Membangun SPIP PDF
Membangun SPIP PDF
Membangun SPIP:
Mencari Model Implementasi Komprehensif
Abstrak
PP 60 Tahun 2008 mewajibkan menteri, kepala lembaga, gubernur, bupati, dan
walikota untuk mengimplementasikan SPIP dan menetapkan BPKP sebagai Pembina
SPIP. BPKP telah melakukan sosialisasi dan diklat SPIP agar setiap instansi memahami
makna SPIP, menyadari pentingnya SPIP, dan mampu mengimplementasikan SPIP.
Peserta diklat dan sosialisasi umumnya dapat memahami makna dan arti penting SPIP
dalam penyelenggaraan pemerintahan namun belum mengetahui bagaimana cara
mengimplementasikan SPIP. Narasumber BPKP umumnya kesulitan untuk menjelaskan
langkah praktis implementasi karena materi sosialisasi dan bahan ajar diklat belum
mencakup langkah-langkah nyata untuk menerapkan kerangka kerja SPIP secara
komprehensif. Tulisan ini berusaha untuk merumuskan panduan praktik implementasi
SPIP secara komprehensif melalui studi literatur.
penting, dan mulai mengimplementasikan model praktis yang dapat digunakan untuk
SPIP. Pengalaman penulis menunjukkan membangun SPIP secara komprehensif.
bahwa umumnya peserta diklat dan
sosialisasi dapat memahami makna dan arti PEMBAHASAN
penting SPIP dalam penyelenggaraan Gambaran Umum SPIP
pemerintahan tetapi belum memahami cara SPIP merupakan sistem pengendalian
untuk membangun SPIP secara kompre- yang diselenggarakan secara menyeluruh
hensif di lingkungan instansi masing-masing. di lingkungan pemerintah pusat dan
daerah. SPIP dilaksanakan menyatu dan
Materi bahan ajar dan sosialisasi BPKP menjadi bagian integral dari kegiatan
belum mencakup langkah-langkah nyata instansi pemerintah. SPIP bertujuan untuk
untuk membangun SPIP secara kompre- memberikan keyakinan yang memadai
hensif. Alih-alih mengembangkan panduan bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
praktis implementasi SPIP, BPKP justru pencapaian tujuan penyelenggaraan pe-
lebih dulu mengembangkan alat untuk merintahan negara, keandalan pelaporan
menilai SPI dalam bentuk Diagnostic keuangan, pengamanan aset, dan keta-
Assesment yang lebih bermanfaat untuk atan pada peraturan perundang-undangan.
mengidentifikasi hal-hal yang harus diper-
baiki pada setiap unsur pengendalian. Menurut BPKP (2009), selain untuk
Ketidaktersediaan pedoman praktis untuk melaksanakan amanat UU Nomor 1 Tahun
membangun SPIP dapat menyebabkan 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
kebingungan dan menyurutkan semangat PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP,
kementerian, lembaga, serta pemda untuk implementasi SPIP juga timbul dari kesa-
segera mengimplementasikan SPIP. daran atas kegagalan pelaksanaan sistem
pengendalian yang telah diterapkan
Tulisan ini bertujuan untuk mencari sebelumnya dalam mencegah korupsi,
model yang berisi langkah-langkah praktis kolusi, dan nepotisme dalam penyeleng-
untuk membangun SPIP secara kompre- garaan pemerintahan. Pengendalian intern
hensif. Suatu model praktis yang dapat sebelum SPIP dilakukan mengacu pada
dimanfaatkan oleh semua entitas dan Inpres No.15 Tahun 1983 tentang Pedo-
aktivitas organisasi dengan tanpa melihat man Pelaksanaan Pengawasan, Inpres
perbedaan ukuran, budaya, dan peng- No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman
alaman manajemen risiko. Mengingat Pelaksanaan Pengawasan Melekat, serta
SPIP pada dasarnya merupakan adopsi Kepmenpan No.93/Menpan/1994 tentang
dan adaptasi dari konsep pengendalian Petunjuk Pengawasan Melekat. Penyebab
menurut The Committee of Sponsoring kegagalan pengendalian tersebut antara
Organizations of the Treadway Commis- lain terjadi karena adanya reduksi makna
sion (COSO) maka penelitian dilakukan pengawasan melekat. Pengawasan mele-
dengan studi literatur mengenai implemen- kat yang secara ilmiah merupakan
tasi COSOs Entreprise Risk Management pengendalian yang dibangun melekat pada
Integrated Framework pada sektor privat kegiatan (built in control) mengalami
serta pedoman standar pengendalian reduksi makna sebagai pengawasan
intern sektor publik dari INTOSAI. Dari langsung dari atasan kepada bawahan.
hasil studi tersebut akan dirumuskan suatu Kegagalan juga terjadi karena pengenda-
3
lian lebih berorientasi pada hard factor yang serius, padahal soft factor/aspek
yang bersifat statik. Pengendalian dinamik merupakan kunci efektivitas
dianggap kuat jika organisasi telah pengendalian karena subjek pengendalian
memiliki unsur-unsur pengendalian yang adalah manusia.
dikelompokkan ke dalam enam sarana: SPIP merupakan adopsi konsep
struktur organisasi, kebijakan pelaksa- pengendalian COSO dengan berbagai
naan, rencana kerja, prosedur kerja, pen- penyesuaian untuk diterapkan pada sektor
catatan dan pelaporan, serta pembinaan publik di Indonesia. Adopsi dan adaptasi
personil. Peran faktor manusia yang tersebut dapat dilihat dari kemiripan antara
bersifat dinamik berupa kesadaran dan COSO Integrated Framework dengan
tanggung jawab semua personil terhadap perspektif SPIP sebagaimana terlihat
pentingnya pengendalian dalam organisasi dalam Gambar 1 sebagai berikut:
(soft factor) belum memperoleh perhatian
Gambar 1.
COSO Integrated Framework dan Perspektif SPIP
BPKP tidak memuat langkah praktis untuk lama dan biaya yang besar. Oleh karena
membangun SPIP yang bersifat selektif itu mereka mengemukakan suatu pende-
tetapi komprehensif. BPKP juga belum katan untuk mengimplementasikan
menerbitkan pedoman teknis untuk COSOs Entreprise Risk Management Inte-
membangun SPIP secara komprehensif. grated Framework yang dapat diterapkan
Hal-hal tersebut menimbulkan kesulitan untuk berbagai ukuran organisasi,
narasumber BPKP untuk memberikan tun- berbagai budaya organisasi, dan berbagai
tunan kepada peserta diklat dan sosialisasi pengalaman manajemen risiko yang diberi
yang akan membangun SPIP secara nama building-block approach. Pende-
komprehensif di instansi masing-masing. katan tersebut memilih unsur-unsur
Jika dibiarkan, hal tersebut dapat pengendalian secara selektif untuk me-
menyurutkan gairah dan komitmen untuk mulai membangun SPI yang komprehensif.
segera mengimplementasikan SPIP.
Kunci pendekatan ini adalah mulai dari
Beberapa Model Implementasi Sistem tujuan dan risiko organisasi, kemudian
Pengendalian Intern Berbasis COSO melaksanakan semua tahap pengendalian
yang Komprehensif dengan mengambil unsur pengendalian
secara selektif. Sistem yang selektif dan
Building-block approach Ballau dan komprehensif tersebut dijadikan sebagai
Heitger pondasi bagi pengembangan pengen-
Ballau dan Heitger (2005) menyadari dalian yang lebih lengkap secara bertahap.
bahwa merubah kultur untuk menerapkan Secara garis besar pendekatan Ballau dan
Entreprise Risk Management (ERM) Heitger dapat dituangkan dalam tabel
secara utuh membutuhkan waktu yang sebagai berikut:
Berdasarkan analisis risiko, organisasi dap suatu risiko pada risiko lain dan
menetapkan respon untuk setiap risiko menyesuaikan peta risiko yang
apakah akan diterima, dihindari, dibagi, dihasilkan pada tahap penilaian risiko
atau dikurangi. Organisasi juga harus sebagaimana dapat terdapat pada
mempertimbangkan efek respon terha- Gambar 3.
Tinggi
Risiko 5
(Asuransi)
Risiko 2
Risiko 4
(Dikurangi)
Biaya Dampak Risiko
(Aliansi)
Risiko 1
(Diterima)
Organizations Risk
Appetite
Rendah Tinggi
Probabilitas (Frekuensi) Kejadian Risiko
Setting Objectives:
Identifying Events, Risks, Assessing
Risk Enviroment/Context Strategic, Operational,
& Opportunities Risks
Reporting, Compliance
Dengan monitoring yang kontinyu, orga- suatu model implementasi SPIP yang
nisasi mampu mengidentifikasi masalah sederhana tetapi efektif. Suatu model
dalam pengendalian intern secara tepat yang utuh tetapi selektif sehingga cocok
waktu, menghasilkan informasi yang untuk berbagai organisasi dan tidak
lebih akurat untuk pengambilan putusan terlalu menghamburkan sumber daya.
dan pelaporan keuangan, serta selalu Dengan berjalannya waktu, bertambah-
dapat mengetahui efektivitas pengenda- nya pengalaman, serta bertambahnya
lian intern. manfaat yang dirasakan manajemen
maka model tersebut akan diperbaiki
MODEL IMPLEMENTASI SPIP secara berkelanjutan. Secara garis
SECARA KOMPREHENSIF besar, model yang penulis sarankan
Berdasarkan hasil studi literatur adalah sebagai berikut:
tersebut kita dapat merumuskan suatu
12
Penanggung-
jawab
Tujuan 5. Monitoring
DAFTAR PUSTAKA
Ballou, Brian and L. Heitger. 2005. A INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal
Building-Block Approach for Imple- Control Standards for the Public
menting COSOs Enterprise Risk Sector. INTOSAI General Secretariat.
Management-Integrated Framework. Vienna.
Management Accounting Quarterly,
Winter 2005, Volume.6, No.2. INTOSAI. 2004. Guidelines for Internal
Control Standards for the Public
BPKP. 2009. Modul 1: Gambaran Umum Sector Further Information on Entity
SPIP. Pusdiklatwas BPKP. Ciawi. Risk Management. INTOSAI General
Secretariat. Vienna.
BPKP. 2009. Modul 2: Lingkungan
Pengendalian. Pusdiklatwas BPKP. Republik Indonesia. 2004. Undang-
Ciawi. Undang Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara.
BPKP. 2009. Modul 3: Penilaian Risiko Setneg. Jakarta.
Pusdiklatwas BPKP. Ciawi.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan
BPKP. 2009. Modul 4: Kegiatan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
Pengendalian. Pusdiklatwas BPKP. Tentang Sistem Pengendalian Intern
Ciawi. Instansi Pemerintah. Setneg. Jakarta.
BPKP. 2009. Modul 5: Informasi dan The Committee of Sponsoring
Komunikasi. Pusdiklatwas BPKP. Organizations of the Treadway
Ciawi. Commission (COSO). 2009.
Guidance on Monitoring Internal
BPKP. 2009. Modul 6: Pemantauan Control Systems. www.cpa2biz.com
Pengendalian Intern. Pusdiklatwas diakses tanggal 27 Juli 2011.
BPKP. Ciawi.