Histologi Penyembuhan Luka
Histologi Penyembuhan Luka
Fase penyembuhan luka dari hari ke hari (gambar 1: fase inflamasi pada hari ke 4 terlihat sebukan sel radang pada daerah luka, gambar 2:
fase proliferasi pada hari ke 7, gambar 3: fase proliferasi pada hari ke 14, gambar 4: fase remodelling pada hari ke 21, gambar 5 : fase
Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis dan melibatkan komponen yang kompleks
dari molekul matriks ekstraseluler, mediator radang, beragam sel setempat, dan leukosit yang
berinfiltrasi. Proses ini bertujuan untuk mengembalikan kepadatan jaringan dan homeostasis.
Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam empat fase: fase hemostasis, fase inflamasi, fase
diperankan oleh trombosit yang segera membentuk clothing pada daerah luka. Selama proses
inflamasi, agregasi trombosit akan diikuti oleh infiltrasi leukosit pada tempat luka. Pada
fase pembentukan jaringan, epitelisasi dan pembentukan jaringan granulasi baru yang terdiri
atas sel endotel, makrofag dan fibroblas akan mengisi dan menutupi daerah luka guna
memperbaiki kepadatan dan kerapatan jaringan. Proses sintesis, remodelling, dan infiltrasi
struktural dari molekul matriks ekstraselular sangat diperlukan pada tahap awal dan lanjut dari
penyembuhan luka.
Proses ini diawali oleh fase hemostasis dimana agregasi trombosit yang membentuk clotting
pada daerah luka untuk membantu hemostasis. Sehingga akan terbentuk clotting yang stabil
menutupi daerah luka. Di bawah pengaruh ADP (adenosin difosfat) bocor dari jaringan yang
rusak, trombosit menempel pada kolagen tipe I yang kemudian menjadi aktif mensekresi
glikoprotein adhesif, yang menyebabkan agregasi platelet serta mengeluarkan faktor yang
berinteraksi dan menstimulasi kaskade pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang
pada gilirannya memulai pembentukan fibrin dari fibrinogen. Fibrin inilah nantinya yang
platelet-derived growth factor, yang diakui sebagai salah satu faktor pertama dalam memulai
langkah penyembuhan selanjutnya . growth factor ini merekrut neutrofil dan monosit (memulai
tahap penyembuhan luka berikutnya), merangsang sel-sel epitel dan merekrut fibroblas.
Hemostasis akan terjadi dalam beberapa menit dari cedera awal kecuali pasien mengalami
gangguan pembekuan.
Fase inflamasi mempersiapkan daerah untuk penyembuhan dan imobilisasi luka dengan yang
bermanifestasi klinis sebagai eritema, edema, hangat dan nyeri, sehingga gerakan menjadi
terbatas. Fase inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi permeabel sehingga plasma
dan neutrofil dapat menginfiltrasi jaringan sekitar. Sel neutrofil kemudian memfagositosis
debris dan mikroba setempat dan berperan sebagai pertahanan pertama dalam mencegah
infeksi. Saat mencerna bakteri dan debris, neutrofil mati dan melepaskan intraseluler enzim ke
dalam matriks sekitarnya, yang selanjutnya mencerna jaringan. ketika fibrin dipecah sebagai
bagian dari proses ini, hasil degradasinya akan menarik sel-sel berikutnya yang terlibat seperti
fibroblas dan sel epitel yang dibantu oleh sel mast lokal.
Penyembuhan luka membutuhkan koordinasi antara aktivitas sel serta komunikasi antar
sel yang baik. Sel berkomunikasi melalui protein terlarut yang disebut sitokin dan growth
factors. Sitokin dan growth factors dirilis oleh 1 sel dan berikatan pada reseptor pada sel target.
kemudian sel terstimulasi untuk bergerak. growth factors, pada sisi lain, merangsang sel target
membelah dan menghasilkan sel-sel yang baru atau mensintesis dan merilis zat seperti kolagen,
memainkan peran aktif dalam penyembuhan luka dengan berinteraksi dengan sel-sel melalui
reseptor yang disebut integrin, yang menyebabkan aktivasi platelet, migrasi epitel dan
pergerakan fibroblas.
Selanjutnya, sel-sel yang dikenal sebagai makrofag berperan sebagai "kontraktor." monosit
yang beredar dalam sirkulasi akan berdifferensiasi menjadi makrofag setelah mereka keluar
dari pembuluh darah dan bersentuhan dengan matriks ekstraselular. Makrofag dapat
menfagositosis bakteri dan menjadi pertahanan lini kedua. makrofag juga mensekresikan
enzim ekstraseluler untuk membersihkan jaringan nekrotik pada daerah luka. Enzim ini dikenal
memproduksi bentuk yang fungsional dan zinc pada daerah yang aktif.
Sekitar 20 jenis MMPs disekresikan oleh sel yang berbeda - termasuk neutrofil, makrofag, sel-
sel epitel dan fibroblas, di bawah pengaruh sitokin inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha
dan interleukin-1 dan -6. MMPs berperan pada semua komponen ekstraseluler yang matriks
dan bertanggung jawab untuk membersihkan jaringan yang nekrosis, memperbaiki jaringan
rusak dan remodeling. MMPs diimbangi kerjanya oleh inhibitor jaringan metalloproteases
(TIMPs), yang dirilis secara lokal oleh sel dan menonaktifkan MMPs dengan berikatan secara
reversibel. MMPs yang tidak terkontrol dapat menghambat pembentukan jaringan baru atau
factors - seperti fibroblast growth factors, epidermal growth factors, transforming growth
hari 21 pada luka akut, tergantung pada ukuran luka dan kesehatan pasien. Hal ini ditandai
dengan angiogenesis, deposisi kolagen, pembentukan jaringan granulasi, kontraksi luka dan
epitelisasi. Secara klinis, proliferasi diamati dengan timbulnya jaringan granulasi atau kolagen
pada dasar luka dan melibatkan penggantian jaringan dermal dan subdermal pada luka yang
lebih dalam, serta kontraksi luka. Sel di bawah pengaruh growth factors membelah untuk
menghasilkan sel-sel baru, yang bermigrasi ke daerah dimana mereka dibutuhkan dibawah
pengaruh sitokin. Ada keseimbangan antara MMP dan TIMPs sehingga produksi jaringan baru
dapat dikontrol. Pada luka yang kronik, sebaliknya, dimana penyembuhan terhenti,
pembelahan sel dan migrasi ditekan, kadar sitokin inflamasi dan MMPs meningkat, dan kadar
TIMPs dan faktor pertumbuhan menurun . Sel menjadi tidak responsif terhadap stimulasi
growth factors. Kurangnya respon adalah karakteristik dari keadaan peradangan kronis. Ini
mungkin disebabkan oleh meningkatnya koloni bakteri, adanya jaringan nekrosis, iskemia
kronik atau trauma berulang. Proses penyembuhan melibatkan remodelling dan penataan
kembali struktur dari jaringan kolagen untuk menghasilkan kekuatan dan elastisitas. Selain itu,
sel dan kapiler akan mengalami penurunan densitas. Sel utama yang terlibat dalam proses ini
(Sumber : Orsted HL. Basic Principle of Wound Healing: An understanding of the basic
physiology of wound healing provides the clinician with the framework necessary to implement
the basic principles of chronic wound care. Soins des plaies Canada. 2009, Proceeding of the
enhance angiogenic responses and promote complete skin regeneration during burn wound
healing. 2008, Diegelmann R. Wound Healing: An Overview Of Acute, Fibrotic And Delayed