Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)


PROGRAM PEMBINAAN PENGELOLA UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS

I. PENDAHUAN
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/ atau
masyarakat.
Puskesmas mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan
sarana pelayanan kesehatan lain. Puskesmas wajib berpartisipasi dalam penanggulangan
bencana, wabah penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh
tingkat nasional dan daerah serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah.
Lingkup upaya kesehatan Puskesmas meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang saling berkaitan.
Dalam merencanakan, melaksanakan, dan memonitoring serta mengevaluasi
program kegiatan, penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat menjadi bagian
terpenting keberhasilan program kegiatan yang telah dijalankan. Sehingga pembinaan kepada
pengelola program yang ada dibawahnya menjadi sangat penting, karena pengelola program
yang langsung menangani kegiatan dilapangan harus senantiasa dikontrol pola kerjanya agar
selalu sesuai dengan aturan-aturan yang melekat padanya sebagai pengelola program.
II. LATAR BELAKANG
Program pembinaan dilaksanakan untuk memenuhi kompetensi, evaluasi kesadaran
dan keahlian untuk memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan bagi pengelola UKM
sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien. Kesadaran mencakup
tentang mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja.
Kesadaran adalah tingkat perilaku pengelola UKM didalam memandang dan
melaksanakan mutu layanan kesehatan.Materi pembinaan diberikan sesuai tuntutan tugas
dan pekerjaan. Pengembangan kompetensi, kesadaran, dan pelaksanaan pembinaan untuk
tingkat pengelola program dikendalikan oleh penanggungjawab UKM.Penanggungjawab
UKM Puskesmas bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan, pencapaian kinerja,
pelaksanaan, dan penggunaan sumber daya, melalui komunikasi dan koordinasi yang efektif.
Penanggungjawab UKM Puskesmas mempunyai kewajiban untuk memberikan
arahan dan dukungan bagi pelaksana dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab. Arahan
dapat dilakukan dalam bentuk pembinaan, pendampingan, pertemuan-pertemuan, maupun
konsultasi dalam pelaksanaankegiatan.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


a. Tujuan umum
Tercapainya tujuan, pencapaian kinerja, pelaksanaan, dan penggunaan sumber daya UKM
melalui komunikasi dan koordinasi yang efektif antara penanggungjawab UKM dengan
pengelola program yang ada dibawahnya.
b. TujuanKhusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam program orientasi adalah :
Pengelola program dapat melaksanakan program kegiatan yang telah ditetapkan
dimasing-masing UKM sesuai dengan tujuan dan pencapaian kinerja yang ditetapkan.
Penanggungjawab UKM bertanggungjawab atas terlaksananya program kegiatan
ditingkatan pengelola program, sehingga penanggungjawab UKM melaksanakan
fungsinya sebagai penanggungjawab, pembina, serta pengontrol bagi bawahannya.
Terjalinnya komunikasi yang efektif antara penanggungjawab UKM dengan
pengelola program.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan pembinaan penanggungjawab UKM kepada pengelola program meliputi:
a.Penanggungjawab UKM mengidentifikasi program pembinaan bagi pengelola program
yang ada dibawahnya, program pembinaan bisa berupa pelatihan, pendampingan,
pertemuan-pertemuan, maupun konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan

b. Untuk program pembinaan dalam bentuk pelatihan, penanggungjawab UKM perlu


mengevaluasi pemenuhan persyaratan kompetensi bagi pengelola UKM di bawah
kendalinya berdasarkan standar persyaratan kompetensi bagi pengelola program UKM
yang telah ditetapkan oleh kepala puskesmas
c.Setelah melakukan evaluasi pelatihan, Penanggungjawab UKM Mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan bagi pengelola UKM, khususnya bagi yang belum memenuhi
persyaratan.
d. Penanggungjawab UKM Mengajukan kebutuhan pelatihan, termasuk usulan pelatihan
tambahan kepada Kepala Puskesmas.
e.Penanggungjawab UKM Menerima program pelatihan dari Kepala Puskesmas.
f. Penanggungjawab UKM Menyeleksi dan menetapkan pengelola UKM yang akan
mengikuti pelatihan.
g. Penanggungjawab UKM melakukan pembinaan dan atau pengarahan kepada pengelola
program yang ada dibawahnya dalam bentuk konsultasi, pengajuan pelatihan, lokakarya
mini, pertemuan lintas program, dan pengarahan pelaksanaan kegiatan.
h. Pengelola program menindaklanjuti hasil pembinaan yang diberikan kepada
penanggungjawab UKM
i. Pengelola program melaporkan hasil tindaklanjut kepada penanggungjawab UKM
j. Penangggungjawab UKM Melaporkan hasil pembinaan internal kepada Kepala
Puskesmas.
k. Penangggungjawab UKM Mengarsipkan data hasil pembinaan internal di bidangnya.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Cara melaksanakan program pembinaan UKM adalah dengan pengajuan pelatihan bagi
pengelola program yang belum memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh
kepala puskesmas, pendampingan, pertemuan-pertemuan, maupun konsultasi dalam
pelaksanaan kegiatan

VI. SASARAN
Pengelola program dapat melaksanakan program kegiatan sesuai dengan tujuan dan
pencapaia kinerja yang telah ditetapkan.

VII. JADWAL PELAKSANA KEGIATAN


Untuk pembinaan yang bersifat pelatihan, evaluasi persyaratan kompetensi pengelola
UKM ditinjau kembali sekurang-kurangnya 3 tahun sekali. Evaluasi pemenuhan
persyaratan kompetensi dilaksanakan setiap 1 tahun sekali (1 periode pelayanan).
Pembinaan dapat dilaksanakan secara Internal dan Eksternal.
Sedangkan pembinaan yang bersifat pendampingan, pertemuan-pertemuuan dan konsultasi
kegiatan dilakukan menyesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


Program pembinaan dilakukan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan, penanggungjawab
UKM senantiasa harus memahami kelebihan dan kekurangan tim pengelola program yang
menjadi tanggungjawabnya. Indikator keberhasilan pembinaan dapat diukur dari
ketercapaian kinerja pengelola program dalam melaksanakan kegiatan.

IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan perkembangan pelaksanaan program kegiatan dilakukan oleh Penanggungjawab
UKM sebagai indikasi keberhasilan program pembinaan yang telah dilakukan. Pencatatan
dilakukan setiap akhir pelaksanaan program kegiatan yang dilakukan oleh pengelola
program. Pelaporan kepada kepala puskesmas dilakukan sesuai dengan program koordinasi
yang telah ditentukan
Pematangsiantar, Juni 2016
Kepala Puskesmas Martoba Pemegang Program
Lamtiar Betty Togatorop, SKM Tiurma Manurung
NIP : 19730729 199303 2005 19700426 199803 2 002
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar

Kerangka Acuan
Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah

I. LATAR BELAKANG
Anaka usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan,
selain jumlahnya yang besar ( 30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang
mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa
sebagian anak SD/MI masih mengalami masalah gizi yang cukup serius, dan prevalensi
kecacingan pada cukup tinggi, serta kesehatan gigi dan kesehatan indera penglihatan dan
pendengaran masih ditemukan.
Melihat permasalahan diatas, pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya
peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya preventif antara lain
kegiatan penjaringan kesehatan ( Screening kesehatan ) untuk peserta didik
.
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum : Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik secara optimal
b. Tujuan Khusus :
1. Terdeteksinya secara dini masalah kesehatan peserta didik
2. Tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun program pembinaan
kesehatan sekolah
3. Termanfaatkannya data untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
program pembinaan peserta didik.

III. LANDASAN HUKUM


1. UU No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
2. UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak
3. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
4. PP No 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan SPM
5. PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
6. SKB 4 Menteri No 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS
7. SK MenKes No 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pelayanan
kesehatan.

IV. SASARAN PENJARINGAN


Semua Peserta didik dari SD SMA sederajat.

V. KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL


Kebijakan Operasional
1. Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan bagian dari pelayanan dasar kesehatan
sebagai urusan wajib pemerintahan daerah
2. Penjarinagn dilakukan 1 tahun sekali pada awal tahun pelajaran terhadap murid kelas 1
SD-SMP-SMA sederajat.
Strategi Operasional
1. Pendanaan kegiatan penjarinagn kesehatan peserta didik dibiayai oleh anggaran
Kabupaten/kota
2. Kegiatan penjarinagn kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi
persyaratan standar minimal pelayanan bidang kesehatan dalam program UKS
3. Penjaringan kesehatan peserta didik dilakukan oleh suatu tim penjaringan kesehatan di
bawah koordinasi puskesmas.

VI. PELAKSANAAN
Penjaringan kesehaatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan fisik.
Laboratorium penyimpanan mental emosional serta kesegaran jasmani.Rangkaian
pemeriksaan tersebut seharusnya di laksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya
dapat di sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi wilayah setempat.
Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :
1. Pemeriksaan Keadaan Umum
Penilaian keadaan umum peserta didik untuk menilai keadaan fisik secara umum
2. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
Pengukuran dilakukamn untuk mengetahui tekanan darah, denyut nadi dan mengetahui
secara dini kelainan jantung
3. Penilaian status gizi
Untuk mengetahui adanya kelainan Kurang Energi Protein, Vitamin A, Anemia gizi besi
dan Yodium (GAKY)
4. Pemeriksaan gigi dan mulut
Untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan menentukan
Prioritas, sasaran
5. Pemerikssaan indera (Penglihatan dan Pendengaran)
Mengetahui tajam penglihatan dan pendengaran serta kelainan organic pada anak dalam
upaya pencegahan
6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboraratorium yang di lakukan adalah pemeriksaan faeces pada anak untuk
mengetahui ada tidaknya infeksi cacing
7. Pengukuran kesegaran jasmani
Untuk mengukur dan menentukan kesanggupan atau kemampuan tubuh untuk
melakukan kegiatansehatri-hari
8. Deteksi dini penyimpanan mental emosional
Untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpanan/masalh mental emosional agar dapat
segera dilakukan tindakan interversi

Pematang siantar, Juni 2016


Kepala UPTD Puskesmas Martoba Pemegang Program
Lamtiar Betty Togatorop, SKM Rajuna M Pasaribu
NIP : 19730729 199303 2005 19770526 199603 2 001

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar
KEARANGKA ACUAN
PERTEMUAN REFRESHING KADER

I. LATAR BELAKANG

Posyandu merupakan bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang dikelola
oleh kader dengan sasaran seluruh anggota masyarakat. Dalam perkembangannya untuk
meningkatkan kualitas posyandu, kegiatannya diintegrasikan dengan program
Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) dan Bina Keluarga Balita (BKB) yang disebut
sebagai Taman Posyandu.
Disamping melaksanankan tugas-tugas pokok di Posyandu, kegiatan kader di Taman
Posyandu juga difokuskan pada deteksi dini tumbuh kembang Balita. Kader sebagai
pelaksana kegiatan di Taman Posyandu perlu terlebih dulu memahami tentang petunjuk
teknis di Taman Posyandu dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan kader dalam
melaksanankan deteksi dini tumbuh kembang Balita.
Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kemampuan kader di
Taman Posyandu dalam melakukan deteksi dini tumbuh kembang Balita perlu dilakukan
pertemuan refreshing kader dalam DDtk di Posyandu yang dilaksanakan di 22 kecamatan.

II. TUJUAN

2.1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang kegiatan Taman Posyandu

II.2. Tujuan Khusus

Meningkatkan pemahaman kader posyandu tentang Taman Posyandu

Meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang deteksi dini tumbuh kembang


Balita

Meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan deteksi dini


tumbuh kembang Balita
III. MATERI
Taman Posyandu
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita

IV. PESERTA/ Sasaran


Peserta adalah kader Posyandu dari 24 Puskesmas
Masing-masing puskesmas 1 orang kader posyandu kecuali puskesmas Srengat 2 kader
Kader berasal dari Posyandu PURI yang direncanakan menjadi Taman posyandu di Tahun
2016

V. NARASUMBER
2 orang dari Kabupaten dengan unsure :
1(satu) orang dari Seksi Promkes/UKBM
1 satu orang dari seksi Kesga
VII. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 24 April 2013

VI. TEMPAT PELAKSANAAN


Kegiatan dilaksanakan di ruang pertemuan Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar

VII. SUMBER DANA


Kegiatan pertemuan Refreshing Kader dalam DDTK di Taman Posyandu dibiayai oleh
DPA_SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013.

Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan pertemuan
refreshing kader dalam DDTK di Posyandu.

Pematangsiantar, Juni 2016


Kepala Puskesmas Martoba Pemegang Program

Lamtiar Betty Togatorop, SKM Tiurma Manurung


NIP : 19730729 199303 2005 19700426 199803 2 002
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar

KERANGKA ACUAN
USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS)

I. LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanankesehatan
secara keseluruhan. Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan
secara menyeluruh dan tidak dapat diabaikan terutama pada tingkatsekolah dasar (Depkes
RI, 2004,cit. Pahrurrazi, 2009). Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992
menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesehatan sekolahdimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik gunamemungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan harmonis dan optimal menjadisumber daya manusia
yang lebih berkualitas. Masa anak usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan
landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas, dan kesehatan merupakan
faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 1996).
Penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh
kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan kekurangan gizi karena
rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan mereka.Kemampuan belajar
anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar (Zatnika, 2009).
Tingginya angka karies gigi dan rendahnya status kebersihan mulut merupakan
permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai pada kelompok usia anak.
Karies gigi dapat menimbulkan kesulitan makan pada anak karena karies gigi
menyebabkan penurunan fungsi gigi sebagai alat cerna. Seperti yang diungkapkan oleh
Widyaningsih (2000,cit. Junaidi dkk.,2007), kesulitan makan pada anak dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, yaitu: faktor nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit yang
mempengaruhi antaralain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti
karies gigi,
UKGS adalah suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yangmerupakan
suatu paket pelayanan asuhan sistematik dan ditujukan bagi semuamurid sekolah dasar
dalam bentuk paket promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan
promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya
peningkatan kesehatan harus sedini mungkin dandilakukan secara terus menerus agar
menjadi kebiasaan. Di samping itu kelompok ini juga lebih mudah dibentuk mengingat
anak sekolah dasar selalu di bawah bimbingan dan pengawasan para guru sehingga pada
kelompok ini sangat potensialuntuk ditanamkan kebiasaan berperilaku hidup sehat
(Depkes RI, 2000). Kesehatan gigi dan mulut harus dipelihara sejak dini terutama pada
masa gigi bercampur yaitu anak usia sekolah dasar usia 6

Pematang siantar, Juni 2016


Kepala UPTD Puskesmas Martoba Pemegang Program

Lamtiar Betty Togatorop, SKM Rajuna M Pasaribu


NIP : 19730729 199303 2005 19770526 199603 2 001
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar

KERANGKA ACUAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAHAYA NAPZA

I. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Badan Koordinasi Narkotika Nasional tahun 2000, ada sekitar 3,5 juta
orang penyalahguna narkotika di Indonesia, dan yang menjadi target utama pasar narkotika ini
adalah para remaja yaitu kalangan SMP dan SMA. untuk memberikan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan mengenai bahaya NAPZA kepada siswa-siswa di SMA tersebut

II. TUJUAN

a. Tujuan umum

Peserta yang mengikuti acara penyuluhan mampu memahami tentang narkotika, alkohol,
psikotrpika, dan zat adiktif lainnya.

b. Tujuan khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat menjelaskan:

1. Menjelaskan pengertian tentang NAPZA dan macamnya.


2. Menyebutkan Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.

3. Menyebutkan tanda dan gejala ketergantungan obat.

4. Menyebutkan bahaya penggunaan NAPZA.

5. Menyebutkan cara pencegahan penggunaan NAPZA

III. MATERI/ISI
Pengertian dan macam- macam NAPZA.

1. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.


2. Tanda dan gejala ketergantungan obat.
3. Bahaya penggunaan NAPZA.

4. Cara pencegahan penggunaan NAPZA

IV. SASARAN

Sasaran penyuluhan adalah siswa-siswa SMAN XX Jakarta.

V. METODE PEMBELAJARAN

Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab

VI. MEDIA PENYULUHAN

- Leaflet
- Power Point

VII. PELAKSANAAN KEGIATAN

No. Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


Memberi salam dan menjawab salam
1. PEMBUKAAN perkenalan 10 menit
mendengarkan dan
Menjelaskan tujuan, manfaat
dan cakupan materi -memperhatikan
Menjelaskan pengertian dan Mendengarkan dan
2 KEGIATAN INTI macam- macam NAPZA. memperhatikan 40 menit

Menjelaskan Faktor Memperhatikan dan


Penyebab Penyalahgunaan menyimak.
NAPZA.
Bertanya jika ada yang
Menjelaskan tanda dan tidak jelas.
gejala ketergantungan obat.

Menjelaskan bahaya
penggunaan NAPZA.

Menjelaskan Cara
pencegahan penggunaan
NAPZA
Berdiskusi mengenai materi Bertanya atau menjawab
3. PENUTUP yang disampaikan pertanyaan 10 menit

Mengevaluasi pengetahuan Mendengarkan dan


siswa-siwa tentang materi memperhatikan
yang disampaikan dengan
memberi sesi tanya jawab menjawab salam

menyimpulkan materi yang


telah disampaikan.

memberi salam

VIII. EVALUASI

a. Evaluasi Struktur

1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan media
3. Menyiapkan tempat
4. Kontrak waktu dengan sasaran

b. Evaluasi Proses

1. Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal yang direncanakan


2. Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses penyuluhan

c. Evaluasi Hasil

Pematang siantar, Juni 2016


Kepala UPTD Puskesmas Martoba Pemegang Program
Lamtiar Betty Togatorop, SKM Rajuna M Pasaribu
NIP : 19730729 199303 2005 19770526 199603 2 001

PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar

Kerangka Acuan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi


Di Sekolah

I. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi mendapat perhtian khusus secara global sejak di kemukakannya isu
tersebut dalam Konferensi Internasional tentang kependudukan dan pembangunan Internasional
Conference On Population and Development ( ICPD ) di Cairo, Mesir pada tahun 1994. Hal
penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigm dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi.
Dengan perubahan paradigma tersebut, pengendalian kependudukan menjadi bergeser ke
arah yang lebih luas, yang meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi bagi laki laki
dan perempuan sepanjang siklus hidup, termasuk hak reproduksi , kesetaraan gender , martabat
dan pemberdayaan perempuan. ICPD Cairo menekankan bahwa setiap Negara harus berusaha
untuk membuat pelayanan kesehatan reproduksi dapat terjangkau oleh semua orang pada umur
yang sesuai, melalui system pelayanan kesehatan dasar dalam waktu yang sesingkat singkatnya
sebelum tahun 2015 ( Akses Universal Kesehatan Reproduksi 2015 ).

II. LATAR BELAKANG


Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut menandatangani kesepakatan ICPD,
menindak lanjuti pertemuan tersebut dengan mengadakan Lokal karya Nasional Kesehatan
Reproduksi tahun 1996 dan 2003 di Jakarta. Kesepakatan yang dihasilkan antaranya adalah:
untuk dapat memenuhi hak-hak reproduksi setiap individu, maka pelayanan kesehatan
reproduksi harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, yaitu dengan mengintregasikan
setiap komponen program terkait kesehatan reproduksi dengan menekankan pentingnya keadilan
dan kesetaraan gender serta pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan.
Keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi, merupakan upaya untuk
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu pada
siklus hidupnya. Menjadi lebih penting lagi karena keterpaduan dalam pelayanan Kesehatan
reproduksi ini akan menghilangkan missoportunity sekaligus lebih menjamin efektifitas dan
efisiensi dalam pelayanan.
Kesehatan reproduksi telah tercantum di dalam Undang Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 , yaitupasl 71, yang menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi sebagai suatu
keadaan sehat secara fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata- semata bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan system , fungsi , dan proses reproduksi pada laki-
laki dan perempuan. Dengan pengertian tersebut, maka kesehatan reproduksi mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas yang mencakup keseluruhan siklus hidup manusia mulai sejak lahir
sampai lanjut usia.Selanjutnya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau dan berkualitas
ditetapkan peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang KesehatanReproduksi.
Peraturan ini bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak kesehatan setiap orang diperoleh
melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman , dan dapat di pertanggung jawabkanserta
menjamin kesehatan itu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu.
Setelah hampir 20 tahun sejak rekomendasi ICPD yang menekankan pentingnya
pemenuhan hak-hak reproduksi disepakati, namun belum semua individu mendapatkan akses
yang sama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat dengan masih
tingginya angka kematian ibu ( AKI ), tingginya kehamilan usia remaja, rendahnya pemakaian
kontrasepsi dan lain sebagainya. Melihat kenyataan tersebut, kunci rekomendasi agenda pasca
tahun 2014, bahwa setiap Negara harus melakukan intensifikasi kebijakan politik yang
mendorong kesehatan reproduksi dapat diakses semua individu dengan focus pada agenda ICPD
Cairo yang tertunda:
1. Menghargai , melindungi, memenuhi hak seksual dan reproduksi setiap individu melalui
pendidikan masyarakat serta penyesuaian kebijakan dan peraturan
2. Pencapaian akses universal terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi,
pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas, komprehensif
dan terintregasi.
3. Menjaminakses universal dalam pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
bagi kaum muda
4. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menjamin akses universal
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan bagi semua penyintas kekerasan berbasis
gender
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang terintregasi kepada
setiap individu sesuai usia, sejak tahun 2002 Kementerian Kesehatan telah mengembangkan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu( PKRT ) di pelayanan kesehatan dasar. Sampai tahun
2014 berdasarkan laporan dari Dinas KesehatanProvinsi , telah ada sebanyak 2.133 puskesmas
PKRT dengan cakupan kabupaten/kota yang memiliki minimal 4 puskesmas PKRT sebesar 237
kabupaten/kota ( 45% ) di seluruh Indonesia ( Data rutin.2013 )

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu dalam rangka
pencapaian nakses universal kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus\
a. Menyediakan acuan pelayanan kesehatan reproduksi terpadu di pelayanan
kesehatan dasar dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender

b. Komunikasi dan koordinasi dengan Linsek maupun Linpro atau pelaksana kegiatan
yang meliputi :
a. Pembuatan Jadwal kegiatan.
b. Sasaran Kegiatan.
c. Tempat pelaksanaan kegiatan.
c. Melaksanaan kegiatan berdasarkan TATA NILAI (Kerja keras,kerja cerdas,kerja
ikhlas,kerja tuntas,taat azas.

IV. SASARAN
Usia 10-19 tahun baik yang masih sekolah maupun yang tidak sekolah

V. JADWAL KEGIATAN
1. Kegiatan dalam gedung
Melaksanakan pelayanan di Poli Reproduksi setiap hari
2. Kegiatan luar gedung

Pematang siantar, Juni 2016


Kepala UPTD Puskesmas Martoba Pemegang Program

Lamtiar Betty Togatorop, SKM Rajuna M Pasaribu


NIP : 19730729 199303 2005 19770526 199603 2 001
PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MARTOBA
Jalan TB. Simatupang NO 117 Pematangsiantar

Kerangka Acuan Kerja Poli Lactasi


TAK USAH
I. PENDAHULUAN
Menyusui adalah proses unik yang memberikan keuntungan tidak saja pada bayi dan
ibu, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat. Keuntungan ini termasuk kesehatan
perkembangan psikologi, social, ekonomi, dan lingkungan. Kualitas sumber daya
manusia ( SDM ) ditentukan oleh tingkat kesehatan ibu yang menjadi salah satu
indicator yang sangat menentukan bagi keberhasilan dan keberlanjutan kualitas
pembangunan suatu bangsa.

II. LATAR BELAKANG


Salah satu penentu SDM yang berkualitas adalah pemberian ASI pada bayi baru lahir,
karena ASI merupakan makanan terbaik yang didalamnya terkandung hampir semua zat
gizi yang dibutuhkan seorang bayi, yang didalamnya terkandung bermacam-macam
protein dan mineral gizi yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
dan juga zat antibodi yang akan melindungi bayi terhadap serangan berbagai penyakit.
Hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatnics tahun 2007
menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada
bayi sejak hari pertama kelahiran.

III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama dan lebih
mengutamakan pemberian ASI pada bayi sehingga bisa memberikan dampak yang
positif pada kesehatan bayi dan mengurangi resiko penyakit tertentu baik pada bayi
maupun ibu, apalagi ASI diberikan secara eksklusif sehingga mengurangi angka
kematian bayi
2. Tujuan Khusus
Mengurangi infeksi dengan kekebalan melalui kolostnum
Meningkatkan keberhasilan menyusui secara efektif
Meningkatkan jalinan kasih saying Ibu dengan bayi
Dengan pemberian ASI bisa mengurangi resiko kanker payudara dan kanker
Rahim
Meningkatkan kedekatan hubungan kasih saying antara ibu dan bayinya
Agar ibu dapat menyusui bayinya secara maksimal

IV. KEGIATAN POKOK


1. Di dalam gedung
Ibu hamil dan Ibu yang menyusui bayinya yang berobat atau yang datang ke
Puskesmas dalam wilayah kerja puskesmas Bareng diberikan pelayanan kesehatan
di poli lactasi bagi yang membutuhkan.
Semua ibu nifas di ruangan Poned PKM Bareng sebelum pasien pulang diberikan
konseling mengenai (cara menyusui yang benar, manfaat ASI, ASI eksklusif,
penyimpanan ASI) oleh petugas laktasi.
Konsultasi masalah pemberian ASI bagi yang membutuhkan
2. Di luar gedung
Penyuluhan tentang ASI bekerjasama dengan bidan desa di wilayah Puskesmas
Bareng
Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Di dalam gedung
Pasien yang berobat atau bersalin ke Puskesmas Bareng diberikan pelayanan di poli
laktasi bagi yang membutuhkan
2. Di luar gedung
a. Membentuk TIM Pelaksana Kegiatan.
b. Komunikasi dan koordinasi dengan Linsek maupun Linpro atau pelaksana
kegiatan yang meliputi :
Pembuatan Jadwal kegiatan.
Sasaran Kegiatan.
Tempat pelaksanaan kegiatan.
3. Melaksanaan kegiatan berdasarkan TATA NILAI (Kerja keras,kerja cerdas,kerja
ikhlas,kerja tuntas,taat azas.

V. SASARAN
1. Bayi
2. Anak usia di bawah 2 tahun
3. Ibu Hamil
4. Ibu Nifas
5. Ibu menyusui

Pematang siantar, Juni 2016


Kepala UPTD Puskesmas Martoba Pemegang Program

Anda mungkin juga menyukai