Bab II
Bab II
TINJAUN PUSTAKA
Tanggung jawab dan disiplin kerja yang baik akan menunjang pembangunan.
Maka dari itu, kerja yang efektif menurut jumlah jam kerja yang seharusnya (tidak
korupsi waktu) serta kesesuaian tahapan kerja masing-masing pekerja akan
mendorong kelancaran dan kemajuan sebuah pelaksanaan proyek.
2.2 Dasar Teori
2.2.1. Produktivitas
Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam
periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan
peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan,
pangsa pasar, dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian
produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok
lebih baik dari sekarang (Sjafri, 2007).
O
= I (2.1)
Dimana:
P = Produktivitas (m2/menit)
O = Output (m2)
I = Input (menit)
1. Jumlah waktu.
2. Jumlah tenaga kerja
3. Jumlah biaya tenaga kerja
4. Jumlah material
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang
dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-
jam kerja orang.
2.2.2 Produktivitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja proyek konstruksi adalah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu
proyek yang digunakan untuk menjalankan suatu kegiatan dalam proyek konstruksi.
Tenaga kerja di masa mendatang harus benar-benar mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidangnya, karena dalam industri konstruksi hal tersebut merupakan faktor
yang sangat penting guna kelancaran dan keberhasilan proyek, khususnya
produktivitas proyek tersebut. Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak
yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara
perusahaan penyedia ikatan tenaga kerja (labour supplier) dengan kontraktor
untuk jangka waktu tertentu.
b. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan
menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
Umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki kemampuan
dan kecakapan dasar.
a. Essential Contributory Work, yaitu pekerjaan yang tidak secara langsung, namun
bagian dari penyelesaian pekerjaan. Misalnya:
1. Menunggu tukang yang lain dengan tidak bekerja.
2. Mengangkut peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Membaca gambar proyek.
4. Mendiskusikan pekerjaan.
5. Menerima instruksi pekerjaan.
b. Pekerjaan Efektif (Effective Work), yaitu disaat pekerja melakukan pekerjaannya
dizona pekerjaan. Contohnya adalah pekerjaan mengecat dinding, pekerjaan
mengecor balok, dll.
c. Pekerjaan tidak efektif (Not Useful/Ineffective Work), yaitu kegiatan selain diatas
yang tidak menunjang penyelesaian pekerjaan. Seperti meninggalkan zona
pekerjaan, berjalan dizona pekerjaan dengan tangan kosong, melakukan pekerjaan
yang tidak sesuai prosedur, mengobrol, dll.
Suatu studi oleh Oglesby (1989)(dikutip dalam Tom Mandani (2010, halaman 19),
mengatakan untuk sebuah tim kerja dikatakan mencapai waktu efektif atau
memuaskan bilafaktor utilitas pekerjanya lebih dari 50%.
Waktu efektif adalah waktu dimana pekerja melakukan aktivitas yang dapat
dikualifikasikan sebagai bekerja (working). Waktu tidak efektif adalah waktu dimana
pekerja melakukan aktivitas yang dapat dikualifikasikan sebagai tidak bekerja (not
working). Kualifikasi aktivitas pekerja dalam metode ini tidaklah mutlak, artinya
dapat menyesuaikan dengan kondisi dilapangan untuk mendapatkan data yang
diperlukan.
4. Kerja lembur
Kerja lembur sering kali dilakukan untuk mengejar sasaran jadwal yang
mengalami keterlambatan.
5. Ukuran besar proyek
Berdasarkan penelitian besar proyek (dinyatakan dalam jam-orang) juga
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan, artinya semakin besar
ukuran proyek produktivitas menurun.
6. Pekerja langsung versus subkontraktor
Ada dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan
yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan memberikan direct hire
(kepenyelian) atau menyerahkan paket kerja tertentu kepada subkontraktor. Dari
segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5-10% dibanding
pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja subkontraktor sudah terbiasa
dalam pekerjaan yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi
prosedur kerjasama telah dikuasai dan terjalin lama antara pekerja maupun
penyelia. Meskipun produktivitas lebih tinggi dan jadwal penyelesaian pekerjaan
potensial dapat lebih singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu lebih rendah
dibanding memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead (lebih) dari
perusahaan subkontraktor.
7. Kurva pengalaman
Pengalaman akan menambah kemampuan seseorang, hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang telah mengerjakan
pekerjaan secara berulang-ulang, maka akan memperoleh pengalaman dan
peningkatan ketrampilan.
8. Kepadatan tenaga kerja
Dalam pembangunan sebuah proyek ada istilah batas pagar lokasi, ada korelasi
antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja, dan produktivitas.
Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turun luas area per pekerja,
maka semakin sibuk kegiatan per area, akhirnya akan mencapai titik dimana
kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas
(Iman Soeharto, 1995 : PP.163-169).
Susunan cat.
Jika Anda menggunakan kuas cat untuk mengecat dinding atau tembok cat
harus diaduk sampai rata sebelum digunakan,jika diperlukan campur dengan air
bersih 5-10%.Begitu juga untuk mengaplikasikan cat kayu dan besi cat juga harus
diaduk dahulu sampai rata dan jika dibutuhkan bisa dcampur dengan 1-5% thiner.
Jika Anda menggunakan kuas cat yang tidak kalah penting dan harus Anda
perhatikan adalah Anda harus sesering mungkin untuk membersihkan kuas cat
setelah selesai digunakan agar hasil pengecatan selalu rata dan bagus.Disamping itu
jika Anda selalu rajin membersihkan kuas cat setelah dipakai maka kuas cat tersebut
menjadi awet dan bisa dipergunakan lagi.
b.Kuas Roll
Pada umumnya kuas roll digunakan untuk mengecat permukaan dinding yang
luas dan rata dengan tujuan untuk mempercepat proses pengecatan.Dengan
menggunakan kuas roll juga akan memperoleh hasil pengecatan yang tampak rata
dan halus.
Kuas roll adalah salah satu peralatan mengecat yang juga sering digunakan
dalam proses pengecatan. Pada umumnya kuas roll digunakan untuk mengecat
permukaan dinding atau plafon yang luas dan rata dengan tujuan untuk mempercepat
proses pengecatan.Dengan menggunakan roll cat juga akan memperoleh hasil
pengecatan yang tampak rata dan halus.
Untuk mengaplikasikan cat pada dinding atau plafon yang luas dan rata
sebaiknya menggunakan roller yang besar untuk mempercepat proses
pengecatan.Sebaliknya jika digunakan untuk cat di dinding atau plafon pada bagian
yang kurang rata dan susah dijangkau maka sebaiknya menggunakan roll cat dengan
ukuran yang kecil agar hasilnya lebih rapi dan tidak belepotan.
Seperti halnya pada pemakaian kuas cat,pada penggunaan roll cat untuk
mengecat dinding atau tembok cat juga harus diaduk sampai rata sebelum
digunakan,jika diperlukan campur dengan air bersih 5-10%.Begitu juga untuk
mengaplikasikan cat kayu dan besi cat juga harus diaduk dahulu sampai rata dan jika
dibutuhkan bisa dcampur dengan 1-5% thiner.
c. Spray Gun
Spray Gun adalah suatu alat mengecat yang bekerja dengan cara menggunakan
udara kompresor untuk mengaplikasi cat yang diatomisasikan pada suatu permukaan
seperti dinding,kayu atau besi . Spray Gun bekerja menggunakan udara bertekanan
untuk mengatomisasi atau mengabutkan cat pada suatu permukaan.
Seperti halnya pada pemakaian kuas cat dan roll cat,pada penggunaan spray
Gun untuk mengecat dinding,kayu atau besi cat juga harus diaduk sampai rata
sebelum digunakan.Perbedaannya adalah pada komposisi atau perbandingan antara
cat dan campurannya.Pada aplikasi cat dinding biasanya cat haru dicampur dengan
air bersih dengan komposisi hingga 20%,dan untuk mengaplikasikan cat kayu dan
besi biasanya cat juga harus dicampur dengan 20% thinner.