Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi

darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan

menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk

terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan hanya

menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan

pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney

Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang

dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD

persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).

B. Tujuan

Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut

diantaranya adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi

(membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan

sisa metabolisme yang lain), menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan

cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat,

meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal

serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang

lain (Suharyanto dan Madjid, 2009).

Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan

ekstra dan intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal

(Cahyaning, 2009).
C. Indikasi hemodialisis

Menurut Daurgirdas et al (2007), indikasi HD dibedakan menjadi HD

emergency atau HD segera dan HD kronik. Hemodialis segera adalah HD

yang harus segera dilakukan.

1. Indikasi Hemodialisis Segera

a. Kegawatan ginjal

1) Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi

2) Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)

3) Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)

4) Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K

>6,5 mmol/l )

5) Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)

6) Uremia ( BUN >150 mg/dL)

7) Ensefalopati uremikum

8) Neuropati/miopati uremikum

9) Perikarditis uremikum

10) Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)

11) Hipertermi

b. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran

dialisis.

2. Indikasi Hemodialisis Kronik

Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan

berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin

hemodialisis. Menurut K/DOQI dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt.

Keadaan pasien yang mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama,


sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu

dari hal tersebut di bawah ini:

a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis

b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan

muntah.

c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

e. Komplikasi metabolik yang refrakter.

D. Prinsip yang Mendasari Kerja Hemodialisis

Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis,

ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses

difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke

cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Lavey, 2011). Cairan

dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi

ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui

proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan

gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih

tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradient

ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negative yang dikenal

sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negative diterapkan pada

alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi

pengeluaran air (Elizabethb et all, 2011).


E. Akses Sirkulasi Darah Klien

Akses pada sirkulasi darah pasien terdiri atas subklavikula dan femoralis,

fistula, dan tandur. Akses ke dalam sirkulasi darah pasien pada hemodialisis

darurat dicapai melalui kateterisasi subklavikula untuk pemakaian sementara.

Kateter femoralis dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah femoralis

untuk pemakaian segera dan sementara (Barnett & Pinikaha, 2007).

F. Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan

komplikasi kronik (Daurgirdas et al., 2007).

1. Komplikasi Akut

Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama hemodialisis

berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah: hipotensi, kram otot,

mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung, gatal, demam, dan

menggigil. Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gangguan

hemodinamik, baik hipotensi maupun hipertensi saat HD atau HID.

Komplikasi yang jarang terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi

dialiser, aritmia, tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang,

hemolisis, emboli udara, neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia.

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik adalah komplikasi yang terjadi pada pasien

dengan hemodialisis kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi

adalah: Penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi, anemia, Renal

osteodystrophy Neurophaty, disfungsi reproduksi, infeksi, amiloidosis.


DAFTAR PUSTAKA

Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4thed.

Phildelphia. Lipincott William & Wilkins.

Suharyanto., Abdul, Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada KLien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan. Trans Info Media. Jakarta.

Cahyaning, N.D. 2009. Haemodialisis (Cuci Darah) Panduan Praktis Perawatan

Gagal Ginjal. Mitra Cendekia. Yogyakarta.

Lavey. 2011. Acute Complication During Hemodyalisis

Elizabeth, Lindley, Aspinal, Claire & Garthwaite. 2011. Management Of Fluid

Status In Haemodialysis Patients: The Roles Of Technologi And Dietary

Advice. Departemen Of Renal Medicine, Leeds Teaching Hospital NHS Trust

United Kingdom.

Barnett, Pinikaha, Y.T. 2007. Fluid Complience Among Patient Having

Haemodialisis: Can an Education Programme Make A Difference Journal Of

Advanced Nursing.

Anda mungkin juga menyukai