Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Tinjaun Umum


Proyek kontruksi adalah suatu rangkain kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek.Dalam rangkaian kegiataan
tersebut,ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil
kegiataan itu tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait,baik secara langsung
maupun tidak langsung.Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja.Dengan banyaknya
pihak yang terlibat dalam proyek kontruksi,maka potensi terjadi konflik yang cukup
tinggi.

Persaingan dalam dunia konstruksi sangatlah ketat dalam pelaksanaannya,


mutu, biaya dan waktu menjadi pertimbangan bagi pihak owner dalam memilih
kontraktor untuk proyek pembangunan yang akan dilaksanakan. Sinungan (1992:
P.21) dalam bukunya Produktivitas Apa dan Bagaimana mengatakan bahwa pada
tingkat sektoral dan nasional, produktivitas menunjukkan kemampuannya dalam
membantu mengevaluasi penampilan, perencanaan, kebijakan pendapatan, upah, dan
harga melalui identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan,
membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas
kebijakan. Sumber daya manusia yang baik dan bertanggung jawab merupakan faktor
yang sangat diperlukan guna mencapai keberhasilan suatu proyek.Sehingga sangatlah
perlu untuk menganalisis produktivitas pekerja dan variabel yang mempengaruhinya
untuk memperoleh peningkatan produktivitas kerja.

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi


barang-barang. Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga
kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran dengan jumlah yang
digunakan atau jumlah jam kerja Menurut Riyanto (1986 : 22) secara teknis
produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan
keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja
persatuan waktu.
.

Terdapat beberapa metoda pengukuran produktivitas pekerja di lapangan yang


diadopsi dari manufaktur diantaranya time study, time and motion study, dan work
sampling. Metoda-metoda ini memerlukan pengukuran produktivitas aktual di
lapangan secara khusus. Dari ketiganya, metode work sampling adalah metode yang
bisa digunakan untuk pengukuran produktivitas dengan cukup mudah, suatu studi oleh
Koento Danny Wibowo & Andi Prasetyo (2004), dalam Toma Mandani (2010).

Hasibuan (2001: 10 )menyatakan manajemen sumber daya manusia adalah suatu


bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam
organisasi perusahaan.Unsur Sumber daya manusia merupakan elemen paling strategik
dan susah dikelola dalam organisasi. Peningkatan produktivitas pekerja hanya
mungkin dilakukan oleh manusia. Manajemen SDM yang tidak tepat dapat menjadi
penyebab terjadinya pemborosan waktu dan biaya. Karena itu, memberikan perhatian
kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan guna meningkatkan
produktivitas kerja. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
produktivitas tenaga kerja salah satunya adalah metode yang mengklasifikasikan
aktivitas pekerja. Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan dengan productivity
rating, dimana aktivitas pekerja diklasifikasikan dalam 3 hal yaitu Essential
contributory work, Effectivework (pekerjaan efektif) dan Not Usefu/Ineffective Work
(pekerjaan tidak efektif), suatu studi oleh Oglesby (1989: PP.180-181), dalam Tom
Mandani (2010).

Tanggung jawab dan disiplin kerja yang baik akan menunjang pembangunan.
Maka dari itu, kerja yang efektif menurut jumlah jam kerja yang seharusnya (tidak
korupsi waktu) serta kesesuaian tahapan kerja masing-masing pekerja akan
mendorong kelancaran dan kemajuan sebuah pelaksanaan proyek.
2.2 Dasar Teori
2.2.1. Produktivitas

Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam
periode tertentu. Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi, dan
peralatan serta waktu. Output meliputi produksi, produk penjualan, pendapatan,
pangsa pasar, dan kerusakan produk. Dalam perspektif normatif, pengertian
produktivitas adalah kalau hari ini karyawan lebih baik dari kemarin dan hari esok
lebih baik dari sekarang (Sjafri, 2007).

Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

O
= I (2.1)

(Putti, 1985: P.8)

Dimana:

P = Produktivitas (m2/menit)

O = Output (m2)

I = Input (menit)

Ukuran Output (O) dapat dinyatakan antara lain dalam bentuk:

1. Jumlah satuan fisik produk/jasa.


2. Nilai rupiah produk/jasa.

Ukuran Input (I) dapat dinyatakan antara lain dalam bentuk:

1. Jumlah waktu.
2. Jumlah tenaga kerja
3. Jumlah biaya tenaga kerja
4. Jumlah material

Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang
dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-
jam kerja orang.
2.2.2 Produktivitas Tenaga Kerja

Umumnya proyek berlangsung pada kondisi yang berbeda-beda maka


dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya dilengkapi dengan analisis
produktivitas dan indikasi variabel yang mempengaruhi. Variabel atau faktor ini
misalnya disebabkan oleh lokasi geografis, iklim, ketrampilan, pengalaman
maupun peraturan-peraturan yang berlaku. Produktivitas tenaga kerja dari
sudut manajemen sumber daya manusia, diartikan sebagai ukuran tingkat
kemampuan pekerja secara individual dalam menghargai hasil kerjanya dan
keikutsertaannya dalam menghasilkan barang atau jasa, sebagai produk
organisasi atau perusahaan. Produktivitas tersebut dilihat dari kuantitas dan
kualitas hasil, yang dapat menghasilkan keuntungan karena mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen atau masyarakat (Hadari Nawawi dalam
Nur Khasanah, 2008 : 9)

Saat berlangsungnya pekerjaan harus dicatat besarnya pencapaian, agar


dapat dibandingkan dengan rencana awal sebagai upaya untuk mengevaluasi
besaran produktivitas yang telah dicapai. Pemantauan (monitoring) berarti
melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa
kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Istimawan dalam
Ningrum, 2014).

Seorang tenaga kerja dianggap produktif jika ia mampu menghasilkan


keluaran (output) yang lebih banyak dari tenaga kerja lain, untuk satuan waktu yang
sama. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa seorang tenaga kerja menunjukkan
tingkat produktivitas yang lebih tinggi bila ia mampu menghasilkan jumlah keluaran
yang sama dengan waktu yang lebih singkat.

hasil dalam jamjam yang standar


= (2.2)
masukan dalam jamjam waktu

(Sinungan, 1992: P.25)


2.2.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja proyek konstruksi adalah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu
proyek yang digunakan untuk menjalankan suatu kegiatan dalam proyek konstruksi.
Tenaga kerja di masa mendatang harus benar-benar mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidangnya, karena dalam industri konstruksi hal tersebut merupakan faktor
yang sangat penting guna kelancaran dan keberhasilan proyek, khususnya
produktivitas proyek tersebut. Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak
yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi
dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara
perusahaan penyedia ikatan tenaga kerja (labour supplier) dengan kontraktor
untuk jangka waktu tertentu.
b. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan
menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
Umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki kemampuan
dan kecakapan dasar.

2.2.4 Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai untuk


dibandingkan dengan rencana semula. Obyek pengawasan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses konstruksi
secara teknis dapat berlangsung dengan baik. Upaya mengevaluasi hasil pekerjaan
untuk mengetahui penyebab penyimpangan terhadap estimasi semula. Pemantauan
(monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu
untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan
(Istimawan, 1996: P.423).

Ravianto (dalam penelitian Robert Eddy S, 2007: P.10) bahwa pengukuran


produktivitas mempunyai 2 bentuk sebagai berikut:
1. Bentuk sederhana
a. Produktivitas diukur sebagai perbandingan antara jumlah hasil kegiatan
produksi dengan satuan waktu.
b. Produktivitas diukur sebagai perbandingan output (hasil) dengan input
(masukan) berupa kapasitas terhadap jam/orang. Output bisa berupa
ton/produk, jam standar, satuan jasa.
2. Bentuk majemuk
Pengukuran produktivitas dengan perbandingan jumlah yang dihasilkan (output)
suatu unit kegiatan produktif terhadap jumlah keseluruhan sumber-sumber yang
digunakan oleh unit tersebut (input).

Pengklasifikasian aktivitas pekerja merupakan salah satu pendekatan untuk


mengetahui tingkat produktivitas tenaga kerja. Dalam penelitian ini pengamatan
dilakukan dengan metode productivity rating, dimana aktivitas pekerja
diklasifikasikan dalam 3 hal yaitu, Essential Contributory Work, Effective Work dan
Not Useful/Ineffective Work.

a. Essential Contributory Work, yaitu pekerjaan yang tidak secara langsung, namun
bagian dari penyelesaian pekerjaan. Misalnya:
1. Menunggu tukang yang lain dengan tidak bekerja.
2. Mengangkut peralatan yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Membaca gambar proyek.
4. Mendiskusikan pekerjaan.
5. Menerima instruksi pekerjaan.
b. Pekerjaan Efektif (Effective Work), yaitu disaat pekerja melakukan pekerjaannya
dizona pekerjaan. Contohnya adalah pekerjaan mengecat dinding, pekerjaan
mengecor balok, dll.
c. Pekerjaan tidak efektif (Not Useful/Ineffective Work), yaitu kegiatan selain diatas
yang tidak menunjang penyelesaian pekerjaan. Seperti meninggalkan zona
pekerjaan, berjalan dizona pekerjaan dengan tangan kosong, melakukan pekerjaan
yang tidak sesuai prosedur, mengobrol, dll.

Untuk menghitung berapa besar tingkat keefektifan (produktifitas) pekerja digunakan


pendekatan labor utilization rate (LUR) dihitung dengan formula berikut: (1)
1
effective +
LUR= 4
x 100%....(2.3)
total pengamatan

Total pengamatan = effective + essential contributory + not effective.....(2.4)

Suatu studi oleh Oglesby (1989)(dikutip dalam Tom Mandani (2010, halaman 19),
mengatakan untuk sebuah tim kerja dikatakan mencapai waktu efektif atau
memuaskan bilafaktor utilitas pekerjanya lebih dari 50%.

Waktu efektif adalah waktu dimana pekerja melakukan aktivitas yang dapat
dikualifikasikan sebagai bekerja (working). Waktu tidak efektif adalah waktu dimana
pekerja melakukan aktivitas yang dapat dikualifikasikan sebagai tidak bekerja (not
working). Kualifikasi aktivitas pekerja dalam metode ini tidaklah mutlak, artinya
dapat menyesuaikan dengan kondisi dilapangan untuk mendapatkan data yang
diperlukan.

2.2.5 Peningkatan Produktivitas kerja

Produktivitas pekerja proyek penting untuk diperhatikan agar tidak


menghambat pekerjaan konstruksi. Salah satu area potensial tertinggi dalam upaya
meningkatkan produktivitas adalah mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Oleh
sebab itu, manajemen harus dapat mengetahui cara-cara untuk mengukur
produktivitas pekerja sebelum melakukan upaya peningkatan produktivitas. Setiap
tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling sedikit mencakup 3
tahap berikut:

1. Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.


2. Mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3. Merencanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan
memperbaiki sikap mereka sebagai sumber utama produktivitas (Muchdarsyah,
1992: PP.64-67).

Para pemimpin harus memahami kemampuan dan keterbatasan yang


diakibatkan oleh kondisi proyek, serta mengutamakan keselamatan dan kesehatan
pekerja untuk mendapatkan tingkat produktivitas yang diinginkan dan meminimalkan
segala resiko. Program produktivitas dimulai dengan melakukan pengukuran
produktivitas di lokasi proyek. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat
memastikan bahwa perkembangan kegiatan tersebut berada pada jalur yang tepat, atau
apabila tidak maka akan dapat menemukan perubahan-perubahan apa yang perlu kita
lakukan. Koreksi dari penyimpangan-penyimpangan ini secara efektif sangat
diperlukan apabila kita ingin mencapai hasil terbaik dengan penggunaan sumberdaya
seminimal mungkin. (Putti, 1985: PP.73-74).

2.2 6 Pengaruh Produktivitas Terhadap Scheduling

Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek


harusdiselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan.Namun pada
pelaksanaannya pekerjaan di lapangan sulit disesuaikan dengan penjadwalan yang
telah dibuat. Hal ini disebabkan oleh adanya banyak faktor tak terduga yang terjadi
selama pengerjaan proyek tersebut.

Penjadwalan (Scheduling) kegiatan proyek pada umumnya divisualisasikan


kedalam sebuah kurva S. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan
kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase
kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi Kurva S dapat memberikan
informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal
rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal
proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan
koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan
hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek.

Dalam sebuah proyek masing-masing pekerjaan saling berkaitan dan


berpengaruh satu sama lain. Misalkan saja pekerjaan plesteran dinding tidak akan bisa
dilakukan sebelum pasangan bata pada dinding tersebut selesai dikerjakan. Sehingga
sangat perlu adanya ketepatan waktu pekerjaan sesuai jadwal yang telah
direncanakan, agar pekerjaan yang selanjutnya tidak ikut mundur dari jadwal yang
semestinya.
Produktivitas pekerja erat kaitannya dengan cepat atau lambatnya sebuah
pekerjaan selesai. Produktivitas yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang tidak
sesuai akan membuat pekerjaan semakin lama selesai. Sehingga akan menyebabkan
keterlambatan juga bagi pekerjaan yang lainnya. Sebaliknya produktivitas yang tinggi
dengan jumlah tenaga kerja yang sesuai akan mempercepat dalam penyelesaian
sebuah pekerjaan.

2.2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

1. Knowledge (pengetahuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249)


knowledge (pengetahuan) merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik
yang diperoleh secara formal maupun non-formal yang memberikan kontribusi
pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam
melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan
pendidikan tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan
dengan baik dan produktif.
2. Skills (ketrampilan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249) ketrampilan
adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu,
yang bersifat kekaryaan. Ketrampilan diperoleh melalui proses belajar dan
berlatih. Ketrampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau
menyelesaikan pegawai-pegawai yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang
dimiliki seseorang pegawai diharapkan mampu menyelesikan pekerjaan secara
produktif. Ketrampilan merupakan variabel yang bersifat utama dalam membentuk
produktivitas. Dengan kata lain, jika seorang pegawai memiliki ketrampilan yang baik
maka akan semakin produktif.
3. Abilities (kemampuan). Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009:249) abilities
atau kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang
pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat mencakup sejumlah 6
kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk faktor pembentuk
kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang tinggi, diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi pula, maka
seseorang dapat melaksanakan aktivitas dengan tanpa ada permasalahan teknis.
4. Attitudes (sikap). Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif-baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan-terhadap obyek, individu, atau
peristiwa (Robbins, 2008:92). Sikap (attitude) merupakan kebiasaan yang
terpolakan. Jika kebiasaan yang terpolakan tersebut memiliki implikasi positif
dalam hubungannya dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan
5. Behaviors (perilaku). Perilaku adalah operasionalisasi dan aktualisasi sikap
seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap suatu (situasi dan kondisi)
lingkungan (masyarakat, alam, teknologi, atau organisasi) (Ndraha, 1997:33).
Perilaku manusia juga akan ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang telah tertanam
dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya.
Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat dipastikan dapat
terwujud.

Variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja:

1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu


Kondisi fisik ini berupa iklim, musim atau keadaan cuaca. Misalnya adalah
temperatur udara panas dan dingin, serta hujan dan salju.Indonesia merupakan
daerah tropis, yang cuacanya panas sehingga mempercepat rasa lelah pekerja.
Sedangkan untuk sarana bantu sendiri, merupakan peralatan yang disediakan
untuk membantu menyelesaikan suatu pekerjaan. Sarana bantu diusahakan siap
pakai sesuai dengan jadwal pemeliharaan yang tepat.
2. Supervisi, perencanaan dan koordinasi
Supervisi atau penyedia adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan
tugas pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan
tugas, termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian langkah-langkah
pelaksanaan jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau pihak
lain yang terkait.
3. Komposisi kelompok kerja
Seorang penyelia lapangan memimpin satu kelompok kerja yang terdiri dari
bermacam-macam pekerja lapangan, seperti tukang batu, tukang besi, tukang kayu
dan lain-lain. Komposisi kelompok kerja berpengaruh terhadap produktivitas
tenaga kerja secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan komposisi kelompok
kerja adalah:
Perbandingan jam-orang penyelia dan pekerja yang dipimpinnya.
Perbandingan jam-orang untuk disiplin-disiplin kerja.

Perbandingan jam-orang penyelia terhadap total jam-orang kelompok kerja yang


dipimpinnya, menunjukkan indikasi besarnya rentang kendali yang dimiliki.

4. Kerja lembur
Kerja lembur sering kali dilakukan untuk mengejar sasaran jadwal yang
mengalami keterlambatan.
5. Ukuran besar proyek
Berdasarkan penelitian besar proyek (dinyatakan dalam jam-orang) juga
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan, artinya semakin besar
ukuran proyek produktivitas menurun.
6. Pekerja langsung versus subkontraktor
Ada dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan dilapangan
yaitu dengan merekrut langsung tenaga kerja dan memberikan direct hire
(kepenyelian) atau menyerahkan paket kerja tertentu kepada subkontraktor. Dari
segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5-10% dibanding
pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga kerja subkontraktor sudah terbiasa
dalam pekerjaan yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi
prosedur kerjasama telah dikuasai dan terjalin lama antara pekerja maupun
penyelia. Meskipun produktivitas lebih tinggi dan jadwal penyelesaian pekerjaan
potensial dapat lebih singkat, tetapi dari segi biaya belum tentu lebih rendah
dibanding memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead (lebih) dari
perusahaan subkontraktor.
7. Kurva pengalaman
Pengalaman akan menambah kemampuan seseorang, hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang telah mengerjakan
pekerjaan secara berulang-ulang, maka akan memperoleh pengalaman dan
peningkatan ketrampilan.
8. Kepadatan tenaga kerja
Dalam pembangunan sebuah proyek ada istilah batas pagar lokasi, ada korelasi
antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja, dan produktivitas.
Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turun luas area per pekerja,
maka semakin sibuk kegiatan per area, akhirnya akan mencapai titik dimana
kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas
(Iman Soeharto, 1995 : PP.163-169).

2.2.8 Produktivitas pekerjaan pengecetan

Nilai produktivitas pekerjaan pengecetan dinding ditentukan oleh besaran


volume pekerjaan,jumlah tenaga kerja,dan waktu efektif pekerjaan.

2.2.9 Pekerjaan Pengecetan

Yang harus dilakukan untuk memulai proses adalah penyiapan permukaan


yang akan dicat. Pastikan permukaan dinding bersih dan kering untuk mencegah
terjadinya pengelupasan. Kerjakan pengecatan pada siang hari. Mulai dari dekat
jendela. Menuju ke ruang dalam. Bila mengecat seluruh ruangan, kerjakan mulai
dari langit-langit yang diteruskan ke dinding dekat kusen jendela, pintu-pintu, dan
kemudian ke bagian bawah. Lakukan pembuangan sisa saat meklakukan pengecatan
karena kita harus bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan menghindarkan
membuang limbah/sisa cat ke dalam saluran pembuangan. Terakhir adalah
membiarkan sisa cat mengering di wadahnya sebelum dibuang ketempat sampah.

Susunan cat.

Cat dibuat dari bermacam-macam bahan dasar tersebut diaduk/dicampur


dengan perbandingan-perbandingan tertentu dan untuk bermacam-macam tujuan.
Beberapa macam bahan dasar yang digunakan untuk membuat cat antara lain :

a. Bahan pewarna (pigments) yaitu bahan-bahan campur yang memberikan warna-


warna khusus pada cat.
b. Bahan pengikat yaitu bahan campuranya yang memberikan fungsi sebagai pengikat
pada campuran.
c. Bahan pelarut yang berfungsi untuk melarutkan campuran-campuran yang digunakan
d. Bahan pengenceran yaitu bahan campuran dalam pembuataan cat berfungsi untuk
mengencerkan cat
e. Bahan pelunak yaitu bahan yang berfungsi untuk melunakan campuran zat cair.
f. Bahan pengisi yaitu bahan dalam campuran cat yang pada dasarnya tidak mepunyai
fungsi lain selain meperbesar volume.
g. Bahan sikatif yang mempunyai fungsi agar cat mudah mengalami proses mengeras
pada saat penggunaan.

2.2. 10 Alat dan Bahan untuk Pekerjaan Pengecetan


a. Kuas cat
Kuas cat adalah peralatan mengecat yang paling sering digunakan oleh
masyarakat pada umumnya. Kuas cat tersedia dalam berbagai macam ukuran
disesuaikan dengan maksud dan tujuan dan untuk mempermudah penggunaannya
yaitu ukuran 1",11/2",2",21/2",3"dan 4".

Kuas cat biasanya digunakan untuk mengecat permukaan dinding,kayu


maupun besi yang permukaanya sempit,kurang rata serta bagian yang memerlukan
ketelitian agar diperoleh hasil pengecatan yang memuaskan. Kuas cat juga dipakai
untuk mengaplikasikan cat pada bagian-bagian yang sulit dijangkau jika
menggunakan roller cat.

Jika Anda menggunakan kuas cat untuk mengecat dinding atau tembok cat
harus diaduk sampai rata sebelum digunakan,jika diperlukan campur dengan air
bersih 5-10%.Begitu juga untuk mengaplikasikan cat kayu dan besi cat juga harus
diaduk dahulu sampai rata dan jika dibutuhkan bisa dcampur dengan 1-5% thiner.

Jika Anda menggunakan kuas cat yang tidak kalah penting dan harus Anda
perhatikan adalah Anda harus sesering mungkin untuk membersihkan kuas cat
setelah selesai digunakan agar hasil pengecatan selalu rata dan bagus.Disamping itu
jika Anda selalu rajin membersihkan kuas cat setelah dipakai maka kuas cat tersebut
menjadi awet dan bisa dipergunakan lagi.

b.Kuas Roll
Pada umumnya kuas roll digunakan untuk mengecat permukaan dinding yang
luas dan rata dengan tujuan untuk mempercepat proses pengecatan.Dengan
menggunakan kuas roll juga akan memperoleh hasil pengecatan yang tampak rata
dan halus.

Kuas roll adalah salah satu peralatan mengecat yang juga sering digunakan
dalam proses pengecatan. Pada umumnya kuas roll digunakan untuk mengecat
permukaan dinding atau plafon yang luas dan rata dengan tujuan untuk mempercepat
proses pengecatan.Dengan menggunakan roll cat juga akan memperoleh hasil
pengecatan yang tampak rata dan halus.

Untuk mengaplikasikan cat pada dinding atau plafon yang luas dan rata
sebaiknya menggunakan roller yang besar untuk mempercepat proses
pengecatan.Sebaliknya jika digunakan untuk cat di dinding atau plafon pada bagian
yang kurang rata dan susah dijangkau maka sebaiknya menggunakan roll cat dengan
ukuran yang kecil agar hasilnya lebih rapi dan tidak belepotan.

Seperti halnya pada pemakaian kuas cat,pada penggunaan roll cat untuk
mengecat dinding atau tembok cat juga harus diaduk sampai rata sebelum
digunakan,jika diperlukan campur dengan air bersih 5-10%.Begitu juga untuk
mengaplikasikan cat kayu dan besi cat juga harus diaduk dahulu sampai rata dan jika
dibutuhkan bisa dcampur dengan 1-5% thiner.

c. Spray Gun
Spray Gun adalah suatu alat mengecat yang bekerja dengan cara menggunakan
udara kompresor untuk mengaplikasi cat yang diatomisasikan pada suatu permukaan
seperti dinding,kayu atau besi . Spray Gun bekerja menggunakan udara bertekanan
untuk mengatomisasi atau mengabutkan cat pada suatu permukaan.

Sebagai gambaran,prinsip kerja dari penggunaan spray Gun untuk mengecat


adalah sama seperti ketika kita menyemprotkan obat nyamuk. Jadi,ketika udara
bertekanan dikeluarkan dari lubang udara pada air cap, maka tekanan negatif akan
timbul pada ujung fluida sehingga cat pada cup akan terhisap,setelah itu cat yang
dihisap ini akan menyembur atau disemprotkan sebagai zat yang diatomisasi
(dikabutkan).

Seperti halnya pada pemakaian kuas cat dan roll cat,pada penggunaan spray
Gun untuk mengecat dinding,kayu atau besi cat juga harus diaduk sampai rata
sebelum digunakan.Perbedaannya adalah pada komposisi atau perbandingan antara
cat dan campurannya.Pada aplikasi cat dinding biasanya cat haru dicampur dengan
air bersih dengan komposisi hingga 20%,dan untuk mengaplikasikan cat kayu dan
besi biasanya cat juga harus dicampur dengan 20% thinner.

2.2.10 Tahapan Pekerjaan Pengecetan

Proses pengecetan dinding dilakukan setelah dinding benar-benar


kering,faktor kekeringan pada dinding yang akan di cat berpengaruh pada daya
rekat cat.Semua bahan dan Alat untuk pengecetan harus disediakan terlebih
dahulu,Proses pengecetan dilakukan secara bertahap sampai semua dinding tertutup
oleh cat.

Pekerjaan pengecetan dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor atau


keadaan,antara lain :

1. Material yang dicat seperti kayu,plat atau gelagar baja,plesteran dan


sebagainya.
2. Macam permukaan rata,halus,bergelombang
3. Jenis material cat yang digunakan
4. Banyak lapisan cat yang dikehendaki,biasanya tiga kali pengecetan
yaitu lapisan dasar,prngrcetan pertama dan lapisan finish.

Volume pekerjaan pengecetan pada umumnya dihitung berdasarkan satuan


luas meter persegi kecuali untuk elemen-elemen khusus misalnya pegangan tangga
serta tiang (hand rail),lis-lis tepi plafon atau dibagian bawah dinding partisi,dan
sebagainya sedangkan dalam menghitung beberapa banyak dibutuhkan cat untuk
disetiap meter persegi tergantung pada teknik mengecat,kekentalan cat,suhu
udara,dan porositas permukaan yang harus dicat.Pada pengecetan permukaan
proeus,cat dasar akan lebih banyak terisap ketimbang tahap pengecetan yang
berikutnya. Secara kasar estimasi waktu yang diperlukan untuk sekali pengecetan
struktur rangka baja biasanya sekitar 80- 100 menit utuk setiap ton

Anda mungkin juga menyukai