Disusun oleh :
Lia Wijayanti
24030114120019
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul Pemanfaatan Limbah Tulan Ikan Tenggiri sebagai Lem Ikan (fish
glue). Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
Ujian akhir Semester mata kuliah Analisis Bahan Industri. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan baik dalam segi materi, cara penyajian dan teknik penulisan.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.4 Kolagen
Kolagen merupakan 30% dari total protein dalam vertebrata. Kata
"kolagen" berasal dari kata Yunani 'Kolla' dan 'genos' yang berarti masing-
masing lem dan pem-bentukan. Kolagen telah teraplikasi ke ber-bagai
biomedis dan farmasi. Aplikasi ter-sebut termasuk pengobatan nyeri terkait
dengan osteoarthritis, hipertensi, implan pada manusia, dan lain-lain. Sebagian
besar kola-gen berasal dari kulit sapi dan babi. Wabah penyakit hewan tertentu
seperti penyakit mulut dan kaki (PMK) telah menyebabkan pembatasan pada
penggunaan kolagen hewan karena ada kemungkinan penyakit ini dapat
ditularkan kepada manusia (Muralidharan et al., 2011). Selain itu, Muslim dan
Yahudi tidak menerima produk makanan apapun dari babi, sementara Hindu
tidak mengkonsumsi produk berbahan dasar sapi. Dalam keadaan seperti itu,
kolagen ikan dianggap sebagai alternatif terbaik karena ketersediaan yang
tinggi, tidak ada risiko penularan penyakit dan tidak ada hambatan agama
(Pranoto et al., 2007). Salah satunya yang sangat prospektif untuk
dikembangkan adalah yang berasal dari hasil samping pengolahan ikan, yaitu
tulang-tulang ikan, karena mencakup 10-20% dari total berat tubuh ikan.
Kandung-an kolagen pada ikan yang bertulang keras sebanyak 15-17%, yang
termasuk dalam ikan bertulang keras diantaranya adalah ikan Kakap Merah,
ikan Tuna, ikan Nila dan lain-lain (Sari et al., 2012).
2.5 Gelatin
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit,
tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan
kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari
seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi
oleh prolin dan hidroksiprolin (Chaplin, 2005). Asam-asam amino saling
terikat melalui ikatan peptida membentuk gelatin. Pada Gambar 2 dapat dilihat
susunan asam amino gelatin berupa Gly-X-Y dimana X umumnya asam amino
prolin dan Y umumnya asam amino hidroksiprolin. Tidak terdapatnya
triptofan pada gelatin menyebabkan gelatin tidak dapat digolongkan sebagai
protein lengkap (Grobben, et al. 2004)
Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,
propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton,
karbon tetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organic lainnya.
Menurut Norland (1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1 oC dan
cenderung membentuk gel pada suhu 48,9 oC. Sedangkan menurut Montero,
et al. (2000), pemanasan yang dilakukan untuk melarutkan gelatin sekurang-
kurangnya 49 oC atau biasanya pada suhu 60 70 oC. Gelatin memiliki sifat
dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel, membengkak atau
mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi
viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid (Parker, 1982).
Menurut Utama (1997), sifat-sifat seperti itulah yang membuat gelatin lebih
disukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya seperti gum xantan,
keragenan dan pektin.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Wadah
Hasil
3.2.2. Proses Pembuatan Lem Ikan (fish glue)
Wadah
Residu Filtrat
- Ekstraksi 4, 5, dan 6
jam pada suhu 45oC,
60oC, dan 75oC
- Evaporasi
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Densitas
Densitas fish glue yang didapatkan berkisar antara 0,99-1,01 g/mL
yang lebih rendah dibandingkan densitas standar fish glue yaitu 1,17 g/mL
Analisa Viskositas
Viskositas fish glue yang dihasilkan jauh lebih rendah dari standar
fish glue karena gelatin terlarut sangat sedikit dan kadar air fish glue yang
tinggi. Kandungan air yang tinggi ini menyebabkan fish glue menjadi
encer menyerupai air pada titik leleh gelatin. Hal ini menggambarkan
temperatur ekstraksi sangat berpengaruh terhadap banyaknya kolagen
yang terhidrolisis menjadi gelatin.Peningkatan temperatur ekstraksi akan
membuat gelatin yang terbentuk semakin banyak dan larutan fish glue
menjadi semakin kental karena terbentuknya koloid gel antara gelatin dan
air yang ditunjukkan dengan peningkatan viskositas. Namun peningkatan
viskositas dalam penelitian ini sangat kecil. Hal ini disebabkan jumlah
kolagen yang terhidrolisis telah optimum pada rentang 45-75oC
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pembuatan Lem ikan (fish glue) dapat digunakan bahan utama yaitu
ikan Tenggiri.
5.1.2 Konsentrasi optimum pada pembuatan lem ikan (fish glue) dari tulang
ikan Tenggiri adalah 5%
5.1.3 Ekstraksi optimum dilakukan pada temperatur 45 75C.
DAFTAR PUSTAKA
Isabella Sandy, Sherly Octavia Rusli, dan Tony Handoko. 2011. Pengaruh Jenis
dan Konsentrasi Asam, Temperatur dan waktu Ekstraksi terhadap
Karakteristik Fish Glue dari Limbah Ikan Tenggiri. Vol. 13 No. 4, Hal.
237-241.
Ulfah Amalia , Yudhomenggolo Sastro Darmanto, Dinar Yuliati Nur Rohmah.
2015. Karakteristik Lem dari Tulan Ikan dengan Habtat yang berbeda
(Payau, Tawar, Laut). Universitas Diponegoro