Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

KATARAK

Disusun Oleh:
Chelsea Beauty Frabes
(2012-83-045)

Pembimbing:

dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan Referat pada bagian Ilmu Kesehatan Mata
dengan judul Katarak secara baik.
Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon tahun 2017. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan, dan semoga referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas segala pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian pembuatan referat ini.

Ambon, Juni 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI.. ii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
A. Anatomi Lensa Mata .......... 2
B. Katarak....................................................... 4
a. Definisi ................ 4
b. Etiologi 5
c. Faktor Risiko 5
d. Gejala Klinis . 7
e. Klasifikasi ......... 7
f. Diagnosa ........................ 12
g. Tatalaksana 12
BAB III PENUTUP. ............. 15
DAFTAR PUSTAKA.................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Secara global, katarak merupakan penyebab kebutaan sebanyak 48%. Kebutaan menurut
WHO adalah tajam penglihatan yang berada dibawah 3/60. Prevalensi kebutaan lebihtinggi pada
negara-negara nerkembang.1
Indonesia sebgai negara berkembang tidak luput dari masalah kebutaan. Berdasarkan
survei, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dengan 0,78% diantaranya disebabkan
oleh katarak, terutama katarak senilis. Kebutaan dapat berdampak pada segi sosial dan ekonomi
penderitanya.1
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak
terjadi secara perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Perubahan ini
dapat terjadikarena proses degenerasi atau ketuaan, trauma mata, komplikasipenyait tertentu atau
bawaan lahir.2
Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi katarak, terutama
tindakan operatif dengan cara ekstraksi lensa seperti Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
dan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE).3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI LENSA MATA


Lensa adalah piringan transparan cembung ganda yang terbuat dari protein yang disebut
kristalina. Lensa terletak tepat di belakang iris dan memfokuskan cahaya ke retina. Pada
manusia, lensa berubah bentuk untuk penglihatan dekat dan jauh. 2,4
Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang transparan dan bikonveks yang memiliki fungsi
untuk mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan memberikan akomodasi. Lensa tidak
memiliki suplai darah atau inervasi setelah perkembangan janin dan hal ini bergantung pada
humor aqueous untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.
Lensa terletak di bagian posterior iris dan anterior korpus vitreous. Posisinya dipertahankan oleh
zonula zinnii yang terdiri dari serat-serat kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus
siliar. Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.2,4,5
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya sekitar 6,0
mm pada bidang ekuator, dan 4,0 mm antero-posterior serta memiliki berat 90 mg. Pada lensa
dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm antero-posterior serta memiliki berat sekitar 255 mg.
Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat yang sama, kelengkungan lensa
juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin
bertambah. Namun, indeks refraksi semakin juga menurun seiring bertambahnya usia, hal ini
mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka, lensa yang telah
menua dapat menjadi lebih hiperopik atau miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor
yang berperan. 2,4,5
Lensa mempunyai kapsula yang memiliki sifat elastis, membran basalisnya yang transparan
terbentuk dari kolagen tipe IV yang terletak di bawah oleh sel-sel epitelial. Kapsula terdiri dari
substansi lensa yang dapat mengerut selama perubahan akomodatif. Lapisan terluar dari kapsula
lensa adalah lamela zonularis yang berperan untuk melekatnya serat-serat zonula. Kapsul lensa
tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior
sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4 mm. Kapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul
posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.2,4

2
Capsule

Cortex

Anterior epithelium Adult nucleus

Fetal nucleus

Young lens fibers

Embryonic nucleus
Posterior part of capsule

Gambar 1. Struktur lensa


[sumber: Schlote T, Rohrbach J. Pocket atlas of ophthalmology. 4]

Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsul anterior lensa, lapisan ini merupakan lapisan
tunggal dari sel-sel epitelial. Sel-sel ini secara metabolik aktif dan melakukan semua aktivitas sel
normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel ini juga menghasilkan ATP
untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa. Sel-sel epitelial aktif melakukan mitosis dengan
aktifitas terbesar pada sintesis DNA pramitosis yang terjadi pada cincin di sekitar anterior lensa
yang disebut zona germinativum. Sel-sel yang baru terbentuk ini bermigrasi menuju ekuator di
mana sel-sel ini melakukan diferensiasi menjadi serat-serat. Dengan sel-sel epitelial bermigrasi
menuju bow region dari lensa, maka proses diferensiasi menjadi serat lensa dimulai.2,4,6
Bagian dari perubahan morfologis yang paling dramatis terjadi ketika sel-sel epitelial
memanjang membentuk sel serat lensa. Perubahan ini terkait dengan peningkatan massa protein
selular pada membran untuk setiap sel-sel serat. Pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan
organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom. Hilangnya organel-organel ini
sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh
organel-organel ini. Bagaimanapun, karena serat-serat sel lensa yang baru ini kehilangan fungsi
metaboliknya yang sebelumnya dilakukan oleh organel-organel ini, kini serat lensa tergantung
dari energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis.2,5,7
Korteks lensa merupakan bagian yang lebih lunak daripada nukleus lensa. Nukleus
merupakan serat massa lensa yang terbentuk sejak lahir dan korteks merupakan serat baru yang
terbentuk setelah lahir. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat ini terus bertambah,

3
sehingga lama-kelamaan lensa menjadi lebih padat dan kurang elastis. Lensa secara terus
menerus membentuk serat-serat baru dimana serat yang lebih dulu dibentuk akan tergeser dan
tertekan ke bagian tengah lensa sehingga menjadi bagian dari nukleus lensa yang tidak elastis,
oleh karena itu ukuran nukleus lensa yang tidak elastis akan bertambah besar.2,8
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air, 33% protein, dan lipd 1% dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia. Korteks lensa menjadi lebih
terhidrasi daripada nukleus lensa. Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara
serat-serat lensa di ruang ekstraselular.2,5
Lensa berfungsi memfokuskan berkas cahaya dari udara agar tepat jatuh pada retina. Lensa
memfokuskan cahaya yang datang ke retina dan menyesuaikan kekuatannya, yang dikenal
dengan istilah akomodasi. Kekuatan lensa untuk memfokuskan cahaya dikendalikan oleh otot
siliaris. Otot siliaris merupakan bagian dari badan siliaris. Otot siliaris dilekatkan ke lensa mata
oleh ligamentum suspensorium.2,5
Sel-sel lensa yang matur tidak dapat memperbaiki diri dan akan berada di bagian tengah
lensa. Sel-sel yang berada dibagian tengah ini tidak akan mendapat nutrisi dari aqueous humor
karena letaknya yang jauh. Sehingga sel-sel ini akan mati dan menjadi kaku, sehingga lensa akan
kurang elastis untuk mengambil bentuk sferis untuk melihat objek yang dekat. Serat-serat ini
juga akan menjadi keruh sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya.3,5
Gangguan pada lensa adalah perubahan transparasi yaitu katarak, abnormalitas dari posisi dan
morfologi yaitu dislokasi, dan malformasi. Pasien yang mengalami gangguan-gangguan tersebut
mengalami pengaburan penglihatan tanpa nyeri.5,6

B. KATARAK
a. Definisi
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak berasal dari
bahasa Yunani kataarrhakies yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia, katarak
disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak merupakan suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat
hidrasi cairan lensa (penambahan cairan), denaturasi protein lensa atau terjadi karena
kedua-duanya. Denaturasi atau gumpalan protein mengakibatkan menurunya ketajaman

4
bayangan mencapai retina. Gumpalan kecil tidak mengganggu penglihatan, tetapi lama-
kelamaan gumpalan ini bertambah besar sehingga penglihatan berkurang.2,6,9
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan itu terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada usia lanjut, tetapi juga akibat kelainan
kongenital, atau penyulit mata lokal (okular) menahun atau sistemik. Sebagian katarak
timbul pada usia tua sebagai akibat dari pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan
dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultra violet, dan peningkatan kadar gula
darah.2,6,9

b. Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor seperti kelainan bawaan sejak
lahir, trauma, efek samping obat, dan radiasi sinar matahari. Umumnya penyebab terbesar
adalah proses ketuaan atau faktor usia.10,11
Selain akibat kondisi-kondisi ini juga terdapat penyebab lain yaitu akibat diabetes,
kelainan metabolik, infeksi (rubella kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik),
katarak kongenital.9,12

c. Faktor Risiko
Faktor resiko terjadinya Katarak sangat bervariasi bergantung dari proses patogenesis.
Proses umur, genetik, diabetes melitus, radiasi ultra violet, merokok, trauma merupakan
faktor penyebab terjadinya Katarak.5,7
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain adalah
umur, gender dan faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antaralain
adalah pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status
kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan paparan sinar
ultraviolet.12,13
1. Umur
Hampir semua orang yang hidup cukup lama kataraknya juga akan berkembang sampai
batas tertentu. Beberapa orang kataraknya berkembang pada setengah baya (40-an dan
50-an), tapi katarak cenderung sangat kecil. Setelah usia 60 katarak sangat mungkin

5
dapan mempengaruhi penglihatan. Hampir separuh orang yang berusia 75 tahun atau
lebih menderita katarak.12,13
2. Jenis kelamin
Dalam beberapa penelitian ditemukan perempuan lebih banyak menderita katarak dari
laki-laki.12,13
3. Genetik
Katarak bisa menurun dalam keluarga yang akan menjadi katarak kongenital. Katarak
herediter ini berhubungan dengan autosomal dominant, autosomal recessive, sporadic,
atau X-linked.12,13
4. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan amplitudo
akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka meningkat pula kadar
glukosa dalam aqueous humor. Oleh karena glukosa dari aqueous humor masuk ke
dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat.
Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang
tidak dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa.10,12
5. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitannya dengan paparan sinar matahari. Suatu penelitian
yang menilai secara individual, menunjukkan nelayan mempunyai jumlah paparan
terhadap sinar ultraviolet yang tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya katarak
kortikal dan katarak posterior subkapsular.3,12,14
6. Merokok
Merokok dapat menginduksi stres oksidatif dan dihubungkan dengan penurunan kadar
antioksidan, askorbat dan karetenoid. Merokok menyebabkan penumpukan molekul
berpigmen -3 hydroxygen dan kromofor (chromophore), yang menyebabkan terjadinya
penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi
dan denaturasi protein.3,14
7. Trauma
Trauma pada mata dapat mengakibatkan katarak pada semua umur. Trauma tumpul,
tajam, panas yang tinggi, trauma zat kimia dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa

6
mata. Lensa dapat mengalami kerusakan sebagian atau seluruhnya dan kapsul lensa
dapat juga pecah pada trauma tumpul.15,16

d. Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada penderita katarak antara lain sering berganti kacamata,
penglihatan menurun (kelainan refraksi), hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri, silau
terutama bila mengendarai kendaraan malam hari, melihat ganda dengan satu atau dua
mata.3,14
Pasien dengan katarak harus dapat menunjukan posisi cahaya. Kurang normalnya
proyeksi cahaya mungkin menunjukan masalah baik di bagian posterior mata atau di luar.
Reaksi pupil juga harus normal. Jika tidak, penyakit retina atau kelainan dari jalur visual
yang harus dicurigai.9,17

e. Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak terbagi atas tiga yaitu katarak berdasarkan etiologi, katarak berdasarkan
lokasi, dan katarak berdasarkan derajat.
1. Katarak Berdasarkan Etiologi
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganan yang kurang
tepat. Katrak kongenital ini timbul sebagai kejadian primer atau berhubungan dengan
penyakit ibu dan janin lokal atau umum.12,18
Katarak kongenital di golongkan dalam katarak, yaitu kapsulolentikular dimana
pada golongan ini termasuk katarak termasuk katarak kapsular dan katarak polaris.
Katarak letikular juga termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus saja.17,18
Katarak kongenital harus dilakukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu
seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakayan obat selama
kehamilan agar dapat mengetahuai penyebab katarak kongenital. Bila katarak disertai
dengan uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
gaktosemia. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi prematur dan gangguan

7
saraf seperti retardasi mental. Pemeriksaan katarak pada kongenital diperlukan karena
hubungan katarak kongenital dengan diabetes mellitus, kalsium dan fosfor. Hampir
50% katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya.17,18
Penanganannya tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata
lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan
karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah
terjadi ambliopia. Bila terjadi nistagmus maka keadaan ini menunjukan hal yang
buruk pada katarak kongenital.5,17
Pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih
atau leukokoria. Setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan
melebarkan pupil.3,12
b. Katarak juvenile
Katarak juvenile adalah katarak yang lembek dan terdapat pada orang usia diatas 1
tahun, yang mulai terbentuknya pada usia 9 tahun. Katarak juvenile biasanya
merupakan kelainan katarak kongenital.3,12
c. Katarak presenilis
Katarak presenilis merupakan semua keturunan lansia yang terdapat pada uasia 40-50
tahun.3,12
d. Katarak senilis
Katarak senilis merupakan semua keturunan lansia yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu biasanya di atas 50 tahun. Penyebabnya belun diketahui secara pasti.3
e. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah keadaan dimana kekeruhan terjadi pada lensa yang
diakibatkan keadaan lokal atau penyakit sistemik. Katarak ini dapat terjadi pada
semua usia. Suatu penyakit dapat merusak lensa dengan menganggu nutrisi yang
dimiliki lensa atau efek toksik yang mempengaruhi lensa.3
Katarak ini biasanya melibatkan daerah subkapsular posterior karena bagian
kapsul posterior lebih tipis yang akhirnya berkembang hingga mengenai seluruh
lensa. Katarak komplikata biasanya dapat bersifat unilateral dan bilateral. Setiap
kasus yang unilateral biasanya bersifat akibat penyakit yang bersifat lokal, seperti

8
glaukoma, uveitis, pemakaian lokal atau sistemik steroid, miopia tinggi, ablasio
retina, retinitis pigmentosa, tumor intraokular. Sedangkan bilateral katarak
komplikata biasanya terjadi berhubungan dengan penyakit sistemik seperti diabetes
melitus, hipoparatiroid, miotonik distrofi, atopik dermatitis, galaktosemia.3,18
f. Katarak metabolik
Merupakan katarak yang terjadi karena kelainan metabolik seperti diabetes mellitus,
galaktosemia, dan hipokalsemik.3
g. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Biasanya terjadi akibat mongkonsumsi kortikosteroid
yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes
yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.3
h. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau
trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan aqueous humor dan
kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.3,9

2. Katarak Berdasarkan Lokasi


a. Katarak nuklear
Katarak nuklear adalah bentuk katark yang sangat umum. Kekeruhan terutama pada
nukleus yang terletak dibagian sentral lensa. Katarak ini diakibatkan oleh
bertambanya umur. Beberapa derajat nuklear skeloris dan penguningan di katakana
normal pada pasien dewasa setelang melewati usia menengah. Secara umum, kondisi
ini hanya sedikit mengganggu fungsi penglihatan. Akibat meningkatnya kekuatan
fokus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke myopia. Gejala lain
dapat berupa diskriminasi warna yang buruk atau diplopia monokular. Tingkat
sklerosis, penguningan dan kekeruhan dievaluasi dengan slit-lamp secara oblik dan
pemeriksaan reflex merah dengan pupil dilatasi. Bila sudah lanjut, nukleus berwarna
coklat (katarak brunescent) dan konsistensinya keras.2,3,13
b. Katarak kortikal
Katarak atau kekeruhan lensa yang terbentuk pada korteks lensa. Diabetes melitus
akan mengakibatkan katarak kortikal ini. Gejala katarak kortikal yang sering dijumpai

9
adalah silau akibat sumber cahaya fokal, seperti lampu mobil. Monokular diplopia
bias juga di jumpai. Tanda pertama pembentukan katrak kortikal terlihat dengan
siltlamp sebagai vakuola dan celah air (water clefts) di korteks anterior atau
posterior.2,3,13
c. Katarak subkapsular
Katarak subkapsular biasa mulai di bagian belakang lensa. Bentuk katarak ini sering
ditemukan pada penderita dibetes mellitus, rabun jauh berat, retinitis pigmentosa atau
penderita yang memakai steroid lama. Katarak posterior subkapsular (posterior
subcapsular cataract = PSC) sering di jumpai pada pasien yang lebih muda daripada
katarak nuklear atau kortikal. PSC berlokasi di lapisan kortikal posterior dan biasanya
aksial. Indikasi pertama pembentukan PSC adalah kilawan warna yang samar (subtle
iridescent sheen) pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan slitlamp. Pasien
sering mengeluhkan silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang,
akomodasi, atau miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan jauh.
Beberapa pasien juga mengalami monokular diplopia.2,3,13

3. Katarak Berdasarkan Stadium


a. Katarak insipient
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
anterior subkapsular posterior, celah berbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Dimana
tajam penglihatan pasien belum terganggu.6,9,17
b. Katarak imatur
Katarak yang belum mengenai seluruh lapisan lensa. Katarak imatur dapat bertambah
volume lensa akibat meningkatnyatekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.6,9,17
c. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa, kekeruhan ini bisa diakibatkan
desposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan maka cairan

10
lensa akan keluar, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan terjadi klasifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa keruh, sehingga
uji bayangan iris negatif.6,9,17
d. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Protein-protein dibagian korteks lensa telah
mencair. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang
mengerut dengan kapsul keriput. Selanjutnya katarak hipermatur yang nukleus
lensanya mengembang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya disebut sebagai
katarak morgagni.6,9,17

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif
Bertambah (air Berkurang (air +
Cairan lensa Normal masuk) Normal masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test Negatif Positf Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
[Sumber: Ilmu penyakit mata5]

Perubahan lensa pada usia lanjut dijelaskan sebagai berikut:5,12


1. Kapsul
Terjadi perubahan kapsul lensa pada usia lanjut, antara lain kapsul menebal dan kurang
elastik, mulai presbiopia, terlihat bahan granular, kekuatan akomodasi menjadi
menurun.
2. Epitel makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat, bengkak dan
vakuolisasi mitokondria yang nyata.

11
3. Serat lensa
Serat lensa menjadi lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown
sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan meruba protein nukleus lensa,
korteks tidak berwarna karena tingginya kadar askorbat menghalangi fotooksidasi dan
sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

f. Diagnosa
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah
(slitlamp), Snellen chart, funduskopi pada kedua mata dengan pupil dilebarkan, dan
tonometri. Selain itu pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi
pada kelopak mata dan konjungtiva, karena dapat menyebabkan komplikasi yang berat
seperti endoftalamitis pasca bedah.3,9
Tujuan dari pemeriksaan slitlamp untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Derajat
satu biasanya visus masih lebih baik 6/12, derajat dua visus antar 6/18 sampai 6/36,
derajat tiga visus antara 6/60 sampai 3/60, derajat empat visus 2/60 samapai 1/60, dan
derajat lima visus 1/300 atau lebih jelek. Makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior
maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut sedangkan makin tebal
kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh.3,12

g. Talaksana
Penatalaksanaan atau pengobatan untuk penderita katarak dapat dilakukan dengan:
1. Pembedahan
Pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh, pada penentuan
waktu operasi katarak sangat di tentukan oleh dokter dan pasien. Berdasarkan
penentuan waktu tersebut terdapat dua macam indikasi pembedahan katarak, yaitu:
a. Indikasi sosial
Pembedahan katarak dilakukan jika kekeruhan lensa telah mengganggu pekerjaan
sehari-hari atau mengakibatkan kebutaan pada penderitanya (tajam penglihatan
kedua mata kurang atau sama dengan 3/60 setelah di koreksi). Dahulu operasi
katarak dilakukan bila katarak sudah matang. Sekarang operasi katarak di lakukan
demi memberikan kemudahan bagi penderita katarak. Sehingga mereka dapat

12
melakukan pekerjaan sehari-hari dengan mudah tanpa terganggu dengan
penglihatan.18,19
b. Indikasi Medik
Sebaiknya katarak dioperasi secepatnya bila katarak telah matur atau matang, karena
bila terlambat akan mengakibatkan penyulit atau komplikasi akibat lensa yang
terlalu matang. Penyulit yang akan timbul berupa peradangan bola mata dan
terjadinya gangguan keseimbangan pengaliran cairan dalam bola mata yang akan
menaikan tekanan bola mata (glaukoma sekunder). Katarak akan memberikan
keluhan mata merah tanpa kotoran dengan rasa sakit pada mata tersebut dan dapat
berakhir dengan kebutaan permanen. Sebaiknya operasi dilakukan pada satu mata
saat mata yang lain masih dapat dipergunakan.18,19

Ada beberapa teknik pembedahan yaitu:


1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
Operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul secara keseluruhan.
Kontraindikasi metode ini: anak-anak, ruptur kapsul karena trauma (KI absolut);
miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, vitreus masuk ke KOA.
Keuntungan metode ini tidak diperlukan operasi tambahan untuk memasang lensa
pengganti, peralatan sederhana, penurunan penglihatan dengan kacamata ditambah
+10 dioptri. Kerugiannya: penyembuhan luka lama, pemulihan penglihatan lama,
mencetuskan astigmatisme, dapat menimbulkan iris dan vitreus inkarserata.19,20
2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks melalui kapsula anterior dan
meninggalkan kantong kapsul untuk tempat lensa tanam (Intraokular Lens atau
IOL). Kontraindikasi: kekuatan zonula lemah atau tidak cukup kuat untuk
membuang nukleus dan korteks lensa. Keuntungan: irisan lebih kecil daripada ICCE,
trauma pada endotel kornea lebih kecil, menimbulkan astigmatisme lebih jarang,
luka lebih stabil dan aman.19,20

Pada teknik pembedahan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) terdapat tiga


teknik yaitu:

13
a. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
Insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior (biasanya 10-12 mm), bagian
anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa
dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan
kapsul posterior. Insisi harus dijahit. Metode ini diindikasikan pada pasien dengan
katarak yang sangat keras atau pada keadaan dimana ada masalah dengan
fakoemulsifikasi. Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang
dapat menyebabkan katarak sekunder.18,19
b. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun
tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi
terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada
stadium katarak imatur, matur, dan hipermatur. Teknik ini juga telah dilakukan
pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi
trabekulektomi.18,19
c. Phacoemulsification (Phaco)
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (2-5 mm) dengan
menggunakan getaran ultrasonik. Biasanya tidak dibutuhkan penjahitan. Teknik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan
insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel yang dapat
dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu.18,19

14
BAB III

PENUTUP

Katarak menjadi salah satu penyebab tersering kebutaan, terutama di negara-negara


berkembang. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak dapat
disebabkan oleh bermacam-macam faktor seperti kelainan bawaan sejak lahir, trauma, efek
samping obat, dan radiasi sinar matahari. Umumnya penyebab terbesar adalah proses ketuaan
atau faktor usia. Gejala klinis yang terjadi pada penderita katarak antara lain sering berganti
kacamata, penglihatan menurun (kelainan refraksi), hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri, silau
terutama bila mengendarai kendaraan malam hari, melihat ganda dengan satu atau dua mata.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar celah (slitlamp),
Snellen chart, funduskopi pada kedua mata dengan pupil dilebarkan, dan tonometry. Terdapat
berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi katarak, terutama tindakan operatif
dengan cara ekstraksi lensa seperti Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) dan Extracapsular
Cataract Extraction (ECCE).

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment. BR J Ophthalmol. 2011


2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2012
3. Ilyas S. Ikhtisar ilmu penyakit mata. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009
4. Schlote T, Rohrbach J. Pocket atlas of ophthalmology. Germany: Thieme Stuttgart; 2006
5. Ilyas HS, Sri RY. Ilmu penyakit mata. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013
6. Priyanti DR. Kadar malondialdehyde serum pasien katarak senilis matur lebih tinggi daripada
katarak senilis imatur [Tesis]. Universitas Udayana Denpasar; 2013
7. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2012
8. Scanlon VC, Sanders T. Buku ajar anatomi dan fisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2006
9. Wong TY. The ophthalmology examinations review. Singapore: world Scientific Pub; 2001
10. Suresh N, Sanjay P. Risk factors for cataract. Indian Journal of Ophthalmology; 1998.
11. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lecture notes oftalmologi: Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2005
12. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Basic and clinical science course lens and cataract:
Section 11. San Fransisco: America Academy of Ophthalmology; 2003
13. Cataract risk factor. University of Maryland medical center; 2013: 1/(1). Available from:
http://www.umm.edu/
14. Bruce J, Chris C, Anthony B. Lecture notes oftalmologi: Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2005
15. Dwi A, Saerang J, Rares M. Profil glaukoma sekunder akibat katarak senilis pre operasi di
Rumah Sakit Umum Pendidikan Prof. Dr. R. D. Kandau Manado periode Januari 2011
desember 2011. Jurnal e-biomedik; 2012: 1(1).
16. Yulia P. Prevalensi akibat katarak di kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam
[Tesis]. Medan: fakultas kedokteran universitas sumatera utara; 2010
17. Khaw, Shah and Elkington. ABC of eyes. 4th edition. London : BMJ Publishing; 2004.
18. Huang J, Gaudio A. Paul. Ocular inflammatory disease and uveitis manual diagnosis and
treatment. Philadelphia: Wolter Kluwer Busines; 2010
19. Purnama M. Insiden cystoid mucular edema pasca bedah katarak teknik fakoemulsifikasi
lebih rendah secara klinis daripada teknik manual small incision cataract surgery [Tesis].
Universitas Udayana; 2014
20. Arimbi A. Faktor faktor yang berhubungan dengan katarak degeneratik di Rumah Sakit
Umum Daerah Budhi Asih Tahun 2011. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012

16

Anda mungkin juga menyukai