Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Epidemiologi Kanker
Yang dibina oleh dr. Erianto Fanani, S. Ked.
Oleh
Rilo Punjung Pangestu K. M (140612604365)
Shika Mafrudhotun Nandha (140612602914)
Sonia Rahma (140612601288)
Halaman Sampul i
Daftar Isi ii
Pembahasan
1. Definisi Kanker Kulit 1
2. Faktor Resiko Kanker Kulit 2
3. Patofisiologi Kanker Kulit 5
4. Manifestasi Klinis Kanker Kulit 7
5. Macam-Macam Kanker Kulit 9
6. Stage Kanker Kulit 12
7. Data Epidemiologi Kanker Kulit 13
8. Upaya Promotif dan Pencegahan Kanker Kulit 20
ii
PEMBAHASAN
1
bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel basal, namun angka metastasisnya tidak
terlalu tinggi kecuali pada telinga dan bibir.
3) Melanoma Maligna adalah tumor yang berasal dari sel melanosit (sel-sel di epidermis
yang memproduksi/berisi melanin atau pigmen), merupakan salah satu tumor yang paling
ganas pada tubuh dengan resiko metastasis yang tinggi. Melanoma Maligna dapat dibagi
menjadi empat yaitu : Superficial Spreading Melanoma (SSM), Nodular Melanoma (NM),
Lentigo Malignant Melanoma, dan Acral Lentiginous Melanoma (ALM).
Berikut ini ialah tabel klasifikasi jenis kanker kulit menurut Buljan Marija dalam
Hendaria, 2013):
2
berada di atas bumi, dianggap merupakan penahan sinar UVB sampai ke bumi. Dengan
meningkatnya pemakaian bahan-bahan kimia tertentu, menyebabkan lapisan ozon tersebut
menjadi berlubang, sehingga mengakibatkan pancaran sinar UVB langsung mengenai
permukaan bumi. Hal ini menyebabkan peningkatan insidensi kanker kulit; c) Sinar UVC:
Sinar ini tidak dapat melewati atmosfer bumi, oleh karena itu tidak terkandung dalam
pancaran sinar matahari. Sinar ini normalnya tidak menyebabkan kanker kulit (Tan dan Dewi,
2015).
2) Melacynotic nevi
Melacynotic nevi atau biasa disebut tahi lalat adalah salah satu tumor berpigmen yang
sifatnya jinak. Biasanya baru mulai terlihat saat anak-anak dan remaja. Melacynotic nevi ini
sebenarnya bukan masalah, tetapi jika jumlahnya banyak dan bentuknya irreguler atau
ukurannya besar,kemungkinan bisa berpotensi menjadi Melanoma maligna (Tan dan Dewi,
2015).
3) Jenis Kelamin
Berikut ini ialah tabel karakteristik kasus dan kontrol kanker kulit di pulau Jawa:
3
Berikut ini ialah tabel analisis multivariat dari faktor resiko kanker kulit (jenis kelamin
dan umur) di pulau Jawa:
Tabel 3. analisis multivariat dari faktor resiko kanker kulit (jenis kelamin dan umur)
di pulau Jawa
Sumber: Penelitian Rafizar dan Nainggolan, 2010
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa pada variabel jenis kelamin, jenis
kelamin laki-laki lebih banyak terkena penyakit kanker kulit yaitu sebanyak (55,6%)
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan sebanyak (44,4%). Kemudian pada tabel 3
juga menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko lebih besar untuk terkena
penyakit kanker kulit 1,37 kali lebih besar dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan.
Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya laki-laki lebih sering bekerja di bawah
sinar terik matahari dibanding perempuan. Ada banyak profesi-profesi yang mengharuskan
selalu berada di luar ruangan menyebabkan keterpaparan terhadap sinar matahari cukup
besar. Profesi di luar ruangan itu banyak ditempati oleh jenis kelamin laki-laki. Ditambah lagi
adalah kebiasaan laki-laki yang tidak terlalu memperhatikan perawatan kulit mereka
dibandingkan dengan perempuan yang lebih rajin merawat kulit mereka. Rahimah dan Hari
Sukanto (1990) menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya kanker kulit non melanoma
ditentukan oleh kombinasi dari berbagai faktor, yaitu kebiasaan terpapar sinar matahari,
pekerjaan dan tingkat pigmentasi kulit. Wajah, kepala, leher, punggung tangan dan lengan
merupakan lokasi utama terjadinya kanker kulit non melanoma (Rafizar dan Nainggolan,
2010).
4) Umur
Pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa pada variabel kelompok umur, yang paling
banyak adalah berturut-turut kelompok umur 4049 tahun (23,2%), kelompok umur 3039
tahun (21,2%). Kemudian pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa variabel umur adalah faktor
4
risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit kanker kulit. Dari faktor umur, orang yang
paling rentan terkena kanker kulit adalah pada usia 30 tahun ke atas. Ada kecenderungan
bahwa risiko terkena kanker kulit akan semakin besar seiring dengan bertambahnya usia
seseorang. Hal ini disebabkan oleh karena semakin bertambah usia seseorang maka
keterpaparan atau kontak langsung dengan sinar matahari juga akan semakin banyak (Rafizar,
2010).
5) Riwayat Keluarga
Menurut Suharyanto dan Prasetyo, 2004 dalam Rafizar dan Nainggolan (2010), di
samping faktor resiko dari luar terdapat juga faktor resiko dari dalam yaitu materi genetik
tubuh sendiri. Faktor genetik, adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama
dapat meningkatkan risiko 200 kali terjangkitnya melanoma maligna (Rafizar dan
Nainggolan, 2010).
6) Ras
Menurut US preventive service task force, 2009 dalam Rafizar dan Nainggolan (2010),
orang dengan warna kulit terang atau putih lebih rentan terkena kanker kulit, daripada mereka
yang warna kulitnya lebih gelap. Hal itu disebabkan pigmen orang kulit putih lebih tipis.
Pada ras kaukasia (Eropa dan sekitarnya) ternyata lebih banyak menderita kanker kulit
dibandingkan dengan kulit berwarna, sehingga kuat diduga bahwa faktor ras juga memegang
peranan yang penting terhadap kejadian penyakit kanker kulit.
5
berlebihan. Keadaan ini menimbulkan massa yang tumbuh dari jaringan yang disebut suatu
"tumor" atau "neoplasma." Karena semakin banyak sel-sel membelah dan saling menumpuk,
koordinasi normal jaringan secara bertahap menjadi terganggu. Tumor jinak (misalnya tahi
lalat kulit, lipoma): pertumbuhan abnormal yang tumbuh perlahan-lahan, menyerupai sel-sel
normal, dan masih memiliki protein pada permukaan yang mengikat dan dapat metastasis.
Hyperplasia
Perkembangan dimulai dengan mutasi yang membuat sel lebih mungkin untuk
membagi/membelah. Sel berubah dan tumbuh serta membelah melebihi keadaan normal,
kondisi tersebut disebut hyperplasia. Di beberapa titik, salah satu sel-sel ini mengalami
mutasi lebih lanjut sehingga meningkatkan kecenderungan untuk melakukan pembelahan sel
secara berlebihan dan terlihat tidak normal, kondisi ini disebut displasia. Dengan berjalannya
waktu, kondisi tersebut menyebabkan struktur yang awalnya normal berubah menjadi
abnormal, hilangnya diferensiasi, dan hilangnya kontak antara sel-sel lainnya. Namun, masih
terbatas pada lapisan epitel, sehingga keadaan ini disebut kanker in situ. Jika tidak diobati,
kanker in situ mungkin tetap terbatas pada lapisan epitel tanpa batas waktu, tetapi dapat
memperoleh mutasi tambahan yang memungkinkan untuk berkembang menjadi kanker
invasif dan memungkinkan untuk menyerang jaringan yang berada didekatnya dan dapat juga
masuk ke dalam darah atau getah bening, tumor dikatakan kanker invasif (ganas). Sel-sel
yang lolos dapat membentuk tumor baru (metastasis) di lokasi lain di dalam tubuh. Metastasis
adalah pergerakan atau penyebaran sel-sel kanker dari satu organ atau jaringan lain dan
berkembang biak di lokasi baru. Sel-sel kanker biasanya menyebar melalui aliran darah atau
sistem getah bening. Massa tumor juga dapat menyebar secara lokal, dan menimbulkan
kerusakan jaringan sekitarnya. (Boston University School of Public Health, 2013)
6
Sumber : Boston University School of Public Health, 2013
7
Bercak ini ditemukan pada kulit yang berwarna pucat seperti ditelapak kaki dan telapak
tangan. Bercak ini mula-mula dangkal, berwarna hitam keabuan,batas kabur,tepi tidak
teraba, tidak sakit maupun gatal. Kemudian bercak cepat berubah menjadi lebih hitam,
menonjol diatas permukaan kulit , dan tumbuh ke dalam kulit serta mudah berdarah.
8
Gambar Tanda Kanker Kulit dengan Formula ABCDE
Sumber : Boston University School of Public Health, 2013
9
Pada perabaan terasa b. Bentuk invasif : dapat infeksi dengan cairan
keras dan berbatas tegas. terdiri dari bentuk sero-porulen, perdarahan,
b. Bentuk kistis : bentuk ini intraepidermal, ulserasi atau krusta.
jarang ditemukan, prakanker, de novo (kulit
permukaan licin, normal).
menonjol di permukaan Mula-mula tumor berupa
kulit berupa nodus atau nodus yang keras dengan
nodulus, perabaan keras, batas-batas yang tidak tegas,
mudah digerakkan dari permukaannya mula-mula b. Bentuk nodular : nodus
dasarnya. licin namun akhirnya yang ditemukan biasanya
c. Bentuk superfisial : berkembang menjadi berwarna biru kehitaman
bentuk ini menyerupai verukosa atau papiloma. dengan batas yang tegas,
penyakit bowen, lupus Pada keadaan ini biasanya bentuk yang terbatas di
eritematosus, psoriasis tampak skuamasi yang epidermal dengan
atau dermatomikosis. menonjol. permukaan licin, nodus
Ditemukan multipel, Pada perkembangan lebih menonjol di permukaan
ukurannya dapat berupa lanjut tumor biasanya kulit dengan bentuk yang
plakat dengan eritema, menjadi keras bertambah tidak teratur, bentuk
skuamasi halus dengan besar ke samping atau ke eksofitik disertai ulserasi.
pinggir yang agak keras arah yang lebih dalam. Umumnya ditemukan di
seperti kawat dan agak Ulserasi dapat terjadi daerah telapak kaki
meninggi, warnanya umumnya mulai di tengah
dapat hitam berbintik- dan berukuran 1-2 cm.
bintik atau homogen Ulserasi diikuti dengan
terkadang menyerupai pembentukan krusta dengan
melanoma maligna. pinggir yag keras serta
d. Bentuk morfea : datar, mudah berdarah.
c. Lentigo maligna
berbatas tegas, tumbuh
melanoma : kadag-kadang
lambat berwarna
meliputi bagian yang agak
kekuningan, pada
luas di muka, warna
perabaaan pinggirnya
coklat kehitaman serta
keras.
tidak homogen, bentuk tak
beraturan, pada bagian
10
tertentu dapat tumbuh
nodus yang berbatas tegas
setelah bertahun-tahun.
11
Gambar Karsinoma Sel Basal, Karsinoma sel Skuamosa dan Melanoma
Sumber : Boston University School of Public Health, 2013
12
4. Stage III : kanker telah menyebar di bawah kulit, kartilago, otot, tulang dan kelenjar
getah bening terdekat. Pada stage ini kanker belum menyebar luas ke tubuh.
5. Stage IV : kanker telah menyebar ke seluruh tubuh.
13
Sumber : CDC, 2016
Data diatas merupakan data distribusi kanker melanoma yang terdapat di negara
Amerika Serikat pada tahun 2008-2012. Dari data diatas dapat diketahui bahwa kasus kanker
kulit di Amerika diklasifikasikan berdasarkan ras/etnik yang hidup di Amerikan yang identik
dengan perbedaan warna kulit. Kasus kanker kulit pada semua ras/etnik di amerika berada di
angka 19,9 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 65.332. Kasus kanker kulit pada laki
laki di semua ras/etnik berada di angka 25,5 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya
37,971 kasus. Kasus kanker kulit pada perempuan di semua ras/etnik berada di angka 16,0
dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 27,361 kasus.
Kasus kanker kulit berdasarkan ras kulit putih di Amerika berada di angka 22,6 dengan
angka rata-rata jumlah tahunannya 61,769. Kasus kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras
kulit putih di Amerika berada di angka 4,6 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 5,838
kasus. Kasus kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit putih di Amerika berada di
angka 2,0 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 3,033 kasus. Kasus kanker kulit
berdasarkan ras kulit putih hispanik di Amerika berada di angka 4,3 dengan angka rata-rata
jumlah tahunannya 1,257. Kasus kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras kulit putih
hispanik di Amerika berada di angka 4,8 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 574
kasus. Kasus kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit putih hispanik di Amerika
berada di angka 4,2 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 683 kasus. Kasus kanker kulit
berdasarkan ras kulit putih non hispanik di Amerika berada di angka 25,1 dengan angka rata-
rata jumlah tahunannya 60,512. Kasus kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras kulit putih
non hispanik di Amerika berada di angka 31,2 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya
35,543 kasus. Kasus kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit putih non hispanik di
Amerika berada di angka 20,7 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 24,969 kasus.
Kasus kanker kulit berdasarkan ras kulit hitam di Amerika berada di angka 1,0 dengan angka
rata-rata jumlah tahunannya 341. Kasus kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras kulit
hitam di Amerika berada di angka 1,1 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 155 kasus.
Kasus kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit hitam di Amerika berada di angka
1,0 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 186 kasus. Kasus kanker kulit berdasarkan ras
Indian di Amerika berada di angka 4,6 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 134 kasus.
Kasus kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras Indian di Amerika berada di angka 5,7
dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 71 kasus. Kasus kanker kulit pada perempuan
berdasarkan ras Indian di Amerika berada di angka 4,0 dengan angka rata-rata jumlah
14
tahunannya 6,4 kasus. Kasus kanker kulit berdasarkan ras Asian di Amerika berada di angka
1,3 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 191 kasus. Kasus kanker kulit pada laki-laki
berdasarkan ras Asian di Amerika berada di angka 1,5 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 94 kasus. Kasus kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras Asian di Amerika
berada di angka 1,2 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 96 kasus. Kasus kanker kulit
berdasarkan ras hispanik di Amerika berada di angka 4,2 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 1,346. Kasus kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras hispanik di Amerika
berada di angka 4,7 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 615 kasus. Kasus kanker kulit
pada perempuan berdasarkan ras hispanik di Amerika berada di angka 4,1 dengan angka rata-
rata jumlah tahunannya 731 kasus.
Data diatas merupakan data distribusi kematian akibat kanker melanoma yang terdapat
di negara Amerika Serikat pada tahun 2008-2012. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
kematian akibat kanker kulit di Amerika diklasifikasikan berdasarkan ras/etnik yang hidup di
Amerikan yang identik dengan perbedaan warna kulit. Kasus kematian kanker kulit pada
semua ras/etnik di amerika berada di angka 2,7 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya
9,071. Kasus kematian kanker kulit pada laki laki di semua ras/etnik berada di angka 4,1
dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 5,936 kasus. Kasus kematian kanker kulit pada
perempuan di semua ras/etnik berada di angka 1,7 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya
3,135 kasus.
15
Kasus kematian kanker kulit berdasarkan ras kulit putih di Amerika berada di angka 3,1
dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 8,872. Kasus kematian kanker kulit pada laki-laki
berdasarkan ras kulit putih di Amerika berada di angka 4,6 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 5,838 kasus. Kasus kematian kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit
putih di Amerika berada di angka 2,0 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 3,033 kasus.
Kasus kematian kanker kulit berdasarkan ras kulit putih hispanik di Amerika berada di angka
0,8 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 210. Kasus kematian kanker kulit pada laki-
laki berdasarkan ras kulit putih hispanik di Amerika berada di angka 1,1 dengan angka rata-
rata jumlah tahunannya 123 kasus. Kasus kematian kanker kulit pada perempuan berdasarkan
ras kulit putih hispanik di Amerika berada di angka 0,6 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 87 kasus. Kasus kematian kanker kulit berdasarkan ras kulit putih non hispanik di
Amerika berada di angka 3,4 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 8,651. Kasus
kematian kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras kulit putih non hispanik di Amerika
berada di angka 5,0 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 5,709 kasus. Kasus kematian
kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit putih non hispanik di Amerika berada di
angka 2,1 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 29,42 kasus. Kasus kematian kanker
kulit berdasarkan ras kulit hitam di Amerika berada di angka 0,4 dengan angka rata-rata
jumlah tahunannya 132. Kasus kematian kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras kulit
hitam di Amerika berada di angka 0,5 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 63 kasus.
Kasus kematian kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras kulit hitam di Amerika berada
di angka 0,4 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 70 kasus. Kasus kematian kanker
kulit berdasarkan ras Indian di Amerika berada di angka 0,7 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 19 kasus. Kasus kematian kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras Indian di
Amerika berada di angka 1,0 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 11 kasus. Kasus
kematian kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras Indian di Amerika berada di angka
0,6 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 8 kasus. Kasus kematian kanker kulit
berdasarkan ras Asian di Amerika berada di angka 0,4 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 48 kasus. Kasus kematian kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras Asian di
Amerika berada di angka 0,4 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 24 kasus. Kasus
kematian kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras Asian di Amerika berada di angka 0,3
dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 24 kasus. Kasus kematian kanker kulit
berdasarkan ras hispanik di Amerika berada di angka 0,8 dengan angka rata-rata jumlah
tahunannya 214. Kasus kematian kanker kulit pada laki-laki berdasarkan ras hispanik di
Amerika berada di angka 1,0 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 125 kasus. Kasus
16
kematian kanker kulit pada perempuan berdasarkan ras hispanik di Amerika berada di angka
0,6 dengan angka rata-rata jumlah tahunannya 88 kasus.
Data diatas marupakan data insiden kanker kulit yang terjadi di Amerika Serikat pada
tahun 1975-2012. Dari data diatas dapat diketahui bahwa terus terjadi kenaikan dari tahun ke
tahun sampai tahun 2012 dan tidak mengalami penurunan. Insiden kanker kulit pada laki-laki
lebih tinggi daripada peremuan, dapat dilihat dari grafik yang erwarna biru merupakan laki-
laki dan warna oranye merupakan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan angka
insiden kanker kulitnya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
17
Sumber : CDC, 2016
Data diatas merupakan data kematian per 100.000 penduduk akibat kanker kulit yang
terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1975-2012. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
terus terjadi kenaikan angka kematian pada laki-laki dari tahun ke tahun sampai tahun 2012
dan tidak mengalami penurunan. Pada kasus kematian akibat kanker kulit pada perempuan
cenderung stagnan antara 1,5 dan 2 kematian per 100.000 penduduk. Kasus kematian kanker
kulit pada laki-laki lebih tinggi daripada peremuan, dapat dilihat dari grafik yang erwarna
biru merupakan laki-laki dan warna oranye merupakan perempuan.
Data diatas merupakan data laporan penelitian kasus kanker kulit yang terjadi di
Indonesia tepatnya di RS Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2002 sampai dengan Maret
2007. Pada data diatas diketahui jumalah penderita kanker kulit dari tahun 2002 sampai maret
18
2007 berjumlah 43 orang. 18 karsinoma sel basal, 16 karsinoma sel skuamosa, dan 9
melanoma maligna.
Data diatas merupakan data laporan penelitian kasus kanker kulit yang terjadi di
Indonesia tepatnya di RS Dr. M. Djamil Padang berdasarkan jenis kelamin pada Januari 2002
sampai dengan Maret 2007. Dari data diatas kasus kanker kulit lebih banyak ditemukan pada
perempuan dengan 24 kasus (55,9%). Dan pada laki-laki terdapat 19 kasus (44,1%).
19
Data diatas merupakan data laporan penelitian kasus kanker kulit yang terjadi di
Indonesia tepatnya di RS Dr. M. Djamil Padang berdasarkan umur pada Januari 2002 sampai
dengan Maret 2007. Dari data diatas didapatkan angka kejadian tertinggi adalah pada umur
51-60 tahun dengan 15 kasus (33,5%). Dan angka kejadian tertinggi kedua terdapat ada umur
31-40 dengan 8 kasus (18,4%). Kemudian selanjutnya angka kejadian pada umur 41-50 sama
dengan angka kejadian pada umur 61-70 dengan masing-masing 6 kasus (13,7%).
Selanjutnya angka kejadian pada umur 21-30 terdapat 4 kasus (9,2%). Angka kejadian pada
umur 11-20 sama dengan angka kejadian pada umur 71-80 dengan masing-masing 2 kasus
(4,6). Yang terakhir adalah kasus pada umur 81-90 tahun dengan 1 kasus (2,3%).
20
8.2. Pencegahan Kanker Kulit
8.2.1. Pencegahan Primer Kanker Kulit
Pencegahan primer atau tingkat pertama ditujukan kepada orang-orang yang termasuk
dalam kelompok resiko tinggi yaitu yang belum menderita kanker payudara, diantaranya :
yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker, pernah menderita kanker sebelumnya, dan
lain-lain (Indrati, 2005). Pencegahan primer juga merupakan upaya mengurangi paparan
agent penyakit, menghindari faktor resiko dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Beberapa hal lain yang juga perlu dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker kulit
antara lain:
1. Membatasi diri dari pajanan sinar UV. Bila berpergian keluar rumah/gedung saat
matahari bersinar terang, lindungi diri dengan memakai pakaian tertutup, mengoleskan
sunscreen terutama di area yang masih bisa terpapar langsung sinar matahari, pakailah
topi, dan gunakan kacamata hitam untuk melindungi mata dan kulit di sekitarnya yang
sensitif (Tansil Tan, 2015).
Sedangkan menurut CDC (2014) rekomendasi untuk perlindungan dari radiasi sinar UV
yaitu berada di tempat yang teduh terutama selama tengah hari, menggunakan pakaian
yang tertutup, menggunakan topi dengan pinggiran yang lebar sehingga menutupi kepala,
telinga dan leher, menggunakan kacamata hitam untuk menghalau sinar UVA dan UVB,
menggunakan suncreen.
2. Tahi lalat apapun bentuknya, sebaiknya diperiksa dokter. Jika dianggap berisiko,
sebaiknya dibuang. Jika ditemukan tahi lalat yang baru muncul di wajah, bentuknya
aneh, dan membesar maka segera diperiksa (Tansil Tan, 2015).
3. Konseling setiap 6 bulan sekali dan lakukan beberapa tes genetik bila berisiko tinggi.
Bila dalam keluarga ada penderita kanker kulit atau punya riwayat menderita kanker
kulit, maka risiko terkena atau rekurensi lebih tinggi. Gen CDKN2A (p16) ditemukan
bermutasi dalam keluarga yang mempunyai risiko tinggi terkena kanker kulit. Tes
genetik untuk mengetahui perubahan gen sudah dapat dilakukan walaupun belum
direkomendasikan. (Tansil Tan, 2015).
4. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan yang dianjurkan untuk mencegah,
mengurangi dan mengatasi kanker. Antioksidan untuk mencegah kanker kulit banyak
terkandung di makanan yang mengandung beta karoten, vit E dan vit C. (Cipto, dkk,
2001).
5. Skrinning kanker kulit dapat dilakukan sendiri dengan mengamati tanda-tanda dari
kanker kulit. Skrinjing kanker kulit dapat dilaukan dengan Periksa Kulit Sendiri
21
(SAKURI). Waspadai tanda kanker kulit ABCDE (A=Asimetris, B=Batas tak tegas/tak
rata, C=Color/berwarna-warni tidak sama rata, D=Diameter lebih besar dari biji jagung,
E=Evolusi atau mengalami perubahan atau bertambah besar seiring waktu, terdapat
keluhan gatal, berdarah dan berkeropeng). (Kementrian Kesehatan, 2015).
22
juga untuk pengobatan. Biopsi ini cocok untuk lesi tumor jinak. Dapat pula dilakukan pada
tumor ganas (Melanoma Maligna) yang berukuran kecil, karena angka kekambuhan setelah
eksisi total sangat rendah (Wardani, 2005).
Pengangkatan tumor akan menyebabkan kehilangan kulit. Lesi tumor yang kecil dan
lokasi yang mudah pengangkatan dapat dilakukan dengan eksisi sederhana yaitu eksisi
bentuk spindel (fusiformis) dengan sumbu panjang sesuai garis RSTL (Rest Skin Tension
Line). Dengan tambahan undermining kulit sekitar eksisi, jahitan kulit dapat dilakukan
dengan sedikit regangan. Undermining akan mempermudah penutupan kulit tanpa regangan,
memungkinkan penutupan kulit lapis demi lapis dan menempelkan tepi irisan dengan baik.
(Cipto, dkk, 2001)
2. Pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan pilihan utama dan bisa dipergunakan baik terhadap
lesi yang kecil maupun yang besar. Pembedahan harus dilakukan dengan pembiusan total
karena pembiusan lokal dapat terjadi penyeberangan dari sel-sel tumor mengikuti ujung
jarum suntik yang dipergunakan. Pembedahan yang dilakukan sebagai terapi dari karsinoma
sel skuamosa kulit adalah eksisi luas dengan batas irisan dari tepi tumor sebesar 2 cm atau
lebih dalam 2 cm. Ada beberapa ahli yang mengatakan bila diameter terpanjang tumor
tersebut < 2 cm maka irisan cukup 1 cm dari tepi tumor, sedangkan bila diameter terpanjang
dari tumor tersebut > 2 cm maka dianjurkan untuk melakukan irisan 2 cm atau lebih.
Penanganan terhadap luka pasca eksisi dapat dilakukan penutupan primer, hanya dianjurkan
jangan melakukan pembebasan jaringan subkutis bila luka lebar tapi disarankan untuk
melakukan tandur kulit. Hal ini untuk mengurangi terjadinya skar ataupun sikatrik yang dapat
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya kekambuhan. Keuntungan dari tindakan
pembedahan yaitu dapat dilakukan pada tumor yang kecil atau besar, dapat dilakukan pada
kasus yang residif (bisa kambuh/balik lagi), jaringan bawah kulit yang terkena dapat
sekaligus dieksisi. Sedangkan kerugiannya yaitu tidak dapat dilakukan pada penderita dengan
kontraindikasi operasi (gangguan fungsi hati, jantung, ginjal), lokasi tumor yang bila
dilakukan eksisi dapat menimbulkan problem baru seperti palpebra dan jarak eksisi dari tepi
tumor yang tidak dapat optimal. (Suryanegara, 2015)
3. Radioterapi
Radioterapi pada penderita karsinoma sel skuamosa kulit dianjurkan diberikan pada
penderita yang lesi tumornya terletak pada daerah yang sulit (sekitar mata, bibir dan hidung)
23
bila dilakukan pembedahan ataupun pada penderita yang sudah dilakukan eksisi dan tidak
dapat melakukan irisan pada jarak 2 cm dari tumor dan penderita sudah tua. Dosis total yang
dianjurkan adalah 4000 4500 rad, yang diberikan 300 rad/hari berturut turut sampai 5 hari
atau minggu dan lama pemberian adalah 2 3 minggu. Kesembuhan karsinoma sel skuamosa
kulit setelah radioterapi jika ukuran tumor < 1 cm, 1 5 cm 76 %, dan jika > 5 cm 56 %.
(Suryanegara, 2015). Penyinaran lokal diberikan lapangan radiasi meliputi tumor dengan 1-2
cm jaringan sehat di sekelilingnya. Penyinaran dilakukan dengan dosis 200 cGy pre fraksi, 5
fraksi dalam 1 minggu dengan total dosis 4000 cGy. (Putra, 2008).
4. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik terdiri dari kemoterapi dan bioterapi/imunoterapi (Tansil Tan,
2015). Kemoterapi adalah metode dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel
kanker khusus pada tipe Melanoma Maligna.2 Hal ini disebabkan karena sifat dari Melanoma
24
Maligna yang sering melakukan metastasis ke organ lain.2 Beberapa jenis obat kemoterapi
yang digunakan adalah Dacarbazine (DTIC), Cisplatin yang dikombinasikan dengan
Vinblastine, Temozolomide (Temodar), dan Paclitaxel. (Hendaria, 2011). Sedangkan
Bioterapi dikenal juga dengan imunoterapi. Bioterapi menggunakan sistem imun tubuh untuk
memerangi sel kanker. Sistem imun tubuh ialah sebuah penghubung antara organ dan sel-sel
yang bekerja untuk melindungi tubuh melawan penyakit. Sistem ini bekerja untuk mencari
sel-sel yang tidak normal dan mencoba untuk menghancurkan. Bioterapi ini dapat menolong
sel sistem imun tubuh untuk menemukan sel yang tidak normal lalu menghancurkan sel
kanker (Childrens Oncology Group, 2011)
Kombinasi keduanya disebut biokemoterapi/imunokemoterapi. Terapi sistemik dapat
dibagi menjadi pengobatan terapi sistemik adjuvan pada stadium IIa-IIIa-IIIb, kemoterapi
stadium lanjut, dan kemoterapi pada melanoma rekuren. Terapi sistemik adjuvan dengan
interferon alfa-2b mengurangi kekambuhan dan memperpanjang masa lama hidup pasien
secara bermakna. Kemoterapi stadium lanjut menggunakan obat tunggal kemoterapi, seperti
dacarbazine (paling populer karena responsif pada metastasis viseral), carmustine,
cisplatinum, vinblastine, paclitaxel, tamoxifen, dan carboplatin. Kemoterapi kombinasi
diterapkan bila respons terhadap obat tunggal rendah. Kemoterapi kombinasi standar adalah
CVD regimen dan Dartmouth regimen. CVD regimen adalah kombinasi cisplatin,
vinblastine, dan dacarbazine. Dartmouth regimen adalah kombinasi cisplatin, dacarbazine,
carmustine, dan tamoxifen (Tansil Tan, 2015).
5. Sitostatika
Sitostatika adalah zat zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel
ganas. Prinsipnya dengan pengobatan untuk merusak langsung DNA (dan RNA) sel.
Senyawa yang digunakan berfungsi untuk mematikan sel-sel dengan menstimulir apoptosis
(Wahyuni, 2013). Modalitas terapi ini dianjurkan sebagai suatu terapi tambahan dan terutama
untuk kasus dengan adanya metastase jauh, juga pada penderita dengan lesi pada tempat sulit
untuk melakukan eksisi 2 cm dari tepi tumor. Adapun yang dipergunakan untuk terapi ini
adalah Bleomysin dengan dosis 15 mg/m2 luas permukaan badan (lpb), dapat dikombinasi
dengan Metotrexat 30 mg/m2 atau dikombinasi dengan Cisplatinum 60 mg/m2 dan
Metotrexat 30 mg/m2 hari kedua, serta diulang tiap 3 minggu. Berreta menganjurkan
pemberian Adriamycine dengan dosis 50 mg/m2 lpb dan Cisplatinum dengan dosis 75 mg/m2
lpb (CP) dengan pemberian setiap 3 minggu sekali atau siklofosfamid 500 mg/m2 hari kedua,
Vinkristin 1,5 mg/m2 lpb hari ke-1, 8, dan 15, Adriamicin 50 mg/m2 hari kedua, dan
25
Dakarbasin 250 mg/m2 hari ke- 1 sampai ke-5 (CYDAVIC) serta diulang tiap 3 minggu.
Pada stadium lanjut dan tak bisa dioperasi maka modalitas terapi yang lebih baik adalah
kombinasi antara sitostatika Karboplatin (turunan Cisplatin) 50 mg/m2 pada hari ke-1 4,
minggu ke 1,2,5, dan 6 (hari ke 1 dan 2) diikuti radioterapi mulai minggu ke 3, 6 7,2 Gy
dengan 2,1 Gy perhari (Suryanegara, 2015).
26
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2016. Signs and Symptoms of Melanoma Skin Cancer. (Online),
(http://www.cancer.org/cancer/skincancer-melanoma/detailedguide/melanoma-skin-
cancer-signs-and-symptoms), diakses 22 Oktober 2016.
Azamris. 2011. Kanker Kulit di Bangsal Bedah RS Dr. M. Djamil Padang. (Online),
(http://www.kalbemed.com/portals/6/1_10_183kankerkulit.pdf), diakses 29 Oktober
2016.
Boston University School of Public Health. 2013. The Biology of Cancer. (Online),
(http://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/MPH-
Modules/PH/PH709_Cancer/PH709_Cancer_print.html), diakses 27 Oktober 2016.
CDC. 2016. Skin Cancer Prevention: Progress Report 2016. (Online),
(http://www.cdc.gov/cancer/skin/pdf/skincancerpreventionprogressreport_2016.pdf),
diakses 27 Oktober 2016.
Childrens Oncology Group. 2011. Immunotherapy. (Online).
(https://childrensoncologygroup.org/index.php/treatmentoptions-84/immunotherapy),
diakses 26 Oktober 2016.
Cipto, dkk. 2001. Deteksi dan Pelaksanaan Kanker Kulit Dini. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Gunawan, D., Wijaya, LV., Oroh, EEC. 2011. Tumor Kulit Ganas di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Mando. Manado: Bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK USRAT
Hendaria, Made Putri. 2011. Kanker Kulit. (Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14469&val=970), diakses 22
Oktober 2016.
Hendaria, MP., Asmarajaya, AAGN., Maliawan, S. 2013. KANKER KULIT. Denpasar:
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNUD
Kemenkes RI. 2013. Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. (Online).
(http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/PEDOMAN_PALIATIF_acacia/-
15_Mei_2013.pdf), diakses 5 September 2016.
Kemenkes RI. 2015. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit
Kanker. Jakarta: Kemenkes RI (Online). Diakses pada 27 Oktober 2016.
27
Kementrian Kesehatan. 2015. Brosur Deteksi Dini. (Online).
(http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/BrosurDeteksiDini.pdf), diakses 20 Oktober
2016.
Moerbono, M. 2013. Cyrosurgery. Edisi: Kedua. (Online),
(https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/32088/NzMzMDk=/CRYOSURGERY-
IN-DERMATOLOGY-abstrak.pdf), diakses 20 Oktober 2016.
National Institutes of Health. 2013. Staging Skin Cancer. (Online).
(https://nihseniorhealth.gov/skincancer/stagingskincancer/01.html), diakses 16 Oktober
2016.
National Institutes of Health. 2013. Staging Skin Cancer. (Online).
(https://nihseniorhealth.gov/skincancer/stagingskincancer/01.html), diakses 22 Oktober
2016.
Partogi, Donna. 2008. Teknik Eksisi. (Online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3404/1/08E00850.pdf), diakses 20
Oktober 2016.
Putra, Imam. 2008. Karsinoma Sel Basal. (Online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3412/1/08E00603.pdf), diakses 20
Oktober 2016.
Rafizar dan Nainggolan. 2010. Faktor Determinan Tumor/Kanker Kulit di Pulau Jawa
(Analisis data RISKESDAS 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
Sudaryanto, dkk. 2011. Kanker Kulit. (Online), (http://docslide.us/documents/ca-kulit-revisi-
fix.html#), diakses 22 Oktober 2016.
Suryanegara, E. 2015. Karsinoma Sel Skuamosa. (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/46666/3/BAB_II.pdf), diakses 21 Oktober 2016.
Tan, ST., Dewi, IP. 2015. Melanoma Maligna. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK Universitas Tarumanegara.
Tansil Tan, Sukmawati. 2015. Melanoma Maligna. (Online),
(http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_235Melanoma%20Maligna.pdf), diakses 21
Oktober 2016.
Wahyuni, Fatmasari. 2013. Sitostatika. (Online).
(http://ffarmasi.unand.ac.id/bahanajar,rpkps,jurnal,buku,cv/BA.RPKPS/Fatma%20Sri%
20WahyuniRPKPS%20dan%20Lecture%20Note/farmakoterapi%20III%20BA/Pertemu
an-2.pdf), diakses 22 Oktober 2016.
28
Wardani, Restu. 2005. Biopsi dalam Bidang Dermatologi. (Online),
(file:///C:/Users/ACER/Downloads/66-197-1-PB.pdf), diakses 20 Oktober 2016.
Wiendartun. 2010. Radioterapi. (Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112-
WIENDARTUN/RADIOTERAPI.pdf), dikases 20 Oktober 2016.
29