TUMOR MAXILLOFACIAL
Disusun Oleh:
Chelsea Beauty Frabes
(2017-84-045)
Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan Referat II pada bagian ilmu Bedah dengan
Referat II ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon tahun 2017. Penulis menyadari bahwa
referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu
penulis harapkan, dan semoga referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas segala pihak yang telah membantu
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR. i
DAFTAR ISI.. ii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
DAFTAR PUSTAKA..................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Regio maksilofasial yang terdiri atas maksila, mandibular dan jaringan penghubung
lainnya dapat menjadi lokasi terjadinya neoplasma, baik yang bersifat jinak maupun ganas.
Bengkak dan massa pada regio maksilofasial sangat unik disebabkan oleh kelainan kosmetik
yang nyata serta gangguan fungsional anatomi yang berhubungan dengan traktus digestivus yaitu
mulut. Angka kejadian kanker rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari
seluruh kanker. Sedangkan Amerka dan Eropa 3-5% dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut
paling sering mengenai lidah (40%), dasar mulut (15%) dan bibir (13%). Lebih banyak pada
laki-laki daripada perempuan dan sebagian besar timbul pada usia >40 tahun (70%).1,2
Gangguan yang dialami dapat asimptomatis namun dapat pula mengganggu kenyamanan
kaena secara kosmetik akan sangat nampak perubahan di wajah. Gangguan bernapas, bicara dan
menelan juga dapat terganggu karena tumor yang dapat menginvasi rongga hidung serta lidah.
Tindakan bedah dapat dilakukan sesuai dengan derajat keparahan serta ukuran dan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR MAXILLOFACIAL
A. Tumor epitelial
1. Inverted papilloma
Ditandai oleh peningkatan dinding nasal lateral pada region resesus etmoid, terkadang
merupakan perluasan sekunder dari sinus, terutama sinus maksilaris. Gejala yang paling
sering timbul yaitu hidung tersumbat. Selain itu, keluar cairan dari hidung, epistaksis,
anosmia, sakit kepala (terutama frontal), epifora, proptosis dan diplopia. Jarang terdapat
nyeri, namun bila dikeluhkan dapat dicurigai adanya infeksi sekunder atau perubahan ke arah
maligna.3
Gambar 1. Inverted papilloma pada cavum nasal kanan dan sinus maksilaris3
Secara histopatologis, inverted papilloma terbentuk oleh epitel yang ditutupi membran
basement hiperplastik yang tumbuh ke dalam stroma. Epitel yang terbentuk berlapis-lapis,
biasanya dengan ketebalan 5-30 lapis sel dan membentuk sel squamos atau kolumnar bersilia
2
(epitel respiratorik) yang bercampur dengan mukosit. Epitel sel squamous atau epitel
transisional predominan dan dilapisi oleh satu lapis sel kolumnar bersilia.
Operasi eksisi lengkap merupakan pilihan terapinya. Eksisi lesi yang tidak adekuat
Karsinoma sel squamous pada rahang merupakan malignansi yang sering terjadi.
Karsinoma sel squamous pada sinus paranasal berhubungan dengan penggunaan tobako.
Menyerang laki-laki 2-5 kali lebih sering dan pada usia 60-65 tahun. Tanda dan gejalanya
tergantung pada stadium penyakit dan pertumbuhan tumor. Keluhan dapat dibagi kedalam 5
kategori yaitu; nasal, oral, ocular, fasial dan neurologis. Keluhan nasal meliputi sesak pada
hidung, rinore onstruksi dan epistaksis. Temuan oral yaitu nyeri yang menjalar pada gigi
premolar dan molar atas, gigi kendur, palatum bengkak atau ulser, sulkus gingivobukal atau
fistula. Tanda okular yang sering terjadi yaitu bengkak pada kelopak, banyak mengeluarkan
air mata, gangguan penglihatan dan proptosis. Gejala fasial meliputi dinding anterior sinus
yang ditandai dengan pipi yang bengkak dan asimetris. Tanda neurologis sering terjadi
karena infiltrasi tumor ke cabang nervus kranial V dengan mati rasa atau paralisis bibir dan
pipi. 3
Sekitar 10-15% pasien datang dengan nodus limfe regional positif, biasanya di bagian
squamous berdiferensiasi baik dan sedang. Tumor dengan diferensiasi buruk sangat jarang.
Karsinoma sel skuamous pada rahang dan camum oral biasanya ditangani dengan blok
reseksi tepi bebas 1-2 cm. beberapa kasus ditangani dengan radioterapi atau operasi radikal
3
kombinasi dan radioterapi. Walaupun dengan terapi radikal prognosisnya buruk dengan
survival rate 5 tahun sebanyak 40%dan akan berkurang bila depositnya bermetastasis ke
nodus limfe. Dengan atau tanpa keterlibatan nodus servikasl, kematian biasanya terjadi
karena destrukdi lokal dan ketidakmampuan untuk mengontrol penyakit primernya. Karena
tumor sinus yang cepat terjadi saat terdiagnosis, kombinasi pembedahan dan radiasi biasanya
3. Karsinoma mukoepidermoid
Merupakan karsinoma kelenjar parotis yang paling sering dan biasanya muncul sebagai
bengkak yang asimptomatis. Tumor intraoseus juga dapat terbentuk di rahang. Nyeri dan
fasial palsy juga dapat terjadi yang berhubungan dengan tumor stadium tinggi. CT scan dan
campuran sel yang memproduksi mukus dan sel squamous (epidermoid). Sel mukus bentuk
4
Tumor parotis stadium awal dapat dilakukan parotidektomi subtotal dengan pemeliharaan
saraf fasial. Tumor lanjut membutuhkan parotidektomi pengangkatan kelenjar parotis total.
mukoepidermoid kelenjar minor biasanya diatasi dengan pembedahan eksisi dengan tepi
bebas. Pada neoplasma, hanya tepian jaringan normal yang perlu diangkat, namun pada
tumor besar atau derajat tinggi memerlukan reseksi yang lebih luas, sama halnya dengan
Bila ditemukan adanya destruksi tulang, maka tulang tersebut harus dieksisi. Diseksi
radikal leher diindikasikan untuk pasien yang terbukti secara klinis terjadi metastase dan
harus dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan tumor besar atau derajat tinggi. Terapi
radiasi postoperasi juga diperlukan pada tumor yang agresif. Prognosis tergantung pada
stadium tumor. Pasien dengan tumor stadium rendah memiliki prognosis yang baik.
Rekurensi dan metastase regional jarang terjadi dan 90-98% pasien dapat sembuh.
1. Fibrosarkoma
Keluhan yang timbul biasanya berhubungan dengan massa di nasal, obstruksi atau
epistaksis, cairan keluar dari hidung, nyeri atau bengkak regio fasial atau perubahan sensoris
yang melibatkan saraf regional. Penelitian radiografi mencatat adanya massa nasal atau sinus
paranasal yang berhubungan dengan erosi tulang. Terlihat juga pada rahang. Secara
pleomorfik, gambaran mitosis bahakan pada bentuk yang berdiferensiasi baik. Penanganan
optimal untuk fibromatosis agresif adalah bedah reseksi meluas. Sayangnya, hal ini bukan
5
pilihan untuk region kepala dan leher. Pada area kepala dan leher, rekurensi sebanyak 60-
70% tidak termasuk lesi oral dan paraoral dengan rekurensi sebanyak 25%.3
2. Angiosarkoma
Gejala yang dikeluhkan adalah bengkak, nyeri, epistaksis, tonsil deviasi dan bengkak,
obstruksi nasal dan sinusitis. Secara histopatologis, terdapat infiltrasi sekitar aringan dan
Pasien biasanya ditangani dengan reseksi bedah radiasi dengan atau tanpa kemoterapi.
Rekurensi sering terjadi (50%), disebabkan oleh eksisi tidak lengkap atau kemungkinan
multifokal. Metastasis jarang, lokasi predileksi yaitu paru-paru, limpa dan sum-sum tulang.
3. Rabdomiosarkoma
Biasanya muncul pada dekade pertama kehidupan namun dapat muncul pada remaja dan
dewasa muda. Jarang terjadi pada usia >45 tahun dan 60% terjadi pada laki-laki.
pleomorfik sangat jarang terjadi dan prevalensi tertinggi pada usia >40 tahun. Tumornya
6
tidak nyeri, massa infiltratif yang berkembang cepat. Di regio kepala dan leher, wajah dan
orbita merupakan lokasi yang tersering kemudian cavum nasal. Palatum merupakan lokasi
intraoral tersering.3
Penanganan termasuk bedah eksisi lokal diikuti kemoterapi multiagen. Terapi radiasi
postoperatif juga digunakan, kecuali tumor terlokalisasi yang telah direseksi lengkap pada
bedah inisial.
4. Leiomiosarkoma
Merupakan tumor maligna pada otot polos. Pasien datang dengan keluhan bengkak dan
nyeri. Durasi gajala biasanya lama. Tidak terdapat limfadenopati. Foto polos menunjukan
opak pada cavum nasal atau sinus, terkadang menunjukan sinusitis. Hanya sebagian kecil
leiomiosarkoma sinonasal yang dilaporkan. Dapat timbul pada semua usia, dengan puncak
tulang atau tulang rawan lebih sering dibandingkan invasi permukaan atau kelenjar
7
seromusin. Tumornya hiperselular namun nekrosis tumor koagulatif dan hemoragik dapat
Kebanyakan kasus terjadi rekurensi lokal dalam setahun dan 1/3 dari pasien tersebut
mengalami metastasis (biasanya di hati dan paru). Bedah eksisi lengkap, radiasi dan
kemoterapi digunakan untuk keberhasilan. Prognosis buruk bila melibatkan lebih dari 1
lokasi, besar tumor >5 cm, jumlah mitosis meningkat (>20/10 lapangan) dan stadium tumor.
5. Liposarkoma
Biasanya terjadi pada orang dewasa dengan prevalensi puncak antara sia 40-60 tahun.
Tumor dengan permukaan licin, tumbuh lambat, massa terlihat normal dengan warna
kekuningan. Nyeri tekan tidak biasa terjadi, saat terjadi biasanya sudah lama. Leher
merupakan lokasi tersering pada region kepala dan leher. Lokasi oral yang papling sering
baik, liposarkona sel bulat / mixoid, dan liposarkoma pleomorfik. Eksisi radikal merupakan
8
C. Tumor rahang
Disebut juga kista dentogen karena berasal dari folikel gigi. Kista ini dapat timbul pada
usia anak maupun dewasa di daerah insisivus sampai premolar. Pada kista unilokuler ini,
mahkota gigi tempat asal kelainan yang belum mengalami erupsi (gigi primordial)
menghadap ke kista. Terjadi penumpukan cairan antara ameloblast dan gigi yang tidak
erupsi, dengan akibat tulang atau perubahan posisi gigi. Kista folikular jarang
unilokuler yang radiolusen dengan mahkota gigi menghadap ke arah kista. Penanganannya
Merupakan kista odontogen yang paling sering dijumpai pada usia 20-39 tahun,
mengenai insisivus maksila dan molar mandibular. Kista ini berasal dari gigi karies lalu
diikuti inflamasi dan nekrosis pulpa gigi. Akibat rangsangan kronik, terbentuk granuloma di
tulang rahang sekitar akar gigi yang kemudian mengalami nekrosis di bagian sentralnya
sehingga membentuk kista infeksi unilokuler. Kista ini dilapisi derivate sisa epitel dari
pertumbuhan gigi. Pada pemeriksaan foto rontgen nampak kista yang rodiolusen dengan
batas radio-opak.kista ini selalu mengarah ke akar gigi. Terapinya ialah ekskokleasi kista dan
Kista ini berupa benjolan yang tidak nyeri pada mandibular atau maksila, biasanya di
daerah kaninus-premolar. Pada pemeriksaan foto rontgen tampak kista unilokuler radiolusen
9
dengan bercak-bercak radio-opak. Terapinya ialah eksisi kista dengan mempertahankan
struktur gigi.
Bisa hanya mengenai satu tulang mandibular atau maksila saja (monostotik), juga dapat
mengenai beberapa tulang (poliostotik). Dapat bersifat kongenital atau herediter, dimulai saat
anak-anak. Gejalanya berupa pembengkakan maksila dan mandibular. Pada pemeriksaan foto
rontgen tampak massa bebatas tidak jelas dan radio-opak. Kelianan ini tidak perlu diterapi
sampai pasien dewasa karena ada usia dewasa pertumbuhannya akan berhenti. Terapi
1.5. Ameloblastoma
Merupakan tumor yang berasal dari sel ameloblast, yaitu sel yang tidak berdiferensiasi
dan membentuk email. Tumor ini tumbuh sangat lambat, sering di daerah premolar atau
molar rahang bawah kemudian rahang atas. Dapat tumbuh sampai ukuran sangar besar tapi
tidak bermetastasis. Dinding kista tipis sehingga memberikan fenomena bola pimpong sat
palpasi. Dengan foto rontgen nampak gambaran radiolusen multikistik. Tumor ini perlu
2.1. Osteosarcoma
Paling sering mengenai simfisis madibulla. Berupa benjolan yang cepat membesar
disertai nyeri, rasa tebal pada dagu dan bibir karena terlibat N. alveolaris inferior, gangguan
membuka mulut dan tanggalnya beberapa gigi. Bila berlanjut dapat terjadi ulserasi kulit atau
mukosa mulut. Dapat terjadi obstruksi nasal bila melibatkan tumor maksila. Dengan foto
rontgen terlihat gambaran pancaran sinar matahari (sun ray appearance) aau bayangan
10
radiokusen dan radio-opak yang menyebar. Terapinya berupa kombinasi kemoterapi,
Disebut juga limfoma Burkitt, merupakan limfoma maligna yang biasanya ditemukan
pada anak-anak 4-8 tahun. Didapatkan pembengkakan multipel di daerah rahang atas dan
bawah, namun lebih sering di maksila. Pertumbuhan massa tumor dapat menyebabkan
bengkak pada wajah. Tumor dapat ditemukan di orbita, menimbulkan eksoftalmus dan
proptosis. Gambaran patologisnya berupa sel histiosit yang besar dan terang, tersebar di
seluruh jaringan linfoid yang uniform dan gelap sehingga gambaran histologisnya sepeti
Gambar 6. Tampak stary sky pada limfoma Burkitt, sel-sel histiosit dengan sitoplasma banyak3
Merupakan metastasis hematogen yang berasal dari tumor yang lazim bermetastasis ke
tulang. Lokasi metastasis sering mengenai daerah molar madibula. Pada orang dewasa,
metastasis dapat berasal dari kanker tiroid, payudara, prostat, kolon, ginjal, testis dan
11
limfoma. Sedangkan pada anak berasal dari neuroblastoma adrenal, rabdomiosarkoma
1.1. Leukoplakia
alkohol atau protesis yang tidak cocok. Terlihat seperti bercak putih yang sedikit menebal
dan biasanya tidak menimbulkan keluhan. Sering ditemukan di gusi, mukosa bukal dan lidah.
Lebih sering terjadi pada laki-laki dewasa. Lesi tidak nyeri namun dapat berubah menjadi
keganasan. Jika suatu lesi dicurigai sebagai leukoplakia perlu dilakukan kerok untuk
pemeriksaan sitologis. 5
1.2. Eritroplakia
ditemukan pada laki-laki usia tua, seringkali berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Eritroplakia umumnya terletak di dasar mulut, lidah dan palatum molle. Secara mikroskopik,
eritroplakia dapat berupa dysplasia berat, karsinoma in situ atau karsinoma sel skuamosa
1.3. Epulis
Merupakan tumor jinak gusi yang berasal dari periosit di sekitar gigi. Dapat terjadi pada
segala umur dan tumbuhnya lambat. Pada orang dewasa, epulis lebih sering terjadi pada
12
wanita, berupa benjolan gingiva yang muncul diantara 2 gigi, tumbuh cepat, biasanya
berukuran 2-4 cm atau lebih, berwarna kemerahan, bertangkai, dapat mengalami ulserasi atau
perdarahan. Terapinya yaitu eksisi dan kuretase tulang tempat melekatnya epulis. Dianjurkan
Ditemukan di rongga mulut, disebabkan oleh tersumbatnya saluran kelenjar liur yang
tersebar di seluruh mukosa mulut, terutama di palatum. Adanya gelembung yang tidak nyeri,
berdinding tipi yang berisi cairan. Dapat diatasi dengan pungsi untuk mengeluarkan
cairannya.5
1.5. Ranula
Merupakan benjolan berisi tumpukan cairan musin yang bersal dari robekan saluran
kelenjar liur sublingual akibat trauma lokal. Benjolan di dasar mulut, berbatas jelas, kistik,
tidak nyeri dan dapat membesar. Bila terletak superfisial, ranula dapat berwarna kebiruan.
Benjolan nampak di daerah submental, bisa dsertai dengan benjolan di dasar mulut.
Eksisi tidak dianjurkan untuk keadaan ini karena dapat terjadi kerusakan iatrogenik pada
struktur di sekitarnya seperti N. hipoglosus dan AVN lingualis. Penanganan cukup dengan
1.6. Papilloma
Terdapat 3 jenis papilloma kavum nasi yaitu inverted papilloma, fungiformis dan
silindris. Fungiformis meliputi 50% kasus dan timbul pada septum nasi, mengakibatkan
obstruksi dan perdarahan. Papilloma silindris meliputi 3 % kasus, timbul pada dinding lateral
kavum nasi. Bentuk inverted papilloma meliputi 47% kasus dan memiliki potensi keganasan.
Timbul pada dinding lateral kavum nasi daerahn matus medius. Cenderung kambuh, bersifat
13
destruktif lokal. Papilloma inverted hampir selali unilateral, sering pada laki-laki usia tua,
10% berubah menjadi ganas. Terapi bakunya yaitu maksilektomi medial dengan pendekatan
rinotomi lateral.5
Tembakau: 80% penderita kanker rongga mulut adalah perokok. Risiko perokok 5-9 kali
Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar dan efeknya sinergis
dengan merokok.
Infeksi virus dalam rongga mulut;Human Papilloma Virus, khusunya HPV 16 dan 18
Sirosis hepatis
Prosedur diagnostik
Plak putih atau plak kemerahan pada ginggiva, lidah, tonsil atau mukosa rongga mulut
14
Benjolan di mandibula atau terkadang di leher
b. Pemeriksaan fisik. Dilakukan untuk menilai status generalis, regional dan lokal.5
Inspeksi dilakukan dengan penerangan cukup. Inspeksi rongga mulut mulai dari bibir
Palpasi rongga mulut dilakukan dengan 1 atau 2 jari dimasukan ke dalam rongga mulut.
Untuk pemeriksaan lidah dan orofaring, maka ujung lidah ditarik keluar dengan bantuan
Status regional dilakukan dengan inspeksi dan palpasi ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening leher ipsilateral dan kontralateral. Tentukan juga lokasi, ukuran terbesar dan
jumlah kelenjar getah bening yang membesar. Pemeriksaan ini penting karena risiko
metastasis tinggi ke kelenjar getah bening. Penyebaran tergantung dari diferensiasi tumor,
Kanker lidah pada 2/3 anterior memiliki kareakteristik yang berbeda dengan 1/3
posterior atau dasar lidah yang biasanya berdiferensiasi buruk, sudah ada metastasis ke
kelenjar getah bening saat ditemukan dengan stadium lanjut. Tanda awal kanker lidah 2/3
anterior adalah ulkus yang tdak nyeri dan tidak sembuh-sembuh, kemudian membesar dan
menekan jaringan sekitar. Akibatnya timbul gejala nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri
mandibular. Kanker kecil terkadang timbul tanpa gejala. Otot-otot intrinsik dan ektrinsik
mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses menelan bolus makanan dan bicara
15
terganggu. Lokasi tumor paling sering di daerah perbatasan antara bagian tengah dengan 1/3
posterior lidah. 5
Paling sering karsinoma sel skuamosa yang terdiri atas 3 tipe yaitu eksofitik, endofitik
dan verrukous. Nampak sebagai ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan hyperkeratosis yang
merupakan tanda malignansi. Lesi yang menetap selama 2 minggu harus dibiopsi.
Limfadenopati pertama muncul pada kelenjar getah bening submental dan submandibular
kemudian ke jugular. Tumor pada bibir atas dapat bermetastasis ke kelenjar getah bening
preaurikular. Sebagian besar kanker terlokalisir dan tumbuh perlahan. Ekstensi langsung ke
tulang atau invasi perineural merupakan bentuk agresif dari kanker ini.
Lesi umumnya merupakan karsinoma sel skuamous dengan diferensiasi ringan sampai
sedang. Terkadang muncul dari kelenjar liur berupa adenokarsinoma., adenoid kistik
Leukoplakia (plak putih) akan menjadi karsinoma bila tidak diterapi dengan tepat.
Eritroplakia (plak kemerahan) sering merupakan kanker invasif. Lesi maligna umumnya
berupa ulkus kronis yang tidak sembuh-sembuh, lesi dini tidak terasa nyeri. Adanya nyeri
mengindikasikan terdpat infiltrasi ke perineural, tulang dan struktur dalam (deep invasion).
Terkadang muncul lesi endofitik terutama bila kanker berasal dari kelenjar liur. Umumnya
Tampilan klinis karsinoma sel skuamous palatum adalah lesi ulkus yang asimptomatis
pada stadium awal dan sangat nyeri di stadium lanjut.gambaran lain yaitu massa di palatum,
16
berdarah, foul odor (bau mulut), gigi tanggal dan ill fitting dentures. Melanoma maligna di
palatum umumnya licin, lesi hitam atau kecoklatan. Sarcoma karposi adalah lesi kebiruan
Sering terlhat sebagai perubahan mukosa yang disertai leukoplakia. Tumor yang lebih
ekstensif akan mengakibatkan gigi goyang, berdarah atau nyeri, kemudian menginvasi tulang
disekitarnya. Perluasan tumor dapat melibatkan dasar mulut, mukosa bukal, palatum dan
sinus maksilaris. Kanker pada trigonum retromolar dapat menyebabkan trismus karena
Pada stadium dini temuan asimptomatis atau dapat teraba oleh lidah. Ulserasi dapat
kelenjar parotis. Nyeri disebarkn ke telinga diikuti N.lingualis dan dentalis. Ekstensi tumor
c. Pemeriksaan penunjang
Radiologis.
Foto mandibular dilakukan pada tumor gingiva, mandibula atau tumor yang melekat di
mandibula. CT sca atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor dan luas ekstensi
Biopsi
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) dapat mengingkatkan diagnosis tumor. Dapat
dilakukan pada tumor primer atau pada metastasis ke kelenjar getah bening leher. Biopsi
insisi dilakukan bila tumor besar (>1 cm). Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil
17
(<1 cm), eksisi yang dilakukan ialah eksisi luas seperti operasi definitive yaitu 1 cm dari
d. Tatalaksana
Tujuan akhir dari tatalaksana kanker rongga mulut adalah tercapainya penyembuhan
(kuratif), preservasi dan restorasi fungsi serta kosmetik, sekuele minimal dan pencegahan
terjadinya kanker primer sekunder. Modalitas terapi untuk kanker rongga mulur yaitu:5
Pembedahan
Berupa eksisi luas kanker dengan margin yang adekuat yang melibatkan 1-1,5 cm jaringan
sehat disekitarnya.defek operasidapat sembuh sekunder, ditutup dengan skin graft atau
rekonstruksi dengan flap. Diseksi leher radikal dilakukan bila secara klinis terdapat
pembesaran kelenjar getah bening. Diseksi leher elektif dilakukan untuk tumor ukuran besar,
tumor dengan invasi dalam >4 mm dan faktor prognosis buruk lainnya. Terdapat 5 teknik
1. Peroral
Dilakukan hanya dengan membuka mulut selebar mungkin dan dipertahankan dengan
mouth gage atau mouth speder (alat pembka mulut). Tindakan ini dilakukan pada lesi kecil
pada 2/3 lidah anterior, dasar mulut, gusi, mukosa pipi, palatum molle dan durum.
2. Mandibulotomi
Tindakan ini dilakukan pada kasus keganasan yang tidak mungkin dilakukan dengan
hanya membuka mulut. Lapangan operasi menjadi lebih luas sehingga pengangkatan lebih
mudah, misalnya pada tumor yang terletak pada lidah posterior dan trigonum retromolar.
18
3. Upper dan lower cheek flap
Dilakukan pada pengangkatan tumor rongga mulut disertai mendibulektomi marginal yang
Dilakukan pada tumor yang berlokasi di anterior rongga mulut terutama tumor dasar
mulut. Keuntunganya yaitu pemotongan bibir bawah dan dagu midline dapat dihindari.
Kerugiannya yaitu tidak adekuat untuk eksisi tumor yang perluasanya mencapai 1/3 tengah
lidah atau trigonum retromolar. Teknik ini juga menyebabkan anastesia karena memotong N.
mentalis.
5. Mandibulektomi marginal
Tindakan ini diindikasikan pada tumor primer yang dekat dengan mandibula dan bila
Radioterapi
Diberikan dalam bentuk radiasi eksterna atau brachiterapi. Diindikasikan pada lesi kecil di
anterior komisura bibir, anterior lidah dan dasar mulut. Radioterapi jarang digunakan sebagai
terapi primer dan umumnya diverikan sebagai terapi adjuvant pada pasien dengan risiko
5
tinggi rekurensi.
19
Tabel 1. Klasifikasi TNM karsinoma rongga mulut2
20
Bagan tatalaksana karsinoma rongga mulut (PERABOI, 2003)2
21
BAB III
KESIMPULAN
Tumor pada regio maksilofasial melibatkan struktur maksila, mandibula, hidung, rongga
mulut dan jaringan lain yang berhubungan. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak maupun
ganas (kanker). Penilaian status generalis, regional dan lokalis dibutuhkan untuk menilai
klasifikasi tumor. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dapat mengarahkan pemikiran
diagnosa yang lebih tepat. Pemeriksaan penunjang seperti radiologi dan biopsy sangat membantu
dalam penegakan diagnose. Tatalakana berupa pembedahan eksisi maupun insisi tergantung ada
ukuran tumor.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Bassey GO, et al. Maxillofacial tumor and tumor-like lesion in a Nigerian Teaching hospital.
3. Azizi T. Diagnosis and management of common oral and maxillofacial lesions. A textbook of
23