Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS BAHAN INDUSTRI

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN TENGGIRI


SEBAGAI LEM IKAN

Dosen Pengampu : Dr. Retno Ariadi Lusiana,M.Si

Disusun oleh :

Lia Wijayanti
24030114120019

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul Pemanfaatan Limbah Tulan Ikan Tenggiri sebagai Lem Ikan (fish
glue). Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
Ujian akhir Semester mata kuliah Analisis Bahan Industri. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan baik dalam segi materi, cara penyajian dan teknik penulisan.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Semarang, 14 Desember 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki angka produksi
perikanan yang tinggi dan semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan
jumlah konsumsi ikan per kapita terus meningkat selama lima tahun terakhir.
Data statistik Kementerian Perikanan dan Kelautan (2014) menunjukkan
bahwa konsumsi ikan tahun 2009 2013 mengalami peningkatan dari 29,08
kg/kapita menjadi 35,14 kg/kapita sehingga meningkat sebesar 20,83%.
Sementara volume total produksi perikanan tangkap dari tahun 2010
berjumlah 5.384.418 ton dan terus meningkat pesat sampai tahun 2013 dengan
jumlah 5.863.170 ton. Potensi tersebut berbanding lurus terhadap potensi hasil
samping produk
Hasil produk samping tersebut merupakan limbah tulang ikan, dimana
limbah tersebut terdiri dari 2 jenis, yaitu limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair berupa darah, sedangkan limbah padat seperti kepala, isi perut,
sisik, dan tulang. Limbah ikan dapat terkontaminasi mikroorganisme
pembusuk, menyebabkan masalah bau tidak sedap, dan dalam jumlah banyak,
menimbulkan permasalahan tempat dan sarana penampungan limbah. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk menambah nilai ekonomi dari limbah
ini adalah dengan mengolahnya menjadi produk lain, seperti lem organik, fish
glue. Fish Glue merupakan lem yang terbuat dari gelatin yang didapat dari
kepala, tulang dan kulit dari ikan.
Lem ikan merupakan zat perekat yang terbuat dari ekstraksi kulit
maupun tulang ikan yang mengandung kolagen, yang dapat dihidrolisis dalam
air panas dan asam encer untuk membentuk lem ikan. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui kualitas lem ikan dengan bahan baku tulang ikan laut
yakni, ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson). Bahan baku ikan Tenggiri
dikarenakan ikan Tenggiri merupakan Salah satu produk perikanan yang
terbesar deng limbah tulang yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
sebagai bahan baku fish glue.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengolahan limbah tulang ikan Tenggiri sebagai lem
ikan (fish glue) ?
1.2.2 Bagaimana pengaruh jenis dan konsentrasi asam, temperatur dan
waktu ekstraksi terhadap karakteristik lem ikan (fish glue)?

1.3 Tujuan Percobaan


1.3.1 Mengetahui cara pengolahan limbah tulang ikan Tenggiri sebagai
lem ikan (fish glue).
1.3.2 Mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi asam, temperatur dan
waktu ekstraksi terhadap karakteristik lem ikan (fish glue).
1.3.3 Untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lem Ikan (fish glue)


Lem ikan adalah bahan perekat yang berasal dari bagian ikan seperti
kulit atau tulang, dan merupakan hasil ekstraksi kolagen. Selanjutnya kolagen
dihidrolisis menjadi perekat. Menurut Wahyuningsih et al. (1991), tulang ikan
berpotensi sebagai bahan baku perekat karena tulang ikan mengandung
protein kolagen yang mempunyai daya rekat tinggi.
Fish glue mempunyai temperatur gel yang rendah, yang memberikan
sifat non-gelling pada fish glue. Sifat ini berlawanan dengan animal glue
lainnya, yang merekatkan substrat dengan cara membentuk gel pada
temperatur ruang, fish glue merekatkan substrat dengan cara mengabsorpsi air
pada permukaan berpori. Fish glue mempunyai titik gel yang rendah
menyebabkan viskositas dan tegangan permukaannya juga rendah. Sifat-sifat
ini cocok untuk mendukung fish glue sebagai lem yang baik (Norland, 2003;
Oestmoen, 2002).

2.3 Ikan Tenggiri

Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) merupakan salah satu jenis


ikan yang banyak terdapat di Propinsi Gorontalo dari hasil utama bagi para
nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging
merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging
merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging
putih banyak terdapat protein (Hasan, 1984).
Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai
bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk
pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknya berdekatan
sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17
buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari
lunak. Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan
disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah,
sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan
kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan
rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna
punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti
perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat
sampai 150 cm (Djuhanda, 1981)

2.4 Kolagen
Kolagen merupakan 30% dari total protein dalam vertebrata. Kata
"kolagen" berasal dari kata Yunani 'Kolla' dan 'genos' yang berarti masing-
masing lem dan pem-bentukan. Kolagen telah teraplikasi ke ber-bagai
biomedis dan farmasi. Aplikasi ter-sebut termasuk pengobatan nyeri terkait
dengan osteoarthritis, hipertensi, implan pada manusia, dan lain-lain. Sebagian
besar kola-gen berasal dari kulit sapi dan babi. Wabah penyakit hewan tertentu
seperti penyakit mulut dan kaki (PMK) telah menyebabkan pembatasan pada
penggunaan kolagen hewan karena ada kemungkinan penyakit ini dapat
ditularkan kepada manusia (Muralidharan et al., 2011). Selain itu, Muslim dan
Yahudi tidak menerima produk makanan apapun dari babi, sementara Hindu
tidak mengkonsumsi produk berbahan dasar sapi. Dalam keadaan seperti itu,
kolagen ikan dianggap sebagai alternatif terbaik karena ketersediaan yang
tinggi, tidak ada risiko penularan penyakit dan tidak ada hambatan agama
(Pranoto et al., 2007). Salah satunya yang sangat prospektif untuk
dikembangkan adalah yang berasal dari hasil samping pengolahan ikan, yaitu
tulang-tulang ikan, karena mencakup 10-20% dari total berat tubuh ikan.
Kandung-an kolagen pada ikan yang bertulang keras sebanyak 15-17%, yang
termasuk dalam ikan bertulang keras diantaranya adalah ikan Kakap Merah,
ikan Tuna, ikan Nila dan lain-lain (Sari et al., 2012).

2.5 Gelatin
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit,
tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan
kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari
seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi
oleh prolin dan hidroksiprolin (Chaplin, 2005). Asam-asam amino saling
terikat melalui ikatan peptida membentuk gelatin. Pada Gambar 2 dapat dilihat
susunan asam amino gelatin berupa Gly-X-Y dimana X umumnya asam amino
prolin dan Y umumnya asam amino hidroksiprolin. Tidak terdapatnya
triptofan pada gelatin menyebabkan gelatin tidak dapat digolongkan sebagai
protein lengkap (Grobben, et al. 2004)
Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,
propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton,
karbon tetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organic lainnya.
Menurut Norland (1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1 oC dan
cenderung membentuk gel pada suhu 48,9 oC. Sedangkan menurut Montero,
et al. (2000), pemanasan yang dilakukan untuk melarutkan gelatin sekurang-
kurangnya 49 oC atau biasanya pada suhu 60 70 oC. Gelatin memiliki sifat
dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel, membengkak atau
mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi
viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid (Parker, 1982).
Menurut Utama (1997), sifat-sifat seperti itulah yang membuat gelatin lebih
disukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya seperti gum xantan,
keragenan dan pektin.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Waterbath
Penyaring vakum
pH meter Mettler Toledo
Evaporasi
Impeller
Viskometer
3.1.2 Bahan
Ikan Tenggiri
Larutan CH3COOH
Larutan Asam klorida (HCl)
Aquadest

3.2 Skema Kerja


3.2.1 Proses Pendahuluan

Limbah tulang ikan Tenggiri

Wadah

- Pencucian tulang ikan dari daging,


lemak, dan pengotor lainnya
- Perendaman dengan larutan CH3COOH
dan HCl dengan konsentrasi 4%, 5%,
dan 6%.
- Perendaman selama 24 jam

Hasil
3.2.2. Proses Pembuatan Lem Ikan (fish glue)

Hasil (konsentrasi 5%)

Wadah

- Penyaringan dengan vakum

Residu Filtrat

- Ekstraksi 4, 5, dan 6
jam pada suhu 45oC,
60oC, dan 75oC
- Evaporasi

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses pendahuluan


Bahan sampel yang digunakan dalam pembuatan lem ikan yaitu ikan
Tenggiri. Pada proses ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
pengotor pengotor seperti daging, lemak, kulit ikan. Pencucian ini dilakukan
dengan larutan HCl dan Ch3COOH.
Larutan hasil perendaman tulang ikan tenggiri dengan HCl dan
CH3COOH menghasilkan larutan yang kotor dan keruh, yang menunjukkan
bahwa kedua jenis asam tersebut mampu menghilangkan pengotor pada tulang
ikan.Kedua jenis asam tersebut mampu memutus sejumlah ikatan kovalen
silang kolagen dalam tulang sehingga membuat tulang menjadi lunak dan
mudah terlarut saat ekstraksi. Penggunaan larutan HCl membuat massa tulang
berkurang dari massa tulang awal dan terlihat menyusut yang diduga
disebabkan oleh hilangnya pengotor, terjadinya reaksi antara HCl dengan
mineral-mineral yang ada di dalam tulang, dan terhidrolisisnya beberapa
senyawa protein. Hal ini juga ditunjukkan dalam larutan hasil perendaman
dengan HCl yang lebih keruh dibandingkan dengan hasil perendaman dengan
CH3COOH. Sedangkan Penggunaan larutan CH3COOH membuat tulang
mengalami pembengkakan dan massa yangtidak banyak berubah dari massa
awal. Pembengkakan tersebut merupakan hasil dari pemutusan ikatan kovalen
silang kolagen. Pemutusan ikatan kovalen silang tersebut membuat kolagen
mudah terhidrolisis menjadi gelatin dan larut pada tahap ekstraksi. Hasil dari
pendahuluan ini adalah sebagai berikut

Pada konsentrasi CH3COOH 5%, larutan akhir berwarna coklat sangat


keruh dibandingkan dengan konsentrasi 4% dan 6% yang menunjukkan
semakin banyak pengotor yang hilang. Banyaknya pengotor yang hilang ini
akan mempermudah dan memperbanyak perolehan gelatin pada tahap
selanjutnya. Dari hasil percobaan pendahuluan tersebut dipilih CH3COOH
dengan konsentrasi 5% sebagai larutan perendam. Hasil tersebut selanjutnya
digunakan pada percobaan utama
4.2. Proses Pembuatan Lem Ikan (fish glue)
Hasil percobaan utama adalah fish glue yang tidak ditambah senyawa
aditif sehingga dapat dikatakan sebagai gelatin murni. Fish glue yang
diperoleh dalam penelitian berwarna coklat muda dengan rentang nilai pH
yang sesuai dengan standar namun memiliki densitas, viskositas, dan kadar air
yang tidak memenuhi standar fish glue. Hasil analisa sebagai berikut

Analisa Densitas
Densitas fish glue yang didapatkan berkisar antara 0,99-1,01 g/mL
yang lebih rendah dibandingkan densitas standar fish glue yaitu 1,17 g/mL
Analisa Viskositas
Viskositas fish glue yang dihasilkan jauh lebih rendah dari standar
fish glue karena gelatin terlarut sangat sedikit dan kadar air fish glue yang
tinggi. Kandungan air yang tinggi ini menyebabkan fish glue menjadi
encer menyerupai air pada titik leleh gelatin. Hal ini menggambarkan
temperatur ekstraksi sangat berpengaruh terhadap banyaknya kolagen
yang terhidrolisis menjadi gelatin.Peningkatan temperatur ekstraksi akan
membuat gelatin yang terbentuk semakin banyak dan larutan fish glue
menjadi semakin kental karena terbentuknya koloid gel antara gelatin dan
air yang ditunjukkan dengan peningkatan viskositas. Namun peningkatan
viskositas dalam penelitian ini sangat kecil. Hal ini disebabkan jumlah
kolagen yang terhidrolisis telah optimum pada rentang 45-75oC

Analisa Kadar Protein


Seluruh fish glue yang dihasilkan mengandung protein, dengan
kadar berkisar antara 58 hingga 72ppm. Fish glue belum memiliki standar
kadar protein sehingga pengujian kadar protein ini dilakukan sebagai
perkiraan pengaruh kondisi ekstraksi terhadap perolehan gelatin dalam fish
glue. fish glue dengan kadar protein berkisar 56-78 ppm. Kadar protein
tersebut dianggap masih rendah yang terlihat dari massa hasil evaporasi
yang sangat sedikit
Analisa Derajat Keasaman
Derajat keasaman fish glue yang didapat berkisar antara 4,4-4,7,
sesuai dengan standar fish glue menyatakan bahwa pH dari fish glue
berkisar antara 4- 6
Uji Daya Rekat
Pegujian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh
kondisi ekstraksi terhadap kekuatan rekat. Kekuatan rekat dipengaruhi
oleh kadar gelatin dalam fish glue, semakin tinggi kadar gelatin akan
semakin kuat daya rekatnya. Hasil yang diperoleh adalah kayu lepas
dengan rentang waktu 570-1900 detik, yang menunjukkan bahwa fish glue
belum memiliki kekuatan rekat yang baik.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pembuatan Lem ikan (fish glue) dapat digunakan bahan utama yaitu
ikan Tenggiri.
5.1.2 Konsentrasi optimum pada pembuatan lem ikan (fish glue) dari tulang
ikan Tenggiri adalah 5%
5.1.3 Ekstraksi optimum dilakukan pada temperatur 45 75C.
DAFTAR PUSTAKA

Isabella Sandy, Sherly Octavia Rusli, dan Tony Handoko. 2011. Pengaruh Jenis
dan Konsentrasi Asam, Temperatur dan waktu Ekstraksi terhadap
Karakteristik Fish Glue dari Limbah Ikan Tenggiri. Vol. 13 No. 4, Hal.
237-241.
Ulfah Amalia , Yudhomenggolo Sastro Darmanto, Dinar Yuliati Nur Rohmah.
2015. Karakteristik Lem dari Tulan Ikan dengan Habtat yang berbeda
(Payau, Tawar, Laut). Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai