Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan yang salah satunya yaitu tindakan
KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi
buruknya birokrasi.
adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem
untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good
maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena
output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan
Salah satu unit yang melakukan pemeriksaan (audit) terhadap pemerintah daerah
lembaga yang bebas dan mandiri serta dipercaya untuk dapat mewujudkan good
2
corporate dan good governance dengan tugas memeriksa pengelolaan dan
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Tahun 2011 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan yang terdiri dari tiga
nilai dasar kode etik yaitu independensi, integritas, dan profesionalisme. Selain
ketiga nilai tersebut, masih terdapat hal-hal yang mempengaruhi kualitas audit
yaitu kompetensi, motivasi dan etika. Apabila hal ini dapat dijalankan secara
maksimal, maka tidak akan terjadi kasus suap terhadap Auditor BPK Perwakilan
Kasus suap yang melibatkan auditor BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat
merupakan salah satu contoh tidak mematuhinya prinsip tanggung jawab profesi,
Auditor BPK menerima suap dari Pemerintah Kota Bekasi. Pada kasus ini terlihat
opini terhadap laporan keuangan. Kasus suap ini mengindikasikan jika Pemerintah
(http://wmurtiyasni.blogspot.co.id).
melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan yang apa
adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (Badan Pengawas
3
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Paragrap 14 (2007) adalah: Dalam
dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para
dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak
oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu,
4
pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu
terlaksana tepat pada waktunya, walaupun kuantitas dari audit tergolong masih
belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang penulis lakukan,
Kondisi ini berdampak pada kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan yang harus
direviu ulang sebanyak 10 LHP, yang mana dalam proses pengumpulan dan
kesimpulan, temuan audit serta rekomendasi yang lengkap akan tetapi hal ini
5
Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh seorang audit BPK Perwakilan
dihasilkan. Dari hasil observasi yang penulis lakukan bahwa ketepatan waktu
dalam pelaksanaan auditing di lapangan sering menjadi kendala tersendiri, hal ini
Lampung.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
6
1.3 Tujuan Penelitian
berikut:
wawasan terutama penerapan teori yang diperoleh selama studi dalam bidang
auditing.
3. Bagi auditor. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan