-tahap Pertimbangan Utama Intervensi
DIAGNOSTIK 1. Apakah kelainan 1. Pemeriksaan medis
1. Anamnesis
fisik yang ditemukan lebih teliti
2. Pemeriksaan fisik
2. Beritahu orang tua
3. X-foto tulang seksual
4. Pemeriksaan 2. Apakah anak suspek tentang kecurigaan
laboratorium rutin child abuse/neglect ? kita dan tanggung
5. Konsultasi untuk 3. Apa ada
jawab dokter untuk
evaluasi dinamika perlindungan hukum
melindungi anak
keluarga dan tumbuh terhada child abuse ? 3. Membuat laporan
4. Apakah anak dalam
kembang anak. untuk badan yang
bahaya ?
berwenang
5. Apakah rumah
4. Evaluasi secara teratur
cukum aman ? di poliklinik
6. Apa saja yang 5. Rawat anak di RS
diperlukan untuk untuk pencegahan dan
mebuat agar evaluasi lebih lanjut
6. Rencanakan
rumahnya cukup
pertemuan
aman untuk anak
multidisiplin untuk
setelah kembali ?
membuat rencana
PROGRAM Apa sumber-sumber yang Rencanakan perawatan
REHABILITASI dapat memenuhi kesehatan dan pengobatan
1. Kebutuhan akan
kebutuhan anak dan yang sesuai untuk anak
kesehatan
keluarga tersebut.
2. Kebutuhan fsik,
social dan
lingkungan
FOLLOW UP Siapa yang akan Mengadakan koordinasi
(PEMANTAUAN) memonitor kesehatan dan dan integrasi dengan
1. Perawatan kesehatan
pelayanan di masyarakat sumber-sumber yang
2. Pekerja social
3. Dan lain-lain kepada anak dan keluarga menolong anak dan
pelayanan perawatan keluarganya.
yang sesuai

ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE


A. PENGKAJIAN
Perawat seringkali menjadi orang yang pertamakali menemui adanya tanda
adanya kekerasan pada anak (lihat indicator fisik dn kebiasaan pada macam-
macam child abuse diatas). Saat abuse terjadi, penting bagi perawat untuk
mendapatkan seluruh gambarannya, bicaralah dahulu dengan orang tua tanpa
disertai anak, kemudian menginterview anak.
1. Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang
lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
2. Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau
masalah psikiatrik.
3. Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse
4. Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan
ketergantungan tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir rendah, intoleransi
makanan, ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, dan gangguan kurang
perhatian)
5. Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa
dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.
6. Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan
anak.
7. Kaji respon psikologis pada trauma
8. Kaji keadekuatan dan adanya support system
9. Situasi Keluarga.
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara lain:
1. Psikososial
a) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
b) Gagal tumbuh dengan baik
c) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan
psikososial
d) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
2. Muskuloskeletal
a) Fraktur Dislokasi
b) Keseleo (sprain)
3. Genito Urinaria
a) Infeksi saluran kemih
b) per vagina
c) pada vagina/penis
d) Nyeri waktu miksi
e) Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
4. Integumen
a) Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
b) Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi
c) tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
d) Bengkak.
5. Pemeriksaan Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada anak, yaitu untuk identifikasi fokus dari jejas, dokumentasi.
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan
untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu
dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat
pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan
adanya penyaniayaan fisik.
a. CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
hanya diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalami trauma kepala yang berat.
b. MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut
dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
c. Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
d. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak sesuai norma.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini
3. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan perkosaan.
4. Gangguan penyesuaian individu berhubungan dengan kekerasan dalam
lingkungan.
C. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Isolasi sosial NOC : Keterlibatan sosial NIC : Dukungan perlindungan
berhubungan Setelah di lakukan tindakan terhadap kekerasan : anak
dengan keperawatan 3 x 24 jam di a. Indetifikasi ibu yang memiliki
perilaku sosial harapkan isolasi sosial riwayat tidak adanya atau
tidak sesuai konsisten dengan kriteria hasil : terlambat (4 bulan atau lebih)
norma. a. Berinteraksi dengan teman dalam hal (mengikuti)
dekat perawatan prenatal.
b. Berinteraksi dengan b. Identifikasi orangtua yang
keluarga memliki riwayat penyala
c. Berpartisipasi dalam
gunaan zat, depresi , atau
aktivitas yang terorganisir
memliki penyakit psikiatrik
d. Berpartisipasi dalam
utama.
aktivitas waktu luang
c. Identifikasi orangtua yang
dengan orang lain
menunjukan perlunya
peningkatan kebutuhan
pendidikan sebagai orangtua
(misal, orangtua dengan
masalah pembelajaran,
orangtua yang secara verbal
menyatakan perasaan tidak
mampu, orangtua yang baru
memiliki anak pertama,
orangtua yang masih remaja).
d. Identifikasi situasi yang
mungkin memicu terjadinya
penganiayaan (misal
kemiskinan,
pengangguran,perceraian,gela
ndangan, dan kekerasaan
dalam rumah tangga).
e. Monitor interaksi orangtua-
anak dan catat hasil observasi
yang dilakukan

2. Ansietas NOC : Tingkat kecemasan NIC : Pengurangan Kecemasan


berhubungan sosial a. Gunakan pendekatan yang
dengan Setelah di lakukan tindakan tenang dan meyakinkan
b. Berada di sisi klien untuk
ancaman status keperawatan 3 x 24 jam di
meningkatkan rasa aman dan
terkini harapkan ansietas tidak ada
mengurangi ketakutan
dengan kriteria hasil :
c. Dorong keluarga untuk
a. Menghindari pergi ke luar
mendampingi klien dengan
rumah
cara yang tepat
b. Antisipasi cemas pada
d. Ciptakan atmosfer rasa aman
situasi sosial
untuk meningkatkan
c. Takut di awasi oleh
kepercayaan.
oranglain
e. Berikan aktivitas pengganti
d. Presepsi diri yang negatif
yang bertujuan untuk
pada ketrampilan sosial
mengurangi tekanan.
f. Atur penggunaan obat-obatan
dan mengurangi kecemasan
secara tepat.
3. Sindrom NOC : Pemulihan terhadap NIC : Terapi Trauma : Anak
trauma kekerasan : seksual a. Ajarkan teknik manajemen
perkosaan Setelah di lakukan tindakan stress tertentu sebelum
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam di eskplorasi trauma untuk
dengan harapkan trauma perkosaan mengembalikan control atas
perkosaan. berkurang dengan kriteria hasil : pikiran dan perasaan
b. Gunakan bahasa sesuai
a. Penyembuhan trauma fisik
b. Ekspresi terhadap hak dengan tahapan
untuk di lindungi perkembangan untuk bertanya
kekerasan yang di alami mengenai trauma
c. Konsistensi perilaku c. Bangun kepercayaan,
dengan norma sosial keamanan, dan hak untuk
d. Ekspresi adanya harapan
mendapatkan akses materi
trauma dengan hati-hati
dengan memantau reaksi
terhadap pengungkapan
kejadian.
d. Fokuskan terapi pada
pengaturan diri dan
membangun kembali rasa
aman.
e. Libatkan orang tua atau
pengasuh dengan tepat dalam
terapi
f. Hindari melibatkan orang tua
atau pengasuh jika mereka
adalah penyebab trauma.
g. Bantu anak untuk
membangun kembali rasa
aman dan hal-hal yang dapat
diramalkan dalam hidupnya.
4. Gangguan NOC : Koping NIC : Peningkatan Koping
penyesuaian Setelah di lakukan tindakan a. Dukung pasien untuk
individu keperawatan 3 x 24 jam di mengidentifikasikan diskripsi
berhubungan harapkan dapat mengelola stres yang realistic terhadap adanya
dengan dengan kriteria hasil : perubahan dalam peran
b. Gunakan pendekatan yang
kekerasan a. Mengindetifikasi pola
tenang dan memberikan
dalam koping yang efektif jaminan
c. Bantu pasien untuk
lingkungan. b. Adaptasi perubahan hidup
mengidentifikasi informasi
c. Menggunakan perilaku
yang dia paling tertarik untuk
untuk mengurangi stres
dapatkan
d. Melaporkan peningkatan
d. Dukung kemampuan untuk
kenyamanan psikologis
mengatasi situasi secara
berangsur-angsur
e. Dukung aktivitas-aktivitas
social dan komunikasi (agar
bisa dilakukan)

D. Evaluasi
1. Tujuan tercapai : Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian : Jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapan
3. Tujuan tidak tercapai : Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani
yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian
suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut.
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai
stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada
pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh
orang tuanya / pengasuh. Etiologi dari child abuse dapat berasal dari
faktor karakteristik orangtua dan keluarga, karakteristik anak yang
mengalami perlakuan salah dan beban dari lingkungan : lingkungan hidup
dapat meningkatkan beban terhadap perawatan anak, tanda gejala dapat
berupa luka bakar, luka teriris, memar atau jejas di kulit anak yang sulit
dijelaskan berbentuk suatu benda, patah tulang/cedera dilokasi yang tidak
biasa, banyak bekas gigitan atau cubitan, perilaku antisosial, masalah di
sekolah, takut pada orang dewasa dll, penatalaksanaan dengan penanganan
tim multidisiplin yang terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog, pekerja
sosial, ahli hokum, pendidik.
Asuhan keperawatan pada child abuse meliputi pengkajian anamnesa
dan pemeriksaan head to toe. Diagnosa yang muncul yaitu Isolasi sosial
berhubungan dengan perilaku sosial tidak sesuai norma, ansietas
berhubungan dengan ancaman status terkini, sindrom trauma perkosaan
berhubungan dengan perkosaan dan gangguan penyesuaian individu
berhubungan dengan kekerasan dalam lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Sujono dan Suharsono. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta : Gosyen Publishing
Suyono, Joko. 2015. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai