A. PENGERTIAN
a. Jenis
a. Faktor Predisposisi
1. Genetic
Setelah diketahui secara genetik bahwa halusinasi di turunkan melalui
kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
halusinasi ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8, 15,
dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami halusinasi sebesar 50% jika salah satunya mengalami halusinasi
sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah satunya orang
tua yang mengalami halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi
maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001).
2. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan halusinasi. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya halusinasi.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien
dengan halusinasi kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi
korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
3. Neuraotransmiter
Halusinasi juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter
dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine
4. Abnormal perkembangan saraf
5. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
6. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor Prespitasi
C. MANIFESTASI KLINIK
b. Data Objektif
1) Menyeriangai, tersenyum sendiri/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara/tanpa suara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi
menyebabkan rasa antipasti/ bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Data Subjektif
Gejala klinis:
a. Data Subjektif
1) Pengalaman sensori menjadi ancaman
2) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika
tidak diintervensi)
3) Psikotik
b. Data Objektif
1) Perilaku panik
2) Pasien mengikuti halusinasi
3) Tidak mampu mengendalikan diri
4) Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan
5) Tidak mampu mengikuti perintah nyata dan perintah yang kompleks
6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
7) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
D. PSIKOPATOLOGI
E. PENATALAKSANAAN
a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a)Indikasi :
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.
b)Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya
system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg
pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a)Indikasi :
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi:
dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk
pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri)
dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat
obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi
(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
G. FOKUS INTERVENSI
a. Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
b. Tujuan khusus
1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
INTERVENSI RASIO
Bina hubungan saling percaya dengan : Hubungan saling percaya
1. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non merupakan dasar untuk
verbal. memperlancar hubungan
2. Perkenalkan diri dengan sopan. interaksi selanjutnya.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
INTERVENSI RASIO
1. Adakan kontak sering dan singkat secara Kontak sering dan singkat selain
bertahap. upaya membina hubungan saling
percaya juga dapat memutuskan
halusinasinya
2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan Mengenal perilaku pada saat
halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa halusinasi timbul memudahkan
stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan perawat dalam melakukan
seolah-olah ada teman bicara. intervensi
2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada Menilai kemampuan klien dalam
perawat dan merasakan manfaatnya. pengobatannya sendiri.
3. Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter Dengan mengetahui efek samping
tentang mafaat dan efek samping obat yang klien akan tahu apa yang harus
dirasakan. dilakukan setelah minum obat.
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat Program pengobatan dapat berjalan
tanpa konsultasi dengan dokter. dengan lancar.
2. TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. I
Umur : 30 th
Jenis Klamin : laki-laki
Alamat : bantul, yogyakarta
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Tgl Masuk : 01 juni 2016
Dx. Medis : F 20.0 (Skizofrenia paranoid)
C. Alasan Masuk
Pasien sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri
D. Faktor Perdisposisi
klien sakit kurang lebih 2 th yang lalu. klien sebelumnya belum
pernah mengalami gangguan jiwa klien tidak mengalami trauma
aniaya fisik,seksual,kekerasan dalam keluarga serta tindakan
kriminal. Dalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa. Klien juga tidak mengalami pengalaman yang
buruk
E. Penkajian fisik
Keadaan umum : baik
TD : 120/80 mmHg
RR : 18 x/menit
TB : 172 cm
N : 88 x/menit
S : 36c
BB : 56 kg
F. Penkajian fisikososial
Genogram
Keterangan:
: laki-laki : laki-laki
meninggal
: perempuan : pasien
G. Pola asuh
klien mengatakan tinggal bersama kedua orang tuanya
Sejak kecil Tn.I di asuh oleh kedua orang tuanya, bersama dengan
kedua kakak laki-lakinya, Tn.I sangat rajin membantu kedua orang
tuanya di rumah
H. Konsep diri
a. Gambaran diri
klien mengatakan bersyukur dengan apa yang ada pada
tubuhnya. Pasien mengatakan walaupun saya kurus tapi saya
tinggi
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki berumur 30
th belum menikah dan belum mempunyai keluarga sendiri
c. Peran diri
Klien mengatakan adalah seorang anak yang belum
mempunyai pekerjaan dan belum berkeluarga
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali berkumpul
dengan keluarganya di rumah terutama ibunya. Pasien ingin
bekerja.pasien juga ingin memulai hidup dalam keluarga atau
hidup berkeluarga
e. Harga diri
Klien mengatakan walaupun harapan saya belum tercapai saya
tetap berusaha dan tetap optimis
f. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti :
b) Peran dalam kegiatan kelompok :
- Sebelum sakit, klien lebih senang berkumpul dan pergi
jalan-jalan.Hubungan dengan keluarga juga baik namun
2 bulan terakhir ini klien sering menyendiri dan banyak
diam tidak mau bicara .
- Saat di rumah sakit, pasien tampak aktif di lingkungan
rumah sakit, pasien mau berbicara jika di tanya
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
- Sebelum sakit , pasien kurang bisa bergabung atau
berinteraksi dengan orang lain
- Saat di rumah sakit, pasien bisa bergabung dengan
orang lain dengan baik
g. Spiritual
a) Nilai kepercayaan :
Pasien mengatakan sakit ini adalah cobaan dari ALLAH
SWT dan pasien percaya akan kesembuhanya
b) Kegiatan ibadah :
Pasien mengatakan ibadah 5 waktu
h. Status mental
1. Penampilan umum
Klien berpenampilan tidak rapi dalam berpakaian, kukunya
panjang,gigi kuning dan bau mulut. klien juga tidak
memakai alas kaki /sandal
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada rendah dan klien juga terlihat
komat-kamit sendiri.
3. Aktivitas motorik
Gerakan tubuh klien lambat dan lesu namun klien mau
mengikuti kegiatan dirumah sakit seperti
menyapu,mengepel dan mencuci piring
4. Alam perasan
Klien tampak khawatir jika mendengar bisikan-bisakan itu
datang .
5. Afek
Klien saat diajak bercanda ekspresi pasien biasa-biasa saja.
(tidak berespon)
6. Intraksi selama wawancara
Klien tampak kooperatif namun kontak mata kurang ,
terlihat seperti menatap tajam dan melihat sesuatu dan
sering menengok kanan kiri saat di ajak bicara , klien mau
menceritakan masalah yang di hadapi.
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak
jelas, frekuensinya 1xsehari pada malam saat menjelang
tidur
8. Proses pikir
Tangensial: pasien saat ditanya menjawab dengan berbelit
belit dan tidak sampai dengan pertanyaan perawat
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki gangguan isi pikir
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran tn I composmentis , orientasi waktu , tempat dan
orang masih baik. Dan klien juga mengatakan bahwa
dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya berada di rumah
sakit jiwa.
11. Memori
Klien mudah mengingat apa yang baru di kenal, klien juga
masih mengingat dengan apa yang dia lakukan sebelum ia
masuk ke rumah sakit jiwa.
12. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berhitung dan mengerti barang-barang yang
ada di sekitarnya tingkat konsentrasi klien tinggi mudah
menangkap dan paham tentang sesuatu pengatahuan yang
di berikan oleh perawat.
13. Daya titik diri
Ketika klien di tanya klien mampu menjawab dan saat
dihadapkan pada suatu masalah klien mampu
menyelesaikan masalah tanpa meminta pendapat orang lain.
L. Aspek medis
1. Diagnosa medis : f 20.0 (skizofrenia paranoid)
2. Terapi medis
ChlorpromaZine 2x100 mg / (pagi-sore) secara oral
Haloperidol 2x5 mg / (pagi-sore) secara oral
Risperidone 2x2 mg / (pagi-sore) secara oral
Thryhixipenidile 2x2 mg / (pagi-sore) secara oral
B. ANALISA DATA
D. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
Tgl/jam Diagnosis Rasional
Tum/Tuk & kriteria hasil Tindakan
Gangguan Tum: 1. Identifikasi 1. Menentukan
persepsi Setelah di lakukan njenis halusinasi jenis halusinasi
sensori tindakan selama 6x pasien yang di alami
halusinasi intraksi di harapkan klien 2. Identifikasi atau di rasakan
pendengar dapat mengontrol waktu halusinasi pasien.
an. halusinasi yang di pasien. 2. Menentukan
alaminya dengan kriteria 3. Identifikasi apa isi /seperti
hasil Sp I: frekuensi apa halusinasi
1. Mengidentifikasi halusinasi yang di
jenis halusinasi pasien. rasakan pasien.
pasien. 4. Identifikasi isi 3. Menentukan
2. Mengidentifikasi halusinasi kapan
waktu halusinasi pasien. halusinasi
pasien. 5. Identifikasi tersebut
3. Mengidentifikasi situasi yang muncul.
frekuensi halusinasi menimbulkan 4. Menentukan
pasien. halusinasi. berapa sering
4. Mengidentifikasi isi 6. Identifikasi halusinasi
halusinasi pasien. respon terhadap muncul.
5. Mengidentifikasi halusinasi. 5. Menentukan
sesuatu yang 7. Latih pasien cara pada saat apa
menimbulkan kontrol halusinasi
halusinasi. halusinasi tersebut
6. Mengidentifikasi dengan muncul.
respon pasien menghardik. 6. Mengatahui
terhadap halusinasi. 8. Bimbing pasien reaksi atau
7. Melatih pasien cara melakukan respon pasien
kontrol halusinasi dalam jadwal saat
dengan menghardik. kegiatan harian mengalami
halusinasi.
7. Mencegah
terjadinya
halusinasi
ketika muncul.
8. Mengatahui
perkembangan
kegiatan
menghardik
untuk
mengatasi
halusinasi jika
muncul.
Sp II
1. Memvalidasi 1. Validasi maslah 1. Menentukan
masalah dan dan latihan apakah pasien
latihan sebelumnya. sudah mampu
sebelumnya. 2. Jelaskan cara mengendalikan
2. Memperjelaskan kontrol halusinasinya.
cara kontrol halusinasi 2. Pasien dapat
halusinasi dengan dengan teratur mengatahui
teratur minum minum obat. cara minum
obat, (prinsip 5 3. Bimbing pasien obat yang
benar minum memasukan benar.
obat) dalam jadwal
3. Membimbing harian.
pasien
memasukan
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP III
1. Memvalidasi masalh 1. Validasi masalah 1. Menentukanap
dari latihan dan latihanakah pasien
sebelumnya. sebelumnya . sudah
2. Melatih pasien cara 2. Latihan pasienmenetapkan
kontrol halusinasi. cara kontrol latihan
Dengan berbincang- halusinasi dengan sebelumnya.
bincang dengan berbincang- 2. Mengalihkan
orang lain. bincang halusinasi
3. Membimbing pasien Dengan orangdengan
dalam jadwal lain. kegiatan
kegiatan harian 3. Bimbing pasien berbincang-
memasukan bincang dengan
dalam jadwal orang lain.
kegiatan harian 3. Mengatahui
kegiatan yang
sudadi lakukan
Sp III 1. Validasi masalah 1. Menentukan
1. Mempalidasi dan latihan apakah pasien
masalah dan latihan sebelumnya. sudah mampu
sebelumnya. 2. Latih pasien cara mengendalikan
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasinya.
kontrol halusinasi halusinasi 2. Dapat
dengan kegiatan dengan kegiatan. mengalihkan
( yang biasa di 3. Bimbing pasien halusinasi
lakukan pasien). memasukan dengan
3. Membimbing dalam jadwal kegiatan.
pasien memasukan kegiatan 3. Mengatahui
dalam jadwal kegiatan yang
kegiatan harian. sudah di
lakukan
4. Mengidentifikasi
frekuensi - Saya bisa mendengar suara
halusinasi bisikan berkali-kali
5. Mengidentifikasi
situasi yang - Saya ajak bercakap-cakap
menimbulkan
halusinasi O : Pasien terlihat bisa melakukan
cara menghardik dengan baik.
6. Mengidentifikasi
respon pasien A : Masalah sudah teratasi
terhadap - Pasien mampu menghardik
halusinasi dengan benar
7. Mengajarkan cara
mengontrol P : Lanjutkan SP II : mengontrol
halusinasi yang halusinasi dengan mengajarkan
pertama minum obat .
MENGHARDIK
8. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan.
3. PEMBAHASAN
Yang dialami oleh Tn.I yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengar
dikarenakan gangguan persepsi halusinasi adalah core problem. Hal ini
disebapkan karena kelompok memprioritaskan berdasarkan sifat yang
mengancam jiwa pasien,bersifat dominan dan bisa oleh kelompok saat
sekarang dan disini. Pembahasan akan dilakukan sesuai dengan prioritas
masalah dan tindakan yang dilakukan
4.IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Klien
Klien harus punya motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang
sesuai dengan kemampuan klien secara bertahap, salah satunya dengan
cara klien harus melakukan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan
selama di rumah sakit
2. Keluarga
3. Mahasiswa